Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“HAK ASASI MANUSIA”

Dosen Pengampu : Ariza Umami,S.H,M.H

Disusun oleh :

Kelompok 1

Ridho Kurniasyah (21610057)

Axmal Mustopa Rizki (21610061)

Yasaya Melati Sukma (21610082)

Putri Lestari (21610100)

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH MATRO

(JL.Ki Hajar Dewantara No 116 Iringmulyo Kec. Metro Timur)

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul Hak Asasi Manusia (HAM) dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan
buku yang berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan , dan serta informasi dari media
massa yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan.Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Metro, 6 April 2022

KELOMPOL 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4

Latar Belakang..................................................................................................................... 4

Rumusan Masalah................................................................................................................ 4

Tujuan Penulisan................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 5

A. Pengertian HAM...................................................................................................... 5
B. Bentuk – bentuk HAM............................................................................................ 6
C. Nilai – nilai HAM antara nilai universal dan partikular.......................................... 8
D. HAM dalam perundang – undangan nasional......................................................... 9
E. Sejarah HAM di dunia dan di Indonesia................................................................. 11
F. Landasan filsafat, teori, terminology....................................................................... 15
G. Pelanggaran dan pengadilan HAM ......................................................................... 17

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 20

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 20
B. Saran........................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang harus
diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi
dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehanatau pemenuhan HAM pada diri
kita sendiri.

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai
manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini
dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat
atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia
lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan HAM?
2. Apa saja bentuk bentuk HAM?
3. Apa saja nilai nilai yang terkandung dalam HAM?
4. Bagaimana sejarah HAM di dunia & diindonesia?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menegetahui pengertian HAM
2. Untuk mengetahui sejarah HAM
3. Untuk mengetahui bentuk bentuk HAM
4. Untuk mengetahui Nilai nilai HAM

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Hak asasi (fundamental untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia, terlebih dahulu akan
dijelaskan pengertian dasar tentang hak, secara definitif "hak" merupakan unsur normatif yang
berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin
adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya." Hak sendiri mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut:

1. Hak Pemilik
2. Ruang Lingkup Penerapan Hak
3. Pihak Yang Bersedia Dalam Penerapan Hak

Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak, dengan demikian hak
merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya
berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan. yang terkait dengan interaksinya
antara individu atau dengan instansi, hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh, dalam
kaitannya dengan pemerolehan hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori Joel Feinberg,
menurut teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk dilakukan, dimiliki,
atau sudah dilakukan, sedangkan dalam teori Joel Feinberg dinyatakan bahwa pemberian hak
penuh merupakan kesatuan dari klaim yang absah (keuntungan yang didapat daril pelaksanaan
hak yang disertai pelaksanaan kewajiban), dengan demikian keuntungan dapat diperoleh dari
pelaksanaan hak bila disertai dengan pelaksnaan kewajiban, hal itu berarti anatara hak dan
kewajiban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perwujudannya. Karena itu
ketika seseorang menuntut hak juga harus melakukan kewajiban

John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan
apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi
hidup dan kehidupan manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia. Berdasarkan beberapa rumusan 46 pengertian HAM tersebut, diperoleh
suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan hakikat yang harus dihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara. Dengan demikian penghormatan dan
perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui
aksi keseimbangan yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dan kepentingan umum.

5
Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM, menjadi kewajiban dan
tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah, bahkan negara. Jadi dalam memenuhi dan
menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga
dalam memenuhi kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang banyak
(kepentingan umum). Karena itu pemenuhan, perlindungan dan penghormatan terhadap HAM
harus diikuti dengan kewajiban asas manusia dan tanggung jawab asasi manusia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.

B. BENTUK – BENTUK HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Prof. Bagir Manan membagi HAM pada beberapa kategori yaitu hak sipil, hak politik, hak
ekonomi, hak sosial dan budaya. Hak sipil terdi dari hak diperlakukan sama di muka hukum, hak
bebas dari kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota masyarakat tertentu, dan hak hidup dan
kehidupan. Hak politik terdiri dari hak kebebasan berserikat dan berkumpul, hak kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan hak menyampaikan pendapat di muka
umum. Hai ekonomi terdiri dari hak jaminan sosial, hak perlindungan kerja, hak perdagangan,
dan hak pembangunan berkelanjutan. Hak sosial budaya terdiri dari hak memperoleh pendidikan,
hak kekayaan intelektual, hak kesehatan, dan hak memperoleh perumahan dan pemukiman (Bage
Manan, 2001).

Sementara itu, Prof. Baharuddin Lopa, membagi HAM dalam beberapa jenis yaitu hak
persamaan dan kebebasan, hak hidup, hak memperoleh perlindungan, hak penghormatan pribadi,
hak menikah dan berkeluarga, hak wanita sederajat dengan pria, hak anak dari or ang tua, hak
memperoleh pendidikan, hak kebebasan memilih agama, hak kebebasan bertindak dan mencari
suaka, hak untuk bekerja, hak memperoleh kesempatan yang sama, hak milik pribadi, hak
menikmati hasil/produk ilmu, dan hak tahanan dan narapidana (Baharuddin Lopa 1999). Dalam
Deklarasi Universal tentang 11AM (Untersal Declaration) kedalam beberapa jenis, yaitu hak
personal (hak Rights) atau yang dikenal dengan istilah DUHAM, Hak Asasi terbagi an
kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan perlindungan hak sipil dan politik, hak subsistensi
(hak jaminan adanya daya untuk menunjang kehidupan) serta hak ekonomi, sosial budaya.
Hak personal, hak legal, hak sipil dan politik yang terdapat dalam 3-21 dalam DUHAM tersebut
memuat:

1. hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi


2. hak bebas dari perbudakan dan penghambaan
3. hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak
berprikemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan
4. hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja secara
5. hak untuk pengampunan hukum secara efektif, pribadi
6. hak untuk pengampunan hukum secara efektif, pribadi
7. hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah;

6
8. hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan pribadi,
keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat
9. hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik
10. hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu
11. hak bergerak
12. hak memperoleh suaka
13. hak atas satu kebangsaan
14. hak untuk menikah dan membentuk keluarga
15. hak untuk mempunyai hak milik
16. hak bebas berpikir, berkesadaran dan beragama
17. hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat
18. hak untuk berhimpun dan berserikat
19. hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama
terhadap pelayanan masyarakat.

Sedangkan hak ekonomi, sosial dan budaya berdasarkan pada pemyataan DUHAM
menyangkut hal-hal sebagai berikut, yaitu

1. hak atas jaminan sosial


2. hak untuk bekerja
3. hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama
4. hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat
5. hak atas istirahat dan waktu senggang
6. hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan di kesejahteraan
7. hak atas pendidika
8. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudaya dari masyarakat.

Sementara itu dalam UUD 1945 (amandemen I-IV UUD 19 memuat hak asasi manusia
yang terdiri dari hak :

1. hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat;


2. hak kedudukan yang sama di dalam hukum;
3. hak kebebasan berkumpul;
4. hak kebebasan beragama;
5. hak penghidupan yang layak;
6. hak kebebasan berserikat;
7. hak memperoleh pengajaran atau pendidikan.

7
Selanjutnya secara operasional beberapa bentuk HAM yang terdapat dalam UU Nomor 39
tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut :

1. hak untuk hidup;


2. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
3. hak mengembangkan diri;
4. hak memperoleh keadilan;
5. hak atas kebebasan pribadi;
6. hak atas rasa aman;
7. hak atas kesejahteraan
8. hak turut serta dalam pemerintahan;
9. hak wanita;
10. hak anak

C. NILAI – NILAI HAK ASASI MANUSIA ANTARA NILAI UNIVERSAL DAN


PARTIKULAR

Wacana atau perdebatan tentang nilai-nilai HAM apakah univer nilai-nilai HAM berlaku
umum di semua negara) atau ir (artinya nilai-nilai HAM pada suatu negara s punyai kekhususan
dan tidak berlaku a kontekstual (artinya ma ada keterikatan dengan nilai-nilai ulutralap negara
THAM Pada suatu negara) terus berlanjut Berkaitan dengan nilai paling tidak ada tiga teori yang
dapat dijadikan kerangka analisis yaitu teori realitas (realistic theory), teori relativisme kultural
(cul nal relationism theory) dan teori radikal universalisme tradical univer (Davies, Peter, 1994).
untuk setiap yang tumbuh dan

Teori realitas mendasari pandangannya pada asumst adanya sifat manusia yang menekankan
self interest dan egoisme dalam dunia seperti bertindak anarkis. Dalam situasi anarkis, setiap
manusia saling mementingkan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan chaos dan tindakan tidak
manusiawi di antara individu dalam memperjuangkan egoisme dan self intrest-nya. Dengan
demikian, dalam situasi anarkis co prinsip universalitas moral yang dimiliki setiap individu tidak
dapat berlaku dan berfungsi. Untuk mengatasi situasi demikian negara harus mengambil tindakan
berdasarkan power dan security yang dimiliki dalam aya rangka menjaga kepentingan nasional
dan keharmonisan sosial dibenarkan. Tindakan yang dilakukan negara seperti di atas tidak
termasuk dalam kategori tindakan pelanggaran HAM oleh negara.

Dalam kaitan dengan penerapan HAM menurut teori ini ada tiga model penerapan HAM yaitu:

a. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak sipil, hak politik dan hak pemilikan
pribadi;
b. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak ekonomi dan hak social;
c. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak penentuan nasib sendiri ( self
determination ) dan pembangun ekonomi.

8
Model pertama banyak dilakukan oleh negara-negara yang tergolong dunia maju, model
kedua banyak diterapkan di dunia berkembang dan untuk model ketiga banyak diterapkan di
dunia terbelakang. Selanjutnya, teori radikal universalitas berpandangan bahwa semua nilai
termasuk nilai-nilai HAM adalah bersifat universal dan tidak bisa dimodifikasi untuk
menyesuaikan adanya perbedaan budaya dan sejarah suatu negara. Kelompok radikal
universalitas menganggap hanya ada satu paket pemahaman mengenai HAM bahwa nilai-nilai
HAM berlaku sama di semua tempat dan di sembarang waktu serta dapa diterapkan pada
masyarakat yang mempunyai latar belakang budaya dan sejarah yang berbeda. Dengan demikian
pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai HAM berlaku sama dan universal bagi semua
negara dan bangsa.

Dalam kaitan dengan ketiga teori tentang nilai-nilai HAM itu ada dua arus pemikiran atau
pandangan yang saling tarik menarik dalam melihat relativitas nilai-nilai HAM yaitu strong
relativist dan weak rela tivist. Strong relativist beranggapan bahwa nilai HAM dan nilai-nilai
lainnya secara prinsip ditentukan oleh budaya dan lingkungan tertentu. sedangkan universalitas
nilai HAM hanya menjadi pengontrol dari nilai nilai HAM yang didasari oleh budaya lokal atau
lingkungan yang spesifik. Berdasarkan pandangan ini diakui adanya nilai-nilai HAM lokal
(partikular) dan nilai-nilai HAM yang universal. Sementara Weak rela tivist memberi penekanan
bahwa nilai-nilai HAM bersifat universal dan sulit untuk dimodifikasi berdasarkan pertimbangan
budaya tertentu Berdasarkan pandangan ini nampak tidak adanya pengakuan terhadap nilai-nilai
HAM lokal melainkan hanya mengakui adanya nilai-nilai HAM Universal.

D. HAK ASASI MANUSIA DALAM PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL

Pengaturan HAM dalam ketatanegaraan RI terdapat dalam undang-undangan yang dijadikan


acuan normatif dalam pemajuan an perlindungan HAM. Dalam perundang-undangan RI paling
tidak dapat empat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam
konstitusi (Undang-Undang Dasar Negara). du, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga,
dalam Undang Undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan perti
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat, karena
perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di
Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain melalui amandemen dan
referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan
yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat glo
bal. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui TAP MPR, kelemahannya tidak dapat
memberikan sangsi hukum bagi pelanggarnya.

9
Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk Undang Undang dan peraturan pelaksanaannya
kelemahannya pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.

1. Pengaturan HAM dalam Konstitusi. Pengaturan HAM dalam konstitusi negara RI selain
pada hasil amandemen kedua UUD 1945, juga ditemukan di beberapa konstitusi yang
berlaku yaitu UUD 1945 (termasuk dalam amandemen I-IV), Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS) dan UUDS 1950. Pengaturan HAM juga ditemukan dalam
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS). Dalam KRIS, HAM menjadi bab khusus
yaitu Bab tentang HAM dan ditempatkan pada bab awal mulai pasal 7 sampai pasal 33.
Adapun dalam UUDS 1950 pengaturan HAM tidak jauh berbeda dengan yang diatur
dalam KRIS, namun perbedaan antara KRIS dengan UUDS 1950 terletak pada
penomoran pasal dan perubahan sedikit redaksional dalam pasal-pasal. Selain itu adanya
penambahan pasal dalam UUDS 1950 yang signifikan yaitu tentang fungsi sosial hak
milik, hak tiap warganegara untuk mendapat pengajaran, hak demonstrasi dan mogok.
2. Pengaturan HAM dalam Ketetapan MPR (TAP MPR). Pengaturan HAM dalam ketetapan
MPR, dapat dilihat dalam TAP MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang Pandangan dan
Sikap Bangsa Indonesia Terhadap HAM dan Piagam HAM Nasional.

Pengakuan Bangsa Indonesia akan HAK ASASI MANUSIA (HAM)

 Lembaga Hak Asasi Manusia (HAM)

a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komisi Nasional (Komnas HAM) didirikan berdasarkan
Keputusan Presiden No 50 Tahun 1993 dan diganti dengan Undang-undang No 39 Tahun 1999
tentang Hak asasi manusia yang didalam nya juga di atur tentang Komnas HAM. Adapun tujuan,
fungsi HAM itu sendiri yaitu:

1) Tujuan Komnas HAM


Membantu mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia,
sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.Meningkatkan perlindungan dan
penegakkan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia yang seutuhnya dan
kemampuan berpatisipasi dalam berbagai kehidupan
2) Fungsi Komnas HAM
Untuk tercapainya tujuan dari Komnas HAM itu, Komnas HAM menjalankan beberapa
fungsi hal ini tercantum dalam Pasal 76 ayat (1) yang menyatakan "untuk mencapai
tujuannya, Komnas HAM melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia", adapun yang dimaksud dalam Pasal 76
ayat (1) ini dijelaskan dalam A. Fungsi Pengkajian, Penelitian, Berdasarkan Pasal 89 Pasal
89 yaitu: ayat (1) dalam menjalankan fungsi pengkajian dan penelitian Komnas HAM
mempunyai tugas dan kewenangan yaitu:

10
▸ Pengkajian dan penelitian berbagai instrument Internasional hak asasi manusia dengan
tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinanan aksesi dan atau ratifikasi.
Pengkajian dan penelitian berbagai Peraturan Perundang-Undangan dalam membentuk,
merubah, dan mencabut Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan hak asasi
manusia
► Setelah dilakukan pengkajian dan penelitian hasil dari pengkajian dan penelitian
tersebut akan diterbitkan.
▸ Melakukan perbandingan mengenai hak asasi manusia dengan Negara lain.
▸ Membahas permasalahan yang terjadi tentang penegakan, perlindungan, penghormatan
terhadap hak asasi manusia.
▸ Bekerja sama dengan pihak lain baik ditingkatkan.
Nasional, Regional, maupun Internasional terkait tentang hak asasi manusia.

E. SEJARAH HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI DUNIA DAN DI INDONESIA

Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di Dunia

Dunia barat (Eropa) paling dahulu menyuarakan HAM, dimana berdasarkan sejarah Hak
Asasi Manusia, Inggris yang paling utama menyerukan.Tecatat di Inggris terdapat seorang filsuf
yang mengungkapkan gagasan atau merumuskan adanya hak alamiah (natural rights), yaitu Jhon
Locke pada abad 17.Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia di dunia barat ditandai dengan
tiga hal penting, yaitu Magna Charta, terjadinya revolusi Amerika dan revolusi Prancis.

Tentu ketiga hal tersebut sangat berpengaruh, bukan hanya untuk negara-negara Barat, akan
tetapi di seluruh dunia. Akhirnya hampir setiap negara menyadari bahwa hak setiap manusia
penting.

No. Perjalanan HAM :

1. Maghna Charta Liberium Inggris (1215)


2. Habeas Courpus Act Inggris (1679)
3. Revolusi Amerika (Bagian Sejarah HAM 1776)
4. Revolusi Prancis (1789)
5. Bill Of Rights (1789)
6. African Charter on Human and People Rights (1981)
7. Cairo Declration on Human Rights and Islam (1990)
8. Deklarasi PBB atau Deklarasi Wina (1993)
9. Deklarasi Bangkok (1993)

11
1. Maghna Charta Liberium Inggris (1215)

Sejarah telah mencatat bahwa Inggris memberikan jaminan terhadap para bangsawan serta
keturunannya untuk tidak mempenjarakan mereka sebelum melalui proses pengadilan.Jaminan
tersebut diberikan bukan tanpa alasan, tapi dikarenakan para bangsawan telah berjasa dalam
membiayai kerajaan, sebagai bentuk balas budi, pihak kerajaan memberikan jaminan, yang
dinamakan magnha charta liberium. Jaminan atau perjanjian tersebut dibuat pada masa raja Jhon
tahun 1215 Masehi.

Tidaklah heran pada masa itu, para bangsawan meminta jaminan atau bisa dibilang
penegakkan hukum, Sebab kebanyakan raja jaman dahulu bertindak sesuka hati, membuat
hukum sendiri sedang raja kebal terhadap hukum. Hampir semua aturan yang dibuat
menguntungkan raja.Meskipun Maghna Charta tidak berlaku untuk semua, atau dalam artian
hanya untuk para bangsawan, akan tetapi kita tidak bisa memungkiri bahwa Maghna Charta
merupakan tonggak awal perkembangan HAM di dunia.

2. Habeas Corpus Act Inggris (1679)

Habeas Corpus Act merupakan sebuah statuta yang dikeluarkan pada tahun 1679 oleh Raja
Charles II. Statuta tersebut berisikan bahwa setiap orang dalam kasus tertentu bisa
mempertahankan kedudukannya, ketika hendak akan dihukum atau dipenjara. Statuta tersebut
mengharuskan seseorang yang sedang mendapatkan kasus untuk datang dan menghadiri
pengadilan dengan waktu yang telah ditentukan serta alasan penahan yang jelas.

Sehingga setiap orang yang mendapatkan kasus tidak lagi memiliki alasan untuk tidak hadir
atau mendapatkan dispensasi. Dengan diberlakukannya hal tersebut, keputusan dapat diangkat
dan diambil.Habeas Corpus Act jika diartikan memiliki makna “membawa orang untuk
diperiksa”.

Status tersebut, bahkan sampai saat ini menjadi dasar hukum negara-negara federal dalam
mengambil dan memutuskan status hukum. Habeas Corpus Act tentu menjadi bukti nyata dari
penegakan HAM, seseorang yang tadinya tidak memiliki kepastian hukum atau bahkan dihukum
tanpa alasan, dengan adanya Habeas Corpus Act paling tidak, masuk terlebih dahulu pengadilan,
yang barang tentu ini menjadi sejarah hak asasi manusia.

3. Revolusi Amerika (Bagian Sejarah HAM 1776)

Revolusi Amerika pada tahun 1776 merupakan peperangan rakyat Amerika melawan penjajah
Inggris. Hasil revolusi ini adalah kemerdekaan Amerika pada tahun 1776 dari Inggris. Pada
tahun yang sama amerika membuat sejarah dengan menegakan Hak Asasi Manusia, yaitu
memasukannya aturan HAM kedalam perundangan negara. Hak Asasi Manusia di Amerika
dalam perkembangannya lebih komplek dari pada HAM di Inggris. Bahkan HAM terus disuakan
sampai saat ini baik oleh pemerintah maupun rakyat.

12
4. Revolusi Prancis (1789)

Revolusi Prancis lebih populer dari pada revolusi Amerika, jika Amerika memerangi penjajah
Inggris untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan, supaya bisa berdiri sendiri dan memiliki hak.
Beda halnya dengan revolusi Prancis yang dilakukan rakyat memerangi rajanya sendiri, yaitu
raja Louis XVI. Rakyat Prancis melakukan hal tersebut dengan alasan, bahwa sang raja bertndak
sewenang – wenang terhadap rakyat dan memiliki sifat absolute. Revolusi Prancis setidaknya
menghasilkan aturan tentang hak, yaitu hak atas kebebasan, hak atas kesamaan dan hak atas
persaudaraan.

5. Bill of Rights (1789)

Bill of Rights atau deklarasi hak – hak merupakan sebuah nama untuk sepuluh amandemen
yang dilakukan Amerika Serikat. Amandemen dibuat dengan tujuan untuk melindungi hak – hak
asli dari harta benda serta kebebasan. Deklarasi hak – hak berisikan atas penjaminan kebebasan
hak pribadi atas hukum, serta memberikan kewenangan terhadap negara bagian dan rakyat.

Sebenarnya pertama kali deklarasi hak-hak hanya dilakukan untuk negara federal, akan tetapi
pada akhirnya diterapkan untuk negara bagian. Amandemen – amandemen tersebut
diperkenalkan oleh James Madison di kongres Amerika Serikat pertama pada tahun 1789.
Namun pada akhirnya diadopsi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat. Deklarasi hak –
hak berhasil memberi perlindungan yang sama terhadap setiap warga negara Amerika Serikat.

6. African Charter on Human and People Rights (1981)

7 Juni 1981 merupakan sejarah Hak Asasi Manusia bagi rakyat Afrika, sebab pada tanggal ini
negara – negara yang tergabung dalam negara perstuan Afrika mengadakan konfersi mengenai
Hak Asasi Manusia. Setiap negara dalam konfersi tersebut mnyatatakan dengan tegas
berkomitmen untuk memberantas segala bentuk kolonialisme dari tanah Afrika. Hal tersebut
dilakukan rakyat Afrika dalam bentuk menciptakan kehidupan bagi masyarakat Afrika yang
lebih baik.

7. Cairo Declration on Human Rights in Islam (1990)

Deklarasi cairo telah menjadi bagian dari sejarah Hak Asasi Manusia teruma negara – negara
Islam. Pada waktu itu negara – negara Islam menegaskan bahwa satu-satu sumber adalah Islam
syariah. Deklarasi ini dilakukan pada tahun 1990 di Mesir dan bertuan untuk menjadi pedoman
anggota OKI dalam Hak Asasi Manusia.

8. Deklarasi PBB atau Deklarasi Wina (1993)

Deklarasi yang dilakukan PBB ini bersifat universal dan ditandatangani oleh seluh anggota
PBB. Deklarasi yang diselenggarakan di Ibu Kota Astria, Wina berhasil mendeklarasikan hak
asasi generasi ketiga, yaitu tentang hak pembangunan. Deklarasi Wina ini menjadi bagian dari
sejarah HAM yang dilakukan PBB, untuk menegakan hak asasi disetiap negara.

13
9. Deklarasi Bangkok (1993)

Deklarasi Bangkok diakukan pada tahun 1993 dan dihadiri oleh negara-negara asia. Dalam
konferensi ini setiap negara yang hadir telah berkomitmen untuk menegakan prinsip-prinsip PBB
menenai Hak Asasi Manusia. Mereka menyatakan adanya saling ketergantungan dan harus
menenrapkan hak asasi secara universal, objektivitas dan selektivitas.

SEJARAH HAK ASASI MANUSIA di INDONESIA

Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sakral, diperjuangkan sepenuh jiwa, serta sangat
sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia telah ikut bersama negara lain
untuk memperjuangkan HAM, memasukan rasa kemanusian dalam perundangan, sebab hal
tersebut merupakan fundamental. Pancasila sebgai dasar negara Indonesia sepenuhnya
mendukung dan menjungjung tinggi penegakan Hak Asasi Manusia. Diawal kemerdekaan
Indonesia, tokoh seperti Mochammad Hatta merupakan orang yang paling vocal dalam
menyuarakan HAM.

1. Sejarah Hak Asasi Manusia Sebelum Kemerdekaan

Indonesia dalam memperjuangkan haknya sebagai bangsa harus melewati beberapa fase,
seperti halnya pembentukan organisasi. Organisasi yang didirikan tersebut mewadahi banyak
orang dimana untuk merasa sadar bersama-sama memiliki hak-hak yang harus diperjuangkan
dan dicapai. Organisa-oraganisasi yang dibangun memperjuangkan hak – hak masyarakat dengan
cara berbeda, namum pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama untuk menghapuskan
kolonialisme di tanah Indonesia. Sehingga dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat menjadi
manusia yang seutuhnya karena hak kemanusiaannya terpenuhi.

Sebagai contoh, Budi Oetomo memperjuangkan hak masyarakat dan kemanusian lewat petisi
– petisi dan surat yang disampaikan kepada kolonial belanda waktu itu. Kemudian ada Sarekat
Islam yang berusa memperjuangkan hak – hak kemanusiaan dan menghilangkan diskriminasi
secara rasial.

2. Sejarah Penegakan HAM di Indonesia Pasca Kemerdekaan

 1945 – 1950 merupakan pasca lepasnya Indonesia dari Belanda serta secara sah telah
merdeka. Pada masa ini Indonesia memperjuangkan HAM, yang berkutan dengan
masalah – masalah kemerdekaan serta mengatur menyampaikan dan mengemukakan
pendapat di muka umum.
 1950 -1959, masa dimana HAM mulai berhasil tegak, ditandai banyaknya partai politik
dengan ideologi masing – masing, serta pers memiliki kebebasan dalam menyampaikan
fakta yang terjadi.
 1966 – 1998, Masa dimana Presiden Soeharto menjabat 30 tahun lamanya, pada masa
pemerintahan ini lebih bersifat defensif serta pers tidak diberikan ruang untuk bergerak.
Di masa ini juga banyak tejadi pelangaran – pelanggaran HAM.

14
 1998 – Sekarang, Masa dimana pasca revormasi, jatuhnya kekuasaan rezim Soeharto.
Beruha mengkaji tindakan – tindakan yang telah dilakukan pada masa Orba, jangan
sampaii terjadi lagi.

Sejarah panjang penegakan Hak Asasi Manusia tidak akan pernah berakhir, meski penjajahan
secara fisik sudahlah hilang dari muka bumi, namun bagaimana dengan penjajahan – penjajahan
jenis lain? Tentu hal tersebut harus kita lawan demi tegaknya hak asasi, supaya manusia bisa
benar – benar hidup seutuhnya. Sejarah HAM telah mengajari banyak kepada kita, bahwa rasa
kemanusian, kesamaan dan keadilan adalah sesuatu yang harus diperjungkan. Dari sejarah Hak
Asasi Manusia ini kita tentu dapat belajar banyak, semoga kita bisa menjadi manusia yang utuh.

F. LANDASAN FILSAFAT, TEORI, TERMINOLOGI

Landasan Filsafat, Teori dan Terminologi Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan kristalisasi berbagai sistem nilai dan filsafat tentang manusia dan
seluruh aspek kehidupannya. Fokus utama dari hak asasi manusia adalah kehidupan dan martabat
manusia. Martabat manusia akan terganggu ketika mereka menjadi korban penyiksaan, menjadi
korban perbudakan atau pemiskinan, termasuk jika hidup tanpa kecukupan pangan, sandang dan
perumahan.

Gagasan tentang nilai luhur martabat manusia, yang menjadi esensi gagasan hak asasi manusia
modern, dapat ditemukan dalam semua ajaran agama. Selain itu, prinsip kesetaraan yang menjadi
salah satu prinsip utama hak asasi manusia juga banyak mendapatkan pengakuan normatif dalam
berbagai ajaran agama. Abdullahi A. An-Na'im menyebut prinsip ini dengan istilah 'Prinsip
Emas' (Golden Rule). Ruh utama dari prinsip ini adalah adanya prinsip hubungan timbal balik
(resiproksitas) dalam hubungan kemanusiaan (termasuk hubungan antara penguasa dan rakyat).
yakni tuntunan untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Islam
misalnya mengajarkan umatnya untuk mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri, dan
itu merupakan prasyarat kesempurnaan iman. Islam juga mengajarkan agar umatnya memberikan
harta kepada saudaranya berupa sesuatu yang paling ia sukai, dan it merupakan prasyarat untuk
memperoleh kebaikan.

Ajaran tentang perlakuan terhadap orang lain tersebut sesungguhnya dapat ditemukan dalam
seluruh ajaran agama. Abdullahi A. An-Na'im memosisikan kesamaan ajaran berupa 'Prinsip
Emas' ini menjadi salah satu landasan normatif bagi prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi
yang menjadi prinsip dasar gagasan hak asasi manusia dewasa ini. Pada kesempatan yang lain
An-Na'im menyatakan bahwa ada salah satu prinsip normatif umum yang dimiliki oleh semua
tradisi kebudayaan besar yang mampu menopang gagasan universalitas hak asasi manusia.
Prinsip tersebut adalah 'seseorang harus memperlakukan orang lain sama seperti ia
menginginkan diperlakukan orang lain'. Aturan moral ini mengacu pada prinsip resiproksitas
yang mengakar kuat di hampir seluruh agama-agama besar dan proposisi yang sederhana
tersebut dengan mudah diapresiasi oleh semua umat manusia, baik dari tradisi kultural maupun
persuasi filosofis.'

15
Tantangan penerapan prinsip resiproksitas adalah ketika harus bersikap dengan orang yang
berbeda baik jenis kelamin atau kepercayaan agama. Tujuan prinsip resiproksitas adalah bahwa
seseorang harus mencoba mencapai sistem taksiran yang paling dekat untuk menempatkan
dirinya dalam posisi orang lain. Ini mengasumsikan adanya kesamaan posisi dengan orang lain
dalam semua hal termasuk jenis kelamin dan agama. Sifat resiproksitas adalah saling
menguntungkan, sehingga ketika orang mengidentifikasi diri dengan orang lain, maka seseorang
seyogianya menggunakan prinsip timbal balik yang sama terhadap sistem kepercayaan orang
lain.

Bunyi 'Prinsip Emas' sebagaimana dijelaskan di atas secara lengkap sebagai berikut.

Islam: Tidak satu pun dari kamu adalah seorang yang beriman hingga kamu
mencintai/menyayangi sesamanya seperti kamu mencintai/ menyayangi dirimu sendiri (No one
of you is a believer until he desires for this brother that which he desires for him self).

Hindu: Jangan lakukan pada orang lain hal, yang bila dilakukan pada dirimu, akan menyebabkan
penderitaan: ini adalah inti darma (Do naught to others which, if done to thee, would cause thee
pain: this is the sum of duty).

Yahudi: Apa yang kamu benci, jangan kamu lakukan pada temanmu. Itu adalah hukum
seutuhnya, sisanya adalah penjelasan (What is hateful for you, do not to your fellow man. That is
the entire law, all the rest is commentary).

Kristen: Lakukanlah pada orang lain hal yang kamu ingin agar orang lain lakukan padamu (Do
unto others as you would have them do unto you). Budha: Jangan sakiti orang lain dengan cara
yang kamu sendiri akan merasakan sakit (Hurt not others in ways that you yourself would find
hurtful).

Secara filosofis, akar nilai dan perspektif hak asasi manusia memang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan agama, namun demikian tidak sedikit kalangan yang mempertanyakan kaitan
antara hak asasi manusia dan nilai agama karena bagi mereka agama memiliki aspek kontradiksi
yang cukup tinggi serta dalam sejarah peradaban manusia merupakan faktor penyumbang
peperangan dan kekerasan yang cukup panjang. Agama juga dianggap memiliki karakter elitis, di
mana hanya orang-orang tertentu dari kaum 'tinggi' yang dianggap memiliki otoritas untuk
menafsirkanagama."
Secara historis, banyak kalangan yang menganggap bahwa akar filosofis dari munculnya gagasan
hak asasi manusia adalah teori hak kodrati (natural rights theory) yang dikembangkan oleh para
pemikir Abad Pencerahan di Eropa, seperti John Locke, Thomas Paine dan Jean Jacques
Rousseau. Intisari teori hak kodrati adalah pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oleh alam
hak-hak yang melekat pada dirinya, dan karena itu ia tidak dapat dicabut oleh negara. Teori hak
kodrati menganggap bahwa hak-hak alamiah semua individu tersebut tidak lahir dari pengakuan
politis yang diberikan negara pada mereka.Teori hak kodrati erat kaitannya dengan teori kontrak
sosial (social contract) yang merujuk pada suatu kesepakatan sosial dan politik bahwa prldngn
atas hak-hak individu yang tidak dapat dicabut tersebut telah diserahkan kepada negara.

16
Apabila penguasa negara mengabaikan kontrak sosial itu dengan melanggar hak hak kodrati
individu, maka rakyat di negara itu bebas menurunkan sang penguasa dan menggantikannya
dengan suatu pemerintah yang bersedia menghormati hak-hak tersebut. Gagasan mengenai hak-
hak kodrati inilah yang melandasi munculnya berbagai revolusi yang meletup di Inggris,
Amerika Seri dan Prancis pada abad ke-17 dan ke-18. Perkembangannya, teori hak kodrati
diikuti oleh dua pemikiran besar yang memberi sumbangan pada bangunan dasar filosofis
pemikiran hak asasi manusia modern, yakni demokrasi dan liberalisme.

Demokrasi adalah sebuah konsep dan sistem politik yang menegaskan kebebasan warga negara
untuk ikut serta dalam proses dan kehidupan politik, khususnya dalam proses-proses pembuatan
keputusan. Sementara liberalisme adalah sebuah filsafat politik yang menekankan kebebasan
individu dari campur tangan (interference) pihak luar, terutama negara.Pada konsep hak asasi
manusia modern dewasa ini, pengaruh liberalisme dapat dilihat dalam hak-hak sipil yang bersifat
pasif, yakni kebebasan individu dari campur tengan (terutama dari negara). Sedangkan pengaruh
demokrasi tercermin dalam hak-hak politik yang bersifat aktif, yakni hak-hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan dan proses-proses politik. Hak-hak sipil dan politik inilah yang
menjadi inti dari gagasan hak asasi manusia klasik Abad Pencerahan, atau generasi pertama hak
asasi manusia, yang semakin mendapat pengakuan setelah Revolusi Amerika dan Prancis pada
abad ke-18 serta revolusi-revolusi borjuis lainnya pada abad ke-19.

G. PELANGGARAN dan PENGADILAN HAM

UNSUR lain dalam HAM adalah masalah pelanggaran dan pengadilan HAM. Se ara jelas UU
No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM mendefinisikan hal ersebut. Pelanggaran hak asasi
manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau lompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dij min
oleh undang-undang, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak aka memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanism hukum yang berlaku. Dengan
demikian, pelanggaran HAM merupakan tindaka pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh
individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa
ada dassar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya. Pelanggaran HAM
dikelompokkan pada dua (2) bentuk, yaitu: (1) pelanggan HAM berat; dan (2) pelanggaran HAM
ringan. Pelanggaran HAM berat melipu kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan.
Sedangkan, bentuk pelanggan HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat
tersebut.Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan mak sud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelomp bangsa, ras, kelompok etnis,
dan kelompok agama.

17
Kejahatan genosida dilakuka dengan cara:

a. Membunuh anggota kelompok.


b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota anggota
kelompok.
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemunahan secara
fisik baik seluruh atau sebagiannya.
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di de lam kelompok.
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Sedangkan kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan serangan yang
meluas dan sistematis.Adapun serangan yang dimaksud ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa:

a. Pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. Perbudakan;
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan; pokok hukum internasional;
f. Penyiksaan;
g. Pemerkosaan;

Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur negara maupun warga negara.
Untuk menjaga pelaksanaan HAM, penindakan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui
proses peradilan HAM melalui tahap-tahap peyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Pengadilan
HAM merupakan pengadilan husus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum. Sebagai salah
satu upaya untuk memenuhi rasa keadilan, maka pengadilan atas pelanggaran HAM kategori
berat, seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan diberlakukan asas retroaktif. Dengan
demikian, pelanggaran HAM kategori berat dapat diadili dengan membentuk Pengadilan HAM
ad hoc. Pengadil an HAM ad hoc dibentuk atas usul Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan
kepu tusan presiden dan berada di lingkungan Pengadilan Umum. Selain Pengadilan HAM ad
hoc, dibentuk juga Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Komisi ini dibentuk sebagai
lembaga ekstrayudisial yang bertugas untuk menegakkan kebenaran untuk mengungkap
penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM pada masa lampau, melaksanakan rekonsiliasi
dalam perspektif kepentingan bersama sebagai bangsa. Pengadilan HAM berkedudukan di
daerah tingkat I (provinsi) dan daerah ting kat II (kabupaten/kota) yang meliputi daerah hukum
Pengadilan Umum yang ber sangkutan. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa
dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Pengadilan HAM berwenang
ga memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia oleh warga negara
Indonesia yang berada dan dilakukan di luar batas teritorial wilayah Negara Republik Indonesia.

18
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelang garan hak asasi
manusia yang berat yang dilakukan seseorang yang berumur d bawah delapan belas (18) tahun
pada saat kejahatan dilakukan. Dalam pelaksa naan peradilan HAM, pengadilan HAM
menempuh proses pengadilan melalui hu kum acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang Peng adilan HAM.

Upaya mengungkap pelanggaran HAM dapat juga melibatkan peran serta masyarakat umum.
Kepedulian warga negara terhadap pelanggaran HAM dapat dilakukan melalui upaya-upaya
pengembangan komunitas HAM atau penyeleng garaan tribunal (forum kesaksian untuk
mengungkap dan menginvestigasi sebu ah kasus secara mendalam) tentang pelanggaran HAM.

19
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan
pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain.

Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyesuaikan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan orang lain. Dan kita juga harus membantu negara dalam mencari upaya untuk mengatasi
atau menanggulangi adanya pelanggaran-pelanggaran HAM yang ada di Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pinhome.id/blog/sejarah-ham/

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrxgzNXVHNi62gA9BNP5At.;_ylu=Y29sbwMEcG9zAzIEdnRpZAMEc2VjA3Ny/
RV=2/RE=1651754200/RO=10/RU=https%3a%2f%2fmasalahmakalah.blogspot.com
%2f2016%2f08%2fmakalah-pkn-tentang-hak-asasi-manusia.html/RK=2/
RS=RPJocpQGegWiZrCByTpOvOWkk7A-

Eko Riyadi, S.H,M.H

Nitaria Angkasa, S.H,M.H

Prof Dr. Azyumardi Azra, MA

PROF. MIRIAM BUDIARDJO ( PENERBIT PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA,


JAKARTA)

A.Ubaedillah dan Abdul Rozak

21
22

Anda mungkin juga menyukai