Anda di halaman 1dari 24

AKHLAK TERHADAP SESAMA

MAKALAH
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas
Matakuliah Agama Islam IV
Yang Dibina Oleh Bapak Drs. H. Abd. Jalil, M.Ag.

Oleh:
1. Retno Dwi Wandika (21701082085)
2. Lulu’ Vionica (21701082108)
3. Tita Prastya Puspita S. (21701082115)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MEI 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak Terhadap
Sesama”. Penulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Agama Islam IV.
Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. H. Abd. Jalil, M.Ag. yang telah memberi arahan dan
bimbingan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
teman-teman sejawat atas bantuan referensi yang telah dipinjamkan.
Penulis menyadari bahwa dengan penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang.

Malang, 16 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
2.1 Pengertian HAM ........................................................................................ 4
2.1.1 Konsep HAM dalam Islam ..................................................................... 4
2.1.2 HAM dalam Al-Qur’an ........................................................................... 5
2.2 Makna HAM dalam Kehidupan Sesama ................................................... 9
2.3 Sifat dan Sikap Terpuji Terhadap Sesama ................................................. 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 20
3.2 Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi bahasan penting setelah Perang
Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
tahun 1945. HAM juga merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia sejak lahir sebagai anugrah dari tuhan. Oleh karena itu
HAM wajib di lindungi dan di hormati baik secara hukum, agama dan
pemerintah. Sebagaimana di cantumkan dalam Deklarasi Univesal Hak Asasi
Manusia (DUHAM) yang di proklamasikan PBB pada Tahun 1948, setiap
orang tanpa terkecuali berhak atas HAM dan kebesarannya.
Wacana tentang HAM sesungguhnya telah menjadi perhatian dan
perjuangan umat bersamaan dengan berkembangnya peradaban dunia demi
tercapainya kemuliaan kehidupan manusia. Hak merupakan unsur normatif
yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada
ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi. Dalam dunia yang semakin
global ini, hampir di setiap negara, baik di negara maju maupun berkembang
mulai memahami akan pentingnya perlindungan terhadap HAM. Pada
hakikatnya semua manusia memiliki martabat dan derajat yang sama, serta
memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan warna kulit,
suku, agama, maupun status sosial yang lainnya. Karena, setiap manusia
memiliki derajat yang luhur berasal dari Allah yang menciptakannya sebagai
individu yang bebas untuk dapat mengembangkan diri.
Sejak beberapa abad silam, agama Islam juga telah memberikan bukti
tentang hak-hak asasi yang ideal bagi umat manusia. Sebagai agama yang
hadir disaat terjadi banyaknya ketimpangan sosial dalam masyarakat dunia,
khususnya masyarakat jahiliyah pada saat itu mampu menjadi instrumen
penting dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan persamaan dalam
masyarakat dunia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat menentukan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian HAM?
2. Bagiamana makna HAM dalam kehidupan sesama?
3. Bagaimana sifat dan sikap terpuji terhadap sesama?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis dapat mementukan tujuan
sebagai berikut.
1. Mengintrepretasikan pengertian HAM.
2. Mengintepretasikan makna HAM dalam kehidupan sesama.
3. Mengintepretasikan sifat dan sikap terpuji terhadap sesama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak
dasar atau hak pokok seperti hak hidup dan mendapatkan perlindungan. Hak
asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang
tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya dan karean itu bersifat suci.
Sementara Jan, Materson mengartikan hak asasi manusia sebagai hak yang
melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil hidup
sebagai manusia.
Asal mula konsep modern tentang HAM dikaitkan dengan filsafat stoics.
Zeno, pendiri paham filsafat ini mengajukan teori hukum alam di mana
manusia sebagai makhluk hidup dikatakan memilki beberapa hak universal di
mana saja dan pada kondisi apa saja ia berada. Bangsa Romawi, di bawah
pengaruh filsafat ini juga mulai memberi tekanan pada HAM dengan
munculnya Kristen di Roma maka hak-hak ini diterjemahkan dalam konteks
agama dan sumbernya dari Tuhan.
Setelah Abad Kegelapan Eropa, contoh pertama konsep HAM disebutkan
dari Inggris ketika Piagam Magna Carta dikeluarkan pada tahun 1215 M.
Asal mula Magna Carta adalah sebuah perjanjian antara raja dan baron, untuk
mengadakan perlindungan terhadap hak-hak istimewa para Baron. Hak ini
sebenarnya tidak ada hubungannya dengan hak-hak manusia yang
sesungguhnya. Hanya saja, setelah waktu yang lama Magna Carta akhirnya
ditafsirkan ke dalam konteks HAM.
Konsep hak-hak manusia yang alami muncul pada abd-ke-17 sebagai
suatu kekuatan pertahanan dari kekuasaan absolut. Hasil pergerakan yang
dipengaruhi oleh Rousseau dan lainnya ini merupakan penggabungan dari
berbagai hak manusia yang tercanangkan pada beberapa konstitusi berbagai
negara dan akhirnya terwujud dalam Universal Declaration of Human Rights
(UDHR) oleh PBB pada 10 Januari 1948.
Deklarasi yang terdiri dari 30 pasal ini sebenarny telah ditetapkan Islam
jauh lebih dahulu bagi tiap-tiap insan sebagai umat manusia. Hal ini

3
kemudian diikuti oleh beberapa perjanjian regional dan internasional oleh
beberapa negara Eropa dan Amerika pada aspek yang penting, yaitu
pembentukan pengadilan internasional untuk menangani kasuk-kasus HAM.
2.1.1 Konsep HAM Dalam Islam
Terdapat perbedaan mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan
HAM dalam konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh dunia
Internasional. HAM dalam Islam didasarkan pada aktivitas manusia sebagai
khalifah Allah di muka bumi. Sementara dunia Barat percaya bahwa pola
tingkah laku hanya ditentukan oleh hukum-hukum negara atau sejumlah
otoritas yang mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan pblik yang aman
dan perdamaian universal. Perbedaan lain yang mendasar juga terlihat dari
cara memandang HAM itu sendiri. Di Barat perhatian kepada  individu-
individu dari pandangan yang bersifat anthroposentris, di mana manusia
merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu. Sedangkan dalam Islam,
menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha
Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya.
Berdasarkan pandangan yang bersiifat anthroposentris tersebut maka
nilai-nilai utama dari kebudayan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan
kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat yang mendukung tegaknya HAM
itu berorientasi kepada penghargaan terhadap manusia. Berbeda keadaannya
pada dunia Islam yang bersifat theosentris, larangan dan perintah lebih
didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran dan Hadis. Al-
Quran menjadi  transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Manusia
diperintahkan untuk hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh bahwa ia
harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah. Oleh karena itu
mengakui hak-hak natar manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka
kepatuhan kepada-Nya.
Dalam perspektif Barat manusia ditempakan dalam suatu setting di mana
hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia
dinilai hanya sebagai perolehan alamiah sejak kelahiran. Sementara HAM
dalam perspektif Islam dianggap dan diyakini sebagai anugerah dari Tuhan
dan oleh karenanya setiap individu akan merasa bertanggung jawab kepada

4
Tuhan. Dengan demikian, penegakan HAM dalam Islam tidak hanya
didasarkan kepada aturan-aturan yang bersifat legal-formal saja tetapi juga
kepada hukum-hukum moral dan akhlaqul karimah.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di dalam
masyarakat, Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi
munkar . Islam mengajarkan tiga tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut
yaitu Pertama, melalui tangan (kekuasaan), kedua melalui lisan (nasihat), dan
ketiga melalui gerak hati nurani, yaitu membenci kemungkaran sambil
mendoakan agar pelakunya sadar. Sehingga untuk mengatasi mengatasi
terjadinya pelanggaran HAM, Islam tidak hanya melakukan tindakan represif
tetapi lebih menekankan tindakan preventif. Sebab, tindakan represif
cenderung berpijak hanya pada hukum legal-formal yang mengandalkan
bukti-bukti yang bersifat material semata. Sedangkan tindakan preventif tidak
memerlukan adanya bukti secara hukum.

Perbedaan Antara HAM Barat dan Islam


N HAM Universal Declaration of HAM menurut Islam
o Human Rights
1 Bersumber pada pemikiran filosofi Bersumber pada ajaran al-Quran dan
semata. Sunnah Nabi Muhammad.
2 Bersifat antroposentris Bersifat Theoritis
3 Lebih mementingkan hak dari pada Keseimbangan antara hak dan
kewajiban. kewajiban.
4 Lebih bersifat individualistic Kepentingan sosial diperhatikan.
5 Manusia dilihat sebagai pemilik Manusia dilihat sebagai makhluk yang
sepenuhnya hak-hak dasar. dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, dan
oleh karena itu mereka wajib
mensyukuri dan memeliharanya.

2.1.2 HAM Dalam Al-Quran


Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran memberikan penjelasan-penjelasan
tentang petunjuk, dan pembeda di antara yang hak dan bathil. Manusia dipilih
untuk mengemban amanah Allah di bumi, kepadanya Allah amanatkan
berbagai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan reformasi dan

5
mencegah macam tindakan pengrusakan. Untuk terlaksananya tugas dan
tanggung jawab dalam misinya sebagai khalifah, kepadanya Allah
memberikan sejumlah hak yang harus dipelihara dan dihormat. Hak-hak itu
bersifat sangat mendasar, dan diberikan langsung oleh Allah sejak
kehadirannya di muka bumi.
Berikut  beberapa  hak-hak asasi yang terdapat dalam al-Qur’an:
1. Hak untuk Hidup.
Hak yang pertama kali dianugerahkan Islam di antara HAM lainnya
adalah hak untuk hidup dan menghargai hidup manusia. Islam
memberikan jaminan sepenuhnya bagi etiap manusia, kecuali tentu saja
jika ada alasan yang dibenearkan. Prinsip tentang hak hidup tertuang
dalam dua ayat al-Quran:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.” (Q.S Al-
Isra’:33)
“Dan Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan suatu (sebab) yang benar.” (Al-
An’am: 151)
Dua ayat di atas membedakan dengan jelas antara pembunuhan yang
bersifat kriminal, dengan pembunuhan untuk menegakkan keadilan.
Untuk menegakkan keadlian hanya pengadilan yang berwenang saja
yang berhak memutuskan apakah seseorang harus kehilangan haknya
untuk hidup atau tidak. Oleh karena itu haruslah berlaku prinsip peradilan
yan gjujur dan tidak memihak.
2. Hak Kepemilikan Pribadi.
Berkaitan dengan kepemilikan pribadi ini Islam sangat mengharagai
hak-hak kepemillikan pribadi seseorang. hal ini tercermin dari adanya
persyaratan hak milik untuk kewajiban zakat dan pewarisan. Seseorang
juga diberi hak untuk mempertahankan hak miliknya dari gangguan
orang lain. Bahkan, jika ia mati ketika membela dan mempertahankan
hak miliknya itu maka ia dipandang sebai syahid.Salah satu ayat al-

6
Quran yang menjelaskan tentang pentingnya hak milik terdapat pada Q.S.
an-Nisaa ayat 29 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka.”
Ayat tersebut mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber-
sumber kekayaan alam dan lingkungan itu, seseorang harus menghormati
pula kepentingan orang lain. Dengan kata lain, ia harus menempuh cara
yang halal dan bukan melalui cara yang haram.
3. Persamaan Hak dalam Hukum.
Agama Islam menekankan persamaan seluruh umat manusia di mata
Allah, yang menciptakan manusia dari asal yang sama dan kepadaNya
semua harus taat dan patuh. Islam tidak mengakui adanya hak istimewa
yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan, ataupun halangan buatan
lainnya yang dibentuk oleh manusia itu sendiri. Kemuliaan itu terletak
pada amal kebajikan itu sendiri.
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari sesorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulai di antara kamu di sisi Allah ialah orang orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujarat: 13)
Agama Islam menganggap bahwa semua manusia itu sama dan
merupakan anak keturunan dari nenek moyang sama. Dalam Haji
wada’nya, Nabi mendeklarasikan hal tersebut bahwa “Orang Arab tidak
mempunyai keunggulan atas orang non-Arab, begitu juga orang non-
Arab tidak mempunyai keunggulan atas orang Arab.demikian juga orang
kulit putih tidak memiliki keunggulan atas orang kulit hitam dan
sebaliknya. Semua adalah anak keturunan Adam dan Adam diciptakan
dari tanah liat” Agama Islam telah menhancurkan diskriminasi terhadap
kasta, kepercayaan, perbedaan warna kulit, dan agama. Rasulullah tidak

7
hanya secara lisan menegakkan hak persamaan ini, namun juga telah
memperhatikan pelaksanaanya selama beliau hidup.

4. Hak Mendapatkan Keadilan.


Hak mendapatkan keadilan merupakan suatu hak yang sangat
penting di mana agama Islam telah menganugerahkannya kepada setiap
umat manusia. Sesungguhnya agama Islam telah datang ke dunia ini
untuk menegakkan keadilan, sebagaimana al-Quran menyatakan:
“Dan Aku perintahkan supaya berlaku adil di antara kamu” (Q.S
Asy-Syura: 15)
Umat Islam diperintahkan supaya menjungjung tinggi keadilan
meskipun kepentingan mereka sendiri dalam keadaan bahaya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadlilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya atau miskin, maka Allah lebih tahun kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jikakamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan.” (An-Nisa: 135).
5. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan
Salah satu dari hak asasi yang terpenting adalah hak untuk
memperoleh pendidikan. Tidak seorangpun dapat dibatasi haknya untuk
belajar dan mendapatkan pengetahuan dan pendidikan, sepanjang ia
memenuhi kualifikasi untuk itu. Ajaran Islam tidak saja menegakkan
sendi kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibkan semua orang
Islam untuk belajar. Pentingnya pendidikan dan pengetahuan tertuang
dalam surat at-Taubah ayat 122:
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, sehingga mereka waspada.”

8
Landasan ayat lain yang meninggikan pentingnya pendidikan ada di
dalam surat al-Mujadilah ayat 11, yang memiliki arti:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
2.2 Makna HAM dalam Kehidupan Sesama
Islam adalah agama universal yang mengajarkan keadilan bagi semua
umat manusia tanpa pandang bulu. Islam meletakkan manusia pada posisi
yang snagat mulia. Manusia digambarkan oleh Al-Qur’an sebagai makhluk
yang paling sempurna dan harus dimuliakan. Dalam Islam, sebagaimana
dinyatakan oleh Abu A’la al-Maududi, HAM adalah hak kodrati yang
dianugrahkan oleh Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut
atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak yang diberikan
bersifat permanen atau kekal.
Gagasan Islam tentang HAM berpijak pada konsep tauhid, yaitu konsep
pengakuan keesaan Allah yang tergambar dari ungkapan syahadat “laa ilaaha
illa Allah” tiada Tuhan yang dapat disembah selain Allah. Konsep tuhan
mengandung inti persamaan dan persaudaraan seluruh manusia. Hak-hak
manusia dalam Islam merupakan standar normative yang ditetapkan Allah
atau dibuat manusia berdasarkan firman Allah untuk mengatur hubungan
sesama manusia, baik hubungan antar individu, individu dengan masyarakat,
maupun antar negara.
Menurut kalangan Ulama Islam, terdapat dua konsep tentang hak dalam
Islam, hak manusia (haq al insan) dan hal Allah. Satu dan lainnya saling
terkait dan saling melandasi. Hak Allah melandasi hak manusia demikian
juga sebaliknya, sehingga dalam praktiknya tidak bisa dipisahkan satu dari
yang lainnya. Misalnya, dalam pelaksanaan hak Allah berupa ibadah shalat,
seorang muslim yang taat memiliki kewajiban untuk mewujudkan pesan
moral ibadah shalat dalam kehidupan sosialnya. Ucapan mengagungkan nama
Allah (takbir) di awal shalat dan ucapan salam (kesejahteraan) di akhir shalat
adalah tuntunan bagi setiap muslim untuk menebar keselamatan bagi orang
sekelilingnya atas dasar keagungan Allah SWT. Dengan ungkapan lain, hak

9
tuhan dan hak manusia dalam Islam terkandung dalam ajaran ibadah sehari-
sehari. Islam tidak memisahkan antara hak Allah dan hak manusia.
Adapun hak manusia seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak
untuk mengelola harta yang dimilikinya. Namun demikian, Islam
menekankan bahwa setiap hak manusia terdapat hak Allah, meskipun
seseorang berhak memanfaatkan hartanya, tetapi ia tidak boleh menggunakan
harta keluarganya untuk tujuan yang bertentangan dengan ajaran Allah. Harta
kekayaan dalam Islam harus diorientasikan bagi kesejahteraan umat manusia.
Kewajiban mengeluarkan zakat bagi setiap muslim yang mampu merupakan
contoh dari ajaran Islam tetang kepedulian sosial yang harus dijalankan oleh
pemeluk Islam.
Dalam Islam terdapat tiga hak asasi manusia, antara lain:
a. Hak dasar (daruri), sesuatu yang dianggap hak dasar apabila hak tersebut
dilanggar, bukan hanya membuat sengsara, tetapi juga kehilangan
eksistensinya, bahkan hilang harkat manusianya. Contoh sederhana hak
ini adalah hak untuk hidup, ha katas keamanan, dan hak untuk memiliki
harta benda.
b. Hak sekunder, merupakan hak-hak yang apabila tidak dipenuhi akan
berakibat pada hilangnya hak-hak dasar sebagai manusia. Misalnya, jika
seseorang kehilangan haknya untuk memperoleh sandang pangan yang
layak, maka akan berakibat hilangnya hak hidup.
c. Hak tersier, yaitu hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer
dan sekunder.
Konsepsi tentang HAM dalam Islam dapat dijumpai dalam sumber utama
Islam, Al-Qur’an dan hadist. Adapun pelaksanaannya atau implementasinya
dapat dirujuk pada praktik kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad saw, yang
dikenal dengan sebutan sunnah Nabi Muhammad.
Adapun HAM dalam Islam meliputi.
 Hak Hidup
Hak hidup adalah hak asasi paling fundamental bagi setiap manusia,
karena kehidupan merupakan prasyarat untuk mendapatkan hak-hak asasi
lainnya. Di samping itu, kehidupan merupakan sumber eksistensi

10
manusia, melalui kehidupanlah manusia dapat mengaktualisasikan diri
dan merealisasikan kehidupan dunia untuk mencari amal soleh.
Islam menjunjung tinggi hak hidup manusia yang tertulis dalam
firman Allah QS. Al Maidah: 32
“… Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
oang itu (membunuh) oang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
di muka bumi. Maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya…..”
 Hak Keadilan
Keadilan adalah hak manusia untuk mendapat sesuatu hal yang
menjadi haknya dari orang lain. Kata “keadilan” dipergunakan dalam
banyak konteks adakalanya digunakan untuk menyebut hak, kelakuan
yang sama, dan keseimbangan atau kesebandingan. Keadilan bukan
hanya berkaitan dengan bidang hukum semata-mata, tetapi juga beraitan
dengan bidang ekonomi (keadilan ekonomi), bidang politik (keadilan
politik), dan bidang sosial (keadilan sosial).
Menurut M. Ghallab, keadilan adalah meletakkan sesuatu pada
tempatnya, sedangkan dalam ilmu akhlak, keadilan adalah memberikan
hak kepada orang yang berhak. Sementara, menurut Ali bin Abi Thalib
keadilan adalah menempatkan perkara pada tempatnya. Adapun ayat
yang menjelaskan mengenai keadilan yaitu QS. Al-Maidah: 8
“… dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum
menodorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
 Kebebasan Berpikir dan Berpendapat
Kebebasan berpikir dan berpendapat merupakan bagian dari
kebebasan berekspresi, yaitu kebebasan untuk mengekspresikan diri
dalam kehidupan masyarakat. Islam menghargai kebebasan berpikir dan
berpendapat, karena hal itu sesuai dengan karakteristik manusia sebagai
insan yang bebas dan merdeka. Dalam ayat Al-Qur’an ditegaskan tentang
dorongan untuk berpikir dalam QS. Shad: 9

11
“ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat Nya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
 Hak Bekerja
Hak lain yang diatur dalam Islam adalah hak manusia untuk
melakukan pekerjaan beberapa doktrin dalam Islam yang berkaitan
dengan hak bekerja adalah QS. At Taubah: 105
“dan katakanlah: Bekerjalah kamu. Maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
2.3 Sifat dan Sikap Terpuji Terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas sosial tentunya tidak terlepas
berbicara masalah kehidupan. Masalah dan tujuan hidup adalah
mempertahankan hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan
mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah hidup. Kehidupan
sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk
bebas berekspresi dan berkarya. Kehidupan adalah saling berketergantungan
antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari
aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-
norma agama, karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami
apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan
makhluk lainnya.
Berikut merupakan contoh dari beberapa sifat dan sikap terpuji terhadap
sesama:
a) Awwaluha Al-Rahmah (Kasih Sayang)
Muhammad Anis menyatakan bahwa sebenarnya Allah telah
mengajarkan kepada umat manusia untuk senantiasa memiliki sifat
rahmah yakni sifat yang penuh kasih sayang terhadap makhluk-makhluk
sesama manusia maupun selain manusia, sebab yang menyayangi akan
selalu memberikan kebaikan kepada yang disayangi. Bukti kebesaran

12
rasa kasih sayang illahi kepada makhluknya tercermin jelas pada hadiṡ
Rasulullah, dimana cerminan ini dapat dijadikan tauladan mulia bagi
masyarakat sosial agar selalu mentradisikan pendidikan berbasis kasih
sayang terhadap siapapun.
Rasulullah SAW bersabda: Dari Aisyah r.a bahwasanya Nabi Saw
bersabda: “Sesungguhnya Allah itu lunak dan menyukai kelunakan. Allah
memberi karena kelunakan apa yang tidak Ia berikan karena kekerasan,
dan yang tidak Ia berikan karena yang lain.” (HR. Muslim).
Terlihat pada hadiṡ di atas, Allah mengajarkan untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal dalam masyarakat sosial
dengan saling menyayangi, bersikap lunak tidak keras terhadap sesama
makhluk tidak terkecuali binatang sekalipun. Dalam hal ini terlihat Allah
menyayangi semua makhluknya dalam bentuk dan ragam apapun. Hal ini
menjadi pelajaran besar bagi manusia sebagai makhluk yang berakal
untuk tidak hanya mengembangkan rasa kasih sayang, sikap lunak dan
santun kepada mereka-mereka yang sehat jiwa dan sehat perilakunya saja
dan memarginalkan kaum-kaum yang memiliki gangguan mental atau
gangguan nafsaniah, tetapi mengembangkan kasih sayang pula kepada
mereka-mereka yang memiliki problem-problem diri, penyimpangan
perilaku termasuk di dalamnya kenakalan kaum remaja.
Beberapa unsur dari kasih sayang antara lain:
 Adanya saling menyamankan, saling mengharmonisasikan dan saling
memberi “kesenangan positif” antara satu pihak terhadap pihak
lainnya.
 Adanya saling menghargai, toleransi, dan saling menghormati antara
satu pihak terhadap pihak lainnya.
 Adanya unsur kedekatan emosional.
 Tidak adanya unsur kekerasan, penghinaan, umpatan, pemaksaan
bahkan pemukulan.
 Tdak adanya unsur “pembeda-bedaan” atau “pilih kasih” antara satu
pihak dengan pihak lain.
b) Ukhuwah (Persaudaraan)

13
Rasulullah pernah membuat gambaran indah tentang persaudaraan
antar pemeluk agama Islam. Beliau melukiskan bahwa persaudaraan
dalam ikatan keislaman itu seperti satu tubuh. Beliau bersabda:
ُ‫ َمثَ ُل ْال َج َس ِد إِ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَداعَى له‬،‫مثَ ُل ْال ُم ْؤ ِمنِينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم وتَ َرا ُح ِم ِه ْم وتَعاطُفِ ِه ْم‬
ْ ‫سائِ ُر ْالجس ِد بالسهَ ِر‬
‫وال ُح َّمى‬
“Perumpamaan orang-orang yang beriman, dalam saling mencintai,
saling menyantuni sesama mereka, adalah laksana kesatuan tubuh.
Apabila satu bagian dari tubuh itu menderita sakit, maka seluruh badan
turut merasakannya.” (HR. Muslim)

Telah dikemukakan arti ukhuwah Islamiyah, yaitu ukhuwah yang


diterjemahkan Islami atau yang diminta oleh Islam. Di dalam Al-Qur'an
banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung masalah ukhuwah Islamiyah
dan dapatkah kita simpulkan apa yang ada di dalam kitab suci ini
menciptakan paling tidak 3 macam persaudaraan:
 Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan antarsesama muslim. Rasulullah
Saw. Bersabda: "Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara
kita adalah yang datang lahir (wafat) -ku."
 Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia
bersaudara, karena mereka semua berasal dari ayah dan
ibu. Rasulullah Saw. juga mengakui lewat sabda beliau, “Jadilah
kalian hamba Allah yang bersaudara. Hamba-hamba Allah semuanya
bersaudara”
 Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam
keturunan dan kebangsaan.
Setidaknya ada lima hal yang harus kita lakukan untuk membentengi
persatuan kita sesama umat Islam. Kelima hal ini termasuk dalam hak
dan kewajiban ukhuwah yang ditetapkan dalam Islam.
 Menutup aib saudara seiman
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫َم ْن رد عن عرض أخيه كان له حجابا من النار‬

14
“Barangsiapa membela kehormatan saudaranya (sesama Muslim),
maka hal itu menjadi penghalang untuknya dari api neraka.” (HR
Tirmidzi). Sabda Nabi  ‫ﷺ‬ berikutnya: “Adalah kejahatan bagi
seorang Muslim mempermalukan saudara Muslim lainnya.” (HR
Muslim).
 Memaafkan saudara seiman
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ إِاَّل َر ُجاًل‬،‫ ْيئًا‬Š‫ك بِاهللِ َش‬ ِ ‫ َويَوْ َم ْالخَ ِم‬Š،‫تُ ْفتَ ُح أَ ْب َوابُ ْال َجنَّ ِة يَوْ َم اإْل ِ ْثنَ ْي ِن‬
ُ ‫ ِر‬Š‫ ٍد اَل ي ُْش‬Š‫ ِّل َع ْب‬Š‫ ُر لِ ُك‬Šَ‫ فَيُ ْغف‬،‫يس‬
‫ َذ ْي ِن َحتَّى‬Š َ‫ رُوا ه‬Š‫ أَ ْن ِظ‬،‫طلِ َحا‬
َ Š‫ص‬ ْ َ‫ َذ ْي ِن َحتَّى ي‬Š َ‫ رُوا ه‬Š‫ أَ ْن ِظ‬:ُ‫ال‬ŠŠَ‫ فَيُق‬،‫حْ نَا ُء‬Š ‫ ِه َش‬Š ‫هُ َوبَ ْينَ أَ ِخي‬Š َ‫َت بَ ْين‬ ْ ‫ان‬ŠŠ‫َك‬
‫ أَ ْن ِظرُوا هَ َذ ْي ِن َحتَّى يَصْ طَلِ َحا‬،‫يَصْ طَلِ َحا‬

“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Ampunan


Ilahi dilimpahkan kepada setiap hamba yang tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatu, kecuali yang menyimpan dendam kepada
saudaranya. Tentang mereka dikatakan: Tunggu, tunggu, tunggu,
sampai mereka berbaikan.” (HR Muslim)
 Melepaskan kesulitan sesama Muslim
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫وْ ِن‬ŠŠ‫ َوهَّللا ُ فِي َع‬،‫ َر ِة‬Š‫ب اآْل ِخ‬ ِ ‫َم ْن فَ َّر َج ع َْن أَ ِخي ِه ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬
ِ ‫ َر‬Š‫ب ال ُّد ْنيَا فَ َّر َج هَّللا ُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك‬
‫ َو َم ْن َست ََر َعلَى أَ ِخي ِه ْال ُم ْسلِ ِم َستَ َرهُ هَّللا ُ فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َرة‬،‫د َما َكانَ ْال َع ْب ُد فِي عَوْ ِن أَ ِخيه‬Šِ ‫ْال َع ْب‬

“Siapa yang melapangkan kesulitan saudaranya dari kesulitan


hidup di dunia ini, Allah akan melapangkan pula orang itu dari
malapetaka hari kiamat. Allah tetap akan menolong seorang hamba,
selama hamba itu sudi menolong saudaranya. Siapa yang menutup
aib (malu) orang Islam, Allah akan menutupi aib orang itu di dunia
dan akhirat.” (HR Muslim, Abu Daud, Turmidzi).
 Berbaik sangka kepada sesama Muslim
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم َواَل تَ َجس‬


ُ ‫وا َواَل يَ ْغتَبْ بَع‬Š‫َّس‬
‫ ُك ْم‬Š‫ْض‬ َ ‫يرًا ِمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَع‬ŠŠِ‫وا َكث‬ŠŠُ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِب‬
‫بَ ْعضًا‬

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka,


sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan

15
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Al-Hujurat: 12).
 Berdoa untuk sesama Muslim, baik semasa hidupnya maupun setelah
wafat. Doa yang baik akan kembali kepada kita yang mendoakannya.
Demikian pula sebaliknya. Kita doakan saudara-saudara kita yang
dekat atau jauh. Kita kirimkan doa terbaik kita untuk seluruh umat
Islam khususnya mereka yang sakit, terkena musibah, tertimpa
kesulitan, maka kita pun akan mendapatkan kebaikan dan pahala dari
doa kita sendiri.
Salah satu contoh doa yang diabadikan oleh Allah Subhanahu
Wata’ala adalah:

َ َّ‫ا ِإن‬ŠŠَ‫وا َربَّن‬ŠŠُ‫ا ِغاّل ً لِلَّ ِذينَ آ َمن‬ŠŠَ‫لْ فِي قُلُوبِن‬ŠŠ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا وَإِل ِ ْخ َوانِنَا الَّ ِذينَ َسبَقُونَا بِاأْل ِ ي َما ِن َوال تَجْ َع‬
‫ك‬
ٌ ‫َرؤ‬
‫ُوف َر ِحيم‬

“Tuhan! Beri ampun kepada kami dan saudara-saudara kami yang


telah beriman lebih dulu dari kami; janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.
Tuhan! Engkau Maha Penyantun lagi Maha Pengasih.” (Al-Hasyr:
10).

c) Takrim (Saling Menghormati)

Dalam menerangkan sirah Nabi saw, saksi dan bukti terpentingnya


adalah ayat-ayat Al-Quran, yang beliau sendiri adalah orang yang
pertama mengamalkannya. Allah dalam kitab-Nya memerintahkan Nabi
saw untuk mengkhususkan penghormatannya kepada orang-orang
beriman (As-Syuara`:215), yaitu dalam bentuk kerendahan hati yang
disertai kasih sayang. Sebagaimana burung ketika hendak mengasihi
anak-anaknya, membentangkan sayap dan menaungi mereka dengannya,
supaya mereka terlindungi dari bahaya, Nabi saw pun diperintah untuk
menaungi mukminin sejati dengan sayap kasihnya. Sebab, kemuliaan
hakiki manusia adalah salah satu misi para nabi. Mereka diutus untuk
menghidupkan dan meneguhkan fondasi akhlak. Sabda terkenal Nabi saw
masih teringang di telinga,”Sesungguhnya aku diutus untuk

16
menyempurnakan akhlak yang mulia.” Allah sendiri dalam Al-Quran
memuji keluhuran akhlak yang dimiliki beliau (Al-Qalam:4).
Untuk lebih jelasnya, kami akan menyebutkan beberapa bentuk
penghormatan terhadap sesama manusia.
 Musyawarah
Salah satu bentuk terpenting penghormatan dalam sirah Nabi saw,
adalah musyawarah beliau dengan para sahabat dalam berbagai
peperangan. Salah satu contoh musyawarah beliau dengan sahabat,
dilakukan di perang Badar. Waktu itu, muslimin keluar dari Madinah
guna melucuti harta benda rombongan niaga Quraisy yang pulang
dari Syam. Namun dalam perjalanan menuju Badar, terbetik berita
bahwa pasukan Quraisy sedang menuju kawasan itu. Berita ini
kontan merubah kondisi. Muslimin, yang hanya bersiap untuk
menyerang rombongan niaga, kini berhadapan dengan pasukan
bersenjata yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak dari mereka.
 Menanyakan Keadaan
Perhatian Nabi saw kepada umat tak hanya terbatas dalam urusan
politik dan sosial. Beliau juga mencurahkan perhatiannya kepada
semua lapisan masyarakat. Penghormatan beliau kepada para sahabat
lebih menonjol dibanding yang lain. Sikap hormat beliau terhadap
para sahabat menciptakan ikatan pemikiran dan emosional yang
sangat erat antara mereka. Para sahabat tidak pernah menganggap
beliau jauh dari mereka. Anas bin Malik bercerita,”Tiap kali Nabi
saw tidak melihat salah seorang sahabat selama tiga hari, maka
beliau akan menanyakannya. Jika orang itu tidak ada dalam kota,
beliau berdoa untuknya. Jika ada, beliau akan mengunjunginya. Bila
ia sakit, beliau akan menjenguknya.”
 Sopan Dalam Berbicara
Saat berbicara dengan orang lain, Nabi saw tidak pernah
menggunakan kalimat-kalimat merendahkan kepribadiannya. Beliau
memanggil para sahabat dengan kunyah mereka. Jika ada orang yang
tak memiliki kunyah, beliau sendiri yang memberikannya. Kadang

17
kala, beliau mengganti nama sejumlah orang yang bertentangan
dengan kemuliaan insani mereka.
 Pembelajaran Penghormatan
Di samping menghormati orang lain, Nabi saw pun mengajari
mereka untuk bersikap demikian. Salman Farisi berkata,”Ketika aku
menemui Nabi saw, beliau sedang bersandar di atas bantal. Beliau
lalu menyerahkan bantalnya kepadaku dan bersabda,’Wahai Salman,
jika seorang muslim ditemui saudara muslimnya, lalu ia memberikan
bantalnya untuk memuliakan saudaranya, maka dosanya akan
diampuni Allah.”
Kaidah umum yang bisa disimpulkan dari riwayat ini adalah
pentingnya menghormati orang mukmin, baik ada orang ketiga atau
tidak. Yang penting adalah menghormati lawan bicara dan
memuliakannya.
 Sikap Yang Hangat dan Akrab
Bersikap hangat dan akrab dengan orang lain adalah salah satu
bentuk penghormatan kepada mereka. Ini juga bisa memikat hati
mereka dan menumbuhkan kedekatan dengan mereka. Sangat
mungkin terjadi bahwa orang yang bersalah bisa menyadari
kesalahannya ketika diperlakukan dengan baik dan hormat.
Sebaliknya, bisa saja orang yang berpotensi untuk menjadi manusia
baik, namun malah menjauh dari hidayah lantaran tidak dihormati.
Sebab, semua manusia–khususnya generasi muda yang merupakan
mayoritas masyarakat kita di masa kini–memiliki jiwa lembut dan
haus kasih sayang. Kerap terjadi bahwa sapaan yang tulus dan
hangat akan membuka hubungan dengan orang lain dan
membawanya ke jalan yang benar. Sirah Nabi saw amat kental
dengan perilaku semacam ini. Amirul Mukminin as berkata,”Ketika
Nabi saw berjabat tangan dengan seseorang, beliau tidak pernah
melepas jabat tangannya terlebih dahulu, sampai orang itu sendiri
yang menarik tangannya. Ketika ada orang berbicara dengan Nabi
saw, beliau tak pernah memutus pembicaraannya dan berpisah

18
darinya, sampai orang itu menyelesaikan pembicaraannya dan
berpisah dari beliau.”
Dalam riwayat lain yang senada, Anas bin Malik berkata,”Aku
bersama Nabi saw selama sepuluh tahun. Aku mencium bau harum
dari beliau yang tak pernah kucium bau lebih harum darinya. Tiap
kali ada orang bertemu beliau, saat hendak berpisah, beliau ikut
berdiri bersama orang itu. Saat bersalaman, beliau tidak pernah
terlebih dahulu menarik tangannya.” Ringkas kata, Nabi saw
bersikap sedemikian rupa, sehingga tiap orang menyangka bahwa ia
adalah yang paling dicintai beliau.
 Hubungan Emosional Dengan Orang Lain
Jika Nabi saw diundang seseorang, maka beliau akan memenuhi
undangannya; baik si pengundang adalah hamba sahaya atau orang
merdeka. Hadiah dari siapa pun dan sesedikit apa pun, selalu
diterima beliau dengan tangan terbuka. Beliau tidak pernah menatap
langsung lawan bicaranya. Bila seseorang meminta maaf atas
kesalahannya, beliau akan memaafkannya. Jika ada orang sakit,
beliau akan menjenguknya, meski tempatnya berjarak jauh. Beliau
pun tetap menghormati orang muslim, walau setelah ia mati. Sebab
itu, beliau selalu hadir dalam prosesi pengiringan jenazah.
 Memuliakan Tamu
Menghormati tamu adalah bagian lain dari sirah Nabi saw. Beliau
selalu menyertai para tamu saat bersantap, supaya mereka tidak malu
dan merasa sendirian.
Imam Musa bin Ja`far as meriwayatkan,”Ketika Nabi saw didatangi
tamu, beliau makan bersamanya. Sebelum tamu berhenti makan,
beliau tetap meneruskan santapannya.” Dalam hal ini, beliau tidak
membedakan antara budak dan orang merdeka. Oleh karena itu,
salah satu hal yang ditekankan beliau adalah,”Hingga aku mati, aku
tak akan meninggalkan duduk di atas tanah dan makan bersama
hamba sahaya.”

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM dalam Islam didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah
Allah di muka bumi. Dalam Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Abu A’la al-
Maududi, HAM adalah hak kodrati yang dianugrahkan oleh Allah SWT
kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan
atau badan apapun. Hak-hak yang diberikan bersifat permanen atau kekal.
Hak-hak manusia dalam Islam merupakan standar normative yang ditetapkan
Allah atau dibuat manusia berdasarkan firman Allah untuk mengatur
hubungan sesama manusia, baik hubungan antar individu, individu dengan
masyarakat, maupun antar negara. HAM juga merupakan pedoman kehidupan
yang berperan penting dalam masyarakat islam. Kehidupan yang dimaksud
adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam
kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber
dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama, karena dengan norma
hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah
akhlak antara sesama manusia dan makhluk lainnya.
3.2 Saran
Inilah yang dapat kami paparkan dalam makalah ini, yang tentunya
pembahasan tentang Akhlak Terhadap Sesama di sini masih sangat sedikit,
serta perlu diperdalam dan diperluas lagi. Dan untuk memperluas serta
mendalaminya itu butuh waktu yang lama dan dosen yang benar-benar paham
dan mengerti tentang materi ini. Dan membutuhkan referensi yang banyak
pula.
3.3

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Fahrudin. HAM dalam Pandangan Islam, (Online),


(https://www.academia.edu/17217008/HAM_dalam_pandangan_Islam),
diakses 16 Mei 2019.

Akbar, Cholis. 2018. Lima Langkah Memperkuat Ikatan Ukhuwah Islamiyah,


(Online), (https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-
iman/read/2018/10/11/152486/lima-langkah-memperkuat-ikatan-ukhuwah-
islamiyah.html), diakses 15 Mei 2019.

Bakhtiar, Ali. 2013. Beginilah Nabi Saw Memuliakan Manusia, (Online),


(https://sulukmunjul.wordpress.com/2013/09/29/beginilah-nabi-saw-
memuliakan-manusia/), diakses 15 Mei 2019.

Fathoni, Rifai Shodiq. 2017. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam,
(Online), (https://wawasansejarah.com/hak-asasi-manusia-dalam-perspektif-
islam/), diakses 16 Mei 2019.
Rahmatullah, Azam Syukur. 2014. Konsepsi Pendidikan Kasih Sayang dan
Kontribusinya terhadap Bangunan Psikologi Pendidikan Islam. Yogyakarta:
UMY.

21

Anda mungkin juga menyukai