Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASBAB AN-NUZUL

Oleh :

AKHMAD GYLANG GINANDA SYAPUTRA

(23052250001)

Dosen Pengampuh :

Dr. HALIMATUSSA’DIYAH, M.Ag

JURUSAN MAGISTER ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG (UIN RAFA)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alquran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan mengegakkan asas kehidupan yang didasarkan
pada keimanan kepada Allah dan risalahNya. Juga memberitahukan hal yang telah
lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Pembahasan mengenai asbab al-nuzul ini sangat penting dalam pembahasan ulum
al-Quran, karena pembahasan ini merupakan kunci pokok dari landasan keimanan
terhadap pembuktian bahwa Alquran itu benar turunnya dari Allah Subhanahu
wata’ala. Pembahasan ini juga merupakan pembahasan awal dari Alquran guna
melangkah kepada pembahasan-pembahasan selanjutnya. Landasan bagi signifikansi
pembahasan ini adalah firman Allah swt dalam Alquran :
Adapun susunan pembahasan dari makalah ini diawali dengan pengertian asbab
al-nuzul, kemudian perdebatan sekitar signifikansi asbab al- nuzul, caracara
mengetahui asbab al-nuzul dan terakhir hubunban kontekstualitas dengan asbab al-
nuzul. Tentu saja makalah ini diakhiri dengan kesimpulan dari pemaparan yang telah
dipaparkan

B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Asbabun Nuzul?
B. Bagaimana macam-macam dan contoh Asbabun Nuzul?
C. Hikmah dari asbabun nuzul?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah agar kitadapat
mengetahui Asbabun Nuzul secara mendalam dan juga dapatmengetahui
perbedaan sumber-sumber asbabun nuzul sesuai pada masanya
BAB II :
PEMBAHASAN

Definisi Asbabun Nuzul


Ungkapan “Asbabun Nuzul” merupakan bentuk idhofah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara bahasa “asbab” merupakan bentuk plural dari “sabab” yang secara etimologis berarti
sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong (motivasi), tali kehidupan,
persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan. Adapun Yang
dimaksud “nuzul” di isini ialah penurunan Alquran dari Allah subha ahu wata;ala. kepada
Nabi Shallahu’alahi wasallam. melalui perantaraan Malaikat Jibril ‘AlahiSalam.1 Maka, bisa
diambil kesimpulan bahwa asbabun Nuzul menurut etimologi ialah sebab-sebab penurunan
Alquran.
Asbabun Nuzul secara istilah memiliki banyak pengertian seperti yang dikemukakan oleh
beberapa ulama, diantaranya:
1. Menurut Az Zarqani:
“Asbabun Nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya
dengan turunnya ayat Alquran sebagai penjelas hukum pada saat peristuwa itu terjadi.”2
2. Menurut Ash Shabuni:
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau
beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw. atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama.”3
3. Menurut Subhi Shalih:
“Asbabun Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat
Alquran terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai
penjelas terhadap hukum-hukum di saat peristiwa itu terjadi.”4
4. Menurut Manna Al Qaththan:
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Alquran
berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi shallahu’alahi wassalam.”5

1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 204.
2
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 60.
3
Ibid.
4
Rosihon Anwar. Op. cit. Hal. 60
5
Ibid.
Dari beberapa pendapat tentang Asbabun Nuzul di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa,
Asbabun Nuzul menurut terminologi ialah suatu kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat Alquran.

Macam-Macam Asbabun Nuzul dan Contohnya

1. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbabun
Nuzul

Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat
asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah (kemungkinan/possible).
Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tidak
mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila
perawi menggunakan:

 “Sebab turun ayat ini adalah ...”


 “Telah terjadi ..., maka turunlah ayat ...”
 “Rasulullah pernah ditanya tentang ..., maka turunlah ayat ...”

Contoh riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih ialah sebuah riwayat yang
disampaikan oleh Jabir bahwa orang-orang

‫ إذا َج اَم َعها ِم ن َو َر اِئها جاء الولد َأْح َو َل‬:‫كانت اليهود تقول‬،

‫َقاَل َفُأْنِز َلْت‬

Yahudi berkata, “Apabila seorang suami mendatangi istrinya dari belakang, anak yang
lahir akan juling.” Maka turunlah ayat:

‫ِنَس اُؤُك ْم َح ْر ٌث َلُك ْم َفْأُتوا َح ْر َثُك ْم َأَّنٰى ِش ْئُتْم ۖ َو َقِّد ُم وا َأِلْنُفِس ُك ْم ۚ َو اَّتُقوا َهَّللا َو اْع َلُم وا َأَّنُك ْم‬
‫ُم اَل ُقوُهۗ َو َبِّش ِر اْلُم ْؤ ِمِنيَن‬

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal
yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak
akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
(Q.s Al-Baqarah 2, Ayat 223

Adapun redaksi muhtamilah bila perawi mengatakan:

 “Ayat ini turun berkenaan dengan ...”


 “Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan ...”

Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair,

‫َعْن ُعْر َو َة َأَّن َعْبَد ِهَّللا ْبَن الُّز َبْيِر َح َّد َثُه َأَّن َر ُج اًل َخ اَص َم الُّز َبْيَر ِفي ِش َر اِج اْلَح َّرِة اَّلِتي َيْس ُقوَن‬
‫ِبَها َفَقاَل اَأْلْنَص اِر ُّي َسِّر ْح اْلَم اَء َيُم ُّر َفَأَبى َع َلْيِه الُّز َبْيُر َفَقاَل َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ِللُّز َبْيِر اْس ِق َيا ُز َبْيُر ُثَّم َأْر ِس ْل ِإَلى َج اِر َك َقاَل َفَغِض َب اَأْلْنَص اِر ُّي َفَقاَل َيا َرُس وَل ِهَّللا َأْن َك اَن‬
‫اْبَن َع َّم ِتَك َفَتَلَّو َن َو ْج ُه َرُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُثَّم َقاَل اْس ِق ُثَّم اْح ِبْس اْلَم اَء َح َّتى‬
‫َيْر ِج َع ِإَلى اْلَج ْد ِر َفَقاَل الُّز َبْيُر َفَو ِهَّللا ِإِّني َأَلْح َسُب َهِذِه اآْل َيَة َنَز َلْت ِفي َذ ِلَك‬

‫اآْل َيَة‬

bahwa Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah
ikut dalam perang badar bersama Nabi Shallahu’alaihi wasallam., di hadapan Nabi
shallahu’alahi wasallam. tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi;
keduanya mengairi kebun kurma masing-masing dari situ. Orang ansar berkata: “ biarkan
airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi Shallahu’alahi wasallam. bersabda:
“airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang
ansar itu marah, katanya: “ Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat
demikian?” wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu Zubair,
kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun
tetanggamu.” Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal
sebelum itu ia mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan
kepada Orang Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak
Zubair secara nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali
mengenai urusan tersebut:

‫َفاَل َو َر ِّبَك اَل ُيْؤ ِم ُنوَن َح َّتٰى ُيَح ِّك ُم وَك ِفيَم ا َش َج َر َبْيَنُهْم‬
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
6
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.

(Q.S. An Nisaa: 65)

2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau
Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
a. Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa Nanzil Al-
Wahid)

Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam satu
versi. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi
dan dari sisi kualitas, para ulama mengemukakan cara-cara berikut:

Dari sisi redaksi:

 Tidak mempermasalahkan; cara ini digunakan apabila riwayat-riwayat asbabun


nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah.
 Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih; cara
ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbabun nuzul itu tidak menggunakan
redaksi sarih.
 Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila seluruh riwayat
itu menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.7

Dari sisi kualitas:

 Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi
riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan tidak
shahih.
 Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun
Nuzul berkualitas sama-sama shahih.
 Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-sama
tidak shahih.8

Contohnya dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4:

6
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (cet. Xiv; Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hal. 122.
7
Rosihon Anwar, op. cit., hal. 70.
8
Ibid. Hal. 72-74
٤- ࣖ ‫ َو َلْم َيُك ْن َّلٗه ُك ُفًو ا َاَح ٌد‬٣ - ‫ َلْم َيِلْد َو َلْم ُيْو َلْۙد‬٢ - ‫ ُهّٰللَا الَّص َم ُۚد‬١ - ‫ُقْل ُهَو ُهّٰللا َاَح ٌۚد‬
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat
meminta segala sesuatu.(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak
ada sesuatu yang setara dengan Dia (Q.S Al-Ikhlas, 1-4).
Ayat-ayat tersebut diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik
Mekkah sebelum Rasulullah Shallahu’alahi wasallam melakukan hijrah. Ayat tersebut
juga diturunkan kepada kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah Rasulullah
shallahu ‘alahi wasallam hijrah.

b. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)

Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih.
Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan
antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul
yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah
dari Ibn Abbas tentang turunya surat Al Mujadalah ayat 18-19.9

Contohnya terdapat pada surat Ad-Dukhan ayat 10,15, dan 16. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman:

١٠ - ‫َفاْر َتِقْب َيْو َم َتْأِتى الَّس َم ۤا ُء ِبُدَخ اٍن ُّم ِبْيٍن‬


Artinya: "Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas,"
(QS. Ad-Dukhan: 10).

١٥ - ‫ِاَّنا َك اِش ُفوا اْلَع َذ اِب َقِلْياًل ِاَّنُك ْم َع ۤا ِٕىُد ْو َۘن‬

Artinya: "Sungguh (kalau) Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan
kembali (ingkar)." (QS. Ad-Dukhan: 15).

١٦ - ‫َيْو َم َنْبِط ُش اْلَبْطَش َة اْلُك ْبٰر ۚى ِاَّنا ُم ْنَتِقُم ْو َن‬

Artinya: "(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan keras. Kami
pasti memberi balasan." (QS. Ad-Dukhan: 16).

9
Rosihon Anwar, op. cit., Hal. 76.
Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada
Nabi Muhammad SAW. Beliau berdoa agar mereka (kaum Quraisy) mendapatkan
kelaparan sebagaimana pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf AS. Maka, Allah SWT
menurunkan penderitaan kepada kaum Quraisy sehingga turunlah QS. Ad-Dukhan
ayat 10.

Kemudian, para kaum Quraisy menghadap Nabi Shallahu’alahi wasallam untuk


meminta bantuan. Lalu, Rasulullah Shallahu ‘alahi wasallam berdoa kepada Tuhan
untuk diturunkan hujan. Allah Subhanahu wata’ala lalu menurunkan hujan dan
turunlah QS. Ad-Dukhan ayat 15.

Namun, setelah mereka mendapatkan nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala, mereka
kembali sesat dan durhaka maka turunlah ayat ke-16. Dalam riwayat tersebut
dijelaskan bahwa siksaat yang dimaksud akan turun saat Perang Badar10

3. Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua, yaitu:


 pertama, ada suatu kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian tersebut.
Contoh:
 Aisyah berkata, ayat satu ini turun turun berkenaan dengan ibmu ummi
maktum, seorang yang buta. Dia dating kepada Rasulullah shallahu’alahi
wasallam. Dan berkata, berilah petunjuk kepadaku wahai Rasulullah.” Pada
saat itu, Rasulullah shallahu’alahi wasallam. Sedang menghadapi salah
seorang pembesar kaum musyrikin quraisy. Rasulullah shallahu,alaihi
wasallam. Berpaling dari ummi maktum dan tetap menghadapi para pembesar
quraisy tersebut. “apakah engksu merasa terganggu denga napa yang aku
katakana katakana?, beliau menjawab; “Tidak”. Maka turublah ayat 1-10
surah ‘abasa. (H.R At-Tirmdizi dan hakim) 11
 Peristiwa berupa kesalahan, seperti peristiwa seseorang yang mengimami
sholat sedang dalam keadaan mabuk sehingga salah membaca surah Al
Kafirun. Dari peristiwa tersebut maka menyebabkan turunnya ayat Alquran
surat An-Nisa’ ayat 43.

10
Imam Syuyuthi. Asbabun nuzul
11
Imama Suyuthi, Asbabun Nuzul, hal 262
‫َيا َأ ُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَل َتْق َرُبوا الَّص اَل َة َو َأ ْن ُتْم ُسَك اَر ٰى َح َّتٰى َتْعَلُموا َما َتُقوُلوَن َو اَل‬
‫ُج ُنًبا ِإاَّل َعاِبِري َسِبيٍل َح َّتٰى َتْغ َتِس ُلواۚ َوِإْن ُك ْن ُتْم َمْرَض ٰى َأ ْو َع َلٰى َسَفٍر َأ ْو َج اَء‬
‫َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِم َن اْل َغ اِئِط َأ ْو اَل َمْس ُتُم الِّنَساَء َف َلْم َتِج ُدوا َماًء َف َتَيَّمُموا َصِع يًدا َط ِّيًبا‬
‫َف اْم َسُح وا ِبُو ُج وِهُك ْم َو َأ ْيِديُك ْم ۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َع ُفًّو ا َغ ُفوًر ا‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun. (Q.S An-nisa, ayat 43)

 Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi Shallahu’alahi wasallam. tentang suatu hal,
lalu turunlah ayat yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada
Nabi shallahu’alahi wassalam.12
Contoh :
 Hasan Al-Bashri, mereka saling bertanya tentang berita yang dibawa rasul
shallahu’alahi wa sallam (Hari kiamat) maka turunlah ayat 1-2 surah an-naba
(HR Ibnu Jarir dan ibnu hatim)

‫َع َّم َيَتَس آَء ُلْو َن َع ِن الَّنَبِإ اْلَعِظ ْيِم‬


Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?, Tentang berita yang besar (hari
berbangkit). (Q.S Naba Ayat 1-2)

 Pertanyaan yang berhubungan dengan masa lalu. Salah satu pertanyaannya yaitu
tentang Zulkarnain. Dari pertanyaan tersebut, maka turunlah ayat Alquran al-
kahfi ayat 83. Ada pun arti dari surat Al Kahfi ayat 83 yaitu

12
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali Press, 2013),
hal. 106.
‫َو َيۡس ــَٔـُلۡو َنَك َع ۡن ِذ ى اۡل َقۡر َنۡي ِن‌ؕ ُقۡل َس َا ۡت ُلۡو ا َع َلۡي ُك ۡم ِّم ۡن ُه ِذ ۡك ًر ا‬
Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad tentang Zulkarnain, Katakanlah:
Aku akan bacakan cerita tentangnya”. (QS. Al Kahfi:83)

Hikmah Asbabun Nuzul

Pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul memiliki banyak hikmah, diantaranya:


a. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap
kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya kepada
umat.
b. Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila
hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.
c. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas
pengakuannya, maka pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul membatasi
pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
d. Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Alquran dan
menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.
e. Sebab nuzul dapat menerangkan kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat
tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan
perselisihan.13

Lalu, as-Suyuthi secara tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan peranan ilmu sabab
nuzul dalam menafsirkan Alquran, ada beberapa kegunaan yang bisa dipetik dari mengetahui
sabab nuzul, di antaranya:
1) Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyari’atan hukum,
2) Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah: “
bahwasanya ungkapan (teks) Alquran itu didasarkan atas kekhususan sebab, dan
3) Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu bersifat
umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang pengkhususan itu sendiri
justru terletak pada pengetahuan tentang sebab turun ayat itu.14

13
Manna Al Qaththan, op. cit.,. Hal. 114.
14
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 212.
Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul demikian simpel dan
sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui asbabun nuzul memiliki
kepentingan yang sangat besar dan mendasar. Terutama dalam rangka memperjelas makna
ayat Alquran dan mengindahkan hakikat penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat
Alquran yang dilalah lahiriah (petunjuk formal-tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran
(faktual-kontekstual) yang ingin dicapai oleh ayat itu sendiri. Dan itu hanya dimungkinkan
utnuk mengetahui secara tepat manakala sang mufassir memahami sabab nuzul ayat. al-Buthi
pun menyebutkan macam-macam faedah dari memelajari ilmu asbabun nuzul, yaitu:
1) Mengenali hikmah bagaimana cara Allah Subhanahu wata’ala. menerangkan hukum-
hukum yang disyariatkan-Nya dengan melibatkan sabab nuzul;
2) Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari kemungkinan
timbul kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan dugaan pembatasan dari
redaksi ayat secara literal mengisyaratkan pembatasan itu;
3) Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah
ungkapan (ibarat) itu didasarkan atas kekhususan sebab, bukan keumuman teks;
4) Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum ayat tatkala
ditemukan pengkhusus;
5) Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan;
6) Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah swt. ke dalam
hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;
7) Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin menguatkan
keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang mendengarkan ayat
Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.15

BAB III :
15
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 213.
PENUTUP

a) Kesimpulan
Setelah mengetahui dan memahami apa yang telah disampaikan di atas, maka mutlak lah
ilmu asbabun nuzul sebagai alat bantu yang penting dalam menafsirkan Alquran sehingga
tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran.

DAFTAR PUSTAKA
al-Qaththan, Manna Khalil. 2011. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa.
Anwar, Rosihon. 2013. Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Anshori. 2013. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:
Rajawali Press.
Suwa, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Imam Asy-Syuyuthi, Asbabun Nuzul
Al-Qur’an Al-karim

Anda mungkin juga menyukai