Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASBABUN NUZUL

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

Studi Al Qur’an

Dosen Pembimbing :

Dr. H. Mu’min Firmansyah, M. H. I

Disusun Oleh :

Kelompok 01

Ilyana Ilmi Sholihah (21202011)

Andi Muhtar (21202012)

M. Khaqul Firdaus Khaqiqi (21202129)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) KEDIRI

2022-2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan” rahmat dan karunia-Nya, sehinnga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Studi Al Qur’an dari
Bapak Dr. H. Mu’min Firmansyah, M. H. I dengan judul “ ASBABUN NUZUL ”.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberi arahan dan tuntunan
agar bisa menjadi rujukan bagi pembaca untuk menciptakan hal-hal yang lebih
bermakna.

Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Mu’min


Firmansyah, M. H. I selaku dosen mata kuliah Studi Al qur’an berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kediri, 28 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul..........................................................................2


B. Macam-macam Asbabun Nuzul dan Contohnya.........................................2
C. Urgensitas Mempelajari Asbabun Nuzul.....................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................8

A. Kesimpulan..................................................................................................8
B. Saran............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan untuk member petunjuk kepada manusia kearah tujuan
yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan
pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukanhal yang
telahlalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini,
tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak
peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang
memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian
mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu.
Maka Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul
itu. Hal itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengertian Asbabun Nuzul ?


2.      Apa saja macam-macam Asbabun Nuzul dan Contohnya?
3. Apa urgensitas mempelajari Asbabun Nuzul ?

C.Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Asbabun Nuzul


2. Untuk Mengetahui Macam-macam Asbabun Nuzul dan Contohnya
3. Untuk Mengetahui Urgensitas mempelajari Asbabun Nuzul

iv
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Asbab artinya “karena”, “sebab”, “lantaran”. Kemudian, nuzul mengandung
arti “turun”. Secara bahasa, asbabun nuzul didefinisikan sebagai sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Istilah ini hanya digunakan untuk sesuatu yang
berkaitan dengan sebab-sebab turunnya Al Quran . Para mufassir merumuskan
definisi asbabun nuzul sebagai berikut:
Muhammad Abdul Halim al- Zarqani, asbabun nuzul adalah suatu kejadian
yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa yang dapat
dijadikan petunjuk hukum berkenaan dengan turunnya suatu ayat. 1 Manna’ al-
Qaththan, asbabun nuzul adalah suatu yang karenanya Al-Quran diturunkan, sebagai
penjelas terhadap apa yang terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.2 Shubhi
Shalih, asbabun nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya suatu ayat atau
beberapa ayat, atau suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat sebagai
jawaban, atau sebagai penjelasan terjadinya suatu peristiwa.3

Al Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW. Secara


berangsur-angsur dalam masa lebih kurang 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan untuk
memperbaiki akidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang
dari kebenaran. Karena itu, dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan
kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur’an.

Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat adakalanya
berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat-ayat atau
beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa
tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu.4

B. Macam Macam Asbaabun nuzul


1. Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa umum
Bentuk sebab turunnya ayat sebagai tanggapan terhadap suatu peristiwa,
misalnya riwayat Ibn Abbas bahwa Rasulullah pernah ke al-Bathha, dan ketika
turun dari gunung beliau berseru: “Wahai para sahabat, berkumpullah!” ketika
melihat orang-orang Quraisy yang juga ikut mengelilinginya, maka beliau pun
bersabda: “apakah engkau akan percaya, apabila aku katakana bahwa musuh

1 Abdul Aziz Dahlan dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I, h. 133.

2 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 95.

3 Shubhi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 173-174.

4 Ahmad Syadali, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 89.

v
tengah mengancam dari balik punggung gunung, dan mereka bersiap-siap
menyerang, entah di pagi hari ataupun di petang hari?” mereka menjawab: Ya,
kami percaya, wahai rasulullah! Kemudian nabi melanjutkan, “dan aku akan
jelaskan kepadamu tentang beberapa hukuman,” maka Abu Lahab berkata:
“apakah hanya beberapa masalah seperti ini engkau kumpulkan kami, wahai
Muahammad?” Maka Allah kemudian menurunkan QS. al-Lahab (111): 1-5,

ٍ َ‫َّت يَد َۤا اَبِ ْي لَه‬


َّ‫ب َّوتَب‬ َ ‫ َم ۤا اَ ْغ ٰنى َع ْنهُ َما لُهٗ َو َما َك َس‬, ‫ب‬
ْ ‫  تَب‬,‫ب‬ ٍ َ‫َسيَصْ ٰلى نَا رًا َذا تَ لَه‬

ِ َ‫وَّا ْم َراَ تُهٗ  ۗ  َح َّما لَةَ ْال َحط‬


‫ب فِ ْي ِج ْي ِدهَا َح ْب ٌل ِّم ْن َّم َس ٍد‬

"Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal." "Binasalah kedua tangan
Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!" "Tidaklah berguna baginya hartanya dan
apa yang dia usahakan." "Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak
(neraka)." "Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah)."

2. Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa Khusus


Sebagai sebab turunnya ayat sebagai tanggapan atas suatu peristiwa
khusus adalah turunnya QS. al-Baqarah (2)

3. Sebagai jawaban terhadap pertanyaan kepada Nabi


Asbab al-nuzul lainnya ada dalam bentuk pertanyaan kepada Rasulullah,
seperti turunnya QS. al-Nisa’ (4 ):11

ً‫َت َوا ِح َدة‬ ْ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما تَ َركَ  ۚ  َواِ ْن َكا ن‬ َ ْ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ۤ ْي اَوْ اَل ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْي ِن ۚ فَا ِ ْن ُك َّن نِ َسٓا ًء فَو‬
ِ ْ‫يُو‬
ُ ‫ك اِ ْن َكا نَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَهٗۤ اَبَ ٰوهُ فَاِل‬ ُ ْ ُ
َ ‫فَلَهَا النصْ  ۗ وَاِل بَ َو ْي ِه لِكلِّ َوا ِح ٍد ِّمنهُ َما ال ُّسدسُ ِم َّما تَ َر‬
َ ُ‫ف‬ ِّ
َ‫ص ْي بِهَ ۤا اَوْ َد ْي ٍن  ٰۗ ابَٓا ُؤ ُك ْم َواَ ْبنَٓا ُؤ ُك ْم ۚ اَل تَ ْدرُوْ ن‬ ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ِ ‫ث ۗ فَا ِ ْن َكا نَ لَهٗۤ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬ ُ ُ‫ِّم ِه الثُّل‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ضةً ِّمنَ ِ ۗ اِ َّن َ َكا نَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬ َ ‫اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَـ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِر ْي‬

"Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian


warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan
bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang
jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh
setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-
masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal)
mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika
dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat
yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 11)

Ayat tersebut turun untuk memberikan jawaban secara tuntas terhadap


pertanyaan Jabir kepada Nabi, sebagaimana diriwayatkan Jabir:”Rasulullah dating

vi
bersama Abu Bakar, berjalan kaki mengunjungiku (karena sakit) di perkampungan
Banu Salamah. Rasulullah saw menemukanku dalam keadaan tidak sadar,
sehingga beliau meminta agar disediakan, kemudian berwudhu, dan memercikkan
sebagian pada tubuhku. Lalu aku sadar, dan berkata : “Ya Rasulullah ! apakah
yang Allah perintahkan bagiku berkenaan dengan harta benda milikku ?” Maka
turunlah ayat diatas.

4. Sebagai jawaban dari pertanyaan Nabi


Salah satu bentuk lain adalah Rasulullah saw. Mengajukan pertanyaan,
seperti QS. Maryam (19) : 64,

‫ك نَ ِسيًّا‬ َ ِ‫ك ۚ لَهٗ َما بَ ْينَ اَ ْي ِد ْينَا َو َما خَ ْلفَنَا َو َما بَ ْينَ ٰذل‬
َ ُّ‫ك ۚ  َو َما َكا نَ َرب‬ َ ِّ‫ و َما نَتَنَ َّز ُل اِاَّل بِا َ ْم ِر َرب‬
َ

"Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-
Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang
ada di antara keduanya, dan Tuhanmu tidak lupa."(QS. Maryam 19: Ayat 64)

Ayat tersebut turun untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan nabi,


sebagaimana diriwayatkan Ibn Abbas bahwa Rasululah bertanya kepada Malaikat
Jibril, “Apa yang menghalangi kehadiranmu, sehingga lebih jarang muncul
ketimbang masa-masa sebelumnya ?” Maka turunlah ayat diatas.

5. Sebagai tanggapan atas pertanyaan yang bersifat umum


Dalam bentuk lain, ayat-ayat al-Quran diturunkan dalam rangka memberi
petunjuk perihal pernyataan bersifat umum, yang muncul dikalangan sahabat
Nabi, seperti turunnya QS. al-Baqarah (2):222

‫ت ِر ْزقًا لَّـ ُك ْم ۚ فَاَل تَجْ َعلُوْ ا‬


ِ ‫ض فِ َرا ًشا وَّا ل َّس َمٓا َء بِنَٓا ًء ۖ  َّواَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َمٓا ِء َمٓا ًء فَا َ ْخ َر َج بِ ٖه ِمنَ الثَّ َم ٰر‬
َ ْ‫الَّ ِذيْ َج َع َل لَـ ُك ُم ااْل َ ر‬
َ‫هّٰلِل ِ اَ ْندَا دًا َّواَ ْنـتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬

"(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit


sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu,
janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu
mengetahui."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 22)

Ayat ini turun perihal pertanyaan yang bersifat umum dari kalangan
sahabat Nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh Tsabit dari Anas bahwa dikalangan
Yahudi, apabila wanita mereka sedang haid, mereka tidak akan bersama wanita
tersebut, atau juga tidak tinggal serumah.Para sahabat yang mengetahui masalah
itu kemudian bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang hal ini, maka turunlah ayat
diatas.

6. Sebagai tanggapan terhadap orang-orang tertentu


Kadangkala ayat-ayat al-Quran turun untuk menanggapi keadaan tertentu
atau orang-orang tertentu, seperti turunnya QS. al-Baqarah (2):196

vii
ُ ‫ۚ واَل تَحْ لِقُوْ ا ُرءُوْ َس ُك ْم َح ٰتّى يَ ْبلُ َغ ْالهَ ْد‬ ‫هّٰلِل‬
‫ي َم ِحلَّهٗ  ۗ فَ َم ْن َكا‬ َ  ‫ي‬ ِ ‫صرْ تُ ْم فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬
ِ ْ‫َواَ تِ ُّموا ْال َح َّج َوا ْل ُع ْم َرةَ ِ ۗ فَا ِ ْن اُح‬
‫ُك ۚ فَا ِ َذ ۤا اَ ِم ْنتُ ْم ۗ فَ َم ْن تَ َمتَّ َع بِا ْل ُع ْم َر ِة اِلَى‬
ٍ ‫ص َدقَ ٍة اَوْ نُس‬ َ ْ‫صيَا ٍم اَو‬ ِ ‫نَ ِم ْن ُك ْم َّم ِر ْيضًا اَوْ بِ ٖ ۤه اَ ًذى ِّم ْن َّرْأ ِس ٖه فَفِ ْديَةٌ ِّم ْن‬
 ۗ ٌ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِملَة‬ َ ‫صيَا ُم ثَ ٰلثَ ِة اَيَّا ٍم فِى ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة اِ َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْل‬
ِ َ‫ي ۚ فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬ِ ‫ْال َح ِّج فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬
‫هّٰللا‬ ۤ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ض ِرى ْال َم ْس ِج ِد ْال َحـ َرا ِم ۗ  َوا تَّقُوا َ َوا ْعلَ ُموْ ا اَ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ ِ ‫ٰذلِكَ لِ َم ْن لَّ ْم يَ ُك ْن اَ ْهلُهٗ َحا‬

"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika
kamu terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat,
dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa,
bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, maka barang
siapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib menyembelih) hadyu yang
mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa
tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itu seluruhnya
sepuluh (hari). Demikian itu, bagi orang yang bukan penduduk Masjidilharam.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-
Nya."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 196)

Ka’b ibn Ujrah meriwayatkan bahwa ayat diatas turun berkenaan dengan
pelaksanaan haji dan umrah. Jika ada seseorang yang merasa sakit aau ada
gangguan dikepala, maka diberikan kemudahan baginnya. Ka’b ibn Ujrah sendiri
merasakan ada masalah dengan kutu-kutu yang banyak kepalanya, lalu ia
sampaikan kepada nabi, dan nabi mejawab : Cukurlah rambutmu dan gantikanlah
dengan berpuasa tiga hari, atau menyembelih hewan kurban, atau memberi makan
untuk enam orang miskin, untuk masing-masing orang miskin satu sha.

7. Beberapa sebab tapi satu wahyu


Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,
misalnya turunnya QS. At-Taubah (9): 113

Ayat di atas turun untuk menanggapi peristiwa peristiwa wafatnya paman


Rasulullah saw. Abu Thalib, hingga Allah akan melarang hal tersebut. Dalam
kisah yang lain di ceritakan bahwa pada suatu saat para sahabat khususnya Umar
ibn al-Khattab menemukan Rasulullah meneteskan air mata ketika berziarah
kubur. Rasul menerangkan bahwa beliau sedang mengziarahi makam ibundanya,
dan memohon kepada Allah agar diperkenankan menziarahinya, dan memohon
ampunan bagi ibunya. Sebab itulah sehingga ayat tersebut diturunkan.

8. Beberapa wahyu tetapi satu sebab


Ada lagi beberapa ayat yang diturunkan untuk menanggapi satu peristiwa,
misalnya ayat-ayat diturunkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Ummu
Salamah, yakni mengapa hanya lelaki saja yang disebut dalam al-Quran, yang
diberi ganjaran. Menurut Al-hakim dan Tarmidzi, pertanyaan itu menyebabkan
turunnya tiga ayat.Yaitu QS. al-Imran (3):195, QS. al-Nisa (4):32, QS. al-Ahzab
(33):35.

viii
‫ْض ۚ فَا لَّ ِذ ْينَ هَا َجرُوْ ا َواُ ْخ ِرجُوْ ا‬ ۢ ُ ‫ض ْي ُع َع َم َل عَا ِم ٍل ِّم ْن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى ۚ بَ ْع‬ ِ ُ‫ب لَهُ ْم َربُّهُ ْم اَنِّ ْي اَل ۤ ا‬
ٍ ‫ض ُك ْم ِّم ْن بَع‬ َ ‫فَا ْستَ َجا‬
ٰ ٰ
ٍ ّ‫ِم ْن ِديَا ِر ِه ْم َواُ وْ ُذوْ ا فِ ْي َسبِ ْيلِ ْي َو ٰقتَلُوْ ا َوقُتِلُوْ ا اَل ُ َكفِّ َر َّن َع ْنهُ ْم َسيِّاتِ ِه ْم َواَل ُ ْد ِخلَنَّهُ ْم َجن‬
َ ‫ت تَجْ ِريْ ِم ْن تَحْ تِهَا ااْل‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ْن ٰه ُر ۚ ثَ َوا بًا ِّم ْن ِع ْن ِد ِ ۗ  َو ُ ِع ْند َٗه ُحسْنُ الثَّ َوا‬
‫ب‬

"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan


berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal
di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
(keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan
mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai
pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat
195)
‫ضل هّٰللا ُ به ب ْعض ُكم ع َٰلى بعْض ۗ للرِّجا ل نَصيْبٌ مما ا ْكتَسبُوْ ا ۗ وللنِّسٓاء نَصيْبٌ مما ا ْكتَس ْبنَ  ۗ وسَْئـلُوا هّٰللا‬
َ َ َ َّ ِّ ِ ِ َ َِ َ َّ ِّ ِ ِ َ ِ ٍ َ ْ َ َ ِٖ َ َّ َ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ا َما ف‬
‫ِم ْن فَضْ لِ ٖه ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكا نَ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ًما‬

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian
dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa
yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 32)
ٰ ‫صبِ ِر ْينَ َوا‬
ِ ‫لصّ بِ ٰر‬
‫ت‬ ّ ٰ ‫ت َوا ل‬ِ ‫ص ِد ٰق‬
ّ ٰ ‫ص ِدقِ ْينَ َوا ل‬
ّ ٰ ‫ت َوا ل‬ِ ‫ت َوا ْل ٰقنِتِ ْينَ َوا ْل ٰقنِ ٰت‬
ِ ‫ت َوا ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َوا ْل ُمْؤ ِم ٰن‬ ِ ٰ‫اِ َّن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوا ْل ُم ْسلِم‬
ٓ
ِ ‫ت َوا ْل ٰحفِ ِظ ْينَ فُرُوْ َجهُ ْم َوا ْل ٰحـفِ ٰظ‬
‫ت‬ ّ ٰ ‫ت َوا لصَّٓاِئ ِم ْينَ َوا ل‬
ِ ٰ‫صِئم‬ ِ ‫صد ِّٰق‬
َ َ‫ص ِّدقِ ْينَ َو ْال ُمت‬
َ َ‫ت َوا ْل ُمت‬ ِ ‫َوا ْل ٰخ ِش ِع ْينَ َوا ْل ٰخ ِش ٰع‬
‫هّٰللا‬
‫ت ۙ اَ َع َّد ُ لَهُ ْم َّم ْغفِ َرةً َّواَجْ رًا َع ِظ ْي ًما‬ ّ ‫َوا ٰ ّلذ ِك ِر ْينَ هّٰللا َ َكثِ ْيرًا َّو‬
ٰ
ِ ‫الذ ِك ٰر‬

"Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan


mukmin, laki laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."(QS. Al-
Ahzab 33: Ayat 35)

Maka ketika menelaah dan menganalisis sebab turunnya suatu ayat; kasus
atau peristiwa, pelaku peristiwa, tempat peristiwa dan adanya waktu peristiwa
adalah sesuatu yang tak bisa luput dan lepas dari perhatian. Namun yang perlu
diingat, meski menempati posisi yang sangat urgen, hubungan antara teks dan
realitas dalam kajian asbabun nuzul di sini bukanlah dimaksudkan sebagai
hubungan sebab-akibat (kausalitas). Hal ini tercermin dalam pendapat al-Zarqani
yang mengelompokkkan asbabun nuzul ke dalam dua bagian, yaitu:

ix
a. Ayat yang diturunkan tanpa ada peristiwa yang terjadi, ibtida’i. Ketika
diturunkan oleh Allah, ia semata-mata merupakan bentuk petunjuk bagi
manusia. Misalnya, QS. Al-‘Alaq: 1-5, al-Fatihah dll.
b. Ayat yang diturunkan berkaitan dengan sebab khusus atau peristiwa tertentu,
nuzul bi sabab. Misalnya; QS. Al-Nisa’ (wanita), al-Anfal (perang), al-Thalaq
(talak) dll. 5

C. Urgensitas Mempelajari Asbabun Nuzul


1. Mengetahui hikmah diundangkanya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap
kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya
kepada umat.
2. Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi,
bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.
3. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas
pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi
pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
4. Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Qur’an dan
menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.
5. Sebab nuzul dapat menerangkan tentang siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat
tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan
perselisihan.6

BAB III
5 Abdul Aziz Dahlan dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I, h. 134. Husain Shahab, “Mengenal Asbab al-
nuzul” dalam Sukardi KD. (ed.), Belajar Mudah Ulumul Quran; Studi Khazanah Ilmu Quran (Cet. I;
Jakarta: Lentera, 2002), h. 126-127.

6 Abdul Aziz Dahlan dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I, h. 134. Husain Shahab, “Mengenal Asbab al-
nuzul” dalam Sukardi KD. (ed.), Belajar Mudah Ulumul Quran; Studi Khazanah Ilmu Quran (Cet. I;
Jakarta: Lentera, 2002), h. 126-127.

x
PENUTUP

A. Kesimpulan

Asbabun nuzul adalah sesuatu hal yang dikarenanya Qur’an diturunkan untuk
menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun
pertanyaan. Ilmu asbabun nuzul yang sangat besar pengarunya dalam memahami makna ayat-
ayat Al-Qur’an yang mulia. Selain itu, dengan adanya asbabun nuzul dapat mempermudah
kaidah hukum yang belum jelas dalam Al-Qur’an sehingga mudah untuk dipahami.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah Studi Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Studi Qur’an, untuk mengetahui lebih jauh,
lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat
membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulisanya hanya
membahas lebih dalam tentang asbabun nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah
selanjutnya sangat diharapkan.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya

Dahlan, Abdul Aziz, dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I, Cet. I; Jakarta: Ichtiar
Baru

Van Hoeve, 1996.

Shaleh, Shubhi, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Tim Pustaka

Firdaus dengan judul, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran, Cet.IX; Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2004.

al-Qaththan, Mannna’, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh H. Aunur

Rafiq el-Mazni dengan judul, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Cet. I; Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2006.

Syadali, Ahmad, 2000, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.

xii

Anda mungkin juga menyukai