Anda di halaman 1dari 11

KEKUASAAN KEWENANGAN DAN LEGITIMASI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas
Sosiologi Politik

Oleh :
ZULKARNAEN (210603079)
RANDI MATRIANSA (210603082)
AHMAD MUZANI (210603078)
LAELATUL ASRO (210603081)

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa karena berkat kasih karuniaNya, penulis
dapat menyelesaikan makalah berjudul Kekuasaan Kewenangan Dan Legitimasi.
Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Sosiologi Politik. Dalam
proses penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni
dengan referensi Buku-Buku atau Jurnal Sosiologi Politik yang membahas tentang
kekuasaan kewenangan dan legitimasi. Masih banyak kekurangan yang terdapat di
makalah, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperkaya isi
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca dan berguna untuk kita semua.

Mataram,26 September 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................. 2
B. Rumusan masalah ........................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 4
A. KEKUASAAN ............................................................................ 5
1. Pengertian .............................................................................. 6
2. Sumber kekuasaan ................................................................. 7
3. Unsur-unsur kekuasaan ......................................................... 8
4. Penerapan kekuasaan ............................................................ 9
B. KEWENANGAN ........................................................................ 10
1. Pengertian .............................................................................. 11
2. Sumber kewenangan ............................................................. 12
3. Peralihan kewenangan ........................................................... 13
C. LEGITIMASI .............................................................................. 14
1. Pengertian .............................................................................. 15
2. Obyek legistimasi .................................................................. 16
3. Kadar legistimasi ................................................................... 17
4. Cara mendapatkan legistimasi............................................... 18
5. Manfaat legistimasi ............................................................... 19
BAB III PENUTUP ................................................................................ 20
A. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. KEKUASAAN
1. Pengertian
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi tingkah laku orang lain sehingga tingkah lakunya menjadi
sesuai dengan keinginan/tujuan seseorang atau sekelompok orang yang
mempunyai kekuasaan tersebut. (Miriam budiarjo)
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan
sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari
orang-orang atau golongan-golongan tertentu. (max webber)
Kekuasaan adalah hasil pengaruh yang diinginkan seseorang atau
sekelompok orang. Kekuasaan merupakan konsep kuantitatif, karena dapat
dihitung hasilnya. Misalnya berapa luas wilayah kekuasaannya, berapa
banyak orang yang berhasil dipengaruhi, berapa lama berkuasa dan lain-
lain. (inu kencana syafiie)
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan
umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai
dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan itu sendiri. Kekuasaan politik
merupakan bagian kekuasaan sosial yang fokusnya ditujukan kepada
pengendalian negara terhadap tingkah laku sosial masyarakat, ketaatan
masyarakat, dan mempengaruhi aktivitas negara dibidang administratif,
legislatif, dan yudikatif.1
2. Sumber kekuasaan
a) Legitimate power. Kekuasaan yang berasal dari pengangkatan.
Contohnya, camat diangkat oleh kepala daerah. Termasuk
pengangkatan seorang putera mahkota(pangeran) untuk menjadi
raja.
b) Coersive power. Kekuasaan yang berasal dari hasil kekerasan.
Contohnya, hasil kudeta, pemberontakan, pembunuhan politik, dan
revolusi. Seperti jatuhnya presiden marcos di philipina oleh corazon
aquino lewat people power dan jatuhnya kekaisaran louise di
perancis, ditandai dengan penyerbuan ke penjara bastille dan
pemotongan kepala keluarga kerajaan.

1
Prof. Dr. Damsar. Pengantar sosiologi politik. 2010. Hal. 65-74
Elly M. Setiadi Usman Kolip. Pengantar sosiologi politik 2013 Hal.13
c) Expert power. Perolehan kekuasaan yang berasal dari keahlian.
Misalnya, dokter yang diangkat menjadi kepala rumah sakit, tentara
yang diangkat dan diberi kewenangan dibidang pertahanan dan
keamanan dan lainnya.
d) Reward power. sumber kekuasaan yang berasal dari pemberian.
Misalnya, tuan tanah yang kaya raya akan dituruti perintahnya oleh
para pekerja selama tuan tanah tersebut memberikan gaji/upah.
Apabila tidak tidak ada gaji/upah sebagai bentuk pemberian, maka
pekerja tidak akan bekerja atau menuruti perintah tuan tanah.
e) Reverent power. sumber kekuasaan yang berasal dari daya Tarik
atau kharisma.
Misalnya, kekaguman orang kepada bung karno, orator ulung,
pidato berapi-api, pandai membangkitkan semangat rakyat sehingga
dia dipilih menjadi presiden. Kekaguman orang kepada soeharto, the
smilling general dan kepiwaiannya membangun sehingga dipilih
menjadi presiden.2
3. Unsur-unsur kekuasaan
a) Wewenang adalah kekuasaan yang resmi, mengandung
keabsahan(legitimacy), melalui suatu proses pengankatan, adanya
surat tugas. Keabsahan adalah konsep bahwa kedudukan seseorang
atau sekelompok penguasa diterima baik oleh masyarakat, karena
sesuai dengan azas-azas dan prosedur yang berlaku dan dianggap
wajar.
b) Paksaan yakni adanya tekanan atau ancaman atau tuntutan untuk
melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak inginkan. hal ini sesuai
dengan teori obedience, yang definisinya adalah patuh, perilaku
sesorang yang disebabkan adanya tuntutan tertentu dari pihak lain
(seperti orang tua, lingkungan atau instansi pemerintah). Contohnya
tindakan premanisme yang dilakukan oleh preman pasar kepada
pedagang yang berjualan dengan memintai mereka uang secara
paksa.
c) Manipulatif adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan
penambahan, penyembunyian, penghilangan atau pengkaburan
terhadap bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-
fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem
perancangan sebuah tata sistem nilai. Manipulatif erat kaitannya
dengan cuci otak (brain wash) yang artinya adalah sebuah upaya
rekaysa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan
tertentu menjadi sebuah tata nilai baru. Contohnya penipuan pelaku
senantiasa mempengaruhi targetnya dengan berbagai cara, agar si

2
Susi Fitia Dewi, S. Sos M. Si. Ph. D Sosiologi Politik. 2017 Hlm 27
target bisa masuk kedalam jebakannya. Mereka juga menggunakan
tindakan manipulasi agar si target percaya dengan kata-katanya.
d) Kerjasama kata kerjasama adalah gabungan dari kata kerja dan
sama, yang berarti bekerja secara bersama-sama dalam mengerjakan
sesuatu dan mencapai suatu tujuan. Manfaat dari kerjasama adalah
untuk membuat suatu permasalahan pekerjaan lebih mudah.
Contohnya kerja kelompok.

4. Penerapan kekuasaan
a) Be stong approach. Dengan cara paksaan dan kekerasan. biasanya
menjalankan kekuasaan seperti ini tidak bertahan lama
b) Be good approach. Dengan cara pemanjaan pemberian dan asal
bapak senang(ABS). atasan pura pura memperhatikan bawahan
dengan berbagai pemberian, bawahan melaporkan yang baik-baik
saja atau ABS selama masih ada pemberian. Kondisi ini biasanya
tidak bertahan lama, bila atasan pemberi perintah tidak dapat
mengadakan pemberian.
c) Competition. Memotivasi bawahan(masyarakat yang diperintah)
dengan cara membuat persaingan atau mengadu mereka
antarindividu atau antarkelompok. Persaingan tersebut meliputi
kerajinan, keterampilan, prestasi, kinerja, keteladanan dan lain-lain.
d) Implicit bargaining. Memotivasi bawahan atau masyarakat melalui
perjanjian (kontrak sosial, kontrak kerja). Cara ini bisa membuat
kekuasaan bertahan (sepanjang masih bisa memenuhi kontrak
kerja/sosial) dan cepat berakhir (bila gagal memenuhi kontrak
kerja/sosial).
5. Pembagian kekuasaan
Menurut UUD NKRI 1945 (amandemen ke-4), pembagian kekuasaan
negara meliputi:
a) MPR (kekuasaan konstitutif)
b) DPR dan DPD (kekuasaan legislatif)
c) Presiden (kekuasaan eksekutif)
d) BPK (kekuasaan inspektif)
e) MA dan MK (kekuasaan yudikatif)3

3
. Jurnal David Rhomadani. Pembagian kekuasaan 2017
B. KEWENANGAN
1. Pengertian
Wewenang adalah kekuasaan yang terdapat pada seseorang karena
mendapat pengakuan atau dukungan dari masyarakat. Kewenangan
menimbulkan hak-hak tertentu pada penguasa yang memungkinkan ia
melakukan suatu kebijakan.4
Sifat dari kewenangan adalah top-down, dari penguasa ke rakyat.
Wewenang timbul karena dukungan dari rakyat yang memberikan semacam
hak bagi penguasa untuk melakukan kebijakan berkaitan dengan tugasnya.
Hubungan timbal balik ini muncul karena adanya suatu kesepahaman antara
pemimpin dengan yang dipimpin.
Kewenangan adalah kekuasaan yang memiliki keabsahan (legitimate
power), kewenangan juga bisa diartikan sebagai kekuasaan yang
dilembagakan atau diformalkan.

2. Sumber kewenangan
-Hak memerintah berasal tradisi. Artinya kepercayaan yang telah berakar
dipelihara secara terus menerus oleh masyarakat.
-Hak berasal dari tuhan, dewa, atau wahyu. Atas dasar itu hak memerintah
dianggap sakral.
-Hak memerintah masyarakat berasal dari peraturan perundang-undangan
yang mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin pemerintahan.
-Hak hak memrintah yang berasal dari sumber yang bersifat instrumental
seperti keahlian dan kekayaan.
Kelima sumber kewenangan itu disimpulkan menjadi dua tipe
kewenangan utama, yaitu kewenangan yang bersifat prosedural dan
substansi. Kewenangan yang bersifat prosedural ialah hak memerintah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang bersifat tertulis maupun
tak tertulis. Sedangkan kewenangan yang bersifat substansi ialah hak
memerintah berdasarkan faktor yang melekat pada diri pemimpin seperti
tradisi, kualitas pribadi dan instrumental.
3. Peralihan kewenangan
Menurut Paul Conn, secara umum terdapat tig acara peralihan
kewenangan, yakni secara turun temurun, pemilihan dan paksaan.
-secara turun temurun maksudnya ialah jabatan atau kewenangan itu
dialihkan dari pemegangnya yang dulu ke keturunannya.

4. Prof. Dr. Damsar Pengantar sosiologi politik


-secara pemilihan maksudnya kewenangan itu dialihkan dengan cara
pemilihan yang dilakukan secara langsung melalui badan perwakilan
rakyat, hal ini dipraktekan dalam sistem politik demokrasi.
-secara paksaan, peralihan kewenangan secara paksa dengan menggunakan
kekerasan seperti revolusi, pemberontakan, kudeta, dan ancaman
kekerasan.5

C. LEGITIMASI
1. pengertian
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap
kewenangan. Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral
pemimpin untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat
masyarakat maka kewenangan itu dikategorikan berlegitimasi. Hanya
anggota masyarakat saja yang dapat memberikan legitimasi pada
kewenangan pemimpin yang memerintah.
Legitimasi dapat dibedakan artinya dengan kekuasaan dan kewenangan.
Apabila kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
sumber-sumber yang mempengaruhi proses politik, sedangkan kewenangan
merupakan hak moral untuk menggunakan sumber-sumber yang membuat
dan melaksanakan keputusan politik(hak memerintah). Adapun legistimasi
merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral
tersebut.
2. Obyek legistimasi
Suatu sistem politik dapat apabila sistem politik secara keseluruhan
mendapatkan dukungan seperti penerimaan dan pengakuan dari masyarakat.
Menurut Easton terdapat tiga obyek dalam sistem politik yang
memerlukan legistimasi agar suatu sistem politik tidak hanya berlangsung
secara terus-menerus tetapi mampu pula mentransformasikan tuntutan
menjadi kebijakan umum, ketiga objek legistimasi ini meliputi komunitas
politik, rezim dan pemerintahan.
Sementara itu andrain menyebutkan lima obyek dalam sistem politik
yang memerlukan legistimasi agar suatu sistem tetap berlangsung dengan
fungsional, kelima objek legistimasi ini meliputi masyarakat politik,
hukum, lrmbaga politik, pemimpin politik dan kebijakan.

5
Elly M. Setiadi Usman Kolip Pengantar sosiologi politik
3. Kadar legistimasi
a) Pra legistimasi, ada dalam pemerintahan yang baru terbentuk yang
meyakini memiliki kewenangan tapi sebagian kelompok masyarakat
belum mengakuinya.
b) Berlegistimasi, yaitu Ketika pemerintah bisa meyakinkan
masyarakat dan masyarakat menerima dan menyakuinya.
c) Tak berlegistimasi, Ketika pemimpin atau pemerintah gagal
mendapat pengakuan dari masyarakat tapi pemimpin tersebut
menolak untuk mengundurkan diri, akhirnya muncul tak
berlegitimasi. Untuk mempertahankan kewenangannya biasanya
digunakan cara-cara kekerasan.
d) Pasca legistimasi, yaitu Ketika dasar legistimasi sudah berubah.

4. Cara mendapatkan legistimasi


Cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan
legistimasi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu simbolis, prosedural,
dan materil.
-pertama memanipulasi kecendrungan-kecendrungan moral, emosional,
tradisi dan kepercayaan, dan nilai-nilai budaya pada umumnya dalam
bentuk simbol-simbol.
-kedua dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materil
kepada masyarakat seperti menjamin kebutuhan dasar.
-ketiga dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan
para wakil rakyat untuk mengesahkan suatu kebijakan umum.

5. Manfaat legistimasi
a) Menciptakan stabilitas politik dan perubahan sosial.
b) Mengatasi masalah lebih cepat
c) Mengurangi penggunaan saran kekerasan fisik
d) Memperluas kesejahteraan atau meningkatkan kualitas
kesejahteraan6

6
Elly M. Setiadi Usman Kolip Pengantar Sosiologi Politik
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kewenangan.
Kewenangan adalah hak moral atau hak untuk memerintah. Legistimasi adalah
penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral.
Kekuasaan yang telah memiliki wewenang yang kemudian diakui atau
terlegistimasi, maka aka nada sebuah siklus hubungan yang saling
mempengaruhi.
Kekuasaan hanyalah sebuah bentuk kekuatan pengaruh yang tertanam pada
setiap anggota, namun tidak terstruktur atau resmi. Kekuasaan juga tidak bisa
mendorong atau memberikan hak untuk mengeluarkan perintah, membuat
peraturan, dan memberikan sanksi pada yang tidak patuh atau yang salah.
Dan sebuah wewenang itu menjadi kunci untuk bisa memberikan perintah,
dan hak lain penguasa. Ketika kekuasaan telah memiliki wewenang, aka nada
sebuah tantangan untuk bisa membuat anggota patuh, mengikuti perintah dan
aturan yang dibuat penguasa, maka harus ada sebuah keterkaitan antara
penguasa dan anggota masyarakat untuk membuat sebuah negara menjadi
tenang dan tanpa kekrasan dalam pelaksanaan kekuasaannya.
Juga dibutuhkan sebuah pengakuan atau keabsahan dari kekuasaan yang
berwenang, hal tersebut untuk menghindari kekerasan dan juga pemaksaan pada
anggota masyarakat untuk mengikuti aturan dan perintah dari penguasa.
Saran kami semoga pembaca dapat memahami ap aitu kekuasaan
kewenangan dan legistimasi. Apabila ada kesalahan dalam penulisan mohon
dimaklumi karena kita manusia tak luput dari kesalahan sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Elly M. Setiadi Usman Kolip. Pengantar Sosiologi Politik 2013


Prof. Dr. Damsar. Pengantar Sosiologi Politik 2010
Jurnal David Rhomadani. Pembagian kekuasaan 2017

Anda mungkin juga menyukai