Anda di halaman 1dari 19

Memahami Kaidah Asasi Hukum Islam

Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Dr. Yulis Sulistiana Dewi, M.Pd.I.

oleh:

Rifan Fauzan Kamil


NIM 1223040110

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. karena karunia-Nya
makalah ini dapat diselesaikan demgan lancar. Sholawat beserta salam semoga
tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad Saw., tak lupa kepada
sahabatnya, para tabiin dan kita yang mencintainya sampai hari kiamat.

Makalah yang berjudul”Memahami Kaidah Asasi Hukum


Islam”membahas berbagai aspek Kaidah Hukum Islam dari pandangan Ilmu
Ushul Fiqh. Dalam era glbalisasi di zaman sekarang sangat penting mempelajari
Kaidah asasi Hukum Islam sebab kita butuh sebuah contoh contoh Hukum Islam
dari para Ulama terdahulu. Terima kasih saya ucapkan kepada Dr.Yulis Sulistiana
Dewi M.Pd.i yang telah membimbing saya sampai di titik ini dan alhamdulillah
telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini.

Dalam proses penulisan makalah ini sangat amat banyak kekurangan


dalam penyampaian oleh karenanya saya memohon ampun kepada kepada Allah
Swt dan memohon maaf kepada semuanya atas kekurangan yang ada dalam
makalah ini.

Bandung, Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah Penelitian.........................................................................2
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................2
E. Metode Penelitian...........................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................4
A. Pengertian Kaidah Ushul Fiqh......................................................................4
B. Definisi Kaidah-Kaidah Ushuliyah................................................................5
C. Difinisikaidah-Kaidah Fiqhiyah....................................................................5
D. Macam-Macam Kaidah Fiqhiyah..................................................................6
E. Fungsi Dari Ushul Al-Fiqh.............................................................................6
F. Perbedaan Antara Kaidah-Kaidah Ushuliyyah Dengan Kaidah-Kaidah
Fiqhiyyah..............................................................................................................7
G. Contoh Kaidah-Kaidah Ushul Fiqh Serta Dasar-Dasar Pengambilannya.8
BAB III PEMBAHASAN PENELITIAN.....................................................................11
A. Deskripsi Data...............................................................................................11
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................12
B. Saran-saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

iii
ABSTRAK

Ushul al-fiqh adalah sekumpulan dalil yang menjadi dasar tumbuh dan terbinanya
fiqh, serta menghubungkannya pada dalil-dalil nash dan ijma’ sahabat. Ushul
fiqh digunakan dalam rangka menetapkan suatu hukum Islam. Ushul Fiqh
memiliki kaitan dengan Fikih, namun berbeda pada pembahasannya. Sumber
utama ushul fiqh adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam ushul fiqh terdapat
kaidah-kaidah yang dijadikan patokan atau metode dalam menetapkan hukum.
Terdapat dua jenis kaidah, yaitu kaidah ushuliyah dan kaidah fiqhiyyah. Namun
pasca masa kejumudan, diperlukan kembali penegakan terhadap hukum Islam.
Kata kunci: Hukum Islam, ushul fiqh.

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang
berharga, berkepribadian dan bertanggung jawab. Dan atas tanggung jawabnya,
manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan untuk menerima atau
menolak agama Allah; tidak dibenarkan adanya diskiriminasi antara sesama
manusia dan diberi keleluasaan memperkembangkan hidupnya dalam rangka
mempertinggi martabat umat manusia. Islam mempunyai pandangan egaliteran
kepada pemeluknya. Ajarannya tidak membedakan asal usul apakah ia dari
golongan elite, ningrat, jutawan, pangkat, teknokrat, ataupun rakyat jelata; mereka
diperlakukan sama. Sebab ditinjau dari segi manusiawi, mereka sama-sama
manusia, sehingga yang membedakan manusia dengan manusia lain hanyalah
ketakwaannya kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang pria
dan seorang wanita dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal (hidup rukun damai). Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(Q.S. al-Hujarat: 13)

Islam menerangkan bahwa Allah SWT telah memberikan kebebasan


seluas-luasnya kepada manusia untuk memilih tindakannya. Akan tetapi
kebebasan tersebut dibatasi oleh tanggung jawab manusia itu sendiri, sesuai
dengan petunjuk Al-Qur’an dalam memanfaatkan kebebasan tersebut. Allah SWT
memberikan kebebasan itu yang disebut sebagai hak asasi manusia. Manusia
bebas berbuat apa saja, tetapi harus senantiasa dibarengi dengan tanggung jawab.3
Hak asasi manusia diberikan oleh Allah SWT kepada semua manusia sebagai
makhluk ciptaan-Nya dengan tujuan agar manusia mampu memanfaatkan hak-

1
2

haknya tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga dapat melaksanakan tanggung


jawab yang telah dibebankan Allah SWT kepadanya yaitu menjadi khalifatullah
fil Ardli sekaligus sebagai hamba Allah SWT yang bertanggung jawab. Diskursus
mengenai HAM sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam kehidupan manusia
HAM sudah sejak lama dipermasalahkan karena penegakan keadilan, dimanapun
dan kapanpun, selalu menjadi harapan setiap orang. Tercatat dalam sejarah umat
manusia yang menceritakan kehancuran.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Dari latar belakang yang telah tersusun di atas, maka rumusan masalah
pada pembahasan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan hak asasi hukum islam di masa sekarang?


2. Bagaimana meningkatkan Kembali mutu hak asasi hukum islam?
3. Bagaimana mengembangkan dan menumbuhkan budaya hak asasi hukum
islam?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki berbagai ilmu yang dapat
membantu kita memahami pendidikan secara mendalam, diantaranya:

1. Menjelaskan bagaimana perkembangan hak asasi hukum islam di masa


sekarang.
2. Sebagai bahan masukan, agar lebih meningkatkan Kembali mutu hak asasi
hukum islam
3. Untuk mengembangkan dan menumbuhkan budaya hak asasi hukum islam

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari studi ilmu untuk memahami hak asasi hukum islam adalah
meningkatkan pemahaman kita tentang hukum hukum di agama islam. Hal ini
3

dapat membantu kita memahami bagaimana hak asasi hukum islam yang baik
dan benar adapun Manfaat Teoritis :
a. Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat
menunjukan kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan
bermasyarkat, berbangsa dan bernegara.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga dan menjadi bahan acuan bagi peneliti lain menganai Hak Asasi
Manusia ( HAM)
c. Dapat menjadi acaun atau referensi untuk penelitian berikutnya atau
penelitian pengembangan dalam potret HAM.
2. Manfaat praktis :
a. Dapat ditemukan berbagai persoalan atau kendala yang di hadapi dalam
hal mengimpelementasikan hak asasi manusia
b. Dapat di ketahui bagaimana sebenarnya peraturan pemerintah tentang
regulasi hak asasi manusia

E. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif Metode penelitian kualitatif adalah sebuah
cara atau metode penelitian yang lebih menekankan analisa atau deskriptif. Dalam
sebuah proses penelitian kualitatif hal hal yang bersifat perspektif subjek lebih
ditonjolkan dan andasan teori dimanfaatkan oleh peneliti sebagai pemandu, agar
proses penelitian sesuai dengan fakta yang ditemui di lapangan ketika melakukan
penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kaidah Ushul Fiqh


Sebagai studi ilmu agama pada umumnya, kajian ilmu tentang kaidah-
kaidah ushul diawali dengan definisi. Defenisi ilmu tertentu diawali dengan
pendekatan kebahasaan. Dalam studi ilmu kaidah ushul fiqh, kita akan mencoba
menjelaskan beberapa permasalahan mulai dari defenisi kaidah secara bahasa dan
istilah, defenisi ushul fiqh secara bahasa dan istilah, defenisi kaidah-kaidah
ushuliyyah secara bersamaan. Didalam seluruh defenisi tadi terdapat perbedaan
pendapat dalam kalangan ulama, penyusun akan mencoba menulis beberapa
defenisi dari kalangan ulama atau hanya sekedar menulis defenisi yang menurut
penyusun lebih rajih atau lebih kuat.

 Defenisi kaidah

Qawaid merupakan bentuk jamak dari kaidah, yang kemudian dalam


bahasa Indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti “aturan atau patokan”.
Dalam bahasa arab, kaidah memilik banyak arti diataranya: al-asas (dasar atau
pondasi), Al-Qanun (peraturan dan kaidah dasar), Al-Mabda’ (prinsip), dan Al-
nasaq (metode atau cara). Al-Qi’dah (cara duduk, yang baik atau yang buruk),
Qo’id Ar-rojul (Istrinya), Dzul Qo’dah (nama salah satu bulan qomariyah yang
mana orang arab tidak mengadakan perjalanan didalamnya) dan lain sebagainya.
Dari seluruh arti tadi dapat kita simpulkan bahwa kaidah secara bahasa artinya
tidak akan keluar dari dasar atau pondasi dan tempat sesuatu.

Adapun secara istilah banyak sekali defenisi yang di buat oleh para ulama,
tetapi yang paling lengkap dan paling baik menurut penyusun adalah:
”Suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum) yang berlaku pada semua bagian-
bagiannya.“

 Definisi Ushul Fiqh

4
5

Dilihat dari segi kebahasaan, kata Ushul Al-Fiqh terdiri dari dua kata yang
punya makna tersendiri, yaitu Ushul dan Al-Fiqh. Ushul adalah jamak dari kata
al-ashlu bermakna dasar-dasar yang menjadi landasan bagi tumbuhnya sesuatu
yang lainSedangkan fiqh adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum syara’
untuk berbagai perbuatan mukallaf, melalui kejian-kajian ijtihad dari dalil-
dalilnya yang terinci. Dengan demikian ushul al-fiqh adalah sekumpulan dalil
yang menjadi dasar tumbuh dan terbinanya fiqh, serta menghubungkannya pada
dalil-dalil nash dan ijma’ sahabat

B. Definisi Kaidah-Kaidah Ushuliyah


Dr. Jailany mendefinisikan sebagai:” hukum kulli (bersifat umum) yang
berdiri diatasnya furu’ fiqhiyah yang di bentuk dengan bentuk umum dan akurat”.
Defenisi ini belum maani’ karena kaidah-kaidah fiqh masih masuk didalamnya.

Prof. Dr. Muhammad Syabir mendefinisikan sebagai: ”Suatu perkara kulli


(kaidah-kaidah umum) yang dengannya bisa sampai pada pengambilan
kesimpulan hukum syar’iyyah al far’iyyah dari dalil-dalilnya yang terperinci”.

Defenisi yang menurut penyusun lebih akurat adalah:” Hukum kulli


(umum) yang dibentuk dengan bentuk yang akurat yang menjadi perantara dalam
pengambilan kesimpulan fiqh dari dalil-dalil, dan cara penggunaan dalil serta
kondisi pengguna dalil”.

C. Difinisikaidah-Kaidah Fiqhiyah
Menurut Bani Ahmad Salbani kaidah fiqhiyah adalah pedoman umum dan
universal bagi pelaksanaan hukum islam yang mencakup seluruh bagiannya. Titik
tolak pelaksanaan hukum islam diatur oleh kaidah-kaidah yang berifat universal
yang merupakan stasiun keberangkatan suatu perbuatan. Sebagaimana ada kaidah
yang menyatakan bahwa keyakinan tidak terkalahkan oleh keraguan,setiap
perbuatan harus dilandasi dengan keyakinan, bukan oleh keraguan. Sedangkan
menurut ulama ushul fiqih adalah
6

‫امر كلي ينطبـك عليهـا جزئـيــات كثيــرة‬


Artinya: “Sesuatu yang bersifat umum yang mencakup bagian-bagian yang
banyak”.

D. Macam-Macam Kaidah Fiqhiyah


Macam-macam kaidah fiqhiyah ini ada lima dan disebut juga sebagai
pancakaidah.

1. Segala sesuatu bergantung pada tujuannya ( ‫)المـور بـمـقـاصـده‬

2. Kemudharatan harus dihilangkan (‫)الضرر يـزال‬

3. Kebiasaan dapat menjadi hokum ( ‫)الـعـادة محكـمة‬

4. Keyakinan tidak dapat hilang karena adanya keraguan (‫)اليـقـين ليزال بالشـك‬

5. Kesukaran mendatangkan kemudahan (‫)المـشـقة تـجـلب التـيسـير‬

E. Fungsi Dari Ushul Al-Fiqh


Fungsi utama dari ilmu ushul al-fiqh adalah mengangkat ketentuan-
ketentuan hukum islam yang terpapar dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah, sehingga
setiap orang mukallaf dapat mengetahuinya dengan baik, dan menerimanya
sebagai ketentuan syara’ baik secara yakin maupun dzan. Para ulama menempuh
langkah-langkah kreatif menurut norma-norma hukum itu terpapar secara acak
dalm Al-Qur’an dan Al-Sunnah dalam bentuk kalam-kalam yang tertulis, dan
mereka tidak berjumpa langsung dengan rasulullah sebagai orang yang
menyampaikan kalam tersebut dan mampu menjelaskannya dengan baik.

Dengan demikian, ushul fiqh haya merupakan metodelogi kajian hukum


dari nash-nash al-Quran dan al-Sunnah yang berfungsi mengangkat ketentuan-
ketentuan hukum islam, untuk kemudian menjadi pedoman bagi orang-orang
mukallaf dalam menjalani kehidupan ini.
7

F. Perbedaan Antara Kaidah-Kaidah Ushuliyyah Dengan Kaidah-Kaidah


Fiqhiyyah
Perbedaan antara keduanya adalah sebagi berikut:

1. Kaidah ushul pada hakikatnya adalah qa’idah istidlaliyah yang menjadi


wasilah para mujtahid dalam istinbath (pengambilan) sebuah hukum
syar’iyah amaliah. Kaidah ini menjadi alat yang membantu para mujtahid
dalam menentukan suatu hukum. Dengan kata lain, kita bisa memahami,
bahwa kaidah ushul bukanlah suatu hukum, ia hanyalah sebuah alat atau
wasilah kepada kesimpulan suatu hukum syar’i. Sedangkan, kaidah fiqih
adalah suatu susunan lafadz yang mengandung makna hukum syar’iyyah
aghlabiyyah yang mencakup di bawahnya banyak furu’. Sehingga kita bisa
memahami bahwa kaidah fiqih adalah hukum syar’i. Dan kaidah ini
digunakan sebagai istihdhar (menghadirkan) hukum bukan istinbath
(mengambil) hukum (layaknya kaidah ushul). Misalnya, kaidah ushul “al-aslu
fil amri lil wujub” bahwa asal dalam perintah menunjukan wajib. Kaidah ini
tidaklah mengandung suatu hukum syar’i. Tetapi dari kaidah ini kita bisa
mengambil hukum, bahwa setiap dalil (baik Qur’an maupun Hadits) yang
bermakna perintah menunjukan wajib. Berbeda dengan kaidah fiqih “al-
dharar yuzal” bahwa kemudharatan mesti dihilangkan. Dalam kaidah ini
mengandung hukum syar’i, bahwa kemudharatan wajib dihilangkan.
2. Kaidah ushul dalam teksnya tidak mengandung asrarus syar’i (rahasia-rahasia
syar’i) tidak pula mengandung hikmah syar’i. Sedangkan kaidah fiqih dari
teksnya terkandung kedua hal tersebut.
3. Kaidah ushul kaidah yang menyeluruh (kaidah kulliyah) dan mencakup
seluruh furu’ di bawahnya. Sehingga istitsna’iyyah (pengecualian) hanya ada
sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama sekali. Berbeda dengan kaidah fiqih
yang banyak terdapat istitsna’iyyah, karena itu kaidahnya kaidah aghlabiyyah
(kaidah umum).
4. Perbedaan antara kaidah ushul dan kaidah fiqih pun bisa dilihat dari
maudhu’nya (objek). Jika Kaidah ushul maudhu’nya dalil-dalil sam’iyyah.
Sedangkan kaidah fiqih maudhu’nya perbuatan mukallaf, baik itu pekerjaan
atau perkataan. Seperti sholat, zakat dan lain-lain
8

5. Kaidah-kaidah ushul jauh lebih sedikit dari kaidah-kaidah fiqh.


6. Kaidah-kaidah ushul lebih kuat dari kaidah-kaidah fiqh. Seluruh ulama
sepakat bahwa kaidah-kaidah ushul adalah hujjah dan mayoritas dibangun
diatas dalil yang qhot’i. Adapun kaidah-kaidah fiqh ulama berbeda pendapat.
Sebagian mengatakan bahwa kaidah-kaidah fiqh bukan hujjah secara mutlaq,
sebagian mengatakan hujjah bagi mujtahid ‘alim dan bukank hujjah bagi
selainnya, sebagian yang lain mengatakan bahwa kaidah-kaidah tersebut
hujjah secara mutlak.
7. Kaidah-kaidah ushul lebih umum dari kaidah-kaidah fiqh. Kaidah ushuliyah
merupakan mediator untuk meng-istinbath-kan hukum syara’ amaliyah,
sedangkan kaidah fiqhiyah adalah kumpulan hukum-hukum yang serupa
diikat oleh kesamaan ‘illat atau kaidah fiqhiyah yang mencakupnya dan
tujuannya taqribu al- masa’il –alfiqhiyawa tashiliha

G. Contoh Kaidah-Kaidah Ushul Fiqh Serta Dasar-Dasar Pengambilannya


Untuk memperjelas maksud kami menyusun makalah ini kami akan
menyertakan contoh dari kaidah-kaidah yang telah kami sebutkan.

1. Segala sesuatu bergantung pada tujuannya (‫)المـور بـمـقـاصـده‬

Contoh: kalau kita sholat kita pasti bertemu dengan yang namanya niat,
kalau kita tidak bertemu dengan yang namanya niat berarti kita tidak pernah
sholat.begitu juga dengan yang lainnya, seperti puasa, zakat, haji dll. Kita pasti
bertemu dengan yang namnya niat.

Dasar kaidah ini para ulama mengambil dari ayat Al-Qur’an yang berbunyi:[8]

‫ َو َم ْن ُيِر ْد َثَو اَب الّد ْنَيا ُنْؤ ِتِه ِم ْنَها َو َم ْن ُيِرْد َثَو اَب الِخَر ِة ُنْؤ ِتِه ِم ْنَها‬....

Artinya: ”Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan


kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat.”(QS. Ali-Imran: 145)

2. Kemudharatan harus dihilangkan (‫)الضرر يـزال‬


9

Contoh: kalau misalkan ada pohon besar dengan buah yang banyak yang
mana buah tersebut sering jatuh dan sering mengenai kepala orang yang lewat
dibawahnya hingga ada yang harus dibawa ke rumah sakit, maka dengan beracuan
pada kaidah ini pohon tersebut harus di tebang. Dasar kaidah ini beracuan pada
nash Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 56:

‫َو ل ُتْفِس ُدوا ِفي الْر ِض َبْع َد ِإصلِحَها َو اْد ُعوُه َخ ْو ًفا َو َطَم ًعا ِإّن َر ْح مَت اِّل َقِر يٌب ِم َن اْلُم ْح ِس ِنيَن‬

Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah


(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang- orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)

3. Kebiasaan dapat menjadi hukum (‫)الـعـادة محكـمة‬

Contoh: ketika di suatu tempat ada suatu kebiasaan, yang mana kebiasaan
tersebut telah mendarah daging, maka dengan sendirinya kebiasaan tersebut akan
menjadi hukum, misalkan kebiasaan petik laut, kalau ada masyarakat pesisir yang
tidak melakukan petik laut tersebut, maka dia akan dikucilkan oleh masyarakat
setempat. Kaidah tersebut didasarkan pada nash Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat
199:

‫خذ العفـو وأمر بالـعرف واعـرض عن الجهـلـين‬

Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf,
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh” (QS. Al-A’raf: 199)

Ada perbedaan antara al-adah dengan ‘urf. Adat (al-adah) adalah


perbuatan yang terus menerus dilakukan oleh manusia yang kebenarannya logis,
tapi tidak semuanya menjadi hukum. Sedangkan ‘urf, jika jika mengacu pada “al-
ma’ruf”, berarti kebiasaan yang normatif dan semuanya dapat dijadikan hokum,
karena tidak ada yang bertentangan dengan al-quran atau hadits.

4. Keyakinan tidak dapat hilang karena adanya keraguan (‫)اليـقـين ليزال بالشـك‬

Contoh: kalau misalkan kita mau melakukan sholat, tapi kita masih ragu
apakah kita masih punya wudhu’ atau tidak, maka kita harus berwudhu’ kembali,
10

akan tetapi kalau kita yakin kita masih punya wudhu’, kita langsung sholat saja itu
sah, meski pada kenyataannya wudhu’ kita telah batal.

5. Kesukaran mendatangkan kemudahan (‫)المـشـقة تـجـلب التـيسـير‬

Contoh: apabila kita melakukan perjalanan yang mana perjalana tersebut


sudah sampai pada batas diperbolehkannya mengqasar sholat, maka kita boleh
mengqasar sholat tersebut, karena apa bila kita tidak mengqsar shoalat
kemungkinan besar kita tidak akan punya waktu yang cukup untuk shalat pada
waktunya. Karena seseorang yang melakukan perjalanan pastilah akan dikejar
waktu untuk agar cepat sampai pada tujuan, dan itu termasuk pada pekerjaan yang
sulit di lakukan apabila harus melakukan sholat pada waktu sholat tersebut.
Kaidah ini berdasarkan pada ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185:

‫ُيِر يُد اُّل ِبُك ُم اْلُيْس َر َو ل ُيِر يُد ِبُك ُم اْلُعْس َر‬

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki


kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Dan surat An-Nisa’ ayat 28:

‫ُيِر يُد اُّل َأْن ُيَخ ّفَف َع ْنُك ْم َو ُخ ِلَق الْنَس اُن َض ِع يًفا‬

Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia


dijadikan

bersifat lemah.” (QS. An-Nisa’: 28)


11
BAB III
PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Metode penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena
dengan mendalam dan dilakukan dengan mengumpulkan data sedalam-dalamnya.
Metode kualitatif lebih mengutamakan pengamatan fenomena dan lebih meneliti
ke subtansi makna dari fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian
kualitatif sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang
digunakan.Perhatian ketika seorang peneliti melakukan penelitian dengan metode
kualitatif akan lebih fokus tertuju pada elemen manusia, objek, dan institusi, serta
hubungan atau interaksi di antara elemen-elemen tersebut, dalam upaya
memahami suatu peristiwa,perilaku,atau fenomena. menekankan pada
pengumpulan data secara mendalam dan kualitatif melalui pengamatan,
wawancara, dan studi kasus yang terjadi di masyarakat. Disisi lain, studi pustaka
adalah metode penelitian yang melibatkan pengumpulan data dari sumber tertulis
seperti buku, jurnal, artikel, dan dokumen lainnya. Metode studi pustaka bertujuan
untuk mengeksplorasi dan mengevaluasi penelitian dan literatur yang telah ada
sebelumnya dan menganalisis temuan-temuan tersebut dalam konteks penelitian
yang dilakukan. Dengan menggabungkan kedua metode ini peneliti dapat
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu fenomena dan
holistik.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan:

1. Qawaid merupakan bentuk jamak dari kaidah, yang kemudian dalam


bahasa Indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti “aturan atau
patokan”.
2. ushul al-fiqh adalah sekumpulan dalil yang menjadi dasar tumbuh dan
terbinanya fiqh, serta menghubungkannya pada dalil-dalil nash dan ijma’
sahabat.
3. Kaidah ushuliyah adalah Hukum kulli (umum) yang dibentuk dengan
bentuk yang akurat yang menjadi perantara dalam pengambilan
kesimpulan fiqh dari dalil-dalil, dan cara penggunaan dalil serta kondisi
pengguna dalil.
4. Kaidah fiqhiyah adalah pedoman umum dan universal bagi pelaksanaan
hukum islam yang mencakup seluruh bagiannya.
5. Macam-macam kaidah fiqhiyah ada lima, seperti yang telah disebutkan di
depan.

B. Saran-saran
Kami sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu
kami sangat mengharap saran dan kritik yang membangun agar kami bisa
menjadikan pedoman untuk yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.D. (2007). Hukum Islam. Jakarta : PT. Grafindo Persada,

http://aminlrg.blogspot.com/2011/05/bab-i-pendahuluan.html

http://kozam.wordpress.com/2009/11/10/kaidah-kaidah-ushul-fiqh/

15

Anda mungkin juga menyukai