Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DALAM


PANDANGAN ISLAM”

Disusun oleh :

Kelompok 6

Husnul Khatimah/2220424010
Muh Naufal Sadiq/2220424013

Dosen Pembimbing : Saparuddin, S.Ag.,M.Ag

KELAS REKOGNISI 01
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS FAJAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. atas rahmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan selama penulisan Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Dimana pada kesempatan kali ini kami mengangkat tema tentang
“Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam pandangan Islam”, yang merupakan salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Adapun Pemaparan materi pada
Makalah ini diambil dari beberapa refrensi.
Menyadari kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca sebagai upaya penyempurnaan makalah ini maupun untuk
pengembangan penyusun pribadi.
Akhir kata penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan ketidak sempurnaan.
Harapan penyusun kiranya makalah yang berjudul “Hukum dan Hak Asasi
Manusia dalam pandangan Islam” ini dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan bagi kita semua.

Makassar, 18 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Penyusunan...........................................................................2
D. Manfaat Penyusunan.........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HAM dalam pandangan Islam dan Barat........................4
B. Tujuan HAM ditegakkan .................................................................8
C. Perbedaan HAM dalam Pandangan Islam dan Barat.......................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................12
1. Pengertian HAM dalam pandangan Islam dan Barat..................12
2. Tujuan HAM ditegakkan............................................................12
3. Perbedaan HAM dalam Pandangan Islam dan Barat..................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, semua orang memiliki hak asasi manusia (HAM) yang telah
dimiliki dandibawa sejak lahir. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali orang
yang menuntut haknya masing-masing karena sudah merasa menyelesaikan
kewajibannya, dan hak yang ia dapat tidak sebanding dengan kerja kerasnya,
misal, buruh yang berdemo menuntut kenaikanupah/gaji nya, itu bentuk dari rasa
ketidakpuasan terhadap hak yang sudah diberikan.Lalu bagaimanakah pandangan
Islam mengenai hak asasi manusia? Seperti yang kita ketahui Islam sangat
menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Islam sendiri adalah agama yang
membawa ketenangan dan ketentraman bagi pemeluknya.

Tentang Hukum maupun dalam HAM hakikatnya bicara soal hak asasi
kewajiban/wajib asasi , dan aspek tanggung jawab menjadi penting dan tak dapat
terpisahkan. Keberadaan hak asasi hakikatnya telah dimiliki dan melekat dalam
pribadi manusia seiring dengan itu timbul kewajiban dan tanggung jawab asasi.
Kewajiban asasi menjadi semacam beban yang harus dilaksanakan bersama.Bila
dikaitkan dengan asas hukum , dimana antara hak dan kewajiban merupakan
wujud hukum. Tidak ada hukum tanpa hak dan kewajiban plus tanggung jawab ,
ditambah dasar agama etika, dan adat menempatkan kewajiban selalu sejalan
dengan ide hak asasi itu sendiri .

Menghargai HAM berarti menempatkan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai manusia Islam adalah agama universal yang rahmatan lil
alamin. Bahwa perbedaan antara individu satu dengan individu yang lain
ditentukan oleh kualitas ketaqwaannya, adalah batasan yang sangat qualified.
Dalam arti, bahwa Islam tidak membedakan manusia dari suku, ras, golongan
maupun etnik tertentu. Hal ini memunculkan suatu bukti bahwa Islam sangat

ii
menjunjung asas persamaan Al-Qur’an merupakan hidayah Allah yang
melengkapi segala aspek kehidupan manusia.

Dalam terminologi modern, HAM dapat digolongkan menjadi hak sipil dan
politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil. Seperti gak untuk hidup, hak
untuk tidak disiksa dan kebebasan berpendapat. Termasuk juga hak ekonomi,
sosial dan budaya yang berkaitan dengan akses ke barang publik. Seperti hak
untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas kesehatan, dan lainnya.

Banyak sekali masyarakat yang tidak tahu tentang hak-hak yang menjadi
haknya termasuk tidak mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakannya, banyak masyarakat yang masih terabaikan hak-haknya sebagai
manusia. Sebagai bangsa yang berbudaya dan berdaulat kita harus mampu
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta menegakkan Hak Asasi Manusia.
Dengan banyaknya permasalahan dan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia
maka negara kita masih harus merevitalisasi paradigma tentang Hak Asasi
Manusia itu sendiri karena kebanyakan masyarakat indonesia pada umumnya
masih kurang sekali terhadap pemahaman tentang hak-hak mereka. Kurangnya
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan Hak Asasi Manusia Itu yang
nantinya akan menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Pengertian HAM dalam pandangan Islam dan Barat
2. Tujuan HAM ditegakkan ?
3. Perbedaan pandangan HAM dalam Islam dengan dunia barat

C. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Menjelaskan Pengertian HAM dalam pandangan Islam dan Barat
3. Memaparkan Tujuan HAM ditegakkan
4. Memaparkan Perbedaan pandangan HAM dalam Islam dengan dunia
barat
D. MANFAAT PENYUSUNAN
1. Menambah wawasan tentang HAM dalam Pandangan Islam dan Barat

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAM (Hak Asasi Manusia)


Hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman perilaku melindungi
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjadi harkat dan
martabatnya. Sedangkan asasi dalah sesuatu yang bersifat mendasar yang dimiliki manusia
sebagai fitrah sehingga tak satupun makhluk bisa mengintervensinya apalagi mencabutnya.

Hak Asasi Manusia (HAM) telah dideklarasikan pada tahun 1948 oleh Sidang Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). HAM menjadi acuan dunia internasional dan
mempengaruhi semua aspek hubungan dan hukum internasional kontemporer. Dalam Pasal 1
Undang-undang no.39 Tahun 1999 tentang HAM menegaskan bahwa “Hak Asasi Manusia
(HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, dan merupakan Anugerah-Nya yang wajib dihormati,
di junjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”

Hak asasi manusia diberikan oleh Allah SWT kepada semua manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya dengan tujuan agar manusia mampu memanfaatkan hak-haknya tersebut dengan
sebaik-baiknya sehingga dapat melaksanakan tanggung jawab yang telah diberikan Allah SWT
kepadanya yaitu menjadi khalifatullah fil Ardli sekaligus sebagai hamba Allah SWT yang
bertanggung jawab. Al-Qur‟an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia
telah mengatur hak-hak tersebut. Karenanya, setiap manusia harus mengetahui hak-haknya dan
siap memperjuangkannya selama tidak mengambil dan melampaui batas dari hak-hak orang
lain.

Hak asasi dalam islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal.
Dalam Islam seluruh hak asasi merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak
boleh diabaikan. Oleh karena itu, negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi
tersebut, melainkan juga mempunyai kewajiban untuk melindungi dan menjamin hak-hak
tersebut. Sebenarnya, Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklerasikan oleh ajaran
islam jauh sebelum masyarakat(Barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat Al-Qur’an misalnya
manusia tidak dibedakan berdasarkan warna kulitnya, rasnya tingkat sosialnya. Allah menjamin
dan memberi kebebasan pada manusia untuk hidup dan merasakan kenikmatan dari kehidupan,
bekerja dan menikmati hasil usahanya, memilih agama yang diyakininya.

Hak-hak itu kemudian berkembang berkembang menurut tingkat kemajuan kebudayaan,


menurut sifatnya HAM meliputi berbagai bidang yaitu :
- Hak asasi pribadi (personal right) Hak asasi ini berhubungan dengan kehidupan pribadi
setiap orang. Contohnya, hak kebebasan menyampaikan pendapat, hak kebebasan untuk
menjalankan peribadatan serta daalam memeluk agama, hak kebebasan untuk bepergian,
hak kebebasan untuk memilih serta aktif dalam suatu organisasi. Berdasarkan firman
ALLAH SWT Q.S An-nisa ayat 58 :

۞ ‫ت اِ ٰلٓى اَ ْهلِهَ ۙا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم‬ ‫هّٰللا‬


ِ ‫اِ َّن َ يَْأ ُم ُر ُك ْم اَ ْن تَُؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن‬
‫بي َْن النَّاس اَ ْن تَحْ ُكم ْوا ب ْالع ْدل ۗ ا َّن هّٰللا نعما يعظُ ُكم به ۗ ا َّن هّٰللا‬
َ ِ ٖ ِ ْ ِ َ َّ ِ ِ َ ِ ِ َ ِ ُ ِ َ
ِ َ‫ان َس ِم ْيع ًۢا ب‬
‫ص ْيرًا‬ َ ‫َك‬
Artinya : Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.

Hak asasi ekonomi, (property right) Hak dalam membeli memiliki serta menjual dan
dalam memanfaatkan sesuatu. Contoh hak asasi ekonomi: hak asasi ekonomi dalam
kebebasan membeli, hak asasi ekonomi untuk kebebasan dalam mengadakan serta
melakukan perjanjian atau kontrak, hak asasi ekonomi untuk kebebasan memiliki sesuatu
dan hak asasi ekonomi tentang kebebasan mempunyai pekerjaan yang layak. Berdasarkan
firman ALLAH SWT Q.S Al-Mulk ayat 15 :

َ ْ‫هُ َو الَّ ِذيْ َج َع َل لَ ُك ُم ااْل َر‬


‫ض َذلُ ْواًل فَا ْم ُش ْوا فِ ْي َمنَا ِكبِهَا َو ُكلُ ْوا‬
ii
‫ِم ْن ر ِّْزقِ ٖ ۗه َواِلَ ْي ِه النُّ ُش ْو ُر‬
Artinya : Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka
jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

- Hak asasi politik (political right) Hak ini terkiat dengan kehidupan berpolitik seseorang.
Ini seperti hak untuk dipilih dan memilih, hak mendirikan partai politik atau ikut kegiatan
pemerintah.

- Hak asasi sosial, dan kebudayaan (social and cultural right) Ini terkait dengan kehidupan
bermasyarakat. Bisa mendapatkan pengajaran atau mengembangkan budaya yang sesuai
dengan bakat dan minat.

- Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum
(procedural right of legal equality) Setiap orang mempunyai kedudukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum
dan pemerintahan. Selain itu hak mendapatkan perlindungan dan pelayanan hukum.

Hak itu dimiliki tanpa berbedaan atas dasar bangsa ,ras , agama atau jenis kelamin.

Pandangan HAM Standar Barat berangkat dari pandangan yang menjadikan manusia
sebagai ukuran dari segi sesuatu telah menyatakan diri sebagai pewaris sah filsafat dan
peradaban humanism dalam sejarah bermula dari Yunani Kuno dan mencapai puncaknya pada
era modern terdapat pertentangan diantara kedua pihak. Telah terjadi pedebatan antara paham
humanisme dan theusme karena itu HAM perspektif Barat bersifat anthroposentris dan sekuler.
Pandangan HAM dalam Islam mengenai HAM mengarah pada hak-hak yang diberikan
Allah sebagai pemegang kedaulan tertinggi. HAM perspektif Islam menganut pandangan yang
bersifat theosentris atau religious (ketuhanan). Pandangan antropesentris, nilai-nilai utama dari
kebudayaan Barat manusia menjadi sasaran utama dan akhir dari pelaksanaan HAM yang
berimplikasi pada pertanggung jawaban semata. Sedangkan pandangan theosentris , larangan
dan perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadis.
Pengakuan akan hak-hak asasi manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan
kepada-Nya yang menjadi orientasi hidupnya karena itu pertanggung jawaban HAM dalam
Islam tidak hanya kepada manusia namun juga kepada Tuhan kelak.
Dalam istilah modern, yang dimaksud dengan hak adalah wewenang yang diberikan
oleh undang-undang kepada seseorang atas sesuatu tertentu dan nilai tertentu. Dan dalam
wacana modern ini, hak asasi dibagi menjadi dua:
- Hak asasi alamiah manusia sebagai manusia, yaitu menurut kelahirannya, seperti: hak
hidup, hak kebebasan pribadi dan hak bekerja.
- Hak asasi yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat sebagai anggota
keluarga dan sebagai individu masyarakat, seperti: hak memiliki, hak berumah-tangga,
hak mendapat keamanan, hak mendapat keadilan dan hak persamaan dalam hak.

Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak asasi manusia menurut pemikiran
barat, diantaranya :
- Pembagian hak menurut hak materil yang termasuk di dalamnya; hak keamanan,
kehormatan dan pemilihan serta tempat tinggal, dan hak moril, yang termasuk di
dalamnya: hak beragama, hak sosial dan berserikat.
- Pembagian hak menjadi tiga: hak kebebasan kehidupan pribadi, hak kebebasan
kehidupan rohani, dan hak kebebasan membentuk perkumpulan dan perserikatan.
- Pembagian hak menjadi dua: kebebasan negatif yang memebentuk ikatan-ikatan
terhadap negara untuk kepentingan warga; kebebasan positif yang meliputi pelayanan
negara kepada warganya.

Dapat dimengerti bahwa pembagian-pembagian ini hanya melihat dari sisi larangan negara
menyentuh hak-hak ini.Sebab hak asasi dalam pandangan barat tidak dengan sendirinya
mengharuskan negara memberi jaminan keamanan atau pendidikan, dan lain sebagainya.Akan
tetapi untuk membendung pengaruh Sosialisme dan Komunisme, partai-partai politik di Barat
mendesak agar negara ikut campur-tangan dalam memberi jaminan hak-hak asasi seperti untuk
bekerja dan jaminan sosial.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum
dikenal.Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu."(HR. Bukhari dan Muslim).Maka negara bukan saja menahan
diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan

ii
menjamin hak-hak ini.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya... dst." (QS. 24: 27-28)
Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Hanbal dalam Syarah Tsulatsiyah Musnad Imam
Ahmad menjelaskan bahwa orang yang melihat melalui celah-celah pintu atau melalui lubang
tembok atau sejenisnya selain membuka pintu, lalu tuan rumah melempar atau memukul hingga
mencederai matanya, maka tidak ada hukuman apapun baginya, walaupun ia mampu membayar
denda.
Jika mencari aib orang dilarang kepada individu, maka itu dilarang pula kepada
negara.Penguasa tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan rakyat atau individu masyarakat.
Rasulullah saw bersabda: "Apabila pemimpin mencari keraguan di tengah manusia, maka ia
telah merusak mereka." Imam Nawawi dalam Riyadus-Shalihin menceritakan ucapan Umar:
"Orang-orang dihukumi dengan wahyu pada masa rasulullah saw. Akan tetapi wahyu telah
terhenti.Oleh karenanya kami hanya menghukumi apa yang kami lihat secara lahiriah dari amal
perbuatan kalian."
Rasulullah menegaskan secara gamblang tentang hak-hak asasi manusia, pada lingkup
muslim dan non-muslim, pemimpin dan rakyat, laki-laki dan wanita.
Manusia di mata Islam semua sama, walau berbeda keturunan, kekayaan, jabatan atau jenis
kelamin. Ketaqwaan-lah yang membedakan mereka.Rakyat dan penguasa juga memiliki
persamaan dalam Islam.Yang demikian ini hingga sekarang belum dicapai oleh sistem
demokrasi modern. Nabi saw sebagai kepala negara juga adalah manusia biasa, berlaku
terhadapnya apa yang berlaku bagi rakyat. Maka Allah memerintahkan beliau untuk
menyatakan: "Katakanlah bahwa aku hanyalah manusia biasa, hanya saja aku diberi wahyu,
bahwa Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa." (QS. 18: 110).

B. TUJUAN HAM DI TEGAKKAN


Tuntutan penegakan Hak Asasi Manusia sebagai upaya pemberian perlindungan terhadap
derajat kemanusiaan dari kesewenangan pemegang kekuasaan. Hal ini berarti bahwa Hak Asasi
Manusia adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari. Pengingkaran terhadap hak tersebut berarti
mengingkari martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, Negara, pemerintah, atau organisasi
apapun mengembang kewajiban untuk mengakui dan melindungi Hak Asasi Manusia pada
setiap manusia tanpa kecuali. Ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia harus selalu menjadi titik
tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada dasarnya, dalam bingkai cita kemanusiaan, derajat manusia sesungguhnya
mengandung unsur kewajiban bagi manusia untuk tidak melakukan perbuatan yang justru dapat
merendahkan martabatnya. Derajat manusia ini secara langsung bersentuhan dengan sendi-
sendi kehidupan sehingga tindakan apapun tidak dapat dibenarkan bila berdampak pada
jatuhnya derajat kemanusiaan oleh kepentingan atau tujuan apapun. Dalam perspektif Islam
sebagaimana yang dikonsepsikan Alquran, Hak Asasi Manusia bersesuaian dengan Hak-hak
Allah swt. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Hak Asasi Manusia dalam pandangan Islam
bukanlah hasil evolusi apapun dari pemikiran manusia, namun merupakan hasil dari wahyu
Ilahi yang telah diturunkan melalui para Nabi dan Rasul dari sejak permulaan eksistensi ummat
manusia di atas bumi. Dengan kata lain huquuqullah dan huquuqul ‘ibad adalah tetap dari Allah
swt. Manusia bertanggung jawab atas kedua kategori hak tersebut di hadapan Allah swt.
Tujuan HAM dapat mewujudkan nilai-nilai kunci dalam masyarakat seperti keadilan,
martabat, kesetaraan dan rasa hormat. HAM adalah sarana perlindungan yang penting bagi
manusia. Tujuan HAM memberi seseorang kekuatan dan memungkinkannya untuk berbicara
dan menentang perlakuan buruk.
Melindungi manusia dari kekerasan dan kesewenang-wenangan
HAM juga bertujuan sebagai alat untuk melindungi manusia dari kekerasan dan
kesewenang-wenangan. HAM mengembangkan sikap saling menghargai antara manusia. HAM
mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa
hak-hak orang lain tidak dilanggar.

HAM mengembangkan saling menghargai antara manusia. HAM mendorong tindakan


yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak
dilanggar. Misalnya, kita memiliki hak untuk hidup bebas dari segala bentuk diskriminasi, tapi
di saat yang sama, kita memiliki tanggung jawab untuk tidak mendiskriminasi orang lain.

ii
C. PERBEDAAN PANDANGAN HAM DALAM ISLAM DAN DUNIA BARAT

HAM Barat HAM Islam


1.Bersumber dari pemikiran filosofis semata 1.Bersumber pada ajaran Al-Quran dan
2.Bersifat antroposentris Hadis
3.Lebih mementingkan hak dari pada 2.Bersifat theosentris
kewajiban 3.Keseimbangan antara hak dan kewajiban
4.Lebih bersifat Individualistik 4.Kepentingan social diperhatikan
5.Manusia dilihat sebagai pemilik 5.Manusia dilihat sebagai makhluk yang
sepenuhnya hak-hak dasar dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, Sehingga
mereka wajib mensyukuri dan
memeliharanya

Dalam pandangan Islam HAM itu bersifat theosentris berpusat kepada Tuhan. Allah
yang selalu menjadi tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk
mengabdi kepada-Nya. Sementara dalam pandangan Barat HAM bersifat antroposentris yang
segala sesuatu berpusat kepada manusia. Kebebasan manusialah yang menjadi tolak ukur segala
sesuatu, yang tidak ada urusan dengan Tuhan
Barat memang di dalam negaranya menerapkan HAM. Namun kita juga mesti melihat
realisasi HAM di dunia internasional. Barat tidak menyamakan antara bangsanya sendiri
dengan bangsa lain. Secara jelas, mereka mengedepankan dan melaksanakan segala sesuatu
demi kepentingan Barat. Contoh sederhana adalah kasus penjajahan dan eksploitasi terhadap
bangsa-bangsa lain. Juga kasus perbudakan di Amerika yang tidak pernah terjadi di dunia
Islam. Dengan melihat dua sis ini, baru kita dapat menghukumi mereka atas realisasi HAM.
Contoh sederhananya adalah kaitannya antara laki-laki dan perempuan. Islam
menyetarakan hak-hak anatara keduanya. Laki-laki dan perempuan memiliki tanggungan harta
yang sama. Dalam sosial politik juga memiliki tanggung jawab yang sama. Mereka sama-sama
memiliki hak kewarganegara-an. Persamaan wanita seperti ini sebelumnya tidak terdapat dalam
peradaban Barat.

Islam juga mengatur hak-hak mereka kaitannya dengan kesetaraan mereka di hadapan
hukum. Di Barat, nama identitas wanita akan hilang ketika ia telah bersuami. Sementara di
dunia Islam nama identitas tetap dicantumkan dengan dinasabkan kepada orang tuanya.

Islam juga memberikan aturan mengenai interaksi dengan non-muslim. Mereka (non-
muslim) memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum muslimin. Mereka berhak untuk
mengadakan berbagai transaksi, hak untuk memperoleh pendidikan dan seterusnya. Negara
Islam membangun semua landasan kehidupan dan ketatanegaraan dari ajaran Islam, bukan dari
landasan nasionalis.

Dalam berbagai sistem administrasi, peradaban Barat masih membedakan antara


penduduk asli dengan pendatang. Inilah yang membedakan antara struktur yang dibangun di
atas pondasi agama dan rasa nasionalis. Sebenarnya, akar permasalahan antara peradaban Islam
dengan Barat bukan dari agama Islam atau bukan, tapi karena perbedaan landasan struktural
yang dijadikan pijakan keduanya. Islam memandang kewarganegaraan berdasarkan agama,
bukan suku bangsa. Islam menentang sisitem kelas sosial dalam bentuk apapun.
Secara materi Barat itu kuat. Mereka menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem
administrasi, pembentukan lembaga dan organisasi juga bagus, sebagaimana demokrasi juga
berasak dari ide mereka. Sumbangan positif mereka terhadap dunia tidak kita pungkiri.
Sayangnya, semua ini digunakan untuk menguasai bangsa lain. Bagi mereka, bangsa berkulit
putih jauh lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.

ii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengertian HAM dalam pandangan Islam ialah Hak yang diberikan oleh Allah SWT
kepada semua manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan tujuan agar manusia
mampu memanfaatkan hak-haknya tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga dapat
melaksanakan tanggung jawab yang telah diberikan Allah SWT kepadanya yaitu
menjadi khalifatullah fil Ardli sekaligus sebagai hamba Allah SWT yang bertanggung
jawab, Sedangkan HAM dalam pandangan barat ialah pandangan yang menjadikan
manusia sebagai ukuran dari segi sesuatu telah menyatakan diri sebagai pewaris sah
filsafat dan peradaban humanism dalam sejarah bermula dari Yunani Kuno dan
mencapai puncaknya pada era modern yang di atur oleh Negara/pemerintahan.

2. Tujuan HAM harus di tegakkan salah satunya perlindungan terhadap derajat


kemanusiaan dari kesewenangan pemegang kekuasaan. Oleh karena itu, Negara,
pemerintah, atau organisasi apapun berkewajiban untuk mengakui dan melindungi Hak
Asasi Manusia pada setiap manusia tanpa kecuali. Ini berarti bahwa Hak Asasi
Manusia harus selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Perbedaan pandangan tentang HAM dalam Islam dengan Dunia Barat yang paling
mendasar adalah HAM dalam Islam bersumber/berdasarkan pada ajaran Al-
Qur’andan Hadist serta bersifat Theosentris, sedangkan HAM dalam pandangan Barat
berdasarkan dari pemikiran filosofi semata serta bersifat Antroposentris.
DAFTAR PUSTAKA

Iryani, Eva. (2017). Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia: Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2

Hussain, Syaukat. 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Terjemahan oleh Abdul Rochim.
Gema Insani Press, Jakarta.

Lopa, Baharuddin. 1999. Al-Quran dan Hak Asasi Manusia. PT. Dana Bhakti Prima Yasa,
Yogyakarta.

Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumi Nur’aini,


Atikah, dkk. 2006. Potret Buram HAM Indonesia. Jakarta: Pusdokinfo Komnas HAM

Zainuddin Ali, 2008. Hukum Islam : Pengantar Hukum Islam di Indonesia. Penerbit Sinar
Grafika : Jakarta

Budiardjo, Miriam. “Hak-hak Asasi Manusia dalam Dimensi Global” dalam Jurnal Ilmu
Politik, Vol. 10, 1990.

ii

Anda mungkin juga menyukai