Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN HAM ERA REFORMASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum dan HAM

Dosen pengampu: Dr.Muhyi Mohas, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Maria Stefanny Bintang (1111200133)

Muhammad Ridwan (1111200268)

Nida Aulia Haniefa (1111200233)

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Hukum dan HAM
dengan judul "Perkembangan Ham Era Reformasi" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Serang, Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia ................................................................................... 3
2.2 Penegakan Ham di era Reformasi ............................................................................... 4
2.3 Pelanggaran HAM pada Masa Reformasi ................................................................... 5
BAB III...................................................................................................................................... 8
PENUTUP................................................................................................................................. 8
3.1 Simpulan...................................................................................................................... 8
3.2 Saran ............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arus reformasi yang bergulir di indonesia pada tahun 1998 yaitu ditandai
dengan runtuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32
tahun, telah membuka koridor bagi penegak hukum dan hak asasi manusia. Kondisi
semacam ini berpotensi dengan adanya era globalisasi yang melanda ke berbagai
Negara di dunia salah satu ciri terjadinya globalisasi ini dapat dilihat dalam kondisi
hubungan antar negara yang disebut sebagai borderless world atau dunia tanpa batas.
Era globalisasi membawa konsekuensi adanya penghilangan sekat/batas antar Negara,
bahkan dengan menggunakan teknologi canggih seperti penggunaan satelit palapa
sebagai sarana pecakapan penting yang terkait dengan situasi politik dan keamanan
Indonesia. Dengan kata lain, segala prilaku pemerintah maupun rakyat Indonesia
dapat di pantau oleh Negara lain, termasuk penegakan hukum dan hak asasi manusia
di Indonesia.
Sebagaimana telah disinggung diawal arus reformasi yang terjadi di Indonesia
telah membawa pengaruh bagi terbentuknya koridor pembaharuan hukum dan
penegakan HAM. Terlebih lagi dalam mewujudkan civil society atau masyarakat
madani, penggunaan istilah masyarakat madani dalam ranah masyarakat yang
demokratis lebih memiliki makna dalam, terlebih lagi dalam mengangkat harkat dan
martabat manusia, selain itu, sivil society sangat penting dalam menggambarkan dan
mendeskripsikan penegakan HAM di Indonesia.

Orde reformasi yang dimulai tahun 1998 berusaha menegakan HAM dengan
jalan membuat peraturan perundang-undangan yang terkait dengan HAM sebagai
rambu-rambu. Seperti UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Ratifikasi
Terhadap instrumen Internasional tentang HAM, UU No. 26 Tahun 2000 tentang
pengadilan HAM, yang memungkinkan dibukanya kembali kasus-kasus pelanggaran
HAM berat dimasa lalu, serta pemberantasan praktik KKN.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hak asasi manusia?
2. Bagaimana perkembangan hak asasi manusia di era reformasi?
3. Bagaimana pengegakan pelanggaran-pelanggaran ham yang terjadi di era
reformasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah hukum dan ham selain itu
diharapkan para pembaca mendapat wawasan berkaitan dengan Perkembangan ham era
reformasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak-hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia karena martabatnya sebagai
manusia dan bukan diberikan oleh masyarakat atau negara. Semua manusia sebagai
manusia memiliki martabat dan derajat yang sama dan dengan demikian memiliki hak-
hak dan kewajiban- kewajiban yang sama. Menurut Szabo tujuan hak asasi manusia
adalah memepertahankan hak-hak manusia dengan sarana kelembagaan terhadap
penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh aparat Negara dan pada waktu yang
bersamaan mendorong perkembangan pribadi manusia yang multidimensional. (Szabo,
dlm. Vasak, Unesco Courier, 1997, vol.1, hal 11.)
Dalam kaitannya dengan pengertian atau notion HAM dapat dibedakan antara an
mordefinisi yuridis, politis, ddalam deklarasi politik adalah Deklarasi umum hak-hak
asasi yang diterima pada bulan Desember 1948. Tidak ada perbedaan hakiki antara UUD
1945, Ketetapan no.II/MPR/1978 disatu pihak dan Deklarasi Universal HAM, yang
ditetapkan oleh PBB. Namun, secara de facto para pendiri bangsa (Founding Father) yang
merumuskan UUD 1945 tidak mau memasukkan apa yang termuat dalam Deklarasi
Universal karena apa yang termuat didalamnya dirasa tidak sesuai dengan watak ideologi
bangsa Indonesia.
HAM sebagaimana yang dipahami didalam dokumen-dokumen hak asasi manusia
yang muncul pada abad ke-20 seperti Deklarasi Universal, mempunyai sejumlah cirri
menonjol. Pertama, supaya kita tidak kehilangan gagasan yang sudah tegas sebagai hak.
Kedua, hak-hak ini dianggap universal, yang dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia
adalah manusia. Salah satu ciri khusus dari hak asasi manusia yang berlaku sekarang
adalah bahwa hak itu merupakan hak internasional. Ketiga, hak asasi manusia dianggap
ada dengan sendirinya, dan tidak bergantung pada pengakuan dan penerapannya didalam
system adat atau system hukum dinegara-negara tertentu. Keempat, hak asasi manusia
dipandang norma-norma yang penting, dimana dalam deklarasi itu adalah sesuatu yang
oleh para filsuf disebut sebagai prima facie right. Kelima, hak-hak ini mengimplikasikan
kewajiban bagi individu maupun pemerintah.

3
2.2 Penegakan Ham di era Reformasi
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter
tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan
krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela,
sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat
mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang
digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi
dan reformasi total.
Periode Reformasi diawali dengan pelengseran Soeharto dari kursi Presiden
Indonesia oleh gerakan reformasi. Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya
kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde
Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Orde reformasi membawa banyak perubahan ke
arah yang lebih baik. Beberapa perubahan positif yang dibawa oleh reformasi pada
periode jabatan presiden B.J. Habibie adalah:
a. Kebijakan dalam bidang politik
Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undang-undang
masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut
ini tiga undang-undang tersebut.
• UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
• UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
• UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.
Kebijakan dalam bidang politik ini membawa pengaruh pada tata politik yang
adil. Hak warga negara untuk mendapatkan kedudukan di bidang politik dan
pemerintahan menjadi terbuka. DPR dan MPR mulai berfungsi dengan baik sebagai
aspirasi rakyat untuk memperoleh hak-hak mereka.
b. Kebijakan dalam bidang ekonomi
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor
perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Perbankan menjadi sektor yang penting untuk menjaga

4
stabilitas ekonomi. Masalah utang negara dan inflasi menyebabkan masyarakat tidak
berdaya untuk memperoleh kehidupan yang layak. Bank Indonesia menjadi pusat
keuangan negara untuk mengatur aliran uang demi stabilitas ekonomi rakyat.
c. Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers
Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali.
Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan
ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah.
Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan
kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan
permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP). Dengan pers, masyarakat dapat
menyerukan aspirasi mereka. Hak masyarakat untuk mendapatkan informasi secara
jelas dan terbuka pun mulai dibuk
d. Pelaksanaan Pemilu
Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu multipartai
yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48
partai politik. Keberhasilan lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian
masalah Timor Timur. Usaha Fretilin yang memisahkan diri dari Indonesia mendapat
respon. Pemerintah Habibie mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat
di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di
bawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas
dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan
penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan presidennya yang
pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.

2.3 Pelanggaran HAM pada Masa Reformasi


Sekalipun terdapat berbagai pembenahan, di masa reformasi masih terjadi banyak
pelanggaran HAM. Dalam beberapa hal, HAM sudah cukup ditegakkan. Tetapi dalam
beberapa hal lain, pelanggaran HAM justru semakin marak setelah masa reformasi
berlangsung. Berikut ini adalah beberapa kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada masa
reformasi.
1. Tragedi Semanggi dan Kerusuhan Mei 1998
Pada 13-15 Mei 1998, terjadi kerusuhan massif yang terjadi hampir di seluruh
sudut tanah air. Puncaknya di Ibu Kota Jakarta. Kerusuhan ini diawali oleh kondisi
5
krisis finansial Asia yang makin memburuk. Serta dipicu oleh tewasnya empat
mahasiswa Universitas Trisakti yang tertembak dalam demonstrasi pada 12 Mei
1998.Dalam proses hukumnya, Kejaksaan Agung mengatakan, kasus ini bisa
ditindaklanjuti jika ada rekomendasi dari DPR ke Presiden. Karena belum ada
rekomendasi, maka Kejaksaan Agung mengembalikan berkas penyelidikan ke
Komnas HAM.Namun belakangan, Kejaksaan Agung beralasan kasus ini tidak dapat
ditindaklanjuti karena DPR sudah memutuskan, bahwa tidak ditemukan pelanggaran
HAM berat.Dalih lainnya, Kejaksaan Agung menganggap kasus penembakan Trisakti
sudah diputus oleh Pengadilan Militer pada 1999, sehingga tidak dapat diadili untuk
kedua kalinya.
2. Kasus terbunuhnya aktivis HAM Munir Said Thalib Munir
ditemukan meninggal di dalam pesawat jurusan Jakarta-Amsterdam, pada 7
September 2004. Saat itu ia berumur 38 tahun. Munir adalah salah satu aktivis HAM
paling vokal di Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga
Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial Saat menjabat Dewan Kontras
(Komite Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), namanya melambung
sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika
itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari
Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia. Setelah Soeharto jatuh,
penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan
diadilinya para anggota tim MawarNamun, hingga hari ini, kasus itu hanya mampu
mengadili seorang pilot maskapai Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly
mendapat vonis hukuman 14 tahun penjara karena terbukti berperan sebagai pelaku
yang meracuni Munir dalam penerbangan menuju Amsterdam. Namun banyak pihak
yang meyakini, Polly bukan otak pembunuhan.Belum juga selesai pengungkapan
kasusnya, Polly malah dibebaskan bersyarat sejak Jumat kemarin (28/11). 'Pada Juli
2004, Komnas HAM mengeluarkan laporan penyelidikan Projusticia atas dugaan
adanya kejahatan terhadap kemanusiaan di Wamena. Kasus tersebut dilaporkan
setelah 9 orang terbunuh.
3. Tragedi Wamena Berdarah pada 4 April 2003
Tragedi itu terjadi pada 4 April 2003 pukul 01.00 waktu Papua. Sekelompok massa
tak dikenal membobol gudang senjata Markas Kodim 1702/Wamena. Penyerangan ini
menewaskankan dua anggotaKodim, yaitu Lettu TNI AD Napitupulu dan Prajurit
Ruben Kana (penjaga gudang senjata). Kelompok penyerang diduga membawa lari
6
sejumlah pucuk senjata dan amunisi.Dalam rangka pengejaran terhadap pelaku, aparat
TNI-Polri diduga telah melakukan penyisiran, penangkapan, penyiksaan, perampasan
secara paksa, sehingga menimbukan korban jiwa dan pengungsian penduduk secara
paksa.Pada pemindahan paksa ini, tercatat 42 orang meninggal dunia karena
kelaparan, serta 15 orang jadi korban perampasan. Komnas juga menemukan
pemaksaan penanda tanganan surat pernyataan, serta perusakan fasilitas umum.Proses
hukum atas kasus tersebut hingga saat ini buntu. Terjadi tarik ulur antar Komnas
HAM dan Kejaksaan Agung.Sementara para tersangka terus menikmati hidupnya,
mendapat kehormatan sebagai pahlawan, menerima kenaikan pangkat dan promosi
jabatan tanpa tersentuh hukum.

7
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Penegakan akan Hak Asasi Manusia memiliki keterkaitan erat dengan negara
demokratis, terutama mengenai penegakan di bidang kebebasan berpendapat. Hal ini
dibuktikan dengan adanya jaminan terhadap kebebasan berpendapat dan HAM yang
menjadi dasar dari kegiatan demokrasi dalam negara. Oleh karena itu penetapan HAM
dan dalam konstitusi dianggap sebagai hal yang mendukung daripada berjalannya
praktek daripada suatu negara demokrasi dan juga sebagai dasar bagi berlakunya
suatu perlindungan HAM disuatu negara hukum.

Perkembangan HAM yang ada didalam suatu negara berkaitan erat dengan
politik yang ada disuatu negara dan diterapkan di negara tersebut, tentu hal ini
berkaitan juga dengan segala sejarah yang telah ada atau telah dilalui oleh negara
tersebut yang dimana biasanya akan tergantung pada kepentingan pihak yang
berkuasa pada waktu itu. Dengan diterapkannya nilai-nilai dari HAM pada konstitusi
negara memberikan keamanan atas terlindungi haknya serta kebebasan pada warga
negara, namun hal tersebut bukan berarti membuka peluang kebebasan yang berlaku
secara menyeluruh, yang mungkin dapat memberikan dampak negatif terhadap
masyarakat bahkan kepada negara itu sendiri. Maka perlu diberikan pembatasan yang
secukupnya, masyarakat merasa hak asasi tidak merasa terabaikan dan negara dapat
melakukan kegiatan pemerintahannya dengan baik melalui pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat.

Melihat seluruh kenyataan yang ada penulis dapat mengambil kesimpulan


bahwa HAM di Indonesia sangat memprihatinkan dan masih sangat minim
penegakannya. Sekalipun terjadi perubahan ketika bangsa Indonesia memasuki masa
reformasi, tetapi toh tidak banyak perubahan yang terjadi secara signifikan.
Banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti: Telah terjadi krisis moral di Indonesia, Aparat hukum yang berlaku
sewenang-wenang, Kurang adanya penegakan hukum yang benar, dan masih banyak
sebab-sebab yang lain.

8
Maka untuk dapat menegakkan HAM di Indonesia perlu:
1. Kesadaran rasa kemanusiaan yang tinggi,
2. Aparat hukum yang bersih, dan tidak sewenang-wenang,
3. Sanksi yang tegas bagi para pelanggara HAM, dan
4. Penanaman nilai-ilai keagamaan pada masyarakat.
Penegakan HAM di Indonesia tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah
tetapi juga tanggungjawab semua umat manusia. Hak Asasi Manusia merupakan hak
kodrati manusia. Melanggar dan menciderai HAM berarti juga menciderai kasih dan
kebaikan Allah bagi umat manusi

3.2 Saran
a) Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain, jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain
b) Kepedulian kita semua sebagai warga negara Indonesia terhadap penegakan
HAM merupakan amanat dari nilai-nilai Pancasila yakni kemanusiaan yang adil
dan beradab yang sama-sama kita junjung tinggi, karena akan dapat
menghantarkan sebagai bangsa yang beradab.
c) Aparat hukum harus adil dalam menangani kasus hukum antara yang terjadi
pada pejabat dan rakyat kecil (wong cilik).

9
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Buyung Nasution, 2006, Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi


Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bindar Gultom, 2010, Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan Darurat di


Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lalu Misbah Hidayat, 2007, Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif


Pemerintahan Tiga Presiden: Bacharuddin Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati
Soekarnoputri, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia, Tap MPR
No.XVII/MPR/1998.

Saraswati, L. G. dan Rocky Gerung,2006, Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus,
Jakarta: Filsafat-UI Press. (diakses pada 28 Mei 2022)

10

Anda mungkin juga menyukai