Disusun untuk tugas kelompok pada mata kuliah pendidikan agama islam
Dosen Pengampu : Yudin Taqiyudin, S.Kom.I., M.Sos.
Oleh ;
Kelompok 7 ( AS-23-PA )
Devin Raynadi Wiguna 231210067
Kahla Amilah Putri 231210052
Dalam konteks dunia yang terus berkembang, tantangan terkait HAM dan
demokrasi semakin menjadi perhatian utama dalam membangun masyarakat yang
adil dan sejahtera. Islam sebagai agama yang mengajarkan kedamaian, keadilan,
dan persamaan memiliki kontribusi besar dalam membahas isu-isu tersebut.
Makalah ini bertujuan untuk menggali pemahaman tentang bagaimana konsep
HAM dan demokrasi diselaraskan dengan ajaran Islam.
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Ham.....................................................................................................3
2.2 Demokrasi.........................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya manusia sudah memiliki hak-hak pokok dari lahir sampai
meninggal. Hak-hak pokok tersebut adalah hak asasi manusia yang dikenal dengan
HAM. Istilah hak-hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah drots de
I’homme dalam bahasa Prancis, yang berarti, hak manusia, atau dalam bahasa
Inggrisnya, human right. Dalam bahasa Belanda, disebut menselijke rechten.
Sedangkan al-Quran, di mana lebih dari 1400 tahun yang lalu diwahyukan Allah swt
kepada seluruh umat manusia melalui rasul dan utusannya, Nabi Muhammad saw,
merupakan pencerminan nilai-nilai asasi bagi manusia.
Penelitian mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi dalam Islam
mencakup penjelasan tentang konsep-konsep hukum dalam Islam, pemahaman Islam
terhadap HAM, serta demokrasi dalam konteks Islam. Ini mencakup prinsip
bermusyawarah dan pengambilan keputusan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariat
Islam.
Dalam makalah ini, kita akan mengulas bagaimana Islam sebenarnya memandang
Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi
1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Menjelaskan mengenai topik Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi secara
lebih luas
3. Menjelaskan secara lebih mendalam tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Demokrasi dalam Islam
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mendapat wawasan lebih mengenai konsep Hak Asasi Manusia
(HAM) dan Demokrasi secara luas
2. Mahasiswa dapat mengetahui poin poin penting apa saja yang menjadi konsep
dasar dari Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi dalam pandangan agama
Islam
BAB II
PEMBAHASAN
1.5 Ham
Dalam rangka penegakan Hak Asasi Manusia, maka di Indonesia didirikan suatu
lembaga yang dikenal dengan “KOMNAS HAM”. Hal tersebut dimaksudkan sebagai
wadah proteksi bagi masyarakat dalam mengontrol penegakan Hak Asasi Manusia
sekaligus sebagai wadah pengawasan bagi masyarakat sehingga kekuasaan tidak
diperalat untuk bertindak sewenang-wenang.
Dalam perspektif Islam sebagai mana yang dikonsepsikan Alquran, Hak Asasi
Manusia bersesuaian dengan Hakhak Allah swt. Hal ini menunjukkan bahwa konsep
Hak Asasi Manusia dalam pandangan Islam bukanlah hasil evolusi apapun dari
pemikiran manusia, namun merupakan hasil dari wahyu Ilahi yang telah diturunkan
melalui para Nabi dan Rasul dari sejak permulaan eksistensi ummat manusia di atas
bumi. Dengan kata lain huquuqullah dan huquuqul ‘ibad adalah tetap dari Allah. swt.
Manusia bertanggung jawab atas kedua kategori hak tersebut di hadapan Allah swt.
Dengan demikian, Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan hakhak yang diberikan
oleh Allah swt. Hakhak yang diberikan oleh para raja atau lembaga-lembaga lainnya,
baik itu dari lembaga yang bertaraf internasional, lembaga Negara ataupun lembaga
swadaya masyarakat dengan mudahnya dapat dicabut kembali semudah saat
memberikannya. Begitu pula, sanksi yang diberikan oleh lembaga-lembaga tersebut
akibat dari pelanggaran Hak Asasi Manusia tidak sebanding dengan sanksi dari Allah
swt.
Berdasar pada uraian yang telah dikemukakan, maka sebagai pokok masalah yang
dikaji adalah bagaimana konsep HAM dalam Alquran berdasarkan pendekatan serta
hak-hak lainnya yang sesuai. “Manusia” berarti orang atau makhluk yang berbudi.
Selanjutnya secara istilah, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia. Hal ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar
yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Allah swt yang harus
dihormati, dilindungi dan tidak layak untuk dirampas oleh siapapun.
Selanjutnya secara istilah, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Hal ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak
dasar yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Allah swt yang
harus dihormati, dilindungi dan tidak layak untuk dirampas oleh siapapun.
a) dari kata nasiya - yansā artinya “lupa“. Arti ini merujuk kepada
perkataan Ibnu ’Abbās
إن اإلنسان إنما سمي إنسانا لنسيانه لما عهده لربه
(sesungguhnya manusia disebut insān karena lupa terhadap janjinya
kepada Tuhannya).
b) dari kata ins yang berarti “ras manusia“, atau dari uns yang berarti
“kemampuan bersosialisasi“.
c) dari kata nāsa-yanūsu yang berarti “kekacauan dan kebimbangan“.
Ketiga makna dasar dari Insān di atas menunjukkan tabiat dasar
manusia yaitu lupa, bersosialisasi dan gerakan.12 Penambahan yā al-
nisbah menunjukkan sifat kebaikan yang paling mendasar dari
manusia.
Para pakar HAM juga kesulitan memberikan definisi tentang HAM yang
monolitik agar bisa diterima oleh semuan kalangan. Ibn Nujaim (w. 970)
memberikan penjelasan bahwa manusia memiliki hak-hak tanpa dikaitkan dengan
kewajiban yang harus dilaksanakan. Sementara yang amat pepuler adalah bahwa
HAM itu adalah konsep tentang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Definisi
Ibnu Nujaim nampaknya berkaitan dengan hak-hak kepemilikan harta, sementara
yang kedua merupakan rumusan yang sangat dekat dengan maksud HAM yang
sedang didiskusikan.
misalnya Q.S. alZāriyāt (51): 19. Tidak terdapat makna HAM jika mencari
term al-Haqq atau alHuqūq dalam pengertian sebagaimana yang telah
didefinisikan di atas. Meskipun hak dalam arti kepemilikan, sebagaimana definisi
Ibn Nujaim, termasuk juga pembahasan al-Haqq tetapi belum tentu dalam
pengertian martabat kemanusiaan.
Term al-Haqq dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 287 kali, dan
yang paling banyak adalah term alHaqq umumnya bermakna “kebenaran”, sekitar
227 kali. Adapun kata al-Haqq dalam arti “kepemilikan” atau “kewajiban”,
umumnya diungkapkan dalam term aHaqq (yang lebih berhak), misalnya Q.S. al-
An’ām (6): 81, atau Haqq (bagiannya), misalnya Q.S. al-Ma’ārij (70): 24.
Berangkat dari identifikasi di atas, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat term
al-Haqq yang dapat dijadikan landasan konsep HAM dalam Alquran. Solusi yang
tepat, sebagaimana yang dirumuskan oleh Abd Muin Salim adalah dengan
mengidentifikasi ayat HAM melalui partikel lām li al-tamlīk (huruf lam yang
menunjukkan kepemilikan). Metode yang demikian, tetap menunjukkan
kepemilikan (Haqq) tetapi konteks pembicarannya mengarah kepada hak-hak asasi.
Dengan tepat sekali Abd Muin Salim memberikan contoh dalam Q.S. al-Baqarah
(2): 36, dan Q.S. alA’rāf (7): 24.
Sebagai pakar tafsir yang menyoroti masalah HAM, Abd Muin Salim
menawarkan “metode identifikasi partikel“ yang terbilang unik dan sangat
memudahkan dalam menangkap pesanpesan tertentu dalam Alquran, khususnya
mengenai HAM. Jika selama ini tafsir mawÃū’iy mengandalkan “metode
identifikasi lafaz“ dalam upaya menangkap pesan Alquran secara utuh, maka
metode di atas dapat menjadi alternatif.
َو َلَقْد َك َّْر مَن ا بيِن آَد َم َو َََح ْلناُه ْم يِف اْلَب ِّر َو اْلبْح ير ََو َر زْق َن اُهم ِّم َن الطِّيبا يت َو فَّض ْلَن اُه ْم َع َلى َك ثييٍر
Sebagaimana bangunan teori yang saya gambarkan di muka, wahyu dan akal
menempati posisi tertingi sebagai sumber gagasan tentang HAM. Kemudian dari
sumber tersebut diidentifikasi dua ruang gagasan tentang HAM, yaitu hak-hak
asasi yang bersifat individual dan hak-hak asasi yang bersifat sosial. Dari dua
ruang inilah gagasan HAM dalam Alquran tersebut dijabarkan lebih jauh sejauh
nalar mampu mengesplorasi pesan-pesan HAM dalam Alquran. Jadi posisi sejajar
antara wahyu dan akal dalam konstruksi ini bukan dalam ranah teologis tetapi
dalam ranah metodo-logis. Mempertegas teori yang dibangun oleh Abd Muin
Salim, baiknya memperhatikan kutipan berikut:
من ذات الحقوق كما كانت الحقوق الثالثة فيما قدمنا )حق الحياة وحق اإلستقراء وحق اإلستمتاع( فيمكن أن نقول أن
لإلنسان حقوق أساسية وحقوق سياسية وهذه الحقوق يستفيدونها احرارا متساويين بينهما حسبما شرعه
Kutipan ini menunjukkan bahwa baik hak-hak yang bersifat asasi maupun
yang bersifat politis harus bersumber dari wahyu. Dengan kata lain, hak-hak
apapun yang dijabarkan dari ketiga hak asasi yang dimaksud dalam ayat di atas
adalah sah dikatakan sebagai gagasan HAM dalam Alquran (Islam). Sebaliknya,
hak-hak apapun yang dijabarkan dari hasil penalaran tidak sah disebut HAM Islam.
َع ْن َأيِب ُه َْر ي ََر ة َر يضَي ُهللا َع ْن ُه َع ْن الَّن يِِّب َص َّلى ُهللا َع لْييه َو َس لَم َق اَل قاَل ُهَّللا َت َع اََل ثاَل ثٌة أَن ا َخ ْص ُمُهْم َي ْو َم
َُُّث
اليقياَم ية َر ُجٌل أْع َط ى يِب َغَد َر َو َر ُجٌل باَع ُحرا فأَك َل ََث نُه َو رُجٌل اْس تأَج َر أيجيرا فاْس َت ْو ََف يمْن ُه وََْل ُي
“ Dari Abi Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda, Allah swt., berfirman
tiga hal yang saya sendiri menggugatnya di hari kemudian. Seseorang
yang memberi atas namaku lalu ia khianat, seseorang yang menjual orang
merdeka (menjadi budak) lalu memakan hasilnya, dan seseorang yang
mempekerjakan buruh dan ia bekerja penuh tetapi tidak membayarkan
gajinya. “
Di samping yang telah disebutkan, melalui wahyu dan daya nalar masih
banyak jabaran yang bisa lahir dari prinsip-prinsip HAM dalam Alquran, yang
dengannya melahirkan hak-hak asasi bagi manusia untuk dipeliharanya dengan
baik sehingga ia terhindar dari pelanggaran HAM. Hak-hak bagi manusia untuk
diperliharanya dan tidak tidak dilanggarnya, misalnya hak hidup. Dalam hal ini,
manusia harus mempertahannkan hidup dan dilarang bunuh diri dan atau
membunuh orang lain karena termasuk pelanggaran HAM.
Demikian pula hak misalnya hak menikmati air dan udara dengan cara
mempergunakannya dengan baik, bila tidak, misalnya manusia melakukan
pemborosan dalam pemakaian air boleh jadi dikata yang bersangkutan melanggar
HAM. Demikian pula, manusia memiliki hak memilih dan hak pluralitas itu
sendiri sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut:
a) Hak Hidup
Manusia sengaja diciptakan agar ia hidup dan dan dengan
kehidupannya ia diberi posisi sebagai ‘abdullāh25 dan khalīfatullāh fī al-
ardhi.26 Sebagai ‘abdullāh, manusia harus mengabdikan dirinya kepada
Allah swt.
Sedangkan sebagai khalīfatullāh fī al-ardhi maka manusia tidak boleh
berbuat kerusakan di alam ini, melainkan ia harus mengelola alam ini
dengan sebaik-baiknya guna terciptanya kesejahteraan, kedamaian dan
kebahagiaan di atas dunia dan dalam kehidupanya. Inilah yang dimaksud
sebagai hak hidup bagi manusia, dan karena itulah maka manusia harus
mempertahankan hidupnya dalam arti lain dilarang membunuh dan atau
bunuh diri karena hal yang demikian adalah melanggar HAM. Ayat yang
terkait dengan misalnya dalam Q.S. al-Nisā (4): 29, yakni ;
ََو َل َت ْق ُت لوا أْن ُفَس ُك ْم إيَّن َهللا َك اَن بيُك ْم
ريحيًما
Agar manusia hidup dengan baik, sejahtera, dan bahagia, maka hak
hidup manusia harus dipertahankan dengan cara memenuhi dan
memperoleh kebutuhan hidupnya. Hal ini harus dapat dapat dicapai
kebutuhan pokok manusia harus tercapai yakni makan, minum, pakaian,
perumahan, kendaraan, pernikahan dan lain-lain. Di samping kebutuhan
pokok, manusia juga harus memenuhi kebutuhan skunder yang disebut
hajiyah, ialah terpenuhinya segala kebutuhan manusia dalam bentuk
fasilitas sehingga kehidupan manusia terhindar dari kesulitan
(masyaqqah). Jika kebutuhan macam kedua ini tidak terpenuhi, maka
kehidupan manusia akan menghadapi berbagai kendala yang menyulitkan,
meskipun kendala itu tidak sampai membinasakan hidupnya.
Air dan udara harus dijaga dan tidak boleh dicemari, dengan katan lain
bahwa mencerimari air dan udara adalah pelanggaran HAM. Sebab,
Sumber kekayaan yang sangat penting untuk dijaga adalah air dan udara
yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia, tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Allah Swt, berfirman dalam Q.S. alAnbiya’ (21): 30, yakni
Pada hakekatnya, air dan udara adalah kekayaan yang mahal dan
berharga. Akan tetapi karena Allah menyediakannya di laut, sungai
bahkan hujan secara gratis, manusia seringkali tidak menghargai air
sebagaimana mestinya, dan hal tersebut pelanggaran HAM.
Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air,
sementara kuantitas air terbatas, maka manusia wajib menjaga dan
melestarikan kekayaan yang amat berharga ini. Jangan sekali-kali
melakukan tindakantindakan kontra produktif, yaitu dengan cara
mencemarinya, merusak sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula dengan
tidak menggunakan air secara berlebihlebihan (israf), menurut ukuran-
ukuran yang wajar. Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh
ajaran Islam di sini seperti kencing, buang air besar dan sebab-sebab
lainnya yang dapat mengotori sumber air. Rasululullah saw bersabda:
… اَّت ُقوا الَم اَل عيَن الثاَل ثَة الَب راَز يِف الَمَو ايريد َو قايرَع ية الطيرييق َو الظِّل
Artinya:
“ (Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang
tidak mengalir, kemudian mandi disana. HR. Al-Bukhari) “
إيَّن يِف َخ ْليق الَّسَمَو ا يت َو اأْل ْر يض َو اْخ تياَل يف اللْييل َو الَّن َه اير َو الُفْل يك اليِت ََْت يري يِف اْلَب ْح ير يِبا َي ْن َف ُع
الناَس َو َم ا أْن زَل ُهللا يمَن الَّسَم ايء يمْن َماٍء فأْح يا بييه اأْل ْر َض َب ْع َد َم ْو يِتا َو َب َّث فييَه ا يمْن ُك ِّل َد ابة
َو تْص يري يف الريايح َو الَّسٍَح ا يب الُم َس َّخ ير َب ْي َن الَّسَم ايء َو اأْل ْر يض
Udara merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap
air yang meliputinya dari segala penjuru. Udara adalah salah satu dari
empat unsur yang seluruh alam bergantung kepadanya. Empat unsur
tersebut ialah tanah, air, udara dan api. Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan modern telah membuktikan bahwa keempat unsur ini
bukanlah zat yang sederhana, akan tetapi merupakan persenyawaan dari
berbagai macam unsur. Air misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan
hidrogen. Adapun udara, ia terbentuk dari sekian ratus unsur, dengan dua
unsur yang paling dominan, yaitu nitrogen.
c) Hak Memilih
Hak memilih merupakan hak mendasar bagi manusia dan merupakan
missi ajaran Islam sejak pertama diturunkan Allah swt. Mengingkari hak
memiliki termasuk pelanggaran HAM. Hak seperti ini dalam Alquran
terkait dengan kasab (perbuatan manusia), dan berdasar pada Q.S. al-
Buruj (85): 16, yakni فعال لما يريد. Dalam hal ini, bahwa manusia
menentukan segala tindak tanduknya dalam memilih yang baik atau yang
buruk.
d) Hak Pluritas
Hak pluritas menjadi sunnatullah, dan arena itu harus diyakini adanya,
dan atau bila diyakini, maka termasuk pelanggaran HAM. Hal ini berdasar
pada Al-Hujurat (49): 10, yakni;
1.6 Demokrasi
1.6.1 Definisi & Sejarah Singkat Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘demos’ yang bermakna rakyat
atau khalayak, dan ‘kratos’ yang bermakna pemerintahan. Jika digabungkan, maka
demokrasi memiliki makna ‘kekuasaan rakyat’. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang
seluruh rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya yang terpilih.
Dengan kata lain, demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang
mengizinkan dan memberi hak kebebasan kepada warga negaranya untuk
berpendapat dan turut serta dalam pengambilan keputusan di pemerintahan.
Kedua, kebebasan sipil (warga negara). Jaminan terhadap individu yang tidak
dibatasi dengan sewenang-wenang oleh pemerintah.
Kelima, hukum alam (natural law), yakni aturan yang memberikan arahan
hubungan antar manusia dan memberi ukuran moral untuk menilai tindakan
manusia dan pemerintahan.
Dan, Keenam, kedaulatan rakyat, bahwa otoritas tertinggi dimiliki rakyat yang
tercantum dalam konstitusi yang dihasilkan melalui pemilihan umum yang bebas.
b. QS An Nisa ayat 59
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَٰن َزْع ُتْم ِفى َش ْى ٍء َفُر ُّد وُه
ِإَلى ٱِهَّلل َو ٱلَّرُسوِل
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)."
Hal ini berbeda dengan sejarah dunia Islam, yang paling menonjol dikenal
oleh umat Islam adalah sistem khilafah yang sejak masa awal Islam telah
berkembang di dunia Islam. Yang mendasari sistem khilafah ini adalah aqidah
Islam, dimana segala sesuatu yang menyangkut masalah kenegaraan bersumber
dari aqidah Islam. Dalam khilafah Islam tidak dikenal nama lembaga legislatif
pembuat undang-undang dengan melalui pengambilan suara mayoritas seperti yang
ada dalam sistem trias politika.
Karena dalam khilafah Islam adalah Allah yang berdaulat. Artinya segala
sesuatu harus didasarkan kepada hukum-hukum Allah (Al-Qur'an) dan Rasul-Nya
(Sunnah). Jadi, khalifah sebagai kepala tertinggi dalam kekhilafahan Islam
hanyalah mengangkat dan menerapkan serta melaksanakan hukum-hukum yang
telah ditetapkan Allah.
Apabila urusan yang disampaikan oleh rakyat atau yang timbul dari para
anggota Majelis Syura tidak ada nash-nya (dasar Al-Qur'an dan Hadis yang kuat),
maka para mujtahid dan para ahli dalam bidang masing-masing dari anggota
Majelis Syura melakukan ijtihad untuk mencari hukum dengan membandingkan
dan meneliti ayat-ayat dan hadits-hadits yang umum serta menyesuaikan dan
mempertimbangkan dengan perkara yang sedang dibicarakan kemudian di-qiyas-
kan dengan hukum yang sudah ada yang berdekatkan dengan perkara yang sedang
dibicarakan itu.
1.6.6 Cara Pengambilan Keputusan dalam Demokrasi Islam
Seperti telah disebutkan di atas, Majelis Syura bertindak sebagai badan
musyawarah dalam menyelesaikan berbagai masalah. Jika masalah tidak dapat
terselesaikan melalui musyawarah ataupun ijtihad, maka keputusan ada di tangan
khalifah. Sebagaimana dalam QS. An-Nisa ayat 59 ;
َٰٓي
َأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَٰن َزْع ُتْم ِفى َش ْى ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ٱِهَّلل َو ٱلَّرُسوِل
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)."
Khalifah dalam hal ini berkedudukan sebagi ulul amri yang wajib ditaati
setelah Allah dan Rasul-Nya. Jadi, apabila sampai pada jalan buntu dalam
mencapai keputusan, maka penyelesaiannya bukan melalui pemungutan suara,
tetapi diserahkan kepada khalifah untuk memutuskan pendapat mana yang akan
dipakai dan ditetapkan yang nantinya akan diterapkan di kekhilafahan Islam untuk
ditaati oleh seluruh rakyat termasuk khalifah dan seluruh penguasa di kekhilafahan
Islam.
Al-Qura’an Al-Karim
Aminah, H. S. (2010). HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM . Jurnal Hukum Diktum,
Volume 8, Nomor 2,, Hal 161-173.
Dewantari, T. S. (2022, Juli 27). Memahami Apa itu Demokrasi dari Sejarah dan
Implementasinya di Indonesia. Diambil kembali dari brainacademy.id:
https://www.brainacademy.id/blog/sejarah-dan-penerapan-demokrasi-di-indonesia
Dr. HM Zainudin. (2013, November 8). ISLAM DAN DEMOKRASI. Retrieved from uin-
malang.ac.id:https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-
demokrasi.html
Loppa, B. (1999). Al-Quran dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima
Yasa.
Mada, T. D. (2006). Pendidikan Agama Islam Buku Teks Untuk Perguruan Tinggi Umum
Berdasarkan Kurikulum Tahun 2002. Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM.
Nur, A. (2017). HAK ASASI MANUSIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Jurnal Syari’ah
dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 1, Hal 55-66.
Widiyani, R. (2021, September 16). Prinsip Demokrasi Dalam Islam: Musyawarah, Adil,
Amanah, Tanggung Jawab. Diambil kembali dari detik.com:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5726369/prinsip-demokrasi-dalam-islam-
musyawarah-adil-amanah-tanggung-jawab
Zuman, M. (2009). Ham dan Demokrasi dalam Dunia Islam. Vol. 12 No. 2 (2009): Al-Qanun
Vol. 12, No. 2, 360-383. Diambil kembali dari
https://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/qanun/issue/view/20