Anda di halaman 1dari 9

ILMU ASBAB AN NUZUL

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Perkuliahan Ulumul Qur’an

Oleh Kelompok:
Suriansyah (210603072)
Try Ayu Warni (210603070)

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan makala ”ILMU ASBAB AN NUZUL” . Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1. Latar Belakang.........................................................................................................4
2. Rumusan Masalah....................................................................................................4
3. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
1. pengertian asbab an nuzul........................................................................................5
2. Macam macam asbab an nuzul................................................................................6
3. Urgensi asbab an nuzul............................................................................................7
4. Kaidah dan riwayat asbab an nuzul.........................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul merupakan hal penting apabila kita hendak memahami
al-Qur’an Pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul merupakan salah satu syarat yang harus
dikuasai oleh para ulama yang hendak menafsirkan al-Qur’an di samping ilmu ilmu lainnya.
Karena dengan mengetahui asbab al nwul akan mengantarkan kita pada pengetahuan tentang
makna-makna dan maksud-maksud al-Qur’an serta mengetahui kejadian-kejadian yang
menyertai turunnya sebuah ayat. Selain itu juga untuk mengetahui di balik hikmah
pembentukan hukum syara dan menghilangkan persangkaan yang sempit mengenai makna
sebuah ayat. Ibnu Taimiyah juga menegaskan bahwa mengetahui Asbab al-Nuzul akan
mengantarkan pada pengetahuan tentang musabbab

B.Rumusan Masalah
 Apa pengertian Asbab an nuzul?
 Apa macam macam asbab an nuzul?
 Bagaimana urgensi asbab an nuzul?
 Bagaimana kaidah periwayatan asbab an nuzul?

C.Tujuan
 Mahasiswa dapat pengertian asbab an nuzul.
 Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam asbab an nuzul..
 Mahasiswa dapat Mengetahui urgensi asbab an nuzul.
 Mahasiswa dapat Mengetahui kaidah dan riwayat asbab an nuzul.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian asbab an nuzul
Kata Asbabun-Nuzul terdiri atas kata asbab dan an-nuzul. Asbab adalah kata jamak (plural) dari kata
mufrad (tunggal), sabab yang secara etimologis berarti sebab atau alasan. Yang dimaksud Nuzul di
sini ialah penurunan AL-Qur’an dari Allah Swt Kepada Nabi Muhammad Saw Melalui perantaraan
malaikat jibril.
Jadi abab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu ayat atau beberapa ayat al-qur’an
yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-
hukum ketika peristiwa itu terjadi.
Asbābun Nuzūl (Arab: ‫اسباب النزول‬, Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-Qur’an yang
membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur’an
diturunkan. ... Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di
balik kisah diturunkannya suatu ayat.
B. Macam macam asbab am nuzul
1. Ta’addud Al-Ashbab Wa Al-Nazil Wahid

Ta’addud al-ashbab wa al-nazil wahid adalah beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya
satu ayat atau wahyu. Dalam hal ini, turunnya wahyu bertujuan untuk menanggapi beberapa peristiwa
atau sebab. Contohnya dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4:

َّ ‫ هّٰللَا ُ ال‬١ – ‫قُلْ هُ َو هّٰللا ُ اَ َح ۚ ٌد‬


٤ - ࣖ ‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا اَ َح ٌد‬٣ – ‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُوْ لَ ۙ ْد‬٢ – ‫ص َم ۚ ُد‬

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala
sesuatu.(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia.”
Ayat-ayat tersebut diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik Mekkah sebelum
Rasulullah SAW melakukan hijrah. Ayat tersebut juga diturunkan kepada kaum ahli kitab yang
ditemui di Madinah setelah Rasulullah SAW hijrah.

2. Ta'adud An-Nazil Wa Al-Asbab Wahid

Ta'adud an-nazil wa al-asbab wahid adalah satu sebab yang melatarbelakangi beberapa ayat.
Contohnya terdapat pada surat Ad-Dukhan ayat 10,15, dan 16. Allah SWT berfirman:

ٍ َ‫فَارْ تَقِبْ يَوْ َم تَْأتِى ال َّس َم ۤا ُء بِدُخ‬


١٠ - ‫ان ُّمبِ ْي ٍن‬

Artinya: "Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas," (QS.
Ad-Dukhan: 10).

١٥ - َ‫ب قَلِ ْياًل اِنَّ ُك ْم ع َۤا ِٕى ُدوْ ۘن‬


ِ ‫اِنَّا َكا ِشفُوا ْال َع َذا‬

Artinya: "Sungguh (kalau) Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan kembali
(ingkar)." (QS. Ad-Dukhan: 15).
ْ َ‫يَوْ َم نَب ِْطشُ ْالب‬
١٦ - َ‫ط َشةَ ْال ُكب ْٰر ۚى اِنَّا ُم ْنتَقِ ُموْ ن‬

Artinya: "(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan keras. Kami pasti
memberi balasan." (QS. Ad-Dukhan: 16).

Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada Nabi
Muhammad SAW. Lalu Beliau berdoa agar mereka (kaum Quraisy) mendapatkan kelaparan
sebagaimana pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf AS. Maka, Allah SWT menurunkan
penderitaan kepada kaum Quraisy sehingga turunlah QS. Ad-Dukhan ayat 10.

Kemudian, para kaum Quraisy menghadap Nabi SAW untuk meminta bantuan. Lalu,
Rasulullah SAW berdoa kepada Tuhan untuk diturunkan hujan. Allah SWT lalu menurunkan
hujan dan turunlah QS. Ad-Dukhan ayat 15.

Dan di ayat lain di jelaskan tentang larangan minum minuman keras berjudul dan lain
sebagainya sebagaimana yang terdapat pada ayat berikut :

َ‫نصابُ َوٱَأْل ْز ٰلَ ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ٱل َّش ْي ٰطَ ِن فَٱجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإنَّ َما ْٱل َخ ْم ُر َو ْٱل َم ْي ِس ُر َوٱَأْل‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang
termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”

Ayat tersebut berisi penegasan bahwa meminum khamar dan berjudi adalah perbuatan setan
yang harus dijauhi. Rasulullah mendefinisikan khamar sebagai segala sesuatu yang
memabukkan, hukumnya adalah haram. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW
bersabda,

“setiap yang memabukkan adalah khamar, dan setiap khamar adalah haram.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Khamar dan berbagai macam jenis judi disebut sebagai dosa besar. Meskipun memiliki
manfaat, namun mudharatnya lebih banyak. Khamar dapat menghilangkan kesadaran
seseorang. Sedangkan judi membuat orang merugi atau mendapatkan keuntungan tanpa
usaha. Tentu itu bertolak belakang dengan prinsip keseimbangan dan keadilan dalam Islam.

C. Urgensi Asbabul-Nuzul
Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh
untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an. Pemahaman asbab an-nuzul akan sangat
membantu dalam memahami konteks turunnya suatu ayat. Mengetahui “asbabun nuzul”
sangat besar pengaruhnya dalam memahami makna ayat yang mulia. Oleh sebab itu, para
ulama sangat berhati-hati dlaam memahami “asbabun nuzul” sehingga banyak di antara
mereka yang menulis tentang itu. Di antara, yang terdahulu ialah Ali Al-Madaniyyi (guru
Imam Bukhori r.a.).

Mengingat berapa pentingnya “asbabun nuzul”, maka bisa kita katakan bahwa sebagian
ayat tidak mungkin bisa diketahui makna-makna atau diambil hukum darinya sebelum
mengetahui secara pasti tentang “asbabun nuzul”nya. Contoh ayat:
Artinya: “kepunyaan Allah timur dan barat, ke mana kamu menghadapkan muka, di sana
kiblat (yang disukai) Allah. Sesungguhnya Allah luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah:115)

Kadang terjadi pemahaman seolah0lah ayat itu memperbolehkan salat menghadap kepada
selain kiblat (Ka’bah), padahal pemahaman seperti itu salah. Karena menghadap kiblat itu
termasuk syarat sahnya salat. Namun dengan mengetahui “sebab turunnya ayat”, maka
pemahaman menjadi jelas. Sesungguhnya ayat itu turun dalam kaitannya dengan orang yang
dalam bepergian. Di mana ia kehilangan kiblat, tidak tahu arahnya.

D. Kaidah-Kaidah periwayatan Asbabun-Nuzul


Peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan riwayat asbab an-nuzul.
Turunnya suatu ayat al-Qur’an. Di dalam memahami kaidah periwayatan asbab an nuzul
dibagi atas kekhususan penyebabnya”.
Pengertiannya adalah jawaban lebih umum dari pertanyaan atau sebab –nya. Dan sebab lebih
khusus menjadi dua yaitu :
1. Kaidah ‫ب‬ ِ ْ‫ْا ِلعب َْرةُ بِ ُع ُموْ ِم اللَّ ْف ِظ اَل بِ ُخصُو‬
ِ َ‫ص ال َّسب‬
Yang berarti : “ungkapan suatu ayat itu didasarkan pada keumuman teksnya, bukan
didasarkan
dari pada lafadz jawabnya. Jumhur ulama berpendapat bahwa hukumnya mencakup semua
unsur dari lafadz tersebut, baik unsur-unsur sebab maupun unsur-unsur selain sebab. Sebagai
contoh, peristiwa tuduhan zina oleh Hilal ibn Umayyah kepada istrinya, yang berkenaan
dengan peristiwa itu, turun firman Allah SWT :
Penetapan makna suatu ayat didasarkan pada bentuk hukumnya lafazh (bunyi lafazh), bukan
sebabnya yang khusus).
Contoh kaidah pertama : Firman Allah, Surat An-Nur ayat 6:

Dan orang-yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi
selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan
nama Allah, bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. [Q.S. An-
Nur: 6].

Dan juga di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari sahl bin
Sa’d, ia berkata: Uwaimir bin Nash datang kepada ‘Ashim bin ‘Uddai, lalu berkata, Tanyakan
kepada Rasulullah SAW. Bila seorang mendapatkan isterinya bermesraan dengan lelaki lain,
maka dibunuh saja atau bagaimana?”. Setelah ‘Ashim bertanya kepada Rasulullah SAW., lalu
bilang kepada Uwaimir, “Demi Allah, aku telah datang dan bertanya kepada Rasulullah dan
beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Al-Qur’an telah diturunkan kepadamu dan temanmu’, lalu
beliau membaca ayat (yang artinya): “Orang-orang yang menuduh isterinya dengan berzinah,
tapi mereka tidak mempunyai saksi-saksi kecuali dirinya sendiri...” ( QS. An-Nur: 6)

Maka cara untuk menyatukan dua riwayat tersebut dapat kita kemukakan bahwa riwayat yang
awal menyangkut orang yang dituju langsung oleh turunnya ayat (Hilal), yang kebetulan
bersamaan dengan datangnya Uwaimir, maka kemudian ayat turun pada keduannya. Ini sesuai
dengan kata Ibnu Hajar: “Tidak mengapa ada banyak sebab”.

2. Kaidah kedua menyatakan sebaliknya : ‫ب اَل بِ ُع اللَّ ْف ِظ‬ ِ ْ‫ْال ِعب َْرةُ بِ ُخصُو‬
ِ َ‫ص ال َّسب‬
Yang artinya (yang menjadi patokan adalah sebab khusus, bukan keumuman lafal).
Kaidah ini berkaitan dengan permasalahan apakah ayat yang diturunkan Allah SWT
berdasarkan sebab khusus yang harus dipahami sesuai dengan lafal keumuman ayat tersebut
atau hanya terbatas pada sebab khusus yang melatar belakangi turunnya ayat itu. Dalam
masalah tersebut, terdapat perbedaan pendapat dikalangan mufasir dan ahli ushul fiqh, kaidah
yang dipakai adalah kaidah pertama, yaitu memahami ayat sesuai dengan keumuman lafalnya,
bukan karena sebab khususnya.

Contoh penerapan kaidah kedua: Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 115:

Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situ-lah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas Rahmat-Nya, lagi Maha Mengetahui. (Al-
Baqarah: 115).
Jika dalam memahami ayat 115 ini kita tetapkan kaidah pertama, maka dapat
disimpulkan, bahwa shalat dapat dilakukan dengan menghadap kearah mana saja, tanpa
dibatasi oleh situasi dan kondisi di mana dan dalam keadaan bagaimana kita shalat.
Kesimpulan demikian ini bertentangan dengan dalil lain(ayat) yang menyatakan, bahwa
dalam melaksanakan shalat harus menghadap ke arah Masjidil-Haram. Sebagaimana
ditegaskan dalam firman Allah:

“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah: 149)”

Akan tetapi, jika dalam memahami Surat Al-Baqarah ayat 115 diatas dikaitkan dengan
Asbabun nuzulnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah, bahwa menghadap ke arah
mana saja dalam shalat adalah sah jika shalatnya dilakukan di atas kendaraan yang sedang
berjalan, atau dalam kondisi tidak mengetahui arah kiblat (Masjidil Haram).
BABA III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Asbabun Nuzul merupakan sarana yang sangat penting bagi mufassir untuk mengkaji
Al-Qur’an, bahkan sebuah keharusan bagi mufassir untuk menguasai cabang ilmu tersebut.
Asbabun nuzul itu merupakan sebab-sebab beberapa ayat Qur’an diturunkan untuk
menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun
pertanyaan serta memiliki faedah didalamnya. Asbabun Nuzul tidak hanya menerangkan ayat
yang memiliki kejadian pada saat itu, namun terkadang merupakan cerita kejadian dimasa
mendatang, karena semua itu erupakan rahasia Allah Swt.

B.Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian. Apabila terdapat saran maupun kritik yang sekiranya ingin disampaikan, silahkan
disamaikan kepada kami. Apabila terapat kesalahan mohon untuk memaafkan, kami manusia
tak ada yang sempurna yang tak luput dari kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai