Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

Wacana study islam

(Islam Dan Hak Asasi Manusia, Plularisme Agama, Demokrasi, Gender, Ekologi.)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Study Islam

Dosen Pengampu: Dr. Arsyad Sobby Kesuma, Lc., M. Ag

Disusun Oleh: Nurul Izzah Azzahra _ 2031030142

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

TAHUN AKADEMIK : 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayang Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Metodologi studi islam ini
dengan sebaik mungkin.

Sholawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi
sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.

Dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Arsyad sobby
kesuma, lc. M.ag selaku dosen mata kuliah Metodologi studi islam.

Dalam proses pembuatan makalah ini, Penulis menyadari bahwa masih


banyak kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi
pembahasan maupun dengan teknik pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha
maksimal dari penulis.

Semoga dalam makalah yang berjudul Islam dan Hak asai manusia,
pluralisme, gender, demokrasi dan ekologi ini dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi maha siswa ataupun mahasiswi yang sedang study di manapun.
Dan diharapkan kritik yang membangun dari Bapak Dosen dan para pembaca
guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Lampung, 20 maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i

Daftar isi..............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................................1

BAB II Pembahasan

A. Islam dan hak asasi manusia....................................................................................2


B. Islam dan pluralisme, islam dan gender...................................................................5
C. Islam dan demokrasi, islam dan ekologi..................................................................6

BAB III Penutup

A. Kesimpulan............................................................................................................11
B. Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hak asasi manusia (HAM) bukanlah suatu istilah yang baru di dalam masyarakat kontemporer.
Dewasa ini masyarakat semakin familiar dengan istilah tersebut. Baik masyarakat tingkat atas
atau tingkat bawah mulai akrab membicarakan permasalahan HAM. Media menjadi salah satu
faktor semakin dikenalnya istilah ini. Hak Asasi Manusia dikenal di berbagai agama samawi
meskipun dengan istilah yang berbeda, tidak terkecuali Islam. Islam sangat menjunjung tinggi
hak asasi setiap manusia, meskipun di dalam praktiknya terdapat perbedaan-perbedaan yang
cukup mencolok antara HAM menurut Islam dan HAM menurut Barat. Perbedaan itu
kadangkala menjadi polemik dan menjadi bahan untuk menyerang umat Islam. Kendati dalam
kenyataannya perbedaan itu bukanlah sebuah masalah yang besar, karena Islam di dalam kitab
sucinya dengan jelas menghormati hak asasi manusia. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya
pelanggaran HAM di dalam masyarakat, Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi
munkar . Islam mengajarkan tiga tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut:

1. melalui tangan (kekuasaan),

2. melalui lisan (nasihat),

3. melalui gerak hati nurani, yaitu membenci kemungkaran sambil mendoakan agar pelakunya
sadar.

Sehingga untuk mengatasi mengatasi terjadinya pelanggaran HAM, Islam tidak hanya
melakukan tindakan represif teatapi lebih menekankan tindakan preventif. Sebab, tindakan
represif cenderung berpijak hanya pada hukum legal-formal yang mengandalkan bukti-bukti
yang bersifat material semata. Sedangkan tindakan preventif tidak memerlukan adanya bukti
secara hukum.

4
BAB II

PEMBAHASAN

ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Konsep Islam dan HAM

Membahas seputar islam dan hak asasi manusia atau biasa disebut dengan HAM,
tentunya tidak lepas dari pembahasan HAM dalam konsep barat, hal ini menjadi sebuah
perbandingan antara umat islam dengan umat yang lainnya, Terdapat perbedaan mendasar antara
konsep HAM dalam Islam dan HAM dalam konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh dunia
Internasional. HAM dalam Islam didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi. Sementara dunia Barat percaya bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh
hukum-hukum negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan
publik yang aman dan perdamaian universal. Perbedaan lain yang mendasar juga terlihat dari
cara memandang HAM itu sendiri. Di Barat perhatian kepada  individu-individu dari pandangan
yang bersifat anthroposentris, di mana manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu.
Sedangkan dalam Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha
Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Berdasarkan pandangan yang bersiifat
anthroposentris tersebut maka nilai-nilai utama dari kebudayan Barat seperti demokrasi, institusi
sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu
berorientasi kepada penghargaan terhadap manusia. Berbeda keadaannya pada dunia Islam yang
bersifat theosentris, larangan dan perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber
dari al-Quran dan Hadis. Al-Quran menjadi  transformasi dari kualitas kesadaran manusia.
Manusia diperintahkan untuk hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh bahwa ia harus
menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah. Oleh karena itu mengakui hak-hak antara
manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.

Dalam perspektif Barat manusia ditempakan dalam suatu setting di mana hubungannya dengan
Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai hanya sebagai perolehan alamiah
sejak kelahiran. Sementara HAM dalam perspektif Islam dianggap dan diyakini sebagai
anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap individu akan merasa bertanggung jawab kepada
Tuhan. Dengan demikian, penegakan HAM dalam Islam tidak hanya didasarkan kepada aturan-
aturan yang bersifat legal-formal saja tetapi juga kepada hukum-hukum moral dan akhlaqul
karimah.

5
Perbedaan antara HAM Barat dan Islam

HAM Universal Declaration of
No. Human Rights HAM menurut Islam

Bersumber pada pemikiran filosofi Bersumber pada ajaran al-Quran dan Sunnah Nabi
1. semata. Muhammad.

2. Bersifat antrophosentris. Bersifat Theosentris.

Lebih mementingkan hak daripada


3. kewajiban. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Lebih bersifat individualistik. Kepentingan sosial diperhatikan.

Manusia dilihat sebagai makhluk yang dititipi


Manusia dilihat sebagai pemilik hak-hak dasar oleh Tuhan, dan oleh karena itu
5. sepenuhnya hak-hak dasar. mereka wajib mensyukuri dan memeliharanya.

6
B. Hak Asasi Manusia di dalam al-Quran

Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran memberikan penjelasan-penjelasan tentang


petunjuk, dan pembeda di antara yang hak dan bathil. Manusia dipilih untuk mengemban amanah
Allah di bumi, kepadanya Allah amanatkan berbagai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan
reformasi dan mencegah macam tindakan pengrusakan. Untuk terlaksananya tugas dan tanggung
jawab dalam misinya sebagai khalifah, Allah memberikan sejumlah hak yang harus dipelihara
dan dihormat. Hak-hak itu bersifat sangat mendasar, dan diberikan langsung oleh Allah sejak
kehadirannya di muka bumi.

Berikut  beberapa  hak-hak asasi yang terdapat dalam al-Qur’an:

 Hak untuk Hidup

Hak yang pertama kali dianugerahkan Islam di antara HAM lainnya adalah hak untuk hidup dan
menghargai hidup manusia. Islam memberikan jaminan sepenuhnya bagi setiap manusia, kecuali
jika ada alasan yang dibenarkan. Prinsip tentang hak hidup tertuang dalam dua ayat al-Quran:

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar.” (Q.S Al-Isra’:33)

“Dan Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan suatu (sebab) yang benar.” (al-An’am: 151)

Dua ayat di atas membedakan dengan jelas antara pembunuhan yang bersifat kriminal, dengan
pembunuhan untuk menegakkan keadilan. Untuk menegakkan keadlian hanya pengadilan yang
berwenang saja yang berhak memutuskan apakah seseorang harus kehilangan haknya untuk
hidup atau tidak. Oleh karena itu islam mengajarkan berlaku dengan prinsip keadilan yang jujur
dan tidak memihak.

 Hak Kepemilikan Pribadi

Berkaitan dengan kepemilikan pribadi ini Islam sangat mengharagai hak-hak kepemillikan
pribadi seseorang. hal ini tercermin dari adanya persyaratan hak milik untuk kewajiban zakat dan
pewarisan. Seseorang juga diberi hak untuk mempertahankan hak miliknya dari gangguan orang
lain. Bahkan, jika ia mati ketika membela dan mempertahankan hak miliknya itu maka ia
dipandang sebagai syahid.

Salah satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya hak milik terdapat pada Q.S. an-
Nisaa ayat 29 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama mu dengan
jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka.

7
Ayat tersebut mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam dan
lingkungan itu, seseorang harus menghormati pula kepentingan orang lain. Dengan kata lain, ia
harus menempuh cara yang halal dan bukan melalui cara yang haram.

 Persamaan Hak dalam Hukum

Agama Islam menekankan persamaan seluruh umat manusia di mata Allah, yang menciptakan
manusia dari asal yang sama dan kepadaNya semua harus taat dan patuh. Islam tidak mengakui
adanya hak istimewa yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan, ataupun halangan buatan lainnya
yang dibentuk oleh manusia itu sendiri. Kemuliaan itu terletak pada amal kebajikan itu sendiri.
Salah satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang persamaan hak dan hukum terdapat pada
Q.S. al-Hujurat: 13 yang berbunyi:

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari sesorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulai di antara kamu di sisi Allah ialah orang
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (al-Hujarat: 13)

Agama Islam menganggap bahwa semua manusia itu sama dan merupakan anak keturunan dari
nenek moyang sama. Dalam Haji wada’nya, Nabi mendeklarasikan hal tersebut bahwa “Orang
Arab tidak mempunyai keunggulan atas orang non-Arab, begitu juga orang non-Arab tidak
mempunyai keunggulan atas orang Arab.demikian juga orang kulit putih tidak memiliki
keunggulan atas orang kulit hitam dan sebaliknya. Semua adalah anak keturunan Adam dan
Adam diciptakan dari tanah liat” Agama Islam telah menhancurkan diskriminasi terhadap kasta,
kepercayaan, perbedaan warna kulit, dan agama. Rasulullah tidak hanya secara lisan
menegakkan hak persamaan ini, namun juga telah memperhatikan pelaksanaanya selama beliau
hidup.

 Hak Mendapatkan Keadilan

Hak mendapatkan keadilan merupakan suatu hak yang sangat penting di mana agama Islam telah
menganugerahkannya kepada setiap umat manusia. Sesungguhnya agama Islam telah datang ke
dunia ini untuk menegakkan keadilan, sebagaimana al-Quran menyatakan:

“Dan Aku perintahkan supaya berlaku adil di antara kamu” (Q.S Asy-Syura: 15)

Umat Islam diperintahkan supaya menjunjung tinggi keadilan meskipun kepentingan mereka
sendiri dalam keadaan bahaya, sebagaimana info yang Allah pesankan lewat ayat:

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadlilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahun kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jikakamu

8
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (an-Nisa: 135).

 Hak untuk Mendapatkan Pendidikan

Salah satu dari hak asasi yang terpenting adalah hak untuk memperoleh pendidikan. Tidak
seorangpun dapat dibatasi haknya untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan dan pendidikan,
sepanjang ia memenuhi kualifikasi untuk itu. Ajaran Islam tidak saja menegakkan sendi
kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibkan semua orang Islam untuk belajar.
Pentingnya pendidikan dan pengetahuan tertuang dalam surat at-Taubah ayat 122:

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, sehingga mereka waspada.”

Landasan ayat lain yang meninggikan pentingnya pendidikan ada di dalam surat al-Mujadilah
ayat 11, yang memiliki arti:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

ISLAM DAN PLURALISME AGAMA

Ketika fatwa majlis ulama’ indonesia mengharamkan pliralisme agama, tidak banyak
yang protes, kecuali beberapa gelintir pluralis liberal, tetapi protes ini tidak terlalu ditanggapi
oleh majlis ulama indonesia dengan penjelasan yang ilmiah detail dan dapat dipertahankan,
mungkin itulah sebabnya mereka yang protes itu kini terus mengembangkan faham ini melalui
berbagai proyek, untuk itu mengenai apa hakekat pluralisme agama perlu dihadirkan sekali lagi
sebelum majlis ulama indonesia menghasilkan fatwa itu

Pada umumnya islam mendefinisikan pluralisme sebagai bentuk hidup bermasyarakat yang
didalamnya terdapat berbagai keanekaragaman seperti agama, adat, dan sebagainya. Dalam arti
lain, islam memnadang pluralitas sebagai toleransi antar umat beragama. Jika kita merujuk pad
pendapat para orientalis barat yang mengartikan pluralitas dengan memandang semua agama
sama, maka definisi ini tidak sesuai dengan definisi islamdalam memandang sebuah pluralitas.
Karena islam adalah agama yang paling sempurna dan universal. Islam berbeda dengan agama-
agam hang lain. Islam adalah penyempurna agama-agama samawi pendahulunya (yahudi dan
kristen   Secara tidak langsung para ulama islam memandang pluralitas sebagai bentuk interaksi
sosial yang berhubungan dengan bagaimana mengatur dan mengurus individu-invidu ataupun
kelompok-kelompok yang hidup dalam suatu tatanan masyarakat yang satu. Baik yang
menyangkut hak atau kewajiban untuk menjamin ketentraman dan perdamaian umum. Jadi
permasalahan pluralisme lebih mengarah pada masalah-masalah sosial daripada masalah
ketuhanan atau teologi. Seperti halnya wahyu yang telah menuntaskan secara final dan

9
menyerahkan semuanya pada kebebasan dan kemantapan individu untuk memilih agama atau
keyakinan sesuai yang mereka yakini, Konsep pluralisme agama sejak awal sudah ada dalam
agama islam, ia merupakan bagian prinsip dasar dari agama islam itu sendiri. Agama Islam.
Sebagai agama yang mengemban misi rahmatanlilalamin memandang pluralisme atau
keragaman dalam beragama merupakan rahmat dari Allah SWT yang harus diterima oleh semua
umat manusia, karena pluralisme adalah bagian dari otoritas Allah (sunnatullah) yang tidak
dibantah oleh manusia.

            Al-quran dalam berbagai kesempatan banyak menjelaskan tentang pluralisme. Sikap


pengakua al-quran terhadap pluralisme telah mencapai puncaknya dalam berbicara soal
pluralisme ketika menegaskan sikap penerimaan al-quran terhadap agama-agama selain Islam
untuk hidup bersama dan berdampingan.

            Pluralisme agama dapat terjaga dan terpelihara dengan baik, apabila pemahaman agama
yang cerdas dimiliki oleh setiap makhluk pemeluk agama. Antar umat beragama perlu
membangun dialog dan komunikasi yang intens guna untuk menjalin hubungan persaudaraan
sesama umat beragama. Dengan begitu akan memperkaya wawasan kedua belah pihak dalam
rangka mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan landasan hidup rukun dalam suatu
masyarakat, yaitu toleransi dan pluralisme.

ISLAM DAN GENDER

Ketika isu gender diangkat, yang timbul dalam benak kitaadalah  diskriminasi  terhadap 


wanita  dan penghilangan hak-hak terhadap  mereka.  Gender  yang  telah  diperjuangkan  oleh 
beberapa kalangan, baik darikalangan akademisi atau dari kalangan yangmeganggap  bahwa 
Islam 
adalah agama yang memicu kehadiran isugender tersebut di dunia ini. Tentunya para orientalis y
ang berbasismisionarisme ini ingin mendiskreditkan umat Islam denganmengangkat  isu  ini 
dalam  berbagai tulisan dan buku atauartikelartikel  yang  menyudutkan  dan  memberikan  opini 
secara  sepihaktentang islam dan gender. Islam tidak membedakan antara hak dankewajiban 
yang  ada  pada  anatomi  manusia,  hak  dan  kewajiban  itu selalu sama di mata Islam bagi
kedua anatomi yang berbeda tersebut. Islam  mengedepankan  konsep  keadilan  bagi  siapun 
dan  untuk siapapun  tanpa  melihat  jenis  kelamin  mereka.  Islam  adalah  agama yang telah
membebaskan belenggutiraniperbudakan,persamaanhakdan  tidak  pernah  mengedapankan  dan 
menonjolkan  salah  satu  ko-munitas  anatomi  saja.  Islam  hadir  sebagai  agama  yang 
menyebarkan kasih sayang bagi siapa saja.

ISLAM DAN DEMOKRASI

10
A. Pengertian Demokrasi

Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang demokrasi, di antaranya
seperti yang dikutip  Hamidah adalah sebagaimana di bawah ini: Menurut Joseph A.
Schumpeter, demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan
politik  di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan  cara perjuangan
kompetitif  atas suatu rakyat. Sidney Hook dalam Encyclopaedia Americana mendefinisikan
demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan  di mana keputusan-keputusan  pemerintah yang
penting secara langsung maupun tidak langsung  didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa Menurut Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl,
demokrasi adalah suatu sistem  pemerintahan dimana pemerintah dimintai pertanggungjawaban
atas tindakan-tindakan mereka pada wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara
tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan wakil mereka yang terpilih, Dari tiga
definisi tersebut di atas jelaslah bagi kita bahwa demokrasi mengandung nilai-nilai, yaitu adanya
unsur keperacayaan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat, adanya pertanggungjawaban
bagi seorang pemimpin.

Sementara menurut Abdurrahman Wahid, demokrasi mengandung dua nilai, yaitu nilai yang
bersifat pokok dan yang bersifat derivasi. Menurut Abdurrahman Wahid, nilai pokok demokrasi
adalah kebebasan, persamaan, musayawarah dan keadilan. Kebebasan artinya kebebasan
individu di hadapan kekuasaan negara dan adanya keseimbangan antara hak-hak individu warga
negara dan hak kolektif dari masyarakat. Nurcholish Majid, seperti yang dikutip
Nasaruddin mengatakan, bahwa suatu negara disebut demokratis sejauhmana negara tersebut
menjamin hak asasi manusia (HAM), antara lain: kebebasan menyatakan pendapat, hak
berserikat dan berkumpul. Karena demokrasi menolak dektatorianisme, feodalisme dan
otoritarianisme. Dalam negara demokrasi, hubungan antara penguasa dan rakyat bukanlah
hubungan kekuasaan melainkan berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia
(HAM).

Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip utama demokrasi,
antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara tentang musyawarah); al-
Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13 (tentang persamaan); al-Nisa’: 58
(tentang amanah); Ali Imran: 104 (tentang kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro:
38 (tentang kebebasan berpendapat) dst.  Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin,
agama dan demokrasi memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal
dari pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri.
Namun begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan
demokrasi. Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam
perspektif Islam meliputi: as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-
hurriyyah. Kemudian apakah makna masing-masing dari elemen tersebut? 1. as-
Syura Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit
ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:

11
            “Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”. Dalam surat Ali
Imran:159 dinyatakan:   “Dan bermusayawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. Dalam
praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl
halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang
bertugas memilih kepala negara atau khalifahJelaslah bahwa musyawarah sangat diperlukan
sebagai bahan pertimbanagan dan tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah
keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan
menjadi tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian
penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi
pertimbangan bersama. Begitu pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga menyerahkan musyawarah kepada
umatnya.

ISLAM DAN EKOLOGI

Dalam kajian islam dan ekologi, tokoh tradisionalis bernamaseyyed Nasr omar bakar
memandang bahwa permasalahan ekologi harus dilihat secara komprenshif, baik dari persepektif
agama, ilmu sosial maupun ekologi itu sendiri. Islam, sebagai agama yang paling banyak dianut
oleh penduduk Indonesia, selama ini juga tampak acuh takacuh dengan krisis lingkungan yang
terjadi. Islam seolah-olah menjadi agama yang tidak peduli pada isu lingkungan. Menanggapi hal
tersebut, Seyyed Hossein Nasr – seorang filsuf Islam keturunan Persia, menyatakan ketidak
setujuannya. Menurutnya, di dalam al-Quran telahdijelaskan adanya hubungan tak terpisahkan
antaramanusia dan alam. Krisis lingkungan yang terjadi dewasaini bukanlah karena kesalahan
agama, melainkankesalahan manusia yang telah meninggalkan tradisispiritual (Islam).Menarik
kemudian untuk mencermati konsep ekologiIslam menurut Seyyed Hossein Nasr. Kemudian
konsepini dikaitkan dengan salah satu pembahasandalam kitabal-taharah dalam kajian fiqh
dimana salah satunyamenyinggung tentang persoalanlingkungan, yaitugenangan air tenang,
pohon yang rindangan, genangan air tenang, pohon yang berbuah, pohon rindangdan lubang
sarang serangga.

DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, Ahmad. 2003. HAM dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Diniyah.

12
Maulana, Makhrur Adam. 2015. Konsepsi HAM dalam Islam: Antara Universalitas dan
Partikularitas. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Mulia, Siti Musdah. 2010. Islam dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Naufan Pustaka.

Syaukat, Syekh. 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

 Mohamad Hafid islam dan gender. Jakarta: salemba diniyyah


Hamidah, Tutik, “Konsep Demokrasi dalam Perspektif Muslim” dalam Majalah El-Harakah,
No. 52 Tahun 1999. XVIII, hal. 33

Zainuddin.. “Islam Tak Kompatibel Dengan Demokrasi?” dalam Jaringan Islam Liberal, Jawa
Pos, 10 Februari. 2002  

Umar, Nasaruddin. “Demokrasi dan Musyawarah: Sebuah Kajian analitis” dalam Jurnal
Komunikasi Perguruan Tinggi Islam, Perta, Vol. V. No. 12002. Hal. 36.  

13

Anda mungkin juga menyukai