ASBAABUN NUZUUL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Al-Qur'an
Dosen Pengampu:
Abdul Majid Abror, S. Th. I., M. Ag
Disusun oleh:
Muhammad Dana Maulana
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses penurunan Alquran, alquran tidak turun begitu saja melainkan
turun bersamaan dengan sebuah penyebab.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian asbabun nuzul baik menurut bahasa, istilah
serta para ulama.
2. Bagaimana macam-macam asbabun nuzul dan contoh dari asbabun
nuzul itu sendiri.
3. Bagaimana hikmah yang didapat dengan adanya asbabun nuzul.
C. Tujuan Pembahasan
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana
asbabun nzul baik dari segi definisi, jenis-jenisnya, contoh-contohnya, dan
hikmah adanya asbabun nuzul apakah berdampak positif atau berdampak
negatif terhadap proses penafsiran Alquran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 204.
2
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 60.
3
Ibid.
5
3. Menurut Subhi Shalih:
“Asbabun Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat Alquran terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons
atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum di saat peristiwa itu
terjadi.”4
4. Menurut Manna Al Qaththan:
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya
Alquran berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw.” 5
Dari beberapa pendapat tentang Asbabun Nuzul di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa, Asbabun Nuzul menurut terminologi ialah suatu kejadian
atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat
Alquran.
4
Rosihon Anwar. Op. cit. Hal. 60
5
Ibid.
6
“Sebab turun ayat ini adalah ...”
“Telah terjadi ..., maka turunlah ayat ...”
“Rasulullah pernah ditanya tentang ..., maka turunlah ayat ...”
Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa
Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang
pernah ikut dalam perang badar bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw.
tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengairi
kebun kurma masing-masing dari situ. Orang ansar berkata: “ biarkan airnya
mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi saw. bersabda: “airi kebunmu itu
Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang ansar
itu marah, katanya: “ Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat
demikian?” wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi
kebunmu Zubair, kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu
biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu.” Rasulullah dengan keputussan ini
telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu ia mengisyaratkan keputusan
yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada Orang Ansar itu. Ketika
Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak Zubair secara nyata.
7
Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali mengenai
urusan tersebut: (Q.S. An Nisaa: 65)6
2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat
atau Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
a) Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa
Nanzil Al-Wahid)
6
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (cet. Xiv; Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hal. 122.
7
Rosihon Anwar, op. cit., hal. 70.
8
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua
versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih
dan tidak shahih.
Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi
Asbabun Nuzul berkualitas sama-sama shahih.
Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-
sama tidak shahih.8
b) Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)
Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat
atau lebih. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang
diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama
adalah riwayat Asbabun Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari,
Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas tentang turunnya surat Al
Mujadalah ayat 18-19.9
8
Ibid. Hal. 72-74
9
Rosihon Anwar, op. cit., Hal. 76.
10
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali Press, 2013),
hal. 106.
9
C. Hikmah Asbabun Nuzul
11
Manna Al Qaththan, op. cit.,. Hal. 114.
10
3) Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu
bersifat umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang
pengkhususan itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang sebab
turun ayat itu. 12
Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul
demikian simpel dan sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui
asbabun nuzul memiliki kepentingan yang sangat besar dan mendasar.
Terutama dalam rangka memperjelas makna ayat Alquran dan mengindahkan
hakikat penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat Alquran yang dilalah
lahiriah (petunjuk formal-tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran (faktual-
kontekstual) yang ingin dicapai oleh ayat itu sendiri. Dan itu hanya
dimungkinkan utnuk mengetahui secara tepat manakala sang mufassir
memahami sabab nuzul ayat.
12
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 212.
11
4) Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum
ayat tatkala ditemukan pengkhusus;
5) Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan;
6) Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah
swt. ke dalam hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;
7) Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin
menguatkan keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang
mendengarkan ayat Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengetahui dan memahami apa yang telah disampaikan di atas,
maka mutlak lah ilmu asbabun nuzul sebagai alat bantu yang penting dalam
menafsirkan Alquran sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan
Alquran.
13
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 213.
12
DAFTAR PUSTAKA
13