PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Handsanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik yang sering
digunakan masyarakat sebagai media pencuci tangan yang praktis. Saat
berpergian menggunakan handsanitizer lebih efektif dan efisien bila
dibanding dengan menggunakan sabun dan air sehingga masyarakat banyak
yang tertarik menggunakannya. Adapun kelebihan hand sanitizer dapat
membunuh kuman dalam waktu relatif cepat, karena mengandung senyawa
alkohol (etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi ± 60% sampai
80%. Senyawa yang terkandung dalam handsanitizer memiliki mekanisme
kerja dengan cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel kuman.
Mengikuti perkembangan dunia yang saat ini sedang terjadi wabah,
masyarakat kini disarankan bediam diri dirumah agar rantai penularan virus
covid 19 ini terputus, dengan Sediaan handsanitizer yang cepat, sederhana,
dan efisien untuk tetap menjaga kebersihan tangan dibandingkan dengan
mencuci tangan secara konvensional. Telah banyak penelitian yang
menginovasikan hand sanitizer dari tanaman, seperti air perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia swingle) (Hurria, 2014), daun kemangi (Cahyani, 2014),
dan pelepah pisang (Fadhilah, 2017).
Pemilihan mengkudu sebagai bahan menghasilkan alkohol karena
terdapat kandungan karbohidrat sebanyak 51,67 gr. Dengan adanya
kandungan karbohidrat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
produksi etanol.
Etanol yang dihasilkan diperoleh dengan memanaskan larutan buah
mengkudu dengan penambahan HCl 0,1 N proses hidrolisis. Selanjutnya,
difermentasi dan larutan hasil fermentasi tersebut dipisahkan dengan cara
distilasi, suhu dijaga 78ºC. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Hand
sanitizer. Selanjutnya dilakukan analisa daya hambat pertumbuhan
1
mikroorganisme. Serta dilakukannya uji fisik pada handsanitizer yang telah
dibuat.
Dari paragraf sebelumnya, kami memutuskan mengambil judul project
work yaitu “Pembuatan Hand Sanitizer menggunakan Etanol dari Mengkudu”
B. Rumusan Masalah
Mengetahui pengertian Hand Sanitizer
Mengetahui pengertian Etanol dan Bioetanol
Mengetahui pengertian Mengkudu
Mengetahui kandungan mengkudu sebagai produksi etanol
Mengetahui kemurnian etanol yang dihasilkan sebagai bahan baku hand
sanitizer
Mengetahui proses pembuatan etanol dari mengkudu
Mengetahui proses pembuatan hand sanitizer
Mengetahui daya hambat pertumbuhan bakteri dari handsanitizer
Mengetahui hasil uji fisik dari handsanitizer
C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui pengertian Hand Sanitizer
Untuk mengetahui pengertian Etanol dan Bioetanol
Mengetahui pengertian Mengkudu
Mengetahui kandungan mengkudu sebagai produksi etanol
Untuk mengetahui handsanitizer yang dibuat dapat digunakan atau tidak
D. Manfaat penulisan
Menambah ilmu dan wawasan terkait pembuatan etanol dari bahan yang
mudah didapatkan
Menciptakan inovasi baru pembuatan handsanitizer menggunakan etanol
dari mengkudu dan Sebagai referensi penulis lainnya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada
karbon hibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder,
dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada
karbon C-OH. Alkohol primer paling sederhana adalah metanol. Alkohol
sekunder yang paling sederhana adalah 2-propanol, dan alkohol tersier
paling sederhana adalah 2-metil-2-propanol.
Sejarah Alkohol
Penemuan kendi bir dari Jaman Batu mengonfirmasi bahwa minuman
fermentasi telah ada sejak tahun 10.000 SM (Periode Neolitik).Minuman
beralkohol telah menjadi bagian integral dari peradaban Mesir kuno.Fakta
ini dapat dilacak dari bukti simbolik atas pemujaan Dewa Osiris.
Berbagai minuman beralkohol telah digunakan di Cina sejak zaman
prasejarah.Guci anggur dari Jiahu yang bertanggal sekitar tahun 7000 SM
adalah bukti paling awal mengenai alkohol di Cina.Pada masa itu, minuman
fermentasi dihasilkan dari beras, madu, dan buah-buahan.Di Cina, alkohol
dikenal sebagai Jiu dan dianggap sebagai makanan rohani yang memainkan
peran penting dalam kehidupan beragama mereka.
Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang
sama dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan
penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol sering kali dijadikan bahan
tambahan bensin sehingga menjadi biofuel. Produksi etanol dunia untuk
bahan bakar transportasi meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun,
dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52 miliar liter pada tahun 2007.
Dari tahun 2007 ke 2008, komposisi etanol pada bahan bakar bensin di
dunia telah meningkat dari 3.7% menjadi 5.4%. Pada tahun 2010, produksi
etanol dunia mencapai angka 22,95 miliar galon AS (86,9 miliar liter),
dengan Amerika Serikat sendiri memproduksi 13,2 miliar galon AS, atau
57,5% dari total produksi dunia. Etanol mempunyai nilai "ekuivalensi galon
bensin" sebesar 1.500 galon AS.
4
Etanol digunakan secara luas di Brasil dan Amerika Serikat. Kedua
negara ini memproduksi 88% dari seluruh jumlah bahan bakar etanol yang
diproduksi di dunia. Kebanyakan mobil-mobil yang beredar di Amerika
Serikat saat ini dapat menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol
sampai 10%, dan penggunaan bensin etanol 10% malah diwajibkan di
beberapa kota dan negara bagian AS. Sejak tahun 1976, pemerintah Brasil
telah mewajibkan penggunaan bensin yang dicampur dengan etanol, dan
sejak tahun 2007, campuran yang legal adalah berkisar 25% etanol dan 75%
bensin (E25). Di bulan Desember 2010 Brasil sudah mempunyai 12 juta
kendaraan dan truk ringan bahan bakar fleksibel dan lebih dari 500 ribu
sepeda motor yang dapat menggunakan bahan bakar etanol murni (E100).
5
Etanol selulosa menawarkan prospek yang menjanjikan karena serat
selulosa merupakan komponen utama pada dinding sel di semua tumbuhan,
dapat digunakan untuk memproduksi etanol. Menurut Badan Energi
Internasional etanol selulosa dapat menyumbangkan perannya lebih besar
pada masa mendatang.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
bervariasi antara blend hingga bioetanol murni. Bioetanol sering disebut
dengan notasi “Ex”, dimana x adalah persentase kandungan bioetanol dalam
bahan bakar. Beberapa contoh penggunaan notasi “Ex” antara lain:
1. E100, bioetanol 100% atau tanpa campuran
2. E85, campuran 85% bioetanol dan bensin 15%
3. E5, campuran 5% bioetanol dan bensin 95%
B. Handsanitizer
Handsanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik berupa gel yang
sering digunakan masyarakat sebagai media pencuci tangan yang praktis.
Penggunaan handsanitizer lebih efektif dan efisien bila dibanding dengan
menggunakan sabun dan air sehingga masyarakat banyak yang tertarik
menggunakannya. Adapun kelebihan hand sanitizer dapat membunuh
kuman dalam waktu relatif cepat, karena mengandung senyawa alkohol
(etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi ± 60% sampai 80% dan
golongan fenol (klorheksidin, triklosan). Senyawa yang terkandung dalam
hand sanitizer memiliki mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi dan
mengkoagulasi protein sel kuman (Asngadaminah, RAprilia, Nopitasari,
6
2018)
Adapun kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman
dalam waktu relatif cepat, karena mengandung senyawa alkohol
(etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi ± 60% sampai
80% dan golongan fenol (klorheksidin, triklosan). Senyawa
yang terkandung dalam handsanitizer memiliki mekanisme kerja
dengan cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel kuman.
7
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
8
menjadi satu, bertangkai pendek, bentuk bulat lonjong, panjangnya 5 –
10 cm. Permukaan buah tidak rata, berbintik-bintik dan berkutil. Buah
muda berwarna hijau, semakin tua kulit buah agak menguning, dan buah
yang matang berwarna putih menguning dan transparan. Buah yang
matang dagingnya lunak berair dan bau busuk (Djauhariya,2003)
9
pada tubuh pembentuka kolagen pada tulang.
Selenium Antioksidan.
Vitamin C Antioksidan.
10
dikemukakan bahwa antioksidan alami (Vitamin E dan Vitamin C) dapat
melindungi kerusakan membran sel dan sub seluler lainya (akibat
banyaknya ikatan rangkap yang mudah dioksidasi sehingga akan
melindungi lemak dari oksidasi) serta dapat melindungi kerusakan
fosfolipid yang terdapat dalam sel. Sehubung dengan hal tersebut,
Bangun (2002) mengemukakan bahwa antioksidan bermanfaat
menetralisir radikal bebas, yaitu partikel-partikel berbahaya yang
terbentuk sebagai hasil samping metabolisme yang dapat merusak materi
genetik dan sistem kekebalan tubuh. Ini artinya, antioksidan dalam
mengkudu sangat membantu dalam memelihara keutuhan membran sel
dengan cara menjaga dari kerusakan sel makhluk hidup. Asam kaproat,
asam kaprilat dan asam kaprik termasuk golongan asam lemak. Asam
kaproat dan asam kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam
pada buah mengkudu (Winarti,2005).
Buah meangkudu juga mengandung zat anti bakteri seperti,
Acubin, Asperuloside, Alizarin dan beberapa zat Antraquinon telah
terbukti sebagai zat anti bakteri. Zat-zat yang terdapat di dalam buah
mengkudu telah terbukti menunjukkan kekuatan melawan golongan
bakteri infeksi: Pseudonmonas aeruginosa, Proteus morganii,
Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Escherichia coli (Waha,
2000 dan Winarti, 2005). Zat anti-bakteri dalam buah mengkudu dapat
mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan (patogen), yaitu
Salmonella dan Shigella. Penemuan zat - zat anti bakteri dalam sari buah
mengkudu mendukung kegunaannya untuk merawat penyakit infeksi
kulit, pilek, demam dan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan
oleh bakteri (Winarti, 2005).
11
oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengurangi
citarasa langu antara lain mencampurkan buah mengkudu dengan
bahan lain salah satunya adalah jahe merah.
Jahe merah mempunyai citarasa pedas dan aroma yang kuat
dibandingkan dengan jahe lainnya. Rasa jahe merah yang pedas
disebabkan oleh kandungan minyak atsiri. Menjelaskan bahwa jahe
merah mempunyai kegunaan yang cukup beragam antara lain sebagai
rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat.
Beragamnya manfaat jahe merah menjadikan tanaman ini sering
dimanfaatkan sebagai bahan baku dan pembuatan produk pangan
seperti salah satunya adalah pembuatan bubuk instan. Berdasarkan
hasil penelitian terdahulu bubuk instan jahe merah dan akar alang-
alang yang terbaik menghasilkan kadar air 1,71%, kadar abu 1,44%,
kadar gula total 58,29%, beraroma jahe, warna dan rasa yang disukai
panelis (Samuel, 2015).
12
lain apel dengan bluberry, apricot dengan apel, plum dengan nanas,
pisang apel atau lemon, jeruk dengan nanas (Anonim, 2006a). Ada
beberapa kendala dalam pembuatan fruit leather buah mengkudu,
antara lain bau dan rasa mengkudu yang kurang enak dan tidak
disukai konsumen, warna pucat dan tektur kaku. Oleh karena itu
dilakukan kombinasi dengan kelopak bunga rosela. Selain mengatasi
kendala tersebut, tujuan kombinasi adalah untuk menghasilkan produk
baru yang mempunyai warna dan cita rasa khas dan mempunyai kasiat
untuk kesehatan. Tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.)
merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3 meter.
Bunga rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,
artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini
mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm,
pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah. Kelopak bunga ini
sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang
sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Kelopak
rosela yang berwarna cantik dapat ditambahkan pada salad untuk
mempercantik warnanya. Kelopak rosela juga dapat dimasak sebagai
pengganti kubis (Maryani dan Kristiana, 2005).
13
tanah liat diaktifkan (Wannahari & Nordin, 2012). Penelitian
pengolahan minyak goreng bekas telah banyak dilakukan dan
banyak juga yang menghasilkan temuan dalam bentuk paten. Proses
pengolahan minyak goreng bekas telah dilakukan oleh (Wulyoadi &
Kaseno, 2004) dimana minyak goreng bekas dimurnikan dengan
membran. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa membran
dengan ukuran pori 0,001 paling efektif dalam memurnikan minyak
jelantah (Widayat, 2007).
Cara-cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu
pengendapan (settling) dan pemisahan (degumming), netralisasi
dengan alkali, pemucatan (bleching), penghilangan bau (deodorisasi)
lemak (Winarno, 1995).
14
Dodol dikenal disegala usia maupun tingkat sosial masyarakat.
Dodol mudah diperoleh disegala macam tempat, baik di kedai pinggir
jalan maupun disupermarket. Jenis dodol yang sering dibuat terbuat
dari campuran tepung ketan, santan, garam, dan gula pasir atau gula
merah. Dodol mengkudu merupakan salah satu jenis jajanan olahan
dari bahan utama buah mengkudu yang sudah matang dengan proses
penambahan tepung ketan, gula pasir, santan kelapa, dan garam.
Dodol adalah jajanan yang tergolong kue kering manis, dengan bahan
utamanya tepung ketan dengan campuran santan kelapa, gula pasir,
garam atau dapat ditambahkan dengan bahan lainnya seperti umbi–
umbian, dan buah- buahan, yang dalam proses pembuatannya dimasak
selama kurang lebih 4 jam dan diaduk secara perlahan–lahan dengan
api yang kecil sehingga mendapatkan hasil dodol yang matang dan
bertekstur kenyal atau elastis.
e. Pemanfaatan buah mengkudu untuk pembuatan hand sanitizer.
Diare merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan
mortalitas dan morbiditas. Penyebab utama penyakit ini adalah infeksi
bakteri Escherichia coli (Hodges and Gill, 2010). Bakteri Escherichia
coli termasuk dalam Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri gram
negatif berbentuk basilus. Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif
anaerob yang dapat hidup dengan/tanpa adanya oksigen, tetapi tidak
dapat tumbuh pada suhu dan pH ekstrim (Blount, 2015). Bakteri ini
masuk ke tubuh manusia salah satunya melalui tangan yang kotor.
Hal ini dapat dicegah dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah beraktivitas, serta penggunaan produk hand sanitizer yang
dapat menghilangkan kontaminan dan membunuh organisme. Hand
sanitizer ada 2 basis, yaitu alkohol dan non-alkohol. Mekanisme kerja
basis alkohol dan non-alkohol kurang lebih sama, yaitu mendenaturasi
protein bakteri. Alkohol juga dapat mendenaturasi lemak dan
menyebabkan dehidrasi pada bakteri. Hand sanitizer berbasis non-
alkohol biasanya mengandung benzalkonium klorida, senyawa
15
aromatik dan asam piroglutamat (Dixit et al., 2014).
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional
adalah Morinda citrifolia L, biasa disebut sebagai mengkudu atau noni
(Nayak and Mengi, 2010). Morinda citrifolia L. memiliki senyawa
fitokimia yang memiliki efek sebagai antibakteri, antiviral, antijamur,
antitumor, analgesik, anti inflamasi dan peningkat sistem kekebalan
tubuh (Assi et al., 2015). Beberapa senyawa yang berperan sebagai
antibakteri, contohnya flavonoid, tannin, dan antrakuinon (Shahidi and
Alasalvar, 2016). Berdasarkan studi peneliti akan melakukan
pengujian aktivitas antibakteri Escherichia coli ekstrak buah
mengkudu, dan memformulasikan ekstrak buah mengkudu ke dalam
sediaan hand sanitizer dengan mengoptimasi CMC-Na dan propilen
glikol untuk mendapatkan area kompsosisi optimum hand sanitizer.
16
mengandung gula (molasses, tebu, sweet sorghum, aren, dan jenis
palem lainnya) dan bahan berserat (onggok, jerami, sekam, tongkol
jagung, baggas tebu serta kulit kakao dan kopi) .
b) Etanol sintesis
Secara sintesis menggunakan bahan baku antara lain minyak
mentah, gas. Saat ini produksi etanol sintesis kurang dari 5% dari total
produksi. Seperti telah disebutkan di atas, klasifikasi etanol secara
mikrobiologis dipengaruhi oleh bahan bakunya, yaitu sumber gula,
sumber pati, dan sumber serat.
c) Bahan baku sumber gula
Substrat yang umum digunakan untuk bioetanol adalah yang
berasal dari gula tebu (molases) seperti halnya di Brasilia. Selain
molasses, bahan sumber gula lainnya yang dapat digunakan, adalah
nira aren, nira kelapa, bit, nipah dan nira batang sorgum manis.
Kelebihan dari bahan baku sumber gula ini, yaitu dapat langsung
dilakukan gula menjadi etanol, sehingga proses menjadi lebih pendek
dan sederhana.
Bahan baku yang paling sering digunakan di Indonesia adalah
molase. Molase merupakan hasil samping dari pabrik gula tebu,
sehingga lebih bermanfaat dan efisien. Selain itu, molasses tersedia
cukup banyak, mudah didapat, tidak banyak membutuhkan perlakuan
awal, penanganannya mudah dan dapat disimpan dalam waktu yang
lama tanpa perlakuan khusus.
17
d) Bahan baku sumber pati
Pada pembuatan bioetanol dengan bahan baku sumber pati,
prosesnya lebih panjang dibanding dengan bahan baku sumber gula.
Pati diubah dulu menjadi glukosa melalui hidrolisis asam ataupun
enzimatik untuk menghasilkan glukosa kemudian gula difermentasi
untuk menghasilkan etanol.
Pembuatan bioetanol di Amerika banyak menggunakan jagung.
Harga substrat yang cukup mahal menyebabkan harga etanol masih
cukup tinggi, mengingat 60% dari biaya yang digunakan dalam sistem
produksi etanol adalah biaya substrat. Untuk mengatasi masalah
tersebut, perlu dicari alternatif substrat yang murah dengan
ketersediaan yang melimpah sepanjang tahun.
Produk pertanian yang memenuhi kriteria tersebut di Indonesia
adalah ubi kayu. Ubikayu merupakan bahan berpati yang sangat
melimpah di Indonesia. Selain produktifitasnya tinggi, ubi kayu juga
termasuk tanaman yang tidak terlalu membutuhkan tingkat kesuburan
tanah yang tinggi untuk dapat tumbuh. Pada lahan marjinal dengan
tingkat hara yang rendah, ubi kayu masih dapat tumbuh dan
menghasilkan pati dalam jumlah besar.
18
Hydrolisa asam dan atau Hydrolisa enzyme. Berdasarkan kedua jenis
hydrolisa tersebut, saat ini hydrolisa enzyme lebih banyak
dikembangkan, sedangkan hydrolisa asam (misalnya dengan asam
sulfat) kurang dapat berkembang, sehingga proses pembuatan glukosa
dari bahan berpati sekarang ini menggunakan hydrolisa enzyme.
19
substansi yang kompleks dan merupakan suatu gabungan beberapa
senyawa yaitu karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahap delignifikasi
ini akan dihasilkan selulosa. Selulosa merupakan polisakarida yang
didalamnya mengandung zat-zat gula. Proses pemisahan atau
penghilangan lignin dari serat-serat selulosa disebut delignifikasi atau
pulping.
c) Hidrolisis
Prinsip dari hidrolisis pati ini pada dasarnya adalah pemutusan
rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan
rantai polimer tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode,
misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya.
Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar
dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas
pemutusan rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik
akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis
enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada
percabangan tertentu. Sedangkan untuk pembuatan etanol dengan
bahan baku selulosa,hidrolisisnya meliputi proses pemecahan
polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa, yaitu: selulosa dan
hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya. Hidrolisis
sempurna selulosa menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa
menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C5) dan heksosa (C6).
Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik.
Meskipun demikian, produk akhir etanol yang dimaksudkan
merupakan konversi dari glukosa yang didapat baik dari pati maupun
selulosa. Di dalam metode hidrolisis asam, biomassa lignoselulosa
dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu
tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan
hemiselulosa. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis
asam antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl.
Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan
20
dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat
dikelompokkan menjadi: hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam
encer (Taherzadeh & Karimi, 2007). Hidrolisa merupakan proses
antara reaktan dengan menggunakan air supaya suatu persenyawaan
pecah atau terurai.Reaksi hidrolisis yaitu :
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6
Selulosa + Air Glukosa
d) Fermentasi
Tahap selanjutnya pada produksi bioetanol adalah proses
fermentasi.Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah
salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi
yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Pada proses fermentasi penguraian bahan – bahan karbohidrat tidak
menimbulkan bau busuk dan menghasilkan gas karbondioksida. Suatu
fermentasi yang busuk merupakan fermentasi yang mengalami
kontaminasi. Fermentasi membentukan alkohol dari gula dilakukan
oleh mikroba. Mikroba yamg biasa digunakan adalah Saccharomyces
cereviseae.Perubahan yang terjadi biasanya dinyatakan dalarn
persamaan berikut:
e) Destilasi
21
Untuk memisahkan alkohol dari hasil fermentasi dapat
dilakukan dengan destilasi.Destilasi adalah metode pemisahan
berdasarkan perbedaan titik didih. Proses ini dilakukan untuk
mengambil alkohol dari hasil Fermentasi.Destilasi dapat dilakukan
pada suhu 80°C, karena titik alkohol 78°C. sedangkan titik didih air
100oC. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Distilasi dilakukan
untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan
etanol).
E. Analisis Alkohol/Etanol
Secara umum teknologi pembuatan alkohol ada tiga tahap yaitu, tahap
persiapan bahan, fermentasi dan tahap pemurnian alkohol. Untuk tahap
pemurniaan alkohol menggunakan cara destilasi. Bietanol yang diperoleh
pada akhir proses fermentasi masih berupa campuran antara air dengan
etanol. Campuran larutan tersebut dapat dipisahkan dengan cara destilasi.
Dimana destilasi adalah operasi pemisahan komponen-komponen cair dari
suatu campuran fase cair, khususnya yang mempunyai perbedaan titik didih
dan tekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan uap tersebut akan
menyababkan fase cairnya mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup
signifikan. Fase uap menggandung lebih banyak komponen yang memiliki
tekanan uap rendah, sedangkan fase cair lebih banyak menggandung
komponen yang memiliki tekanan uap tinggi (IlhamMughnifar, 2020).
1.Macam-macam destilasi
22
a. Destilasi sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan
kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan
dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya.
Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap
pada saat mencapai titik didih masing – masing. Tujuan dari proses
destilasi ini adalah untuk memurnikan zat cair pada titik didihnya serta
memisahkan cairan dari campurannya yang mempunyai titik didih
yang berbeda. (Teknologi-Kimia, n.d.)
b. Destilasi bertingkat ( fraksional )
Destilasi bertingkat atau destilasi fraksinasi merupakan proses
pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa
senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh
dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan
lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan cairan dari suatu
campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik
didih relatif kecil. Secara prinsip destilasi bertingkat sama dengan
destilasi sederhana perbedaan ada pada perbedaan titik didijh antar
komponen, dimana untuk destilasi sederhana perbedaan titik didih
lebih besar dari 30 derajat Celsius, sedangkan destilasi bertingkat
perbedaan titik didih <30 derajat Celsius, keadaan ini karena pada
destilasi bertingkat adanya kolom fraksinasi.
c. Destilasi azeotrop
Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran
azeotrop (campuran campuran dua atau lebih komponen yang sulit di
pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang
dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan
tekanan tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen
pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah
hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan,
23
fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa
cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling
mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran
tersebut dididihkan.
d. Destilasi vakum
Destilasi vaccum merupakan destilasi tekanan dibawah 1
atmosfer tekanan operasinya 0,4 atm (≤300 mmHg absolut), untuk
memisahkan fraksi –fraksi yang tidak dapat dipisahkan dengan
destilasi atmosferik seperti gas oil berat, parafine destilate atau vakum
distilate yang masih terkandung didalam long residu dari hasil
destilasi atmosferik. Residu yang terdapat dari destilasi atmosferik ini
tidak dapat dipisahkan dengan destilasi atmosferik, apabila dipanaskan
pada tekanan atmosferik akan terjadi cracking sehingga akan merusak
mutu produk dan menimbulkan tar (coke) yang kemudian dapat
diberikan kenutuhan pada tube dapur. Dengan cara penyulingan di
bawah tekanan atmosferik atau tekanan vakum fraksi–fraksi yang
terkandung di dalam long residu dapat discovery.
e. Refluks / destruksi
Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis
suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan
untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguapa atau
volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut
akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari
metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun
pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut
akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau
gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk
sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif. Kondensor yang
24
digunakan adalah pendingin bola, bukan pendingin Liebig, tujuannya
untuk menghalangi uap pelarut tetap ada. bayangkan apabila
menggunakan Liebig, bisa-bisa senyawa yang akan disintesis tidak
ada hasilnya, karena kesemuanya sudah menguap. Prosedur dari
sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau bahannya
dimasukkan dalam labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan
batang magnet stirer setelah kondensor pendingin air terpasang,
campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai dengan
reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau
pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi. Gas N2 ¬dimasukkan pada
salah satu leher dari labu bundar.
f. Destilasi kering
Distilasi kering adalah pemanasan bahan padat untuk
menghasilkan produk-produk gas (yang dapat mengembun menjadi
cairan atau padatan). Metode ini mungkin tidak melibatkan pirolisis
atau termolisis. Produk dikondensasikan dan dikumpulkan. Metode ini
biasanya membutuhkan suhu yang lebih tinggi daripada distilasi
klasik. Metode ini telah digunakan untuk mendapatkan bahan bakar
cair dari batu bara dan kayu. Ini juga dapat digunakan untuk memecah
garam mineral seperti sulfat (SO4) melalui termolisis, dalam hal ini
memproduksi sulfur dioksida (SO2) atau sulfur trioksida (SO3) gas
yang dapat dilarutkan dalam air untuk mendapatkan asam sulfat.
Dengan metode ini asam sulfat pertama kali diidentifikasi dan
diproduksi secara artifisial.
25
jenisnya.
b. Kekentalan suatu zat dapat mempengaruhi hasil.
c. Volume zat, jika volume zat besar maka akan berpengaruh namun
tergantung pada massa zat itu sendiri.
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan
masuk ke alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan
leher yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah,
yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil
reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya
adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian
dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga
pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna.
Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi
tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan
penangas, ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada
destilator.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan
tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur
sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah
menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai
tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu
cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai
tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik
didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada
suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak
sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa
yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika
uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap
26
yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika
suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung
senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.(Atmojo
Susilo , 2011)
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. BAHAN PENELITIAN
Buah Mengkudu
Aqubidest
K2HPO4
HCl 2M
NaOH 1N
Starter Saccharomyces cerevisiae : 4 – 12 %
28
Kertas pH Universal
Media PCA
Kertas cakram
Air sumur
Alkohol 96%
Alkohol 70%
Gliserol
H2O2 3%
Essence
Aluminium foil
D. DIAGRAM ALIR
E. CARA KERJA
1. Pembuatan Etanol
a. Tahap hidrolisis : Buah mengkudu dikupas, dibersihkan dipisahkan dari
biji, kemudian diblender sehingga terbentuk bubur buah. Sebanyak 200
gr bubur buah mengkudu dilarutkan dengan aquadest sehingga menjadi
20 % larutan mengkudu dalam 1000 mL aquadest . Kemudian diatur pH
2 dengan menambah larutan asam sambil diaduk hingga homogen.
Dipanaskan selama 60 menit lalu disaring, kemudian didinginkan dan
siap untuk difermentasi.
b. Hasil hidrolisis ditambahkan K2HPO4 5 gr dan dibuat pH 5. Kemudian
dimasukkan starter Saccharomyces cerevisiae 10 %. Kemudian
difermentasi selama 60 jam.
c. Destilasi pada suhu 78ºC selama 1 jam atau tidak ada lagi yang menetes
29
2. Pembuatan Etanol 70%
a. Dibuat etanol 70% sebanyak 300 mL dari etanol 96%. Sebanyak 218,75
ml etanol 96% kemudian ditambahkan aquabidest hingga volume
300 mL
b. Ditambahkan alkohol yang telah dibuat sebanyak 38 mL
c. Kemudian ditambahkan 100 mL etanol 96%.
30
6. Uji fisik handsantizer
a. Uji Homogenitas
Pengujian dilakukan 3x pengujian, yaitu :
1) Gelas piala 1, didiamkan selama 30 menit
2) Gelas piala 2, didiamkan selama 40 menit
3) Gelas piala 3, didiamkan selama 50 menit
4) Diamati
b. Uji pH
Handsantizer dicek pH dengan menggunakan indikator universal
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Penentuan Kadar Alkohol dengan menggunakan Picnometer
Kadar alkohol yang dibuat dari mengkudu sebesar 0,23%
32
b. Uji pH
B. PEMBAHASAN
Handsanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik yang sering
digunakan masyarakat sebagai media pencuci tangan yang praktis. Saat
berpergian menggunakan handsanitizer lebih efektif dan efisien jika
dibanding dengan menggunakan sabun dan air sehingga masyarakat
banyak yang tertarik menggunakannya.
Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat
diproduksi dari tumbuhan. Etanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang
umum, misalnya tebu, kentang, singkong, jagung, mengkudu dan tanaman
lainnya.
Pemilihan mengkudu sebagai bahan menghasilkan etanol karena
dalam mengkudu terdapat karbohidrat sebanyak 51,67 gr. Dengan adanya
kandungan karbohidrat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
produksi etanol.
Mengkudu yang telah dibuang bijinya dihidrolisis dalam suasana asam
yaitu pH 2 menggunakan HCl, difermentasikan dengan bantuan starter
Saccharomyces cerevisiae 10%. Saccharomyces cerevisiae mampu
mengubah cairan yang mengandung gula menjad etanol dan gas CO2. Agar
33
kerja Saccharomyces cerevisiae lebih efektif maka ditambahkan nutrisi
yang mengandung phospat yaitu K2HPO4. Setelah 60 jam, didestilasi agar
etanol terpisah dari larutan tersebut. Setelah itu dilakukan analisa kadar
etanol dengan menggunakan picnometer. Didapatkan kadar etanol sebesar
0,23%. Hal ini disebabkan karena suhu saat proses destilasi diatas 78ºC.
Karena pemanas saat destilasi yang digunakan adalah kompor, sehingga
sulit untuk mengontrol suhu saat proses destilasi berlangsung.
Etanol yang telah dibuat kemudian dicampur dengan etanol 96% dan
dibuat konsentrasi 70% dengan menggunakan rumus pencampuran. Etanol
70% ini kemudian dibuat Handsanitizer dengan bahan lainnya. Adapun
fungsi etanol dalam pembuatan handsanitizer yaitu sebagai pembunuh
kuman. Gliserol berfungsi untuk mencegah iritasi kulit akibat alkohol
70%. Adapun Hidrogen peroksida adalah cairan bening, agak lebih kental
daripada air yang merupakan oksidator kuat. Hidrogen peroksida berperan
sebagai zat antiseptik seperti etanol dalam hand sanitizer. Zat ini
digunakan untuk menghentikan pertumbuhan mikroba yang dapat
berkembang di cairan hand sanitizer. Aquabidest sebagai pelarut dan
essence pemberi harum pada hand sanitizer.
Hand sanitizer yang telah jadi, kemudian dilakukan analisa. Analisa
yang dilakukan adalah daya hambat pertumbuhan mikroba dan uji fisik
berupa uji homogenitas dan uji pH.
Pada analisa daya hambat pertumbuhan mikroba menggunakan media
PCA dan biakan mikroba dari air sumur. Media PCA yang berisi air sumur
kemudian dimasukkan kertas cakram yang telah dicelupakan pada hand
sanitizer yang telah dibuat. Kertas cakram diletakkan ditengah-tengah
permukan media PCA. Setelah diinkubasi selama 1 hari menunjukkan
zona bening pada media PCA sangat luas yang artinya daya hambat
pertumbuhan pada hand sanitizer yang telah dibuat bagus dan dapat
digunakan.
Kemudian dilakukan uji fisik pada handsanitizer. Pertama uji
homogenitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui homogenitas
34
handsanitizer dengan melihat keseragaman partikel dalam sediaan tersebut.
Handsanitizer memiliki susunan yang homogen ditandai dengan tidak ada
bagian yang tidak tercampurkan dengan baik selama 30 menit,40 menit, 50
menit penyimpanan. Pada hasil analisa. Gelas piala 1 didiamkan selama 30
menit, gelas piala 2 didiamkan selama 40 menit dan gelas piala 3
didiamkan selama 50 menit. Hasil pengujian pada ketiga gelas piala
tersebut semuanya homogen saat diamati. Dengan demikian, semua
sediaan hand sanitizer mempunyai homogenitas yang baik dan memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia edisi III.
Kedua dilakukan uji pH, uji pH dilakukan untuk mengetahui
sensitifitas hand sanitizer terhadap kulit. Rentang pesyaratan nilai pH
sediaan gel yang memenuhi persyaratan SNI No. 06-2588 yaitu 4,5-6,5.
Menurut Titaley dkk (2014), kondisi sediaan dengan pH yang sangat
rendah mengakibatkan kulit menjadi iritasi, sedangkan pada kondisi pH
yang sangat tinggi mengakibatkan kulit tangan menjadi bersisik. Uji pH
dilakukan dengan mengukur pH hand sanitizer menggunakan kertas pH
Universal. Berdasarkan hasil uji pH sebanyak 3x pengujian menjelaskan
hand sanitizer dari buah mengkudu telah memenuhi persyaratan SNI No.
06-2588 dengan pH 5.
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Handsanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik yang sering
digunakan masyarakat sebagai media pencuci tangan yang praktia. Adapun
kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu relatif cepat,
karena mengandung etanol dengan konsentrasi ± 60% sampai 80%.
Bioethanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat
diproduksi dari tumbuhan. Etanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang
umum, misalnya tebu, kentang, singkong, jagung, mengkudu dan beberapa
tanaman lainnya yang memiliki kandungan karbohidrat.
Mengkudu (Morinda citrifolia L) sudah dikenal lama oleh penduduk di
Indonesia. Pemanfaatannya lebih banyak diperkenalkan oleh masyarakat jawa
yang selalu memanfaatkan tanaman atau tumbuhan herbal untuk mengobati
beberapa penyakit. Kandungan karbohidrat dalam mengkudu sebanyak 51,67
gr telah memenuhi syarat bahan baku utama dalam produksi etanol.
Dari hasil analisa kadar etanol yang didapatkan sebesar 0,23%. Kemudian
dibuat etanol 70% dengan penambahan etanol 96%.
Hasil Analisa produk handsanitizer yang dibuat telah memenuhi standar
yang ditetapkan yang ditandai luasnya zona bening yang terbentuk di media
PCA pada Analisa daya hambat pertumbuhan mikroba.
Pada uji fisik, pertama uji homogenitas hasil pengujian pada ketiga gelas
piala semuanya homogen saat diamati. Kedua uji pH, pH pada handsanitizer
yang dibuat adalah pada pH 5.
36
B. Saran
1. Suhu saat proses destilasi perlu diperhatikan agar etanol yang dihasilkan
juga semakin murni
2. Alat destilasi yang digunakan sebaiknya alat destilasi yang lebih modern
37
DAFTAR PUSTAKA
Asngad, a., R, A. B., & Nopitasari. (2018). Kualitas Gel Pembersih Tangan
(Handsanitizer) dari Ekstrak Batang Pisang dengan Penambahan Alkohol,
Triklosan dan Gliserin yang Berbeda Dosisnya. Jurnal Bioeksperimen, 61-
70.
Ilham, M. (2020, Agustus 17). Pengertian Destilasi, Prinsip, Tujuan dan Macam-
macam. Retrieved from MateriBelajar.co.id:
https://materibelajar.co.id/pengertian-destilasi/
38
Lampiran Perhitungan
1. Penentuan Densitas Etanol dengan menggunakan Picnometer
Bobot picno kosong : 21,9949 G
Bobot picno+air : 46,3433 G
Bobot picno+etanol : 46,3108 G
Suhu air : 29ºC
Densitas air : 0,9959
0 0,9950
X 0,9946
1 0,9931
= 0,23 %
2. Perhitungan pembuatan kadar alkohol 70%
a. Alkohol 70% dari alkohol 96%
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 96% = 300 mL. 70%
V1 = 218,75 mL
39
Lampiran Gambar
Gambar 2.2 Contoh Bioetanol Gambar 4.1 Media PCA Daya Hambat
Gambar 2.3 Tanaman Buah Mengkudu Gambar 2.4 Bagian Dalam Buah mengkudu
40
Lampiran Tabel
Kandungan Bioaktif Manfaat
Selenium Antioksidan.
Vitamin C Antioksidan.
41
Tebu 75 67 5.025
Nipah 27 93 2.500
Sorgum manis 80 75 6.000
Aren 2.880 70 20.160
Tabel 2.2 Potensi etanol dari bahan baku sumber gula
42