Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang maha
mengetahui dan maha bijaksana yang telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-
Nya.Shalawat serta salam semoga tercurahkan dengan suri tauladan-Nya yang baik.

Dan segala syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan
pemikiran kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang Perjanjian Masyarakat, semuanya dirangkup dalam makalah ini, agar
pemahaman dalam permasalahan ini dapat dengan mudah dipahami, lebih singkat dan akurat.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen dalam
pembelajaran Ilmu Negara, serta menambah pengetahuan tentang materi Perjanjian Masyarakat
bagi pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapka terimakasih kepada Bapak Muh. Halwan,
S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah Ilmu Negara yang telah memberikan tugas ini kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikannya dan juga menambah pengetahuan kita semua.

Adapun yang terakhir, saya menyaadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi
perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai pembelajaran.

Wassalamu’alaikum warahmatullah hiwabarakatuh.

Makassar, September 2022

Masnaeni Bontang

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................3

A. Perjanjian Masyarakat ................................................................................................3


B. Tujuan Perjanjian Masyarakat ...................................................................................4
C. Tokoh-tokoh Teori Perjanjian Masyarakat ................................................................4
D. Perbandingan teori perjanjian masyarakat menurut pemikiran barat ........................6

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................8

A. Kesimpulan ................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teori perjanjian masyarakat ialah suatu pandangan yang melihat bahwa


kewajiban moral dan politis seseorang bergantung pada suatu kontrak atau perjanjian
diantara mereka untuk membentuk suatu komunitas masyarakat yang mereka tinggali
(Friend, n.d). Konsep teori kontrak sosial berakar pada manusia yang pada awalnya
memiliki keadaan alamiah (state of nature). Mereka tidak mempunyai pemerintahan dan
hukum yang dapat mengatur mereka sehingga hal ini menjadi batu sandungan mereka
dalam bermasyarakat.

Untuk mengatasi kesulitan dan hambatan tersebut, manusia pada akhirnya


memasuki dua perjanjian yakni Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis. Pada pakta
yang pertama, manusia mencari suatu perlindungan atas hidup dan properti mereka yang
pada akhirnya membentuk suatu komunitas masyarakat atau society dimana masyarakat
berusaha untuk saling menghormati dan hidup dalam keharmonisan. Pakta yang kedua
menerangkan bahwa manusia pada akhirnya bersatu dan berjanji untuk mematuhi suatu
otoritas dan menyerahkan sebagian ataupun seluruh hak dan kebebasan mereka pada
otoritas tersebut. Otoritas yang berwenang ini sendiri berfungsi sebagai jaminan proteksi
atas hidup, properti dan bahkan kemerdekaan masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya,
untuk menghindari hambatan akibat keadaan alamiah mereka, manusia kemudian setuju
untuk tinggal di bawah suatu hukum umum yang mengatur kontrak sosial masyarakat itu
sendiri.
Kemunculan teori perjanjian masyarakat ini ditandai dengan munculnya
rasionalisme, realisme dan humanisme dimana manusia menjadi pusatnya (Susilo,1988).
Jika ditelaah kemudian maka dalam teori kontrak sosial, manusia menjadi pusat teori dan
pihak yang berwenang dalam membuat keteraturan yang disepakati bersama guna
menjaga kestabilan keamanan negara. Kemunculan teori ini dipengaruhi oleh pemikiran
jaman pencerahan atau Renaissance. Terdapat tiga macam teori perjanjian masyarakat
yang dirumuskan oleh tiga tokoh teorisi politik jaman pencerahan yang hidup di era yang
hampir sama, yakni Thomas Hobbes dan John Locke. Tokoh-tokoh tersebut memiliki
pemikiran sama, yakni mendasarkan adanya kesepakatan atas adanya sifat manusia.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu perjanjian masyarakat?
2. Siapa saja tokoh yang mengemukakan teori perjanjian masyarakat?
3. Bagaimana perbandingan kontrak sosial dikalangan pemikir barat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui lebih jelas tentang teori perjanjian masyrakat
2. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang teori perjanjian masyarakat menurut
pemikiran-pemikiran barat
3. Mengetahui lebih lanjut perbandingan kontrak sosial di kalangan pemikiran barat

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. TEORI PERJANJIAN MASYARAKAT


Teori perjanjian masyarakat atau kontrak sosial adalah teori yg paling relevan
serta cocok, Bila kita kaitkan dengan terbentuknya negara. Teori ini ialah teori yang
paling rasional karena memiliki perkiraan bahwa terbentuknya suatu negara adalah
atas dasar kesepakatan berasal masyarakatnya. Teori kontrak sosial berkembang serta
sangat dipengaruhi oleh pemikiran pada zaman pencerahan (Enlightenment age) yang
ditandai menggunakan rasionalisme, realisme, dan kemanusiaan, yang menempatkan
manusia menjadi pengatur sebuah negara serta Berperan sebagai pusat gerak global.
keluarnya pemikiran bahwa manusia artinya sebagai asal kewenangan secara jelas
membagikan pada kita bahwa pada jaman dahulu kepercayaan terhadap manusia
untuk mengelola serta mengatasi kehidupan politik serta bernegara sudah sangat
bertenaga, Oleh karena itu masih dipelihara sampai ketika ini. Jika kita melihat pada
perkembangan sejarah yang berlangsung, pada Jaman kesadaran ini artinya kritik,
koreksi atau reaksi atas jaman sebelumnya, yaitu Jaman Pertengahan (the dark age).
Walaupun dalam pandangan sejarah seperti itu, namun pemikiran-pemikiran yg
muncul pada Jaman kesadaran tidaklah semuanya baru. seperti teori yang akan kita
bahas tuntas pada makalah ini ialah keliru satu contoh berasal teori yang memang
tidak benar-benar murni muncul di era kesadaran. Teori kontrak sosial yg
berkembang pada Jaman kesadaran ternyata secara samar-samar telah diisyaratkan
oleh pemikir-pemikir jaman-jaman sebelumnya mirip Kongfucu serta Aquinas. yang
jelas adalah bahwa pada Jaman pencerahan ini unsur-unsur pemikiran liberal
humanisme dijadikan dasar utama alur pemikiran

Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak sosial menganggap perjanjian


sebagai dasar negara dan masyarakat. Teori ini dipandang tertua dan terpenting.
Setiap perenungan mengenai negara dan masyarakat, mau tidak mau akan
menghasilkan paham-paham yang mendasarkan adanya negara dan masyarakat itu
pada persetujuan anggota-anggotanya. Persetujuan itu dapat dinyatakan secara tegas
(expressed) atau dianggap telah diberikan secara diam-diam (tacitly assumed).

3
B. TUJUAN PERJANJIAN MASYARAKAT
Tujuan Mengadakan perjanjian (pactum) / kontrak social adalah Untuk
menunjuk seorang pemimpim yang dapat menjalankan pemerintahan. Sesuai hukum
alam / sehingga juga sering Disebut teori hukum alam (theorie van het natuursrecht)
Dengan berjalannya waktu Berkembang menjadi sebuah Negara

C. TOKOH-TOKOH TEORI PERJANJIAN MASYARAKAT


a. Thomas Hobbes
Dengan penggambaran yang sangat dramatis Hobbes mengandaikan bahwa
manusia tidak sejak semula berhakikat sosial. Sebelum negara didirikan, manusia
hidup dalam keadaan pra masyarakat, yang dalam literatur filsafat disebut
"keadaan alamiah" (state of nature). Setiap individu bagi individu lain merupakan
ancaman potensial dan karena itu dimusuhi. Manusia itu selalu hidup dalam
ketakutan, yaitu takut akan diserang oleh manusia lainnya yang lebih kuat
keadaan jasmaninya. Untuk melindungi diri secara efektif, tindakan yang secara
preventif melumpuhkan atau meniadakan mush potensial akan diambil. Mau tak
mau manusia mesti bersikap bagaikan serigala terhadap manusia lain: homo
homini lupus. Keadaan inilah yang dikenal sebagai bellum omnium contra omnes
(perang antara semua melawan semua).
Karena itu lalu diadakan perjanjian masyarakat dan dalam perjanjian itu
raja (negara) tidak dikutsertakan. Jadi perjanjian itu diadakan antara rakyat
dengan rakyat sendiri. Setelah diadakan perjanjian masyarakat, di mana individu-
individu menyerahkan haknya (hak-hak asasinya) kepada suatu kolektivitas yaitu
suatu kesatuan dari individu-individu yang diperolehnya melalui pactum uniones,
maka di sini kolektivitas itu menyerahkan hak-haknya atau kekuasaannya kepada
raja dalam pactum subjektiones tanpa syarat apa pun. Raja sama sekali ada di luar
perjanjian, dan oleh karenanya raja mempunyai kekuasaan yang mutlak setelah
hak-hak rakyat diserahkan kepadanya (monarchie absolut).
Bagi Hobbes hanya terdapat satu macam perjanjian, yakni pactum
subjections tau perjanjian pemerintahan dengan jalan mana segenap individu
berjanji menyerahkan semua hak-hak kodrat mereka yang dimiliki ketika hidup
dalam keadaan alamiah, kepada seorang atau sekelompok orang yang ditunjuk
untuk mengatur kehidupan mereka." Akan tetapi, perjanjian saja belum cukup.
Orang atau sekelompok orang yang ditunjuk itu harus diberikan pula kekuasaan.
Negara harus diberikan kekuasaan yang mutlak sehingga kekuasaan negara tidak
dapat ditandingi dan disaingi oleh kekuasaan apa pun. Schmid mengurai pikiran
Hobbes ini sebagai berikut.

"Sang daulat tak mungkin melanggar perjanjian, karena ia tidak mengikat


perjanjian itu, jadinya ia tidak melepaskan hak-haknya. Karena itu a tak
mungkin bertindak tidak adil terhadap rakyatnya. Memang ia dapat

4
bertindak tidak sepatut, tetapi ia tak mungkin bertindak berlawanan
dengan hukum. Jadi rakyatnya pun tak dapat menuduh bahwa ia telah
berbuat demikian atau telah melanggar perjanjian, selebihnya rakyat juga
tak dapat menyatakan kehendak mereka untuk melakukan perlawanan.
Kedaulatan ialah kekuasaan tanpa untuk kepentingan tujuan-tujuan
negara."

b. John Locke
Seperti Hobbes, begitu pula Locke bertolak dari fiksi suatu keadaan
alamiah manusia (state of nature) yang mendahului eksistensi negara. Dasar
kontraktual dari negara dikemukakan oleh Locke sebagai peringatan, bahwa
kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak, tetapi selalu terbatas. Karena dalam
mengadakan perjanjian dengan seorang atau sekelompok orang, individu-individu
tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka,. Ada hak-hak alamiah yang
merupakan hak-hak asasi yang tidak dapar dilepaskan, juga tidak oleh individu itu
sendiri. Dan penguasa yang diserahi tugas mengatur hidup individu dalam ikatan
kenegaraan harus menghormati hak-hak asasi itu
Menurut Locke, pertama individu dengan individu lainnya mengadakan
suatu perjanjian masyarakat untuk membentuk suatu masyarakat politik atau
negara. Pembentukan negara adalah frase pertama dan dilakukan dengan suatu
pactum unionis. Selanjutnya Locke menyatakan, bahwa suatu permufakatan yang
dibuat berdasarkan suara terbanyak dapat dianggap sebagai tindakan seluruh
masyarakat itu, karena persetujuan individu-individu untuk membentuk negara,
mewajibkan individu-individu lain untuk menaati negara yang dibentuk dengan
suara terbanyak itu. Negara yang dibentuk dengan suara terbanyak itu tidak dapat
mengambil hak-hak milik manusia dan hak-hak lainnya yang tidak dapat
diasingkan. Dengan demikian Locke menambah pactum unions dengan suatu
pactum subjektionis.
Menurut Locke paham perjanjian asali (original compact) mempunyai
implikasi yang penting. Yang pertama, ialah bahwa "kekuasaan politis
pemerintahan negara bukan lain halnya kekuasaan para warga negara yang
bersatu membentuk tubuh politis, kekuasaan mana mereka percayakan kepada
orang-orang politis masyarakat". Jadi segala kekuasaan yang dimiliki negara
dimilikinya, dan sejauh, didelegasikan oleh para warga negara. Wewenang negara
adalah persis seluas keluasan hak-hak yang diserahkan kepadanya oleh para
warga negara. Jadi kekuasaan negara secara hakiki terbatas dan tidak mutlak.
Wewenang negara bukan langsung dari Allah melainkan dari para warga
masyarakat.
Kedua, motivasi manusia untuk mendirikan negara, yaitu menjamin hak-
hak asasinya, terutama miliknya, menjadi tujuan negara. Maka kewajiban utama
negara adalah untuk melindungi kehidupan dan hak milk para warga negara.

5
Hanya demi tujuan itulah para warga negara meninggalkan kebebasan mereka
dalam keadaan alamiah yang pern ketakutan itu

c. Jean Jacques Rousseau


Jika Hobbes hanya mengenal pactum subjektionis dan Locke
mengombinasikan dua jenis perjanjian masyarakat, maka Rousseau hanya
mengenal satu jenis perjanjian saja, yaitu pactum unionis, perjanjian masyarakat
yang sebenarnya.
Rousseau tidak mengenal pactum subjektionis yang membentuk pemerintah
yang ditaati. Pemerintah tidak mempunyai dasar kontraktual. Hanya organisasi
politiklah yang dibentuk dengan kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi
itu dibentuk dan ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakilnya.
Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya.
Berdasarkan konstruksi perjanjian masyarakat seperti itu, Rousseau menghasilkan
bentuk negara yang kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan
umumnya. Rousseau adalah salah seorang peletak dasar paham kedaulatan rakyat
tau untuk menyesuaikannya dengan keadaan pada waktu ini, ajaran Rousseau
menghasilkan jenis negara yang demokratis, di mana rakyat berdaulat dan
penguasa-penguasa negara hanya merupakan wakil-wakil rakyat.
Dalam Paham Rousseau, kedaulatan rakyat mengimplikasikan dua
anggapan. Pertama, penolakan terhadap segala wewenang di atas rakyat yang
tidak dari rakyat. Kedua, tuntutan, agar segala kekuasaan yang ada mesti identik
dengan kehendak rakyat. Jadi negara tidak berhak untuk meletakkan kewajiban
atau pembatasan apa pun pada rakyat. Rakyat berwenang penuh untuk
menentukan dirinya sendiri, maka tidak ada pihak apa yang mempunyai
wewenang terhadap rakyat.

D. PERBANDINGAN TEORI PERJANJIAN MASYARAKAT DI KALANGAN


PEMIKIRAN BARAT

Walaupun Hobbes (homo homini lupus) dan Locke (tabula rasa) memiliki
perbedaan dalam melihat hakikat manusia tetapi mereka memiliki tujuan yang sama
yakni berupaya memberikan solusi pada pergolakan masyarakat Inggris di zaman
mereka. Keduanya dapat disebut sedang “bekerjasama” secara tidak langsung ketika
mengajukan teori kontrak sosial. Kesepakatan dan kesepahaman bersama dianggap
sebagai kunci peredam konflik dan perang. Negara dianggap sebagai pondasi utama
dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat.

6
Namun, hal berbeda nampak dalam negara ideal versi Hobbes dan Locke. Jika
Hobbes sangat mendambakan kekuasaan mutlak. Sifat manusia yang brutal layaknya
serigala menurut Hobbes menjadikan perlu adanya kekuasaan yang sangat kuat agar
mampu menjaga ketertiban dalam masyarakat, karena itulah Hobbes menganggap
pemerintahan negara (apapun bentuknya) apakah itu Monarki, Republik, Federasi
atau yang lainnya intinya adalah pemerintahan tersebut haruslah memiliki kekuatan
yang mutlak dan tidak terbantahkan.

Sebaliknya, Locke menginginkan adanya pemisahan kekuasaan antara


legislatif, eksekutif, dan federatif. Karena, pada dasarnya negara mendapatkan
kekuasaan atas dasar legitimasi dari rakyat dengan mengorbankan kebebasan yang
dimilikinya dalam keadaan alamiah. Maka dari itu kekuasaan tertinggi sudah
seharusnya berada di tangan rakyat karena merekalah yang menghendaki berdiri dan
adanya negara.

Teori kontrak sosial menurut Hobbes dan Locke terlihat sama tetapi
sebenarnya berbeda. Hobbes melihat hakikat manusia sebagai serigala bagi manusia
lainnya. Mereka tidak akan berhenti merampas bahkan membunuh manusia lain,
hingga kesejahteraan dan kebahagiaan mereka tercapai. Akan tetapi, Locke melihat
manusia sebagai kertas putih tanpa noda. Manusia hidup dengan kebahagiaan dan
kesejahteraan sampai mereka merasa memiliki sesuatu. Keinginan untuk memiliki
membuat mereka saling berebut satu sama lain hingga terjadilah konflik dan perang.
Keadaan perang menuntut Hobbes dan Locke mencari jalan keluarnya. Mereka
seirama untuk mengajukan kontrak sosial sebagai jalan perdamaian dimana negara
akan menjamin keadilan dan kesejahteraan rakyat.

7
BAB 2

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa teori perjanjian masyarakat adalah
pandangan yg melihat bahwa kewajiban politis dan moral seseorang bisa bergantung di
suatu kontrak atau perjanjian diantara mereka pada rangka membuat suatu komunitas
masyarakat yg mereka tinggali. Persamaan antara T. Hobbes, Locke dan JJ. Rousseau
merupakan bahwa manusia memiliki keadaan alamiah yang mensugesti tindakan dan
tujuan pembentukan kontrak sosial. Konsep kontrak sosial berakar di manusia yang pada
awalnya mempunyai keadaan alamiah (state of nature). Latar belakang sosial serta politik
yang berbeda dapat mempengaruhi pemikiran serta pandangan seorang. Hobbes,
contohnya, dengan syarat sosial politik Inggris waktu itu yg penuh permasalahan dan
ketakutan, membuatnya mengemukakan konsep keadaan alamiah manusia yg selalu
berkonflik serta dipenuhi ketakutan. Sedangkan Locke, yg hayati di masa penguasaan
sistem monarki absolut, melihat bahwa sesungguhnya insan lebih baik kembali pada
keadaan alamiah mereka yang baik dan menjunjung moralitas. Walaupun terdapat
disparitas dalam dasar pembentukan kontrak sosial itu sendiri, namun ke 2 filsuf ini
sama-sama meyakini bahwa kontrak sosial ialah elemen yg paling fundamental dimana
manusia bergantung padanya buat bisa hidup dengan baik serta tenang.

8
DAFTAR PUSTAKA

• Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H.,

Ilmu Negara. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

• Locke and Rousseau

https://www.academia.edu/3138759/Social_Contract_Theory_by_Hobbes_Locke
_and_Rousseau

• Jean Jacques Rousseau. 2007.

Du Contract Social, Jakarta:Visimedia,

• Cunningham. 2006.

Hobbes, Locke, Rousseau [ppt] dalam web.uconn.edu/cunningham/


econ205/Property.ppt

• Abdul latief. 2022.

https://hi.unida.gontor.ac.id/perbandingan-kontrak-sosial-john-locke-dan-thomas-
hobbes

• Isnan Affandi. 2011.

https://www.academia.edu/4652137/Teori_Kontrak_Sosial_Thomas_Hobbes_dan
_John_Locke_Isnan

Anda mungkin juga menyukai