ASBAB AN-NUZUL
Oleh :
(23052250001)
Dosen Pengampuh :
A. Latar Belakang
Alquran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan mengegakkan asas kehidupan yang didasarkan
pada keimanan kepada Allah dan risalahNya. Juga memberitahukan hal yang telah
lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Pembahasan mengenai asbab al-nuzul ini sangat penting dalam pembahasan ulum
al-Quran, karena pembahasan ini merupakan kunci pokok dari landasan keimanan
terhadap pembuktian bahwa Alquran itu benar turunnya dari Allah Subhanahu
wata’ala. Pembahasan ini juga merupakan pembahasan awal dari Alquran guna
melangkah kepada pembahasan-pembahasan selanjutnya. Landasan bagi signifikansi
pembahasan ini adalah firman Allah swt dalam Alquran :
Adapun susunan pembahasan dari makalah ini diawali dengan pengertian asbab
al-nuzul, kemudian perdebatan sekitar signifikansi asbab al- nuzul, caracara
mengetahui asbab al-nuzul dan terakhir hubunban kontekstualitas dengan asbab al-
nuzul. Tentu saja makalah ini diakhiri dengan kesimpulan dari pemaparan yang telah
dipaparkan
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Asbabun Nuzul?
B. Bagaimana macam-macam dan contoh Asbabun Nuzul?
C. Hikmah dari asbabun nuzul?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah agar kitadapat
mengetahui Asbabun Nuzul secara mendalam dan juga dapatmengetahui
perbedaan sumber-sumber asbabun nuzul sesuai pada masanya
BAB II :
PEMBAHASAN
1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 204.
2
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 60.
3
Ibid.
4
Rosihon Anwar. Op. cit. Hal. 60
5
Ibid.
Dari beberapa pendapat tentang Asbabun Nuzul di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa,
Asbabun Nuzul menurut terminologi ialah suatu kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat Alquran.
1. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbabun
Nuzul
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat
asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah (kemungkinan/possible).
Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tidak
mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila
perawi menggunakan:
Contoh riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih ialah sebuah riwayat yang
disampaikan oleh Jabir bahwa orang-orang
إذا َج اَم َعها ِم ن َو َر اِئها جاء الولد َأْح َو َل:كانت اليهود تقول،
Yahudi berkata, “Apabila seorang suami mendatangi istrinya dari belakang, anak yang
lahir akan juling.” Maka turunlah ayat:
ِنَس اُؤُك ْم َح ْر ٌث َلُك ْم َفْأُتوا َح ْر َثُك ْم َأَّنٰى ِش ْئُتْم ۖ َو َقِّد ُم وا َأِلْنُفِس ُك ْم ۚ َو اَّتُقوا َهَّللا َو اْع َلُم وا َأَّنُك ْم
ُم اَل ُقوُهۗ َو َبِّش ِر اْلُم ْؤ ِمِنيَن
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal
yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak
akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
(Q.s Al-Baqarah 2, Ayat 223
َعْن ُعْر َو َة َأَّن َعْبَد ِهَّللا ْبَن الُّز َبْيِر َح َّد َثُه َأَّن َر ُج اًل َخ اَص َم الُّز َبْيَر ِفي ِش َر اِج اْلَح َّرِة اَّلِتي َيْس ُقوَن
ِبَها َفَقاَل اَأْلْنَص اِر ُّي َسِّر ْح اْلَم اَء َيُم ُّر َفَأَبى َع َلْيِه الُّز َبْيُر َفَقاَل َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
ِللُّز َبْيِر اْس ِق َيا ُز َبْيُر ُثَّم َأْر ِس ْل ِإَلى َج اِر َك َقاَل َفَغِض َب اَأْلْنَص اِر ُّي َفَقاَل َيا َرُس وَل ِهَّللا َأْن َك اَن
اْبَن َع َّم ِتَك َفَتَلَّو َن َو ْج ُه َرُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُثَّم َقاَل اْس ِق ُثَّم اْح ِبْس اْلَم اَء َح َّتى
َيْر ِج َع ِإَلى اْلَج ْد ِر َفَقاَل الُّز َبْيُر َفَو ِهَّللا ِإِّني َأَلْح َسُب َهِذِه اآْل َيَة َنَز َلْت ِفي َذ ِلَك
اآْل َيَة
bahwa Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah
ikut dalam perang badar bersama Nabi Shallahu’alaihi wasallam., di hadapan Nabi
shallahu’alahi wasallam. tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi;
keduanya mengairi kebun kurma masing-masing dari situ. Orang ansar berkata: “ biarkan
airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi Shallahu’alahi wasallam. bersabda:
“airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang
ansar itu marah, katanya: “ Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat
demikian?” wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu Zubair,
kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun
tetanggamu.” Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal
sebelum itu ia mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan
kepada Orang Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak
Zubair secara nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali
mengenai urusan tersebut:
َفاَل َو َر ِّبَك اَل ُيْؤ ِم ُنوَن َح َّتٰى ُيَح ِّك ُم وَك ِفيَم ا َش َج َر َبْيَنُهْم
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
6
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.
2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau
Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
a. Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa Nanzil Al-
Wahid)
Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam satu
versi. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi
dan dari sisi kualitas, para ulama mengemukakan cara-cara berikut:
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi
riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan tidak
shahih.
Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun
Nuzul berkualitas sama-sama shahih.
Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-sama
tidak shahih.8
6
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (cet. Xiv; Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hal. 122.
7
Rosihon Anwar, op. cit., hal. 70.
8
Ibid. Hal. 72-74
٤- ࣖ َو َلْم َيُك ْن َّلٗه ُك ُفًو ا َاَح ٌد٣ - َلْم َيِلْد َو َلْم ُيْو َلْۙد٢ - ُهّٰللَا الَّص َم ُۚد١ - ُقْل ُهَو ُهّٰللا َاَح ٌۚد
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat
meminta segala sesuatu.(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak
ada sesuatu yang setara dengan Dia (Q.S Al-Ikhlas, 1-4).
Ayat-ayat tersebut diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik
Mekkah sebelum Rasulullah Shallahu’alahi wasallam melakukan hijrah. Ayat tersebut
juga diturunkan kepada kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah Rasulullah
shallahu ‘alahi wasallam hijrah.
Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih.
Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan
antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul
yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah
dari Ibn Abbas tentang turunya surat Al Mujadalah ayat 18-19.9
Contohnya terdapat pada surat Ad-Dukhan ayat 10,15, dan 16. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman:
Artinya: "Sungguh (kalau) Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan
kembali (ingkar)." (QS. Ad-Dukhan: 15).
Artinya: "(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan keras. Kami
pasti memberi balasan." (QS. Ad-Dukhan: 16).
9
Rosihon Anwar, op. cit., Hal. 76.
Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada
Nabi Muhammad SAW. Beliau berdoa agar mereka (kaum Quraisy) mendapatkan
kelaparan sebagaimana pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf AS. Maka, Allah SWT
menurunkan penderitaan kepada kaum Quraisy sehingga turunlah QS. Ad-Dukhan
ayat 10.
Namun, setelah mereka mendapatkan nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala, mereka
kembali sesat dan durhaka maka turunlah ayat ke-16. Dalam riwayat tersebut
dijelaskan bahwa siksaat yang dimaksud akan turun saat Perang Badar10
10
Imam Syuyuthi. Asbabun nuzul
11
Imama Suyuthi, Asbabun Nuzul, hal 262
َيا َأ ُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَل َتْق َرُبوا الَّص اَل َة َو َأ ْن ُتْم ُسَك اَر ٰى َح َّتٰى َتْعَلُموا َما َتُقوُلوَن َو اَل
ُج ُنًبا ِإاَّل َعاِبِري َسِبيٍل َح َّتٰى َتْغ َتِس ُلواۚ َوِإْن ُك ْن ُتْم َمْرَض ٰى َأ ْو َع َلٰى َسَفٍر َأ ْو َج اَء
َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِم َن اْل َغ اِئِط َأ ْو اَل َمْس ُتُم الِّنَساَء َف َلْم َتِج ُدوا َماًء َف َتَيَّمُموا َصِع يًدا َط ِّيًبا
َف اْم َسُح وا ِبُو ُج وِهُك ْم َو َأ ْيِديُك ْم ۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َع ُفًّو ا َغ ُفوًر ا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun. (Q.S An-nisa, ayat 43)
Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi Shallahu’alahi wasallam. tentang suatu hal,
lalu turunlah ayat yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada
Nabi shallahu’alahi wassalam.12
Contoh :
Hasan Al-Bashri, mereka saling bertanya tentang berita yang dibawa rasul
shallahu’alahi wa sallam (Hari kiamat) maka turunlah ayat 1-2 surah an-naba
(HR Ibnu Jarir dan ibnu hatim)
Pertanyaan yang berhubungan dengan masa lalu. Salah satu pertanyaannya yaitu
tentang Zulkarnain. Dari pertanyaan tersebut, maka turunlah ayat Alquran al-
kahfi ayat 83. Ada pun arti dari surat Al Kahfi ayat 83 yaitu
12
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali Press, 2013),
hal. 106.
َو َيۡس ــَٔـُلۡو َنَك َع ۡن ِذ ى اۡل َقۡر َنۡي ِنؕ ُقۡل َس َا ۡت ُلۡو ا َع َلۡي ُك ۡم ِّم ۡن ُه ِذ ۡك ًر ا
Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad tentang Zulkarnain, Katakanlah:
Aku akan bacakan cerita tentangnya”. (QS. Al Kahfi:83)
Lalu, as-Suyuthi secara tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan peranan ilmu sabab
nuzul dalam menafsirkan Alquran, ada beberapa kegunaan yang bisa dipetik dari mengetahui
sabab nuzul, di antaranya:
1) Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyari’atan hukum,
2) Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah: “
bahwasanya ungkapan (teks) Alquran itu didasarkan atas kekhususan sebab, dan
3) Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu bersifat
umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang pengkhususan itu sendiri
justru terletak pada pengetahuan tentang sebab turun ayat itu.14
13
Manna Al Qaththan, op. cit.,. Hal. 114.
14
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 212.
Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul demikian simpel dan
sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui asbabun nuzul memiliki
kepentingan yang sangat besar dan mendasar. Terutama dalam rangka memperjelas makna
ayat Alquran dan mengindahkan hakikat penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat
Alquran yang dilalah lahiriah (petunjuk formal-tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran
(faktual-kontekstual) yang ingin dicapai oleh ayat itu sendiri. Dan itu hanya dimungkinkan
utnuk mengetahui secara tepat manakala sang mufassir memahami sabab nuzul ayat. al-Buthi
pun menyebutkan macam-macam faedah dari memelajari ilmu asbabun nuzul, yaitu:
1) Mengenali hikmah bagaimana cara Allah Subhanahu wata’ala. menerangkan hukum-
hukum yang disyariatkan-Nya dengan melibatkan sabab nuzul;
2) Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari kemungkinan
timbul kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan dugaan pembatasan dari
redaksi ayat secara literal mengisyaratkan pembatasan itu;
3) Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah
ungkapan (ibarat) itu didasarkan atas kekhususan sebab, bukan keumuman teks;
4) Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum ayat tatkala
ditemukan pengkhusus;
5) Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan;
6) Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah swt. ke dalam
hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;
7) Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin menguatkan
keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang mendengarkan ayat
Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.15
BAB III :
15
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 213.
PENUTUP
a) Kesimpulan
Setelah mengetahui dan memahami apa yang telah disampaikan di atas, maka mutlak lah
ilmu asbabun nuzul sebagai alat bantu yang penting dalam menafsirkan Alquran sehingga
tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran.
DAFTAR PUSTAKA
al-Qaththan, Manna Khalil. 2011. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa.
Anwar, Rosihon. 2013. Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Anshori. 2013. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:
Rajawali Press.
Suwa, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Imam Asy-Syuyuthi, Asbabun Nuzul
Al-Qur’an Al-karim