Anda di halaman 1dari 17

Makalah Hak Asasi Manusia (HAM)

dan Demokrasi dalam Islam

Disusun Oleh :
ARIKA CHOIRIYAH (201710101016)
AULIA KHOIRUNNISA (201710101043)
RADINKA ELSA NABILA (201710101123)

UNIVERSITAS JEMBER
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia -Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi dalam Islam ini tepat pada
waktunya. Penulisan Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Jember.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun materi yang disampaikan, mengingat kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan oleh penyusun.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami maupun pembaca, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Jember, 27 September 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................II

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................2

C. TUJUAN..........................................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. HAM

1. PENGERTIAN HAM..................................................................................................................3

2. HAM DAN SEJARAHNYA........................................................................................................3

3. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN TENTANG HAM..........................................................4

4. DASAR DASAR HAM DALAM AL-QUR’AN.........................................................................5

B. DEMOKRASI DALAM ISLAM

1. PENGERTIAN DEMOKRASI..................................................................................................7

2. SEJARAH DEMOKRASI..........................................................................................................8

3. DEMOKRASI DALAM ISLAM................................................................................................8

BAB 3 PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................................................................................13

B. SARAN................................................................................................................................................13

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia sudah memiliki hak-hak pokok dari lahir sampai
meninggal. Hak-hak pokok tersebut biasa disebut hak asasi manusia (HAM). Hak
asasi manusia bersifat universal yang artinya hak tersebut berlaku untuk semua orang
tanpa memandang apapun seperti agama, jabatan, warga negara, tingkat pendidikan,
dan lain sebagainya yang telah tertuang dalam al-Qur’an salah satunya dalam QS. An
-Nahl ayat 90 yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”
Hak asasi manusia dalam islam berbeda dengan hak asasi manusia menurut
pengertian yang ada pada umumnya. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi
negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Jadi, negara bukan saja
menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban
memberikan dan menjamin hak-hak ini. Islam tidak hanya menjadikan itu sebagai
kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi
hak-hak ini.
Disisi lain umat islam sering kebingungan dengan istilah demokrasi. Demokrasi
sendiri memiliki arti bentuk pemerintahan dimana semua warga negaranya memiliki
hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi bagi sebagian umat islam sampai dengan hari ini masih belum bisa
diterima secara utuh. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa
mengharapkan timbal balik, sebagian yang lainnya belum tentu seperti itu dalam
artian ada yang menolak bahkan mengharamkannya sama sekali. Sebenarnya banyak
yang tidak bersikap keduanya. Artinya, banyak yang tidak mau bersikap apapun.
Kondisi ini dipicu dari kalangan umat islam sendiri yang kurang memahami
bagaimana islam memandang demokrasi. Dalam islam sendiri sebenarnya sudah ada
demokrasi yaitu beberntuk musyawarah, dalam islam untuk menentukan sesuatu
yang tidak terdapat dalam Al Qur’an secara jelas ataupun dalam hadits maka

1
ditentukan dengan cara melakukan musyawarah (ijma’) yang dilakukan oleh para
ulama’ untuk mendapatkan suatu kesepakatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu konsep HAM, dan Demokrasi islam?
2. Bagaimana HAM dan Demokrasi dalam islam ?
3. Mengapa HAM, dan Demokrasi tidak dapat dipisahkan ?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat memahami dan menguasai materi yang telah disajikan
dalam bentuk makalah ini
2. Mahasiswa dapat menjalankan HAM dan Demokrasi dalam islam
3. Mahasiswa dapat memahami peran mahasiswa dalam HAM dan Demokrasi islam
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan materi dari makalah ini dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. HAM

1. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang
maha pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan
apa pun yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian, bukan berarti manusia dengan
hak-haknya dapat berbuat semaunya, sebab apabila seseorang melakukan sesuatu
yang dapat dikategorikan memperkosa atau merampas hak asasi orang lain, harus
mempertanggung jawabkan perbuatanya. Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah
dideklarasikan oleh ajaran Islam jauh sebelum masyarakat (barat) mengenalnya,
melalui berbagai ayat Al-Qur’an misalnya manusia tidak dibedakan berdasarkan
Warna kulitnya, rasnya tingkat sosialnya. Allah menjamin dan memberi kebebasan
pada manusia untuk hidup dan merasakan kenikmatan dari kehidupan, bekerja dan
menikmati hasil usahanya, memilih agama yang diyakininya.

2. Hak hak Asasi Manusia dan Sejarahnya


Kedatangan Islam di muka bumi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
bertujuan untuk membawa rahmat bagi makhluk seisi bumi termasuk di dalamnya
manusia. Menurut ajaran Islam, manusia tidak hanya menjadi objek tapi sekaligus
menjadi subjek bagi terciptanya keselamatan dan kedamaian itu. Oleh karena itu,
setiap muslim dituntut

Penanggungjawaban atas keselamatan diri dan lingkungannya. Seorang muslim


harus dapat memberikan rasa aman bagi orang lain baik dari ucapan maupun tindak
tanduknya.

3
Berdasarkan ini, maka penghargaan tertinggi kepada manusia dan kemanusiaan
menjadi perhatian yang paling utama dan prinsipil di dalam Islam. Penghargaan yang
tidak dibatasi oleh kesukuan, ras, warna kulit, kebangsaan dan agama. Misalnya nilai
persamaan, persaudaraan, dan kemerdekaan merupakan nilai nilai universal Islam
yang berlaku pula untuk seluruhumat manusia di jagad raya ini. Hal ini !ercennin dari
penegasan Allah didalam kitab suci al-qur'an : 1
“Sesungguhnya kami telah memuliakan Bani Adam (manusia) dan Kami
angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan" (QS. Al lsra” l7:70).

Hal itu sesungguhnya manusialah yang diberikan kebebasan memilih antara hal
hal yang baik dan yang buruk, benar dan salah, bermanfaat dan mendatangkan
mudarat dan sebagainya. Kunci dari itu semua adalah manusia dikaruniai akal pikiran
dan hati nurani (qalb).
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi kekhalifahan itu setiap manusia harus
mengerti terlebih dahulu hak hak dasar yang melekat pada dirinya seperti kebebasan,
persamaan, perlindungan dan sebagainya. Hak hak tersebut bukan merupakan
pemberian seseorang, organisasi, atau Negara tapi adalah anugerah dari Allah yang
sudah dibawanya sejak lahir ke alam dunia. l-lak hak itulah yang kemudian disebut
dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
Tanpa memahami hak hak tersebut mustahil ia dapat menjalankan tugas serta
kewajibannya sebagai khalifah Tuhan. Namun persoalannya, apakah setiap manusia
dan setiap muslim sudah menyadari hak hak tersebut? Jawabnya, mungkin belum
setiap orang, termasuk umat Islam menyadarinya. Hal ini mungkin akibat rendahnya
pendidikan atau sistem sosial politik dan budaya disuatu tempat yang tidak kondusif
untuk anak dapat berkembang dengan sempurna.

3. Latar Belakang Pemikiran tentang HAM


Manusia pada dasarnya berasal dari satu ayah dan satu ibu, yang kemudian
menyebar ke berbagai penjuru dunia, membentuk aneka ragam suku dan bangsa serta
bahasa dan warna kulit yang berbeda beda. Karena itu manusia menurut pandangan
Islam adalah umat yang satu “ummatun wahidatun“. Karena manusia itu bersaudara
1
Ahmad Kosasih, HAM dalam perspektif ISLAM(Jakarta: Salemba Diniyah, 2003)

4
yang saling mengasihi dan sama derajatnya, manusia tidak boleh diperbudak oleh
manusia lain. Manusia bebas dalam kemauan dan perbuatan, bebas dari tekanan dan
paksaan orang lain. Manusia, menurut islam, hanya milik Allah dan hamba Allah
(‘Abd Allah) dan tidak boleh menjadi hamba dari makhluk Nya, termasuk hamba dari
manusia.
Dari ajaran dasar persaudaraan, persamaan dan kebebasan ini pula timbul
manusia yang lainnya. Seperti kebebasan dari kekurangan, rasa takut, meyalurkan
pendapat, bergerak, kebebasan dari penganiayaan dan penyiksaan. Hal ini mencakup
semua sisi dari apa yang disebut hak hak asasi manusia seperti hak hidup, hak
memiliki harta, hak berfikir, hak berbicara dan mengeluarkan pendapat, mendapat
pekerjaan, hak memperoleh pendidikan, hak memperoleh keadilan, hak berkeluarga
dan hak diperlakukan sebagai manusia yang terhormat (mulia) dan sebagainya.
' HAM dalam pandangan Islam dan Barat
Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu Nya,
dalam Al Quran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai rasulnya melalui sunah
beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam al qur'an dan hadist. HAM terbagi
menjadi 2 HAM Menurut barat dan menurut islam.
HAM barat bersifat anthroposentris: segala sesuatu berpusat pada manusia sehingga
menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala sesuatu. HAM islam bersifat
theosentris: segala sesuatu berpusat pada Allah. Dalam konsep demokrasi modern,
kedaulatan rakyat merupakan inti dari demokrasi sedang demokrasi islam meyakini
bahwa kedaulatan Allah lah yang menjadi inti dari demokrasi.

4. Dasar dasar HAM dalam Al Qur’an

a. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat Al Qur’an mcnegaskan:


 “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mcnccgah dari yang mungkar.
Dan merekalah orang orang yang beruntung” (Q.S Ali Imran/3:104)
 “Hendaklah kamu saling berpesan kepada kebenaran dan saling berpesan
dengan penuh kesabaran” (Q.S Al Ashr/10323)
 “Berilah berita gembira kepada hamba-Ku yang mendengarkan perkataan
lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang orang

5
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang orang yang
mempunyai akal” (Q.S Az Zumar/39: 17:18) 2

Ayat ayat diatas menegaskan bahwa setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya
kepada orang lain, mengingatkan kepada kebenaran, kebajikan serta mencegah
kemungkaran. Bahkan hal itu disampaikan bukan saja karena ada hak tapi sekaligus
merupakan suatu kewajiban sebagai orang beriman.

b. Hak kebebasan memilih agama


Sehubungan dengan kebebasan memilih agama dan kepercayaan, Al Qur'an
menyebutkan antara lain:
 “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang
Ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS Al Baqarah/2z256)
 “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin
(kaflr) biarlah ia kafir...” (QS Al kahfl 18:29)
 “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang
dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang orang yang beriman semuanya ?“ (Q.S.
Yunus/10:99)

Berdasarkan ayat ayat diatas, jelaslah bahwa masalah menganut suatu agama atau
kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk memilihnya.
Didalam islam, kita hanya diperintah untuk berdakwah yang bertujuan menyeru,
mengajak dan membimbing seseorang kepada kebenaran itu. Dakwah bertujuan juga
untuk menegakkan “A1 Amru bil ma’ruf wa al nahyu ‘an al munkar” (menyeru
kepada kebajikan serta mencegah dari kemjungkaran).3

2
Ahmad Kosasih, HAM dalam perspektif ISLAM(Jakarta: Salemba Diniyah, 2003)
3
Ahmad Kosasih, HAM dalam perspektif ISLAM(Jakarta: Salemba Diniyah, 2003)

6
B. Demokrasi Dalam Islam

1. Pengertian Demokrasi
Dalam teori, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil
wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Lincoln (1863)
menyatakan “Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”. Dalam sistem demokrasi, rakyatlah yang dianggap berdaulat, rakyat yang
membuat hukum dan orang yang dipilih rakyat harus melaksanakan apa yang telah
ditetapkan rakyat tersebut. Selain itu, demokrasi juga menyerukan kebebasan
manusia secara menyeluruh dalam hal : a. Kebebasan beragama b. Kebebasan
berpendapat c. Kebebasan kepemilikan d. Kebebasan bertingkah laku Inilah fakta
demokrasi yang saat ini dianut dan digunakan oleh hampir semua negara yang ada di
dunia. Tentu saja dalam implementasinya akan mengalami variasi variasi tertentu
yang dilatar belakangi oleh kebiasaan, adat istiadat serta agama yang dominan di
suatu negara. Namun, variasi yang ada hanyalah terjadi pada bagian cabang bukan
pada prinsip tersebut.

2. Sejarah Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dan' bahasa Yunani demokratia ““kekuasaan rakyat”,
yang dibentuk dari kata demos “rakyat“ dan kratos “kekuasaan“, merujuk pada sistem
politik yang muncul pada pertengahan abad ke5 dan ke4 SM di kota Yunani Kuno,
khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM.
Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk sederhana dari
demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia. Ketika itu, bangsa
Sumeria memiliki beberapa kota yang independen. Di setiap kota tersebut para rakyat

7
seringkali berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan dan keputusan pun
diambil berdasarkan konsensus atau mufakat.
Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem pemerintahan
yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modem. Yunani kala itu terdiri dari
1.500 kota (poleis) yang kecil dan independen. Kota tersebut memiliki sistem
pemerintahan yang berbeda beda, ada yang oligarki, monarki, tirani dan juga
demokrasi. Salah satunya Athena, kota yang mencoba sebuah model pemerintahan
baru yaitu demokrasi langsung. 4
Penggagas dari demokrasi tersebut pertama kali adalah Solon, seorang penyair
dan negarawan. Paket pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594 SM menjadi
dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon tidak berhasil membuat perubahan.
Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun kemudian oleh Kleisthenes, seorang
bangsawan Athena.
Dalam demokrasi tersebut, tidak ada perwakilan dalam pemerintahan sebaliknya
setiap orang mewakili dirinya sendiri dengan mengeluarkan pendapat dan memilih
kebijakan. Namun dari sekitar 150.000 penduduk Athena, hanya seperlimanya yang
dapat menjadi rakyat dan menyuarakan pendapat mereka.
Demokrasi lahir sebagai anti tesis terhadap dominasi agama dan gereja terhadap
masyarakat Barat. Karena itu, demokrasi adalah ide yang anti agama, dalam arti
idenya tidak bersumber dari agama dan tidak menjadikan agama sebagai kaidah
kaidah berdemokrasi.
Orang beragama tertentu bisa saja berdemokrasi, tetapi agamanya mustahil
menjadi aturan main dalam berdemokrasi. Secara implisit, beliau mencoba
mengingatkan mereka yang menerima demokrasi secara buta, tanpa menilik latar
belakang dan situasi sejarah yang melingkupi kelahirannya.

3. Demokrasi dalam Islam


Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-
prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori politik
Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh
rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura".
Demokrasi yang telah dijajakan Barat ke negeri negeri Islam itu sesungguhnya adalah
sistem kufur. Tidak ada hubungannya dengan Islam, baik langsung maupun tidak
4
Syekh Syaukat Husain, Hak asasi manusia dalam islam(Jakarta: Gema Insani perss, 1991)

8
langsung. Demokrasi bertentangan dengan hukum- hukum Islam dalam garis besar
dan perinciannya, dalam sumber kemunculannya, aqidah yang melahirkannya atau
asas yang mendasarinya, serta berbagai ide dan peraturan yang dibawanya. Jika
dikaji, Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari pergumulan
pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri.
Namun begitu, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan
demokrasi.Bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam perspektif Islam meliputi:
as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah.

a. As-Syura,
Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam alQur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:
“Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”. Dalam surat
Ali Imran:159 dinyatakan: “Dan bermusayawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu”. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai
pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga
ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah
Jelaslah bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbanagan dan
tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan
begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi
tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian
penghargaan terhadap orang lain karena pendapatpendapat yang disampaikan
menjadi pertimbangan bersama. Begitu pentingnya arti musyawarah dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga
menyerahkan musyawarah kepada umatnya.
b. Al-‘Adalah,
Adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen
dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayatNya, antara lain
dalam surat an Nahl: 90zyaitu “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat
keji, kemungkaran dan permusuhan”. (Lihat pula, QS. As Syura:15; al Maidah:8; An

9
Nisa ‘.’58 dst.). Ajaran tentang keharusan mutlak melaksanakan hukum dengan adil
tanpa pandang bulu ini, banyak ditegaskan dalam al Qur’an, bahkan disebutkan sekali
pun harus menimpa kedua orang tua sendiri dan karib kerabat. Nabi juga
menegaskan, bahwa kehancuran bangsa bangsa terdahulu ialah karena jika “orang
kecil” melanggar pasti dihukum, sementara bila yang melanggar itu “orang besar”
maka dibiarkan berlalu. Betapa prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat
diperlukan, sehingga ada ungkapan yang “ekstrem” berbunyi: “Negara yang
berkeadilan akan lestari kendati ia5 negara kafir, sebaliknya negara yang zalim akan
hancur meski ia negara (yang mengatasnamakan) Islam”
c. Al Musawah,
Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih
tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif,
Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni
penguasa atas rakyat. Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi
yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan
adil untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang undang yang telah
dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar di hadapan rakyat
demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu pemerintah harus amanah, memiliki
sikap dan perilaku yang dapat dipercaya, jujur dan adil. Sebagian ulama” memahami
al musawah ini sebagai konsekuensi logis dari prinsip al syura dan al “adalah.
Diantara dalil al Qur’an yang sering digunakan dalam hal ini adalah surat al Hujurat”,
sementara dalil Sunnah nya cukup banyak antara lain tercakup dalam khutbah wada’
dan sabda Nabi kepada keluarga Bani Hasyim. Dalam hal ini Nabi pemah berpesan
kepada keluarga Bani Hasyim sebagaimana sabdanya: “Wahai Bani Hasyim, jangan
sampai orang lain datang kepadaku membawa prestasi amal, sementara kalian datang
hanya membawa penalian nasab. Kemuliaan kamu di sisi Allah adalah ditentukan
oleh kualitas takwanya”.

d. Al Amanah,
Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada
orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga dengan
baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang diberikan
5
Baharuddin Lopa, Al Qur'an dan Hak Azasi Manusia(Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999)

10
kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan
penuh rasa tanggungjawab. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil. Sehingga
Allah SWT. menegaskan dalam surat An-Nisa 58: “Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu supaya menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil”. Karena jabatan pemerintahan adalah amanah, maka
jabatan tersebut tidak bisa diminta, dan orang yang menerima jabatan seharusnya
merasa prihatin bukan malah bersyukur atas jabatan tersebut. Inilah etika Islam.

e. Al Masuliyyah,
Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kekuasaan
dan jabatan itu adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus
disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa harus
dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini memiliki dua pengertian, yaitu amanah
yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang harus
dipertenggungjawabkan di depan Tuhan. Sebagaimana Sabda Nabi: Setiap kamu
adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai pertanggung jawabannya. Seperti
yang diakatakan oleh lbn Taimiyyah, bahwa penguasa merupakan wakil Tuhan dalam
mengurus umat manusia dan sekaligls wakil umat manusia dalam mengatur dirinya.
Dengan dihayatinya prinsip pertanggungjawaban (al masuliyyah) ini diharapkan
masing masing orang berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi
masyarakat luas. Dengan demikian, pemimpin/ penguasa tidak ditempatkan pada
posisi sebagai sayyid al ummah (penguasa umat), melainkan sebagai khadim al
ummah (pelayan umat). Dus dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa
menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan oleh para penguasa,
bukan sebaliknya rakyat atau umat ditinggalkan.

f. Al Hurriyyah,
Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga
masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya.
Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al akhlaq al
karimah dan dalam rangka al amr bi ‘l ma’ruf wa an nahy ‘an al “munkar, maka tidak

11
ada alasan bagi penguasa untuk mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah
adanya kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan
kontrol sosial bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu
masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela. Patut disimak sabda Nabi
yang berbunyi: “Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah diluruskan
dengan tindakan, jika tidak mampu, maka dengan lisan dan jika tidak mampu maka
dengan hati, meski yang terakhir ini termasuk selemah lemah iman”. Jika suatu
negara konsisten dengan penegakan prinsip prinsip atau elemen elemen demokrasi di
atas, maka pemerintah akan mendapat legitimasi dari rakyat. Dus dengan demikian
maka roda pemerintahan akan berjalan dengan stabil. Ada beberapa alasan mengapa
islam disebut sebagai agama demokrasi, yaitu sebagai berikut:

l) Islam adalah agama hukum, dengan pengertian agama islam berlaku bagi
semua orang tanpa memandang kelas, dari pemegang jabatan tertinggi hingga
rakyatjelatah dikenakan hukum yang sama. Jika tidak demikian, maka hukum
dalam islam tidak berjalan dalam kehidupan.
2) Islam memiliki asas permusyawaratan “amruhum syuraa bainahum”
artinya perkara perkara mereka dibicarakan diantara mereka. Dengan demikian,
tradisi bersama sama mengajukan pemikiran secara bebas dan terbuka diakhiri
dengan kesepakatan.
3) Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan manusia tarafnya
tidak boleh tetap, hams terus meningkat untuk menghadapi kehidupan lebih baik
di akhirat.
Jadi, prinsip demokrasai pada dasmya adalah upaya bersama sama untuk
memperbaiki kehidupan, kareana itulah islam dikatakan sebagai agama perbaikan
“diinul islam” atau agama inovasi. Untuk itu, islam selau menghendaki demokrasi
yang merupakan salah satu ciri atau jati diri islam sebagai agama hukum.
Hukum. HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan. Hal
ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi ialah adanya
penegakkan hukum dan perlindungan HAM. Demokrasi akan rapuh apabila HAM
setiap masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM dapat terwujud apabila hukum
ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan ddemokrasi disebutkan dengan

12
jelas di dalam Al Quran dan As Sunnah. Dengan demikian manusia sebagai khalifah
Allah dimuka bumi ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar apabila ia
selalu berpegang pada aturan aturan pada Al Quran dan As Sunnah. 6

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia di dalam kandungan
2. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat
3. Demokrasi dalam islam bisa diartikan seperti musyawarah
4. HAM dan Demokrasi saling berkaitan satu sama lain.

B. Saran

1. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM


dalam kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.
2. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami demokrasi islam
dan menerapkan dalam kehidupan sehari – hari

6
Baharuddin Lopa, Al Qur'an dan Hak Azasi Manusia(Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999)

13
14

Anda mungkin juga menyukai