Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Agama


Islam Tentang Hukum Dan HAM Dalam Islam

Disusun oleh :

1. Asmawati
2. Nova Ria
3. Selviana

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES ABDI NUSA PANGKALPINANG


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah.segala puja puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kita kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa
merasakan kenikmatan yang telah ia berikan kepada ummat manusia.

Shalawat beserta salam mari kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa ummatnya dari zaman kegelapan hingga zaman menderang.

Dengan ini kami ingin memenuhi tugas kelompok yaitu membuat makalah
yang berjudul “Hukum Dan HAM Dalam Islam”. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini tidak terlepas dari banyak bantuan yang telah memberikan
doa, saran dan kritik sehingga makalah ini bisa terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Kami
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

PangkalPinang, September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum merupakan aspek penting yang terdapat dalam sebuah lembaga
ataupun negara. Hukum ini mengatur hubungan antara satu manusia dengan manusia
lain serta antara masyarakat dengan lembaga ataupun negara yang menaunginya.
Namun bagi seorang muslim bukan hanya mengikuti hukum negara ataupun
lembaga, akan tetapi hukum islam juga wajib diikuti.
Hukum islam ini merupakan yang bersumber dan menjadi bagian dalam
agama islam. Seorang muslim yang mencerminkan fitrahnya yang baik dalam
keseharian baik sesama manusia, alam dan tuhannya. Dalam hukum islam tidak
hanya mengatur hubungan sesama manusia, negara dan lembaga, hukum islam pun
mengatur hubungan manusia dan tuhannya.
Pada akhir- akhir ini degdarasi moral baik dikalangan muslim generasi muda
maupun tua. Tidak hanya pelanggaran duniawi tapi juga pelanggaran pelanggaran
terhadap Allah SWT sebagai tuhan mereka. Hal ini terjadi mungkin karna kurangnya
pemahaman terhadap hukum islam.\
Tidak lepas dari masalah hukum, islampun adalah agama yang sangat
memperhatikan aspek kemanusiaan. Bagi penganutnya islam merupakan agama yang
berkonsep pada way of life yang berarti islam yang mengatur segala aspek
kemanusiaan . dalam bidang kemanusiaan , islam pun mengatur mengenai hak asasi
manusia (HAM).
Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang berarti agama rahmat bagi
seluruh alam. Bahkan dalam ketidak adilan sosial sekalipun islam pun mengatur
mengenai konsep kaum musthdhafin yang harus di bela.

1.
B. Rumusan Masalah
1. PengertianHAM
2. Macam- macam HAM
3. Batasan- batasan HAM
C. Tujuan
1. Lebih mendalami masalah HAM
2. Mengetahui macam- macam HAM
3. Mengetahui batasan- batasan HAM

2.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM dalam islam

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada
diri manusia semenjak ia berada dalam kandungan sampai meninggal dunia
yang harus mendapat perlindungan. Istilah HAM menurut Tolchach Mansoer
mulai populer sejak lahirnya Declaration of Human Rights pada tanggal 10
Desember1948. Walaupun ide HAM sudah timbul pada abad ke 17 dan ke 18
sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja dan kaum feodal di zaman itu.
Ide hak asasi manusia juga terdapat dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dalam
ajaran tauhid. Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat
dari sudut pandangan Barat dan Islam

Hak asasi manusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat


antroposentris artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan
demikian manusia sangat dipentingkan. Sedangkan dalam Islam hak-hak asasi
manusia bersifat teosentris artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan.
Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan. Dalam hubungan ini A.K Brohi
menyatakan: “Berbeda dengan pendekatan Barat”, strategi Islam sangat
mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan kemerdekaan dasar
manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang
terpatri di dalam hati, pikiran dan jiwa penganut-penganutnya. Perspekitf
Islam sungguh-sungguh bersifat teosentris.

Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah


yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-
Nya, Allahlah yang menjadi tolok ukur sesuatu, sedangkan manusia adalah
ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Oleh karena itu dalam Islam hak-hak asasi manusia tidak hanya
menekankan kepada hak-hak manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi oleh
kewajiban asasi untuk mengabdi hanya kepada Allah sebagai penciptanya.
Aspek khas dalam konsep HAM Islami adalah tidak adanya orang lain yang
dapat mema’afkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi atas
seseorang yang harus dipenuhi haknya. Bahkan suatu negara Islam pun tidak
dapat mema’afkan pelanggaran hak-hak yang dimiliki seseorang. Negara harus
terikat memberikan hukuman kepada pelanggar HAM dan memberikan
bantuan kepada pihak yang dilanggar HAM nya, kecuali pihak yang dilanggar
HAM nya telah mema’afkan pelanggar HAM tersebut.

Prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam Universal Declaration of


Human Rights diungkap dalam berbagai ayat antara lain : Hak Asasi Manusia
adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia semenjak ia
berada dalam kandungan sampai meninggal dunia yang harus mendapat
perlindungan. Istilah HAM menurut Tolchach Mansoer mulai populer sejak
lahirnya Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948.
Walaupun ide HAM sudah timbul pada abad ke 17 dan ke 18 sebagai reaksi
terhadap keabsolutan raja-raja dan kaum feodal di zaman itu. Ide hak asasi
manusia juga terdapat dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dalam ajaran tauhid.
Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut
pandangan Barat dan Islam.

Hak asasi manusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat


antroposentris artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan
demikian manusia sangat dipentingkan. Sedangkan dalam Islam hak-hak asasi
manusia bersifat teosentris artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan.
Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan. Dalam hubungan ini A.K Brohi
menyatakan: “Berbeda dengan pendekatan Barat”, strategi Islam sangat
mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan kemerdekaan dasar
manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang
terpatri di dalam hati, pikiran dan jiwa penganut-penganutnya. Perspekitf
Islam sungguh-sungguh bersifat teosentris.

Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah


yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-
Nya, Allahlah yang menjadi tolok ukur sesuatu, sedangkan manusia adalah
ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Oleh karena itu dalam Islam hak-hak asasi manusia tidak hanya
menekankan kepada hak-hak manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi oleh
kewajiban asasi untuk mengabdi hanya kepada Allah sebagai penciptanya.
Aspek khas dalam konsep HAM Islami adalah tidak adanya orang lain yang
dapat mema’afkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi atas
seseorang yang harus dipenuhi haknya. Bahkan suatu negara Islam pun tidak
dapat mema’afkan pelanggaran hak-hak yang dimiliki seseorang. Negara harus
terikat memberikan hukuman kepada pelanggar HAM dan memberikan
bantuan kepada pihak yang dilanggar HAM nya, kecuali pihak yang dilanggar
HAM nya telah mema’afkan pelanggar HAM tersebut.

Prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam Universal Declaration of


Human Rights diungkap dalam berbagai ayat antara lain :

1. Martabat manusia
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa manusia mempunyai kedudukan atau
martabat yang tinggi. Kemulian martabat yang dimiliki manusia itu sama
sekali tidak ada pada makhluk lain. Martabat yang tinggi yang dianugerahkan
Allah kepada manusia, pada hakekatnya merupakan fitrah yang tidak dapat
dipisahkan dari diri manusia.

Q.S Al Isra’ (17) ayat 70. Artinya : “ Dan sesungguhnya telah Kami


muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan…”

Q.S Al Maidah (5) ayat 32. Artinya : “ …Barang siapa yang membunuh


seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya…”

Mengenai martabat manusia ini telah digariskan dalam Universal


declaration of Human Rights dalam Pasal 1 dan Pasal 3.

Pasal 1 menyebutkan, ”…Semua makhluk manusia dilahirkan merdeka dan


mempunyai hak-hak serta maratabat yang sama …”

Pasal 3 menyebutkan, “…Setiap orang berhak untuk hidup, berhak akan


kemerdekaan dan jaminan pribadi…”

2. Persamaan

Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah.
Hanya satu ukuran yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari
yang lain, yakni ketaqwaannya.
Q.S Al Hujurat (49) ayat 13. Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”

Prinsip persamaan ini dalam Universal Declaration of Human Rights


terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 7.

Pasal 6 menyebutkan, “…Setiap orang berhak mendapat pengakuan di mana


saja sebagai seorang pribadi di muka hukum…”

Pasal 7 menyebutkan, “…Semua orang sama di muka hukum dan berhak


atas perlindungan yang sama di muka hukum tanpa perbedaan…”

3. Kebebasan menyatakan pendapat

Al Qur’an memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal


pikiran mereka terutama untuk menyatakan pendapat mereka yang benar.
Perintah ini secara khusus ditujukan kepada manusia yang beriman agar
berani menyatakan kebenaran. Agama Islam sangat menghargai akal pikiran.
Oleh karena itu, setiap manusia sesuai dengan martabat dan fitrahnya sebagai
makhluk yang berfikir mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya
dengan bebas, asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Q.S Ali Imran (3) ayat 110. Artinya : “…Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar…”

Hak untuk menyatakan pendapat dengan bebas dinyatakan dalam Universal


Declaration of Human Rights Pasal 19 “…Semua orang berhak atas
kemerdekaan mempunyai dan melahirkan pendapat…”

Perbedaan yang fundamental antara hak-hak asasi menurut pola pemikiran


Barat dengan hak-hak asasi menurut pola ajaran Islam.

Dalam konsep Islam seseorang hanya mempunyai kewajiban-kewajiban atau


tugas-tugas kepada Allah, karena ia harus mematuhi hukum-Nya. Namun
secara paradoks, di dalam tugas-tugas inilah terletak semua hak dan
kemerdekaannya. Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi
kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Zariyat ayat
56, artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.

Dari ketentuan ayat di atas, menunjukan manusia mempunyai kewajiban


mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Kewajiban yang
diperintahkan kepada umat manusia dibagi dalam 2 kategori, yaitu:

1) huququllah (hak-hak Allah) yaitu kewajiban-kewajiban manusia


terhadap Allah yang diwujudkan dalam sebuah ritual ibadah

2) huququl’ibad (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kewaajiban


manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-mahkluk Allah lainnya.
Hak Asasi Manusia dijamin oleh agama Islam bagi manusia dikalsifikasikan
kedalam dua kategori yaitu :

1) HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai
manusia;

2) HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok masyarakat yang


berbeda dalam situasi tertentu. Status, posisi, dan lain-lain yang mereka miliki.
Hak-hak khusus bagi non muslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak,
dan lainnya seperti hak hidup, hak-hak milik, perlindungan kehormatan,
keamanan, kesucian kehidupan pribadi dan sebagainya.

Islam mengajarkan umatnya agar menghormati dan mengakui hak-hak


hidup dan mati adalah kekuasaan Allah SWT yang maha kuasa. Sehingga tidak
dapat satu orangpun menggangu hak hidup orang lain.

Disamping itu, islam pun mengajarkan bahwa selain setiap orang harus
terjamin hak hidup dan kemerdekaannya,hendaklah hak jama’ah( hak publik)
lebih diutamakan atas hak perorangan.

Ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran
islam yaitu Al-Qur’an dan hadis yang merupakan sumber ajaran normatif,juga
terdapat dalam praktik kehidupan umat manusia.

Secara terminoliogis hak asasi manusia(HAM) dalam persepsi islam.


Muhammad Khifullah Ahmad telah memberikan pengertian bahwa HAM
merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan
fundamental sebagai suatu amanah dan anugrah Allah SWT yang harus
dijaga,di hormati dan dilindungi oleh setiap individu,masyarakat atau negara.
Dengan demikian,hakikat penghormatan dalam perlindungan terhadap
ham dalam konsep islam ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara
utuh dan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan
antara kepentingan perseeorangan dan kepentingan umum.

Bnayak ayat-ayat dalam Al-Qur’an mengisyaratkan mengenai hak asasi


manusia,salah satunya dalam QS.An-nahl ayat 90 yang bebunyi”esungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji kemungkinan dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”

Dalam ayat tersebut mengajarkan tiga hal dan melarang 2 hal:

1. KEADILAN

Keadilan merupakan segala aspek kehidupan. Kata adil pada ayat ini
bersifat umum yang mecangkup keadilan dalam hukum mu’amalah perkara
wajib dan fardhu, keadilan terhadap anak laki-laki dan perempuan,keadilan
terhadap teman dan lawan. Keadilan terhadap istri,serta segala sesuatu yang
kalimat adil bisa msuk didalamnya.

2.BERBUAT BAIK

Dalam segala situasi dan kondisi. Berbuat baik yang di perintahkan


Allah juga bersifat umum,yaitu berbuat baik kepada
manusia,tumbuhan,hewan,orang lemah dan fakir, bahkan kepada gembel
sekalipun.

Dalam ayat ini Allah juga melarang tiga hal:


a). Perbuatan keji adalah segala perbuatan buruk yang dapat mengarahkan
kepada kejelekan dan kekejian

b). Perbuatan kemungkaran adalah segala sesuatu yang dianggap jelek oleh
syarat agama dan tabi’at yang benar,karena tidak sesuai dengan ajaran islam
yang baik dan benar

c). Permusuhan adalah permusuhan dengan manusia yang dapat


menumpahkan darah dan merusak harta benda.

“Dan Allah melarang dari perbuatan keji,kemungkaran dan permusuhan”.

B.Macam- Macam HAM

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang
melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur
hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

Berikut ada beberapa macam hak asasi manusia. Meskipun dalam


Islam, ham tidak secara khusus memiliki piagam, akan tetapi Al-Quran dan
Sunnah memusatkan perhatian pada hak-hak yang di abaikan pada bangsa
lain. Secara garis besar, hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi
beberapa macam yaitu:

1. Hak Hidup
Hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang Maha
Tinggi dan Suci kepada setiap manusia. Seseorang tidak berkuasa untuk
melenyapkan tanpa kehendak Allah, sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-
Hijr ayat 23 yang artinya: “Dan sungguh kamilah yang menghidupkan dan
mematikan dan kami (pulalah) yang mewaris.”Dalam sebuah negara hak untuk
melenyapkan hidup seseorang itu hanya diberikan kepada kekuasaan negara
(pemerintah saja), sesuai dengan hukum tindak pidana. Kepentingannya ialah
semata-mata untuk kemaslahatan masyarakat yang melindungi setiap jiwa
yang ada.

2. Hak Kemerdekaan.

Kemerdekaan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dapat


menentukan harga kehidupan manusia. Kemerdekaan ialah terhindar atau
terlepas dari perbudakan, dengan kata lain memiliki kemuliaan.Tidak mungkin
kemuliaan diperoleh tanpa kemerdekaan oleh karena itu kemerdekaan adalah
aspek penting dalam hidup manusia.

Di dalam ajaran Islam kemerdekaan mencakup beberapa aspek yaitu:

a. Kemerdekaan kemanusiaan.

b. Kemerdekaan beragama.

c. Kemerdekaan bidang Ilmu pengetahuan.

d. Kemerdekaan politik

e. Kemerdekaan sosial dan masih banyak yang lainnya.


3. Hak Berilmu.

Manusia adalah makhluk yang memiliki akal fikiran dan potensi untuk
berilmu. Quraish Shihab mengatakan:Manusia menurut Al-Quran, memiliki
potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya seizin Allah. Karena itu,
bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk
mewujudkannya.Menurut pandangan Al-Quran seperti diisyaratkan pada
wahyu pertama ilmu terdiri dari dua macam, yang pertama: ilmu yang
diperoleh tanpa upaya manusia, yang kedua ilmua yang diperoleh karena usaha
manusia.

4. HAK Kehormatan diri

Secara Asasi setiap manusia mempunyai kehormatan diri. Kehormatan


juga merupaka anugerah terbesar yang Allah berikan kepada umat manusia.
Bisa jadi tingkat kebesarannya sama seperti Allah memberikan kesehatan pada
setiap jasad manusia.Memang hak asasi kehormatan diri tidak berdiri sendiri
tetapi kemuliaansangatlah berkaitan erat dengan masayarakat. Setiap individu
hidup dalam jenis dan kelompok manusia yang selalu dinamis. Hubungan-
hubungan kemanusiaan terjadi sebagai bagian dari kodrat manusia selaku
makhluk sosial, dan dalam komunitas kelompok itu kehormatan diri harus
terjamin dan tidak boleh dilanggar

5. Hak Memiliki.

Di saat Islam menetapkan bahwa setiap orang harus mempunyai hak


hidup, hak kemerdekaan, hak berilmu dan hak kehormatan diri, Islam
menetapkan disamping semuanya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini
diperuntukkan terhadapkepentingan seluruh umat IslamUntuk kepentingan itu
kemudian dalam Islam timbul undang-undang pidana dan kesehatan mengatur
dan menertibkan hak hidup, undang-undang hukum dan bimbingan sosial serta
undang-undang internasional untuk mengatur hak kemerdekaan, undang-
undang pengajaran dan pendidikan untuk mengatur hak berilmu, juga

bermacam undang-undang untuk melindungi hak kehormatan diri .

Berdasarkan tingkatannya, Islam mengajarkan tiga bentuk hak asasi


manusia, yaitu:

Pertama hak darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila
hak tersebut dilanggar, bukan hanya mernbuat manusia sengsara, tetapi juga
hilang eksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya, misalnya mati.

Kedua_hak hajy (hak sekunder), yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi
akan berakibat pada hilangnya hak-hak elementer, misalnya hak seseorang
untuk memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan rnengakibatkan
hilangnya hak hidup.

Ketiga,hak tahsiny, yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak
primer dan sekunder.

Dengan demikian, HAM dalam Islam lebih dulu muncul. Tepatnya, Ma-
gna Charta tercipta 600 tahun setelah kedatangan Islam. Di samping nilai--nilai
dasar dan prinsip-prinsip HAM itu ada dalam sumber ajaran Islam, yakni Al--
Qur'an dan Hadis, juga terdapat dalam praktik-praktik kehidupan Islam.
Tonggak sejarah keberpihakan Islam terhadap HAM yaitu pendeklarasian
Piagam Madinah yang dilanjutkan dengan deklarasi Kairo.

Dalam Piagam Madinah, paling tidak ada dua ajaran pokok yang berhu-
bungan dengan HAM, yaitu pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka
berbeda suku bangsa; dan hubungan antara komunitas muslim dengan
nonmuslim didasarkan pada prinsip:

1, berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga

2. saling membantu dalam menghadapi musuh bersama

3. membela mereka yang teraniaya

4. saling menasehati

5. menghormati kebebasan beragama.

Adapun ketentuan HAM yang terdapat dalam Deklarasi Kairo adalah


sebagai berikut:

1. Hak persamaan dan kebebasan (QS. al-Isra [17]:70; al-Nisa [4]:58,1i dan
135;al-Mumtahanah [60]:8);

2. Hak hidup (QS. al-Maidah [5]:45 dan al-Isra [17]:33);

3. Hak perlindungan diri (QS. al-Balad [90]:12-17 clan al-Taubah [9]:6]

4. Hak kehormatan pribadi (QS. al-Taubah [9]:6);

5. Hak berkeluarga (QS. al-Baqarah [2]:221; a]-Rum [30]:21; al-Nisa [4: al-
Tahrim [66]:6);

6. Hak kesetaraan wanita dengan pria (QS. al-Baqarah [2]:228 clan al [49]:13);

7. Hak anak dari orang tua (QS. al-Baqarah [2]:233; al-Isra [17]:23-24);

8. Hak mendapatkan pendidikan (QS. al-Taubah [9]:122 clan al-'Alaq 5);

9. Hak kebebasan beragama (QS. al-Kafirun [109]:1-6; al-Baqarah [2]:1 al-


Kahfi[18]:29);
10. Hak kebebasan mencari suaka (QS. al-Nisa [4]:97; al-Mumtahanah

11. Hak memperoleh pekerjaan (QS. al-Taubah [9]:105; al-Baqarah [2]:. al-
Mulk67]:15);

12. Hak memperoleh perlakuan sama (QS. al-Baqarah [2]:275-278; [4]:161, dan
AliImran [3]:130);

13. Hak kepemilikan (QS. al-Baqarah [2]:29; al-Nisa [4]:29);

14. Hak tahanan (QS. al-Mumtahanah [60]:8).

Atas dasar itu, Islam sejak jauh-jauh hari mengajarkan bahwa


pandangan Allah semua manusia adalah sama derajat. Yang membedakan
manusia adalah tingkat kesadaran moralitasnya, yang dalam perspektif Islam
disebut "nilai ketaqwaannya". Apalagi, manusia diciptakan untuk
merepresentasikan dan melaksanakan ajaran Allah di muka bumi, sudah
barang tentu akan semakin memperkuat pelaksanaan HAM.

Oleh karena itu, jika harkat dan martabat setiap perorangan atau
manusia harus dipandang dan dinilai sebagai cermin, wakil, atau representasi
harkat martabat seluruh umat manusia, maka penghargaan dan penghormatan
kepada harkat masing-masing manusia secara pribadi adalah suatu amal
kebajikan yang memiliki nilai kemanusiaan universal. Demikian pula
sebaliknya pelanggaran dan penindasan kepada harkat dan martabat seorang
pribadi adalah tindak kejahatan kepada kemanusiaan universal, suatu dosa
kosmis (kemanusiaan) yang amat besar

Harkat dan martabat itu merupakan hak dasar manusia, tentu dengan
pemenuhan keperluan hidup primerya berupa sandang, pangan, papan. Tetapi,
terpenuhinya segi kehidupan lahiri tidaklah akan dengan senrinya berarti
menghantar manusia kepada dataran kehidupan yang lebih tinggi. Kehidupan
material dan kemakmuran hanyalah salah satu prasarana meskipun amat
penting, jika bukannya yang paling penting, bagi pencapaian kehidupan yang
lebih tinggi.

Meminjam adagium kaum sufi, Hanya orang yang mampu berjalan di


tanah datar yang bakal mampu menendaki bukit . Namun Justeru ibarat orang
yang mampu berlari di tanah datar tapi belum tentu tertarik untuk mendaki
bukit, demikian pula halnya dengan orang yang telah terpenuhi kehidupan
lahiriahnya, belum tentu ia tertarik meningkatkan dirinya kedataran
kehidupan yang lebih tinggi.Mungkin ia sudah puas hanya berlari-lari dan
berputar-putar di tanah datar. Maka , tidak sedikit orang yang memandang
pemenuhan kehidupan lahiri sebagai tujuan akhir dan menadi titik ujung cita-
cita hidupnya.

Mengenai Hak Asasi manusia yang berkaitan dengan hak-hak warga


Negara, al-Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam, hak asasi pertama dan
utama warga Negara adalah :

1.Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama sama dengan


jaminan bahwa hak ini tidak akan dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan
yang sah dan legal

2.Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bias dilanggar


, kecuali setelah melalu proses pembuktian yang meyakinkan secara hokum dan
memberi kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan.

3.Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-


masing.

4.Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga Negara tanpa


membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu diwajibkan zakat kepada umat
Islam, salah satunya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
warganegara.
C. Batasan-Batasan HAM

Dalam Islam kebebasan manusia tidak diberikan dengan sebebas-


bebasnya. Ada batasan-batasan tertentu yang mengatur antara hak pribadi dan
hak masyarakat dan kebebasannya. Selama apa yang manusia lakukan tidak
melanggar aturan syara’ maka hal itu bisa diterima, namun apabila
kebebasannya telah melanggar aturan syara’ maka ada konsekuensi yang harus
ditanggung oleh manusia.

Sebagai contoh adalah kebebasan beragama. Islam menghormati adanya


kebebasan beragama, yang dalam al-Qur’an dinyatakan dengan la ikraha
fiddin (tidak ada paksaan dalam menganut suatu agama). Akan tetapi, Islam
mengutuk seorang muslim yang pindah agama, karena agama adalah masalah
prinsipil yang tidak bisa dibuat permainan.

Perbedaan konsep HAM antara Barat dan Islam ini dapat menyebabkan
timbulnya perbedaan persepsi mengenai HAM. Untuk itu negara-negara Islam
yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) menyusun sebuah
deklarasi tentang HAM dalam Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan
Hadits. Deklarasi tersebut adalah Cairo Declaration (CD) yang dibentuk pada
tahun 1990.

Pada prinsipnya, menurut Alwi Shihab, Deklarasi Islam ini merupakan


penyempurnaan dan pemberian nilai-nilai Islam terhadap Deklarasi universal
PBB.Pengaturan mengenai perlindungan hak kebebasan beragama
diartikulasikan secara tegas dalam pasal 18 baik dalam Universal Declaration
Human Rights (UDHR) maupun International Covenant on Civil and Political
Rights (ICCPR). Dengan masuknya hak kebebasan beragama dalam UDHR,
berarti menunjukkan betapa serius dan pentingnya hak kebebasan beragama
tersebut.
Dengan demikian hak kebebasan beragama dapat diasumsikan sebagai
salah satu hak yang paling fundamental. Pengaturan mengenai hak kebebasan
beragama dalam DUHAM diatur pada Pasal 18. Pasal tersebut berbunyi
sebagai berikut: “Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan
agama; dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan,
dengan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaann dengan cara

mengajarkannya, melakukannya, beribadat dan mentaatinya, baik sendiri


maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.”

Dengan demikian hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan pada


dasarnya meliputi dua dimensi individual dan kolektif. Dimensi individual
tercermin dalam perlindungan terhadap keberadaan spiritual seseorang (forum
internum) termasuk di dalam dimensi ini adalah memilih mengganti,
mengadopsi dan memeluk agama dan keyakinan. Sedangkan, dimensi kolektif
tercermin dalam perlindungan terhadap keberadaan seseorang untuk
mengeluarkan keberadaan spiritualnya dan mempertahankannya di depan
publik (forum eksternum).

Negara sebagai entitas berdaulat ruang publik dapat membatasi hanya


pada ruang lingkup forum externum. Pembatasan dan juga campur tangan itu
dibentuk dalam sebuah peraturan perundangundangan sebagai norma publik
yang memungkinkan publik (orang banyak) berpartisipasi dalam membentuk
dan mengawasi pelaksanaannya, dilakukan dengan tetap pula memenuhi asas
keperluan (necessity) dan proporsionalitas.

Pembatasan tidak boleh diterapkan untuk tujuan-tujuan yang


diskriminatif atau diterapkan dengan cara yang diskriminatif. Komentar
Umum No. 22 selanjutnya menjelaskan bahwa adanya kenyataan bahwa suatu
agama diakui sebagai agama negara, atau bahwa agama tersebut dinyatakan
sebagai agama resmi atau tradisi, atau bahwa penganut agama tersebut terdiri
dari mayoritas penduduk, tidak boleh menyebabkan tidak dinikmatinya hak-
hak yang dijamin oleh Kovenan, termasuk oleh pasal 18 dan pasal 27 ICCPR,
maupun menyebabkan diskriminasi terhadap penganut agama lain atau orang-
orang yang tidak beragama atau berkepercayaan.

Komentar Umum 22 Pasal 18 membedakan kebebasan berpikir,


berkeyakinan, dan beragama atau berkepercayaan dari kebebasan untuk
menjalankan agama atau kepercayaannya. Pasal ini tidak mengijinkan adanya
pembatasan apa pun terhadap kebebasan berpikir dan berkeyakinan atau
terhadap kebebasan untuk menganut atau menerima suatu agama atau
kepercayaannya sesuai dengan pilihannya. Kebebasan-kebebasan ini dilindungi
tanpa pengecualian, sebagaimana halnya hak setiap orang untuk mempunyai
pendapat tanpa diganggu di pasal 19.1.

Sesuai dengan pasal 18.2 dan pasal 17, tidak seorang pun dapat dipaksa
untuk mengungkapkan pikiran atau kesetiaannya terhadap suatu agama atau
kepercayaan.Dengan demikian, inti normatif dari hak asasi manusia atas
kebebasan beragama atau berkeyakinan dapat dielaborasikan menjadi delapan
elemen:

1. Kebebasan internal. Setiap orang berhak atas

kebebasan berpikir, berkesadaran dan beragama; hak

ini mencakup kebebasan untuk setiap orang memiliki,

menganut, mempertahankan atau pindah agama atau

keyakinan.

2. Kebebasan eksternal. Setiap orang mempunyai

kebebasan, baik sendiri atau bersama-sama dengan


orang lain, di tempat umum atau tertutup, untuk

menjalankan agama atau kepercayaannya dalam

kegiatan pengajaran, pengamalan, ibadah dan penataan

3. Tanpa dipaksa. Tidak seorang pun dapat dipaksa

sehingga terganggu kebebasannya untuk menganut

atau menetapkan agama atau keyakinannya sesuai

dengan pilihannya.

4. Tanpa diskriminasi. Negara berkewajiban untuk

menghormati dan menjamin hak kebebasan beragama

atau berkeyakinan bagi semua orang yang berada

dalam wilayahnya dan yang tunduk pada wilayah

hukum atau yurisdiksinya, hak kebebasan beragama

atau berkeyakinan tanpa pembedaan apa pun seperti

ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau

keyakinan, politik atau pendapat lain, kebangsaan

atau asal-usul lainnya, kekayaan, kelahiran atau status

lainnya.

5. Hak orang tua dan wali. Negara berkewajiban untuk

menghormati kebebasan orang tua dan apabila diakui,

wali hukum yang sah, untuk memastikan bahwa


pendidikan agama dan moral bagi anakanak mereka

sesuai dengan keyakinan mereka sendiri, selaras dengan kewajiban untuk


melindungi hak atas

kebebasan beragama atau berkeyakinan setiap anak

seiring dengan kapasitas anak yang sedang

berkembang.

6. Kebebasan korporat dan kedudukan hukum.

Komunitas keagamaan sendiri mempunyai kebebasan

beragama atau berkeyakinan, termasuk hak otonomi

dalam urusan mereka sendiri, sebagai salah satu aspek

dari kebebasan memanifestasikan kepercayaan agama

bukan hanya secara individual tetapi bersama-sama

dengan orang lain.

7. Pembatasan yang diperbolehkan terhadap kebebasan

eksternal. Kebebasan memanifestasikan agama atau

keyakinan seseorang hanya dapat dibatasi oleh

ketentuan berdasarkan hukum, dan yang diperlukan

untuk melindungi keamanan publik, ketertiban,

kesehatan, atau moral atau hak-hak mendasar orang

lain.
8. Tidak dapat dikurangi. Negara tidak boleh mengurangi hak kebebasan
beragama atau Berkeyakinan, bahkan dalam keadaan darurat publik.

Sejarah HAM adalah masalah yang sangat fundamental dan mencakup


aspek kehidupan secara universal, masalah ini sudah ada sejak kurang lebih
dua puluh abad tahun silam. Perjuangan melawan perbudakan kaum Yahudi
di Mesir pada zaman Nabi Musa pada hakekatnya didorong oleh kesadaran
untuk membela keadilan dalam rangka menegakkan Hak Asasi Manusia.

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

A. PENGERTIAN HAM DALAM ISLAM

HAM pada dasarnya adalah anugerah Allah yang terbesar kepada


manusia dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai khalifatullah tanpa
diskriminasi antara satu dengan yang lainya.

B. MACAM-MACAM HAM

Macam-macam HAM dalam islam yaitu:

Hak persamaan dan kebebasan,hak hidup,hak perlindungan,hak


kehormatan pribadi,hak berkeluarga,hak kesetaraan,hak anak dari orang
tua,hak mendapatkan pendidikan,hak kebebasan beragama,hak kebebasan
mencari suaka,hak memperoleh pekerjaan,hak memperoleh perlakuan
sama,hak kepemilikan,hak tahanan.

C.BATASAN-BATASAN HAM
Dalam islam,terdapat kebebasan ada batasnya,yaitu tidak melanggar
ajaran agama dan merugikan orang lain,karena pada dasarnya islam
merupakan agama yang menempatkan manusia pada posisi yang tinggi.

II.SARAN

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30824070/
MAKALAH_HUKUM_ISLAM_HAK_ASASI_MANUSIA_DAN_DEMOKRAS
I_DALAM_ISLAM

https://www.kompasiana.com/munajat/550b4eb2a3331151102e3ca2/hak-asasi-
manusia-dalam-islam

https://kemenag.go.id/read/islam-mengatur-ham-secara-tuntas-zpjd

Anda mungkin juga menyukai