Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Dosen Pengampu:

PAI

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. 220803101019 (Khaira Nararya Hardiningputri)


2. 220803101037 (Siti Sya’adah)
3. 220803101038 (Aulia Puspita Cahaya Putri)
4. 220803101063 (Robby Nizza Baihaqi)
5. 220803103057 (Siti Hardiatul Hasanah)
6. 220803103045 (Rosa Ivon Santana)
7. 220803103044 (Febiana Farida)
8. 220210302033 (Mellen Pornia Lesmana)
9. 220210302035 (Ayu Fildzah Sabrina)

1
UNIVERSITAS JEMBER
2022

KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang
mana telah memberi rezeki-nya sehingga Makalah kami yang berjudul Hak
Asasi Manusia Dan Demokrasi Dalam Islam ini dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar. Saat pembuatan Makalah ini, kami mendapat pengalaman dan
pengetahuan yang baru serta berharga.
Sebagai penulis kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu menyelesaikan Makalah ini, terutama kepada bapak Muhammad
Haidlor selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini berjudul Hak Asasi Manusia Dan Demokrasi Dalam Islam
ini dilakukan untuk memenuhi tugas Makalah. Selain tujuan di atas, penelitian
ini juga dilakukan untuk mengetahui Hak Asasi Manusia Dan Demokrasi Dalam
Islam.
Tentunya kami menyadari adanya kekurangan pada Makalah. Oleh sebab
itu, kami berharap kepada para pembaca bila mempunyai saran untuk dijadiakn
motivasi pada makalah selanjutnya. Bila terdapat kesalah pada penulisan kami
juga meminta maaf.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semoga
Makalah ini dapat memberikan wawasan serta dampak positif bagi kita semua
dan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

2
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hak Asasi Manusia
2.2 Demokrasi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia pada dasanya terlahir di dunia ini memiliki nilai luhur atau hak-
hak pokok dalam hidupnya dari awal kelahiran hingga akhir kematiannya. Yang
dimaksud dengan hak-hak pokok ialah hak asasi manusia yang dikenal dengan
sebutan HAM. Hak asasi manusia memiliki sifat menyeluruh dapat dipakai oleh
semua kalangan. HAM dalam agama islam sendiri memiliki sudut pandang
tersendiri yang cukup berbeda dengan arti umumnya. Rasullullah SAW pernah
bersabda :
“Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu”.
Maka negara tak berhak untuk menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan
mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam Islam mencakup penjelasan
tentang konsep-konsep hukum Islam, Hak Asasi Manusia dalam Islam dan
Demokrasi dalam Islam (Democracy in Islam) mencakup prinsip-prinsip
musyawarah dan pengambilan keputusan menurut hukum Islam.
Sebuah negara memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan sosial
bagi setiap orang, tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial, atau agama. Di
dalam agama islam mewajibkan negara melindungi hak warganya.
Di sisi lain, banyak umat islam yang belum memahami makna demokrasi.
Bersamaan dengan hal itu, demokrasi masih belum sepenuhnya dapat diterima
oleh sebagian umat Islam. Nyatanya, banyak yang berperilaku tidak seperti
mereka. Begitu banyak orang tidak mau melakukan apa pun. Kondisi ini
diciptakan oleh umat Islam sendiri yang tidak memahami bagaimana Islam
memandang demokrasi. Dalam makalah ini kita membahas bagaimana hak asasi
manusia dan demokrasi menurut ajaran dan pandangan Islam. 

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1) Apa pengertian HAM dan demokrasi dalam islam
2) Bagaimana sejarah dari HAM
3) Bagaimana perspektif islam tentang HAM
4) Apa saja prinsip-prinsip yang terdapat pada demokrasi

1.3. Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah:
1) Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

4
2) Mengetahui tentang hak asasi manusia secara luas
3) Mengetahui secara mendalam tentang demokrasi dalam islam
4) Mengetahui sejarah HAM
5) Memahami perspektif islam tentang HAM

1.4. Manfaat
Adapun manfaat penulisan antara lain:
Bagi penulis:
1. Sarana mengasah kemampuan dalam bidang proses penulisan
2. Menambah pengalaman dalam berkarya di dunia penulisan
3. Menambah wawasan tentang topik yang dibahas
Bagi Universitas:
1. Dapat dijadikan referensi penulisan lainnya ketika ingin menulis
beberapa opini tentang HAM dan demokrasi dalam islam .
Bagi masyarakat:
1. Masyarakat dapat menjadikan hasil tulisan ini sebagai bacaan dan pedoman
dalam menilai suatu hak asasi manusia dan demokrasi dalam islam yang
sedang ramai dibicarakan saat ini.
2. Pembaca dapat memahami secara dasar tentang HAM dan demokrasi.
3. Memberikan gambaran umum tentang sejarah HAM dalam islam.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak yang diberikan oleh Tuhan Pencipta secara
langsung atau bisa disebut dengan hak kodrati. Oleh sebab itu, tidak ada kekuatan
yang dapat membatalkannya. Meskipun demikian bukan berarti seseorang dapat
melakukan sesuatu semaunya. Sebab, bila seseorang melakukan tindakan yang
menyimpang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
HAM telah ada dalam ajaran islam, jauh sebelum bangsa barat
mengetahuinya. Seperti yang terdapat pada ayat Alquran, manusia tidak
dipisahkan oleh warna kulit, ras, atau tingkat sosial. Allah menjamin dan
memberikan kebebasan kepada hambanya untuk dapat hidup bahagia dengan
apapun agama yang dipilihnya..
1. Musyawarah
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan terkandung dalam sebuah konsep
monotoisme. Tugas manusia disini untuk mengembangkan konsep-konsep
tersebut. Seperti mulai munculnya teori-teori baru.
Dalam menjelaskan demokrasi dalam kerangka konseptual Islam, banyak
perhatian diberikan pada beberapa ciri khusus bidang sosial dan politik.
Demokrasi Islam dipandang sebagai sistem yang memperkokoh konsep Islam
yang telah lama mapan, yaitu musyawarah, mufakat (ijma') dan ijtihad. Masalah
penilaian ini jelas disebutkan dalam QS. 42:28 yang memiliki arti sebagai berikut:
“Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan
menyebarkan Rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.” yang
memberikan instruksi bagi para manajer dalam posisi apa pun untuk
menggunakan negosiasi untuk memecahkan masalah yang mereka tangani.
Sehingga si pemimpi tidak bersikap seenaknya terhadap orang-orang
yang dipimpinnya. 
2. Konsensus atau Ijma”
Selain musyawarah, terdapat hal penting dalam sebuah demokrasi, yaitu
mufakat atau ijma'. Konsep konsensus menjadi dasar sistem yang mengakui
keputusan mayoritas.

6
Selain syura dan ijma, juga terdapat konsep yang tak kalah penting dalam
proses demokrasi Islam, yaitu ijtihad. Yang merupakan salah satu langkah penting
dalam memenuhi perintah Allah.
Terdapat pula pengertiannya dalam politik murni, seperti yang
dikemukaan Muhammad Iqbal dalam tulisannya menekankan hubungan antara
konsensus, demokratisasi dan ijtihad, bahwa tumbuhnya semangat legislasi di
negara-negara Islam merupakan langkah awal yang sangat baik. Pengalihan
kekuatan ijtihad dan orang-orang dari mazhab yang berbeda ke majelis legislative
muslim, yang dalam kondisi pluralitas mazhab merupakan satu-satunya bentuk
ijma yang dapat diterima di zaman modern. 
2.2 Hak-hak Asasi Manusia Sejarahnya
Sjak kedatangan Islam di muka bumi yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW bertujuan untuk membawa rahmat bagi seluruh makhluk yang ada di muka
bumi termasuk manusia. Kelahiran HAM sendiri tidak terlepas dari ajaran islam.
Namun, pada saat itu Romawi dan Yunanni membawa pemikiran yang baru
tentang HAM..
Tahun 1215 di negarInggris menjadi pencetus utam lahirnya HAM. Latar
belakang lahirnya HAM sebenarnya didasari meningkatnya pengargaan diri
manusia. Apalagi pada masa itu dunia barat terjadi beberapa kerusuhan akibat dari
tindakan sewenang-wenang dari penguasa setempat. Karena hal tersebut
penghargaan tertingi dijadiakn tujuan utama. Hal ini tercermin dalam penegasan
Allah dalam kitab suci Al-Qur'an:

“Sesungguhnya Kami telah memuliakan Bani Adam (manusia) dan Kami


angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Q.S. Al-Isra’/17:70.
Memang manusia diberi kebebasan untuk memilih antara yang baik dan
yang jahat, yang benar dan yang salah, yang berguna dan yang merugikan, dll.
Kunci dari segalanya adalah manusia memiliki akal dan hati nurani (qalb).
Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab kekhalifahan, setiap orang
harus terlebih dahulu memahami hak-hak dasar yang terkait dengannya, seperti
kebebasan, kesetaraan, perlindungan, dll. Hak-hak ini bukanlah pemberian dari
seseorang, organisasi atau negara, tetapi pemberian dari Tuhan, yang dibawa ke
dunia saat lahir. Hak-hak tersebut kemudian disebut Hak Asasi Manusia (HAM).
Tanpa memahami hak-hak tersebut, mustahil baginya untuk menunaikan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai Khalifah Allah. Tapi masalahnya, apakah
setiap orang dan setiap Muslim sadar akan hak-hak ini? Jawabannya mungkin
tidak semua orang, termasuk umat Islam. Hal ini mungkin disebabkan rendahnya
pendidikan atau sistem sosial politik dan budaya di suatu tempat yang tidak
memberikan pemahaman kepada anak.

7
2.3 Latar Belakang Pemikiran tentang HAM
Manusia awalnya berasal dari ayah dan ibu yang kemudian menyebar ke
berbagai wilayah hingga menimbulkan perbedaan suku, rasa dan agama maupun
warna kulit. Oleh karena itu, menurut konsep Islam, manusia adalah bangsa
“ummatu wahidatu”.
Karena orang adalah saudara dan saudari yang saling mencintai dan setara,
orang tidak dapat diperbudak oleh orang lain. Orang bebas dari kehendak dan
tindakan mereka. Adanya HAM ini didorong oleh realitas sosial yang ada .
Menurut agama islam sendiri, manusia hanya milik Allah dan hamba
Allah ('Abd Allah). Orang lain juga lahir dari prinsip dasar persaudaraan,
kesetaraan dan kebebasan. Seperti kebebasan dari keinginan, ketakutan,
kebebasan berekspresi, kebebasan bergerak, kebebasan dari penganiayaan dan
penyiksaan. Aspek tersebut merupakan aspek dari hak untuk hidup
 Hak asasi manusia dari perspektif Islam dan Barat
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui
wahyu-Nya, di dalam Al-Qur'an dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW yang
melihat Rasul-Nya melalui As-Sunnah yang kini tersusun dengan baik di
dalam Al-Qur'an dan Hadits.[6] Manusia. HAM menjadi setelah Barat dan
Islam terbagi menjadi dua hak asasi manusia.
Hak asasi manusia bersifat athroposentris: semuanya berorientasi pada
manusia, jadi dia menghadirkan manusia sebagai referensi untuk segalanya. Hak
asasi manusia Islam bersifat theosentris: semuanya berpusat pada Tuhan. Dalam
konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti dari demokrasi,
sedangkan demokrasi Islam berkeyakinan bahwa kedaulatan Allah merupakan inti
dari demokrasi. 
2.4 Prespektif Islam tentang HAM
A. HAM Sebagai Tuntutan Fitrah Manusia
Manusia adalah puncak dari ciptaan Tuhan. Dia diutus ke bumi sebagai
Khalifah atau wakil-Nya. Oleh karena itu, setiap tindakan yang membawa
kesembuhan bagi orang lain merupakan nilai kebaikan dan keluhuran kosmis,
menjangkau batas alam semesta, menjaga kebenaran dan kebaikan universal, nilai
yang memiliki dimensi universal seluruh dunia.
Dari sudut pandang ini, manusia memikul beban dan tanggung jawab
sebagai individu di hadapan Tuhan, tanpa kemungkinan mengalihkannya kepada
orang lain. Kebebasan memilih mendahului penerimaan tanggung jawab yang
dituntut dari manusia. Tanpa kebebasan itu, ia dimintai pertanggungjawaban,
yaitu kezaliman dan ketidakadilan, jelas bertentangan dengan hakikat Tuhan yang
adil.

8
Mengenai pelaksanaan hak individu, mereka yang memiliki hak dianggap
menyalahgunakan hak mereka ketika:
1. Perbuatannya dapat merugikan orang lain.
2. Perbuatan itu tidak membawa keuntungan baginya, tetapi
menyebabkan kerugian baginya.
3. Tindakan itu menyebabkan bencana umum bagi masyarakat.  

B. Perimbangan antara hak-hak individu dan masyarakat


Untuk menjaga keseimbangan antara hak-hak individu dalam masyarakat,
Islam tidak mengakui kepemilikan mutlak atas orang. Oleh karena itu, bila disebut
sebagai hukum Allah dalam hukum Islam, berarti hukum masyarakat atau hukum
umum. Allah adalah pemilik sejati alam semesta, termasuk milik manusia itu
sendiri. Hal ini ditegaskan oleh firman-Nya antara lain:
1. “Ketahuilah bahwa milik Allahlah apa-apa yang ada di langit dan di bumi”
(Q.S Yunus/10:55).
2. “Dan Dialah yang menciptakan bagimu semua yang terdapat di bumi” (Q.S
Al-Baqarah/2:29)
3. “Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang telah
dikaruniakan-Nya kepadamu” (Q.S An-Nuur/24:33)
4. “…… di dalam harta mereka tersedia bagian tertentu bagi orang miskin yang
meminta dan tak punya” (Q.S Al-Ma’arij/70:24:25)
2.5 Dasar-dasar HAM dalam Al-Qur’an
A. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat
Al-Qur’an menegaskan: Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa setiap orang
berhak mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain, mengingatkannya akan
kebenaran dan kebajikan serta mencegah kejahatan. Memang tidak hanya
diberikan karena ada hak, tetapi sekaligus kewajiban orang beriman. 
B. Hak kebebasan memilih agama
Mengenai kebebasan untuk memilih agama dan kepercayaan seseorang,
Al-Qur'an menyebutkan, antara lain:
 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang
Ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S Al-Baqarah/2:256)
 “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir…” (Q.S Al-kahfi/18:29)

9
Jelas dari ayat-ayat di atas menjelaskan persoalan keterikatan pada suatu
keyakinan diserahkan kepada individu. Didalam agama islam kita hanya
diwajibkan berdakwah. Tujuan dakwah juga untuk menegakkan “Al-Amru bil
ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-munkar” (menyeru kebaikan dan melarang kejahatan).
C. Hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan sosial
Sehubungan dengan hak untuk memperoleh kesempatan yang sama ini Al-
Qur’an menyebutkan sebagai berikut : “ Dialah orang yang menjadikan segala
yang ada dibumi ini untuk kamu…..” (Q.S Al-Baqarah/2:29)
Ayat ini menjadi dasar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari apa-apa yang sudah disiapkan Allah
dipermukaan bumi ini. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mendapatkan
Rezki yang halal dan baik hal ini di tegaskan dalam firman-Nya : “ Hai sekalian
Manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi…..” (Q.S
Al-Baqarah/2:168)
2.6 Demokrasi Dalam Islam
2.6.1 Definisi Demokrasi
Secara teori, demokrasi adalah pemerintahan rakyat, dengan kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-
wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Lincoln (1863)
mengatakan, “Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”. Dalam sistem demokrasi, rakyat dianggap berdaulat, rakyat membuat
undang-undang dan rakyat yang dipilih oleh rakyat harus melaksanakan apa yang
telah diputuskan oleh rakyat.
Selain itu, demokrasi juga mensyaratkan kebebasan universal manusia dengan
cara sebagai berikut:
A. Kebebasan beragama
B. Kebebasan berbicara
C. Kebebasan kepemilikan
D. Kebebasan bertingkah laku
Inilah fakta demokrasi yang saat ini dianut dan digunakan oleh hampir
semua negara di dunia. Tentu saja karena adat, tradisi dan agama negara tersebut,
pelaksanaannya akan mengalami penyimpangan-penyimpangan tertentu. Namun,
variasi yang ada hanya terjadi pada cabang, bukan pada prinsip ini.
2.6.2 Asal-usul Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani demokrasi "pemerintahan
rakyat", dibentuk dari demos "rakyat" dan kratos "kekuasaan", dan mengacu pada
sistem politik yang ada antara abad ke-5 dan pertengahan abad ke-4 SM. di kota-
kota Yunani kuno. , terutama Athena. , setelah revolusi populer tahun 508 SM.

10
Sebelum orang Yunani menemukan istilah demokrasi, Mesopotamia sudah
ada sejak 4000 SM. menemukan bentuk demokrasi yang sederhana, bangsa
Sumeria kemudian memiliki beberapa kota mandiri. Di setiap kota tersebut sering
diadakan pertemuan untuk membahas masalah tersebut dan keputusan diambil
berdasarkan musyawarah atau mufakat.
Tidak sampai 508 SM SM masyarakat Athena, Yunani membentuk sistem
pemerintahan yang menjadi cikal bakal demokrasi modern. Saat itu Yunani terdiri
dari 1.500 kota kecil dan mandiri (poleis). Kota ini memiliki sistem pemerintahan
yang berbeda beberapa di antaranya adalah oligarki, monarki, tirani dan juga
demokrasi. Salah satunya adalah Athena, kota yang bereksperimen dengan bentuk
pemerintahan baru, demokrasi langsung.
Penggagas demokrasi ini adalah Solon, penyair dan negarawan. Paket
reformasi konstitusi ia realisasikan pada 594 SM. menulis dasar-dasar demokrasi
Athena, tetapi Solon tidak dapat membuat perubahan. Demokrasi baru dicapai
seratus tahun kemudian oleh Cleisthenes, seorang bangsawan Athena.
Dalam demokrasi ini tidak ada perwakilan dalam pemerintahan, tetapi
setiap orang mewakili dirinya sendiri dengan menyuarakan pendapatnya dan
memilih kebijakannya. Tetapi dari sekitar 150.000 orang Athena, hanya seperlima
yang dapat menjadi warga negara dan mengungkapkan pendapatnya.
Menurut Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam bukunya Democracy System
of Kufur, demokrasi memiliki latar belakang sosio-historis khas Barat pasca abad
pertengahan, yaitu situasi yang penuh semangat untuk menghilangkan pengaruh
dan peran agama dalam kehidupan manusia. .
Demokrasi lahir sebagai antitesis dari dominasi agama dan gereja di
masyarakat Barat. Oleh karena itu, demokrasi adalah ide yang anti-agama dalam
arti bahwa ide tersebut tidak berasal dari agama dan tidak menjadikan agama
sebagai prinsip-prinsip demokrasi.
Beberapa orang beragama mungkin memiliki demokrasi, tetapi agama
mereka tidak bisa menjadi aturan main demokrasi. Dia mencoba secara implisit
untuk mengingatkan mereka yang secara membabi buta menerima demokrasi
tanpa masuk ke latar belakang dan situasi sejarah kemunculannya. 
2.6.3 Demokrasi dan Islam
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep
monoteisme dan peran rakyat yang terkandung dalam konsep kekhalifahan
memberikan kerangka di mana para sarjana baru-baru ini mengembangkan teori
politik tertentu yang dapat dipandang sebagai demokrasi. Ini mencakup definisi
khusus dan pengakuan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri, penekanan
pada persamaan orang dan tanggung jawab orang sebagai pembawa pemerintahan.
Dalam menjelaskan demokrasi dalam kerangka konseptual Islam, banyak
perhatian diberikan pada aspek-aspek tertentu dari bidang sosial dan politik.
Demokrasi Islam dipandang sebagai sistem yang memperkuat konsep-konsep

11
Islam yang telah lama ada tentang musyawarah (syura), konsensus (ijma'), dan
penilaian interpretatif independen (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi
politik Barat, ungkapan-ungkapan ini tidak selalu dikaitkan dengan institusi
demokrasi dan memiliki banyak konteks dalam wacana Islam kontemporer.
Namun, di antara kaitan dan penggunaan lainnya, ungkapan-ungkapan ini sangat
penting dalam diskusi tentang demokratisasi masyarakat Islam. Kebutuhan akan
refleksi merupakan konsekuensi politik dari kekhalifahan manusia.
Oleh karena itu, representasi rakyat di Negara Islam terutama tercermin
dalam doktrin musyawarah. Hal ini karena menurut ajaran Islam, setiap muslim
yang dewasa dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan, adalah khalifah
Allah di muka bumi.
Di bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaannya kepada
penguasa, dan pendapat mereka harus diperhitungkan dalam menangani urusan
negara. Perlunya kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah ijtihadiyyah dalam
Al-Syura ayat 3: “Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka”.(QS Asy-Syura : 38).
Selain musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam demokrasi,
yaitu mufakat atau ijma'. Konsensus memainkan peran penting dalam
perkembangan hukum Islam dan sangat mempengaruhi kerangka hukum atau
interpretasi hukum. Secara lebih luas, musyawarah dan mufakat seringkali
dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam modern.
Selain syura dan ijma, terdapat konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi Islam, yaitu ijtihad. Bagi para pemikir muslim, jerih payah ini
merupakan langkah penting dalam memenuhi perintah Allah di setiap tempat dan
waktu. Khursid Ahmad mengatakan ini dengan jelas:
"Tuhan hanya mengungkapkan prinsip-prinsip utama dan memberi
manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip itu sesuai dengan semangat
dan keadaan zamannya." Itjihad bisa berbentuk seruan reformasi, karena prinsip
Islam itu dinamis, pendekatan kita jadi statis.
Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian ulang secara menyeluruh, yang
membuka jalan bagi penelitian, inovasi dan kreativitas. Dalam pengertian politis
murni, Muhammad Iqbal menekankan hubungan antara konsensus demokratisasi
dan ijtihad. Dalam bukunya The Reconstruction of Religious Thought in Islam,
dia mencatat bahwa tumbuhnya semangat republik dan pembentukan majelis
legislatif secara bertahap di negara-negara Muslim merupakan langkah awal yang
sangat baik. Musyawarah, mufakat dan ijtihad merupakan konsep yang sangat
penting dalam artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka keesaan Tuhan dan
tanggung jawab manusia terhadap kekhalifahan-Nya. 
2.6.4 Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Islam

12
Pertama, syura adalah prinsip pengambilan keputusan yang ditekankan
secara khusus dalam Al-Qur'an. Misalnya disebutkan dalam QS. Shura: 38 dan
Ali Imran:159. Dalam kehidupan Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai
penegak syura adalah ahl halli wa-l'aqdi di era khulafaurrasyidin. Lembaga ini
lebih dari sekadar kelompok formasi yang bertugas memilih kepala negara atau
khalifah. Jelas bahwa refleksi sangat dibutuhkan sebagai bahan refleksi dan
tanggung jawab bersama dalam setiap keputusan. Dengan demikian, setiap
keputusan pemerintah menjadi tanggung jawab bersama. Sikap melapor juga
merupakan bentuk penghargaan terhadap orang lain, karena pendapat yang
disampaikan dipertimbangkan bersama.
Kedua, al-' adalah keadilan, artinya penegakan hukum, termasuk
rekrutmen pada berbagai jabatan pemerintahan, harus dilakukan secara adil dan
bijaksana. Allah SWT menekankan pentingnya menegakkan keadilan dalam
pemerintahan dalam beberapa ayat-Nya antara lain Surat An-Nahl:90; QA as-
Syura:15; al-Maida:8; Wanita:58 dan seterusnya.
Prinsip keadilan dalam negara sangat diperlukan, sehingga ada ungkapan
yang berbunyi: “Negara yang adil tetap lestari meskipun negara kafir, sebaliknya
negara yang zalim hancur meski negara (atas nama Islam).
Ketiga, al-Musawah adalah kesetaraan, artinya tidak ada pihak yang
merasa lebih baik dari yang lain karena jalannya sendiri. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya pada orang, mereka otoriter dan eksploitatif.
Keberpihakan ini penting dalam pemerintahan untuk menghindari hegemoni
penguasa atas rakyat. Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau
lembaga yang kepadanya rakyat diberi wewenang dan kepercayaan melalui
pemilihan yang adil dan jujur untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan
hukum yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pemerintah memiliki tanggung
jawab yang besar baik kepada manusia maupun kepada Tuhan.
Oleh karena itu, pemerintah harus amanah, sikap dan perilakunya amanah,
jujur, dan adil. Sebagian ulama memahami al-musawah ini sebagai konsekuensi
logis dari prinsip al-syura dan al-'ada. Salah satu dalil Alquran yang sering
digunakan dalam hal ini adalah surat al-Hujarat:13.
Keempat, al-Amanah adalah sikap menunaikan amanah yang diberikan
kepada orang lain. Oleh karena itu kepercayaan atau keyakinan harus dijaga
dengan baik. Dalam pemerintahan, seorang pemimpin atau pemerintahan yang
dipercaya oleh rakyat harus mampu memenuhi amanah itu dengan penuh
tanggung jawab. Tema keimanan ini terkait dengan keadilan sebagaimana
ditekankan oleh Allah SWT dalam surat an-Nisa:58.
Karena jabatan pemerintah adalah amanat, maka jabatan itu tidak dapat
diminta dan orang yang menerima jabatan itu harus memperhatikan, bukan
berterima kasih, atas jabatan itu. Itulah etika Islam. Kelima, al-Masuliyyah adalah
tanggung jawab. Seperti kita ketahui, kekuasaan dan jabatan adalah kewajiban

13
untuk diperhatikan, bukan nikmat untuk disyukuri. Oleh karena itu, rasa tanggung
jawab kepada seorang pemimpin atau penguasa harus dipenuhi.
Dan kekuasaan sebagai amanat memiliki dua arti, yaitu amanat yang
bertanggung jawab kepada rakyat dan amanat yang bertanggung jawab kepada
Tuhan. Seperti yang dikatakan Ibnu Taimiyyah, penguasa adalah wakil Tuhan
yang mengendalikan umat manusia dan sekaligus wakil manusia yang
mengendalikan dirinya sendiri. Hidup dengan prinsip tanggung jawab (al-
masuliyyah), diharapkan setiap orang berusaha melakukan yang terbaik untuk
masyarakat luas. Dengan demikian, pemimpin/penguasa tidak ditempatkan pada
posisi sayyid al-ummah (penguasa rakyat) melainkan khadim al-ummah (pelayan
rakyat). Maka kepentingan rakyat harus selalu diperhatikan dalam setiap
pengambilan keputusan oleh penguasa, bukan sebaliknya rakyat atau rakyat yang
tertinggal.
Keenam, al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya setiap orang, setiap
warga negara berhak dan bebas untuk menyatakan pendapatnya. Selama
dilakukan dengan bijaksana dan al-akhlaq al-karimah dan al-amr bi-'l-ma'ruf wa
an-nahy 'an al-'munkar, tidak ada alasan bagi penguasa untuk mencegahnya. 
Padahal, kita harus berhati-hati agar tidak ada lagi pihak yang berani
mengkritisi dan mengontrol secara sosial pembelaan keadilan. Ketika tidak ada
lagi kontrol dalam masyarakat, ketidakadilan akan meningkat. Ada beberapa
alasan mengapa Islam disebut sebagai agama demokrasi, yaitu sebagai berikut:
1) Islam adalah agama hukum dalam arti bahwa agama Islam berlaku untuk
semua orang tanpa memandang golongan, mulai dari pejabat tertinggi sampai
warga negara yang berada di bawah hukum yang sama. Jika tidak demikian,
hukum Islam tidak berjalan dalam kehidupan.
2) Islam memiliki prinsip pertimbangan "amruhum syuraa bainahum" yang berarti
bahwa masalah mereka dibahas di antara mereka sendiri. Tradisi pengusulan
gagasan bersama yang bebas dan terbuka dengan demikian diakhiri dengan
kesepakatan.
3) Islam selalu mengatakan bahwa perbaikan kehidupan manusia tidak boleh
terus-menerus, tetapi harus terus ditingkatkan untuk menghadapi kehidupan
akhirat yang lebih baik.
Jadi, prinsip demokrasi pada hakekatnya adalah usaha kolektif untuk memperbaiki
kehidupan, oleh karena itu Islam disebut sebagai agama perbaikan “inul Islam”
atau agama inovasi. Karena itulah Islam selalu menginginkan demokrasi yang
merupakan salah satu ciri atau identitas Islam sebagai agama hukum.
Hukum, hak asasi manusia dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak
dapat dipisahkan. Karena salah satu prasyarat penting bagi terwujudnya
demokrasi adalah terpenuhinya hukum dan perlindungan hak asasi manusia.
Demokrasi rapuh ketika hak asasi manusia semua warga negara tidak dihormati.

14
Sedangkan perwujudan dan perlindungan hak asasi manusia dapat
terwujud jika hukum dipatuhi. Dalam ajaran Islam, hukum, hak asasi manusia dan
demokrasi dinyatakan secara jelas dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan
demikian, manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi dapat dengan baik dan
benar menunaikan tugasnya jika selalu mengikuti kaidah Al-Quran dan As-
Sunnah. 

BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Hak Asasi Manusia adalah hak yang diberikan oleh Tuhan Pencipta secara
langsung atau hak kodrati. Secara etimologi HAM dapt diartikan sebagai hak,
kebenaran dan keadilan. Sedangkan, secara luas hak asasi manusia didefinisikan
sebagai hak individu, dan merupakan tugas negara dan individu untuk
melindunginya. Yang mana Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk
hidup, bekerja dan menikmati hasil usahanya serta memiliki kebebasan memilih
agama yang diyakininya.
Dalam sejarahnya sendiri, sejak datng dang berkembangnya islam di bumi
yang dibawa oleh para Nabi bertujuan untuk membawa rahmat bagi seluruh
makhluk yang ada di muka bumi termasuk manusia. Untuk itu, ajaran islam
memandang manusia bukan hanya sebagai objek tetapi juga subjek untuk
menciptakan keamanan dan kedamaian.karena hal itulah, untuk menghargai setiap

15
orang harus bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan orang-orang di
sekitarnya. Sehingga timbulah HAM sebagi bentuk penghargaan tertinggi
terhadap manusia.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa demokrasi ialah sebuah
mekanisme pemerintahan yang mendukung kedaulatan rakyat. Dalam islam
demokrasi dapat dikatan sebagai refleksi, mendengarkan banyak pendapat untuk
mengambil keputusan yang mengutamakan nilai-nilai agama. Didalam demokrasi
terdapat musyawarah dan mufakat. Dapat diketahui pula prinsip demokrasi dalam
islam salah satunya menekankan pada keadilan, kesetaraan, amanat dan
kebebasan.
3.2 Saran
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini, dalam sumber
maupun ejaan pada tulisan. Karena terbatasnya waktu yang diberikan, penulis
masih kesulitan untuk mencari sumber-sumber lain. Diharapkan penulis dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi. Kami sebagai penulis juga berharap apa
yang kami sampaikan pada makalah ini dapat dipamahami oleh pembaca.

16

Anda mungkin juga menyukai