Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DEMOKRASI DALAM ISLAM

NAMA :

PASHA NOVIA FITRIANI

YAYASAN AL JUNAEDIYAH

SMK ISLAM TERPADU AL JUNAEDIYAH

Kp. Sukamanah Desa Sukamanah. Kecamatan Cisaat – Kabupaten Sukabumi


Hotline 0857-9311-9373 Email : smkitaljunaediyah@gmail.com

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ( Pandang Islam Tentang Demokrasi ) ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Tugas Makalah PAI
Tentang Demokrasi Dalam Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Demokrasi Dalam Islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Umi Sunaengsih , selaku Guru PAI Kelas XII Asisten Keperawatan
2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi,5 Agustus 2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB 2 ISLAM MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI

1. Definisi Demokrasi
2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
3. Pandangan Islam Tentang Demokrasi
4. Demokrasi Sebagai Implementasi Sila Keempat
5. Musyawarah

BAB 3 ANALISIS DAN KOMENTAR

1. Persamaan dan Perbedaan Islam Dengan Demokrasi


2. Pandangan Ulama Tentang Demokrasi
✓Yusuf Al - Qardhwi
✓Salim Ali Al - Bahnasawi
3. Demokrasi dan Kesejahteraan
4. Islam Mengsejahterakan Rakyat

BAB 4 PENUTUP

✓Kesimpulan dan Saran

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi merupakan sebuah sistem yang paling banyak dianut pada masa ini. Saat ini,
banyak sekali Negara yang menganut sistem demokrasi sebagai sistem
pemerintahannya. Demokrasi sendiri berarti sistem yang berasal dari rakyat,oleh rakyat
dan untuk rakyat. Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan persamaan hukum. Dalam
tradisi negara-negara barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat
seharusnya menjadi pemerintah bagi dirinya sendiri dan wakil rakyat menjadi
pengendali yang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karenanya, rakyat tidak
mungkin mengambil keputusan karena jumlah yang terlalu besar. Maka dibentuklah
Dewan Perwakilan Rakyat Pemerintah dipilih secara langsung oleh rakyat dan berfungsi
sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk kepentingan rakyat demi
kesejahteraan rakyat.

Sistem demokrasi pun dipercaya sebagai sebuah sistem pemerintahan di Indonesia.


Indonesia memiliki badan legislatif yang anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat
juga berwenang memilih presiden dan wakil presiden. Namun kenyataannya, Indonesia
masih dalam masa "belajar" berdemokrasi, masih dalam masa sosialisasi tentang
demokrasi yang sebenarnya. Masih banyak rakyat yang tidak mengerti hakikat dari
berdemokrasi, dan masih banyak pula yang salah mengaplikasikan bentuk dari
demokrasi tersebut.

Dalam Islam, demokrasi telah diajarkan Rasulullah SAW. Yaitu dengan musyawarah.
Contohnya, pada saat perang badar, beliau mendengarkan saran sahabatnya mengenai
lokasi perang walaupun itu bukan pilihan yang yang diajukan olehnya. Rasulullah pun
mulai sering melakukan musyawarah bersama sahabat-sahabatnya untuk memutuskan
sesuatu. Namun yang terjadi saat ini, banyak orang yang menganggap bahwa sistem
demokrasi diadaptasi dari Negara-negara barat, sehingga sistem demokrasi dianggap
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Musyawarah dalam Islam dianggap sebagai
suatu cara untuk menemui kata mufakat secara adil dan kekeluargaan. Sedangkan
sistem demokrasi negara barat dianggap memiliki tujuan yang bersifat duniawi dan
materialistis. Maka dari itu, kita perlu memahami hakikat demokrasi, musyawarah dan
pelaksanaan demokrasi yang ideal yang sesuai dengan kaidah kaidah Islam serta sesuai
dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari demokrasi dan bagaimana perkembangannya?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap demokrasi?
3. Bagaimana pandangan demokrasi menurut pancasila?
4. Apa makna dari musyawarah dalam Islam?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
2. Untuk memberikan pemahaman mengenai makna demokrasi dan musyawarah
3. Untuk memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan demokrasi dengan pancasila.
4. Untuk memberikan penjelasan mengenai pandangan Islam terhadap demokrasi.

D. Manfaat
Dengan memahami demokrasi dan musyawarah yang sesungguhnya, maka akan
terciptanya pengaplikasian nilai-nilai demokrasi maupun musyawarah tersebut dengan
baik dalam kehidupan sehari-hari menurut pandangan islam.

BAB 2

ISLAM, MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI

1. Definisi Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata, yaitu demos, yang
berarti rakyat, dan cratein, yang berarti pemerintah. Maka dilihat dari arti katanya, istilah
demokrasi mengandung arti pemerintahan rakyat, yang kemudian lebih dikenal dengan
pengertian pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government from the
people, by the people, and for people).

Batasan demokrasi menurut pengertian secara harafiah diatas menimbulkan kontradiksi


dalam pemahamannya, karena dalam pengertian demikian berarti yang berjumlah lebih banyak
memerintah yang jumlahnya lebih sedikit, sedangkan dalam kenyataannya adalah sebaliknya,
yaitu yang berjumlah lebih sedikit memerintah, yang berjumlah lebih banyak diperintah.
Mengenai pengertian demokrasi ini Jean Jacques Rousseau mengemukakan. "Kalau dipegang
arti kata seperti diartikan umum, maka demokrasi yang sungguh - sungguh tidak pernah ada
dan tidak ada. Adalah berlawanan dengan kodrat alam, bahwa yang berjumlah terbesar
memerintah, sedangkan yang paling sedikit harus diperintah" Berhubungan dengan hal itu,
maka demokrasi dapat diberikan pengertian sebagi suatu sistem pemerintahan yang
mengikutsertakan rakyat. Dari hal tersebut sesungguhnya pengertian demokrasi itu mengalami
perkembangan sejalan dengan paham dan asas yang dianut oleh suatu Negara dalam
kehidupan bernegara.
Negara-negara yang ada didunia kini mendasarkan diri atas paham dan asas demokrasi,
meskipun paham dan asas yang dianutnya tersebut didalam pelaksanaannya tidak sama atau
berbeda, sehingga kita mengenal adanya berbagai sebutan yang dikaitkan dengan paham
demokrasi, seperti social democracy, liberal democracy, people democracy, guided democracy,
dan sebagainya. Pelaksanaan demokrasi yang tidak sama antara Negara yang satu dengan
lainnya dapat dilihat dalam berbagai konstitusi Negara, dimana dikenal adanya macam-macam
bentuk dan sistem ketatanegaraan seperti: Negara kesatuan dan Negara federal, Negara
republik dan Negara kerajaan, dengan sistem yang dianutnya sepert: sistem satu kamar dan
dua kamar, sistem pemerintahan parlementer dan pemerintahan presidensil, sistem diktatorial
dan sistem campuran, dan sebagainya.

Norma-norma yang menjadi pandangan hidup demokrasi:

1. Pentingnya kesadaran akan pluralisme.

2. Musyawarah.

3. Pertimbangan moral.

4. Pemufakatan yang jujur dan sehat.

5. Pemenuhan segi-segi ekonomi.

6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik masing masing.

7. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan sistem
pendidikan.

2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonedia mengalami pasang-surut dari masa kemerdekaan


sampai sekarang ini. Dalam perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, masalah pokok yang
dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan mereka dalam sisi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Perkembangan demokrasi di Indonesia dilihat dari segi waktu dibagi dalam empat
periode.

a. Demokrasi Parlementer (1945-1959) Sistem parlementer yang mulai berlaku setelah kemerdekaan
kemudian diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950, ternyata tidak cocok di Indonesia. Persatuan yang
digalang selama menghadapi musuh bersama tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif setelah
kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi sistem ini. UUD 1950 menetapkan
berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala negara
konstitusional dan beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena
fragmentasi partai politik usia kabinet pada masa ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang
dibangun dengan sangat gampang pecah. Hal inilah yang mendorong Ir. Soekarno sebagi presiden
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang menentukan berlakuknya kembali UUD 1945. Dengan
demikian masa demokrasi ini berakhir.

b. Demokrasi Terpimpin (1959-1965) Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi dari presiden, terbatasnya
partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peran ABRI sebagai unsure social
politik. Banyak sekali penyimpangan yang terjadi pada masa pemerintahan ini, diantaranya
pengangkatan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup, yang tidak sesuai dengan UUD 1945. Selain
itu presiden juga membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilihan Umum, padahal dalam
penjelasan UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang untuk
berbuat demikian. c. Demokrasi Pancasila (1965-1998). Landasan formal demokrasi ini yaitu Pancasila,
UUD 1945 serta ketetapan MPRS. Dalam usaha meluruskan penyelewengan terhadap UUD pada masa
demokrasi terpimpin, Tap MPRS No. III/1963 mengenai penetapan masa jabatan seumur hidup Ir.
Soekarno telah dibatalkan.

Beberapa perumusan tentang demokrasi Pancasila sebagai berikut:

1. Demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas-asas Negara
hukum dan kepastian hukum.
2. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua
warga Negara.
3. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM,
peradilan yang tidak memihak.

Dengan demikian secara umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi Pancasila tidak berbeda
dengan demokrasi pada umumnya. Karena demokrasi Pancasila memandang kedaulatan rakyat sebagai
inti dari sistem demokrasi. Namun demikian "demokrasi Pancasila" dalam rezim Orde Baru hanya
sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praktis atau penerapan. Karena dalam
praktiknya rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi.

d. Demokrasi Orde Reformasi (1998-Sekarang)

Runtuhnya rezim otoriter orde baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya demokrasi di
Indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi runtuhnya keruntuhan rezim tersebut menandakan
tahap awal bagi transisi demokrasi di Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis,
karena dalam fase ini akan ditentukan akan kearah mana demokrasi yang akan dibangun. Sukses atau
gagalnya suatu transisi sangat tergantung pada tiga faktor kunci, yaitu:

1. Komposisi elite politik Desain institusi politik


2. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik.
3. Pandangan Islam terhadap Demokrasi
Perdebatan tentang hubungan antara Islam dan demokrasi sebagaimana diakui oleh Mun'im A. Sirry
memang masih menjadi perdebatan yang belum terselesaikan. Berdasarkan pemetaan yang
dikembangkan oleh Jhon L. Esposito dan James P. Piscatory (Syukron Kamil: 2002) secara umum dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok pemikiran.

Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam dipandang sebagai
sistem politik alternatif terhadap demokrasi. Demokrasi sebagai sistem barat tidak tepat untuk dijadikan
acuan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sementara Islam sebagai agama kaffah yang tidak
hanya mengatur aspek teologi (aqidah) dan ibadah, melainkan mengatur segala aspek kehidupan umat
manusia. Ini diungkapkan oleh elit kerajaan Arab Saudi dan elit politik Iran pada masa awal revolusi Iran,
Syekh FadhAllah Nuri, Sayyid Qutb, Thabathabi, Al-Sya'rawi dan Ali Benhadj.

Kedua, kelompok yang menyatakan bahwa Islam dan Demokrasi merupakan konsep yang sejalan
setelah diadakan penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri. Diantara tokoh dari
kelompok ini adalah al-Maududi, Abdul Fattah Morou, dan Taufiq Asy Syawi.

Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem demokrasi. Pandangan ini
yang paling dominan yang ada di Indonesia, karena demokrasi sudah menjadi bagian integral sistem
pemerintahan Indonesia dan Negara-negara Islam lainnya. Diantara tokoh-tokohnya yaitu, Fahmi
Huwaidi, al-Aqqad, M Husain Haekal, Robert N. Bellah. Di Indonesia diwakili oleh Nurcholis Majid (Cak
Nur), Amien Rais, Munawir Syadzali, A. Syafi'i Ma'arif dan Abdurrahman Zahid.

Penerimaan Negara-negara Islam terahadap demokrasi bukan bararti demokrasi dapat berkembang
dengan cepat secara otomatis. Ada beberapa alas an teoritis yang dapat menjelaskan tentang lambatnya
pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam : Pemahaman doktrinal menghambat
praktek demokrasi. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan kaum muslim yang cenderung memahami
demokrasi sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam.

Persoalan kultur. Sebenarnya demokrasi telah dicoba di Negara-negara Islan sejak paruh pertama
abad dua puluh tetapi gagal. Tampaknya ia akan sukses pada masa masa mendatang, karena warisan
kultural masyarakat muslim sudah terbiasa dengan otokrasi dan ketaatan pasif. Persoalan kultur
ditengarai sebagai yang paling bertanggung jawab mengapa sulit membangun demokrasi di Negara
Islam. Sebab, secara doktrinal, pada dasarnya hamper tidak dijumpai hambatan teologis dikalangan
tokoh-tokoh partai, ormas, atau gerakan Islam. Bahkan ada kecenderungan untuk merambah tugas baru
yaitu merekonsiliasi perbedaan antara teori politik modern dengan doktrin Islam.

Lambannya pertumbuuhan demokrasi di dunia Islam tak ada hubungannya dengan teologi maupun
kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi
dibutuhkan kesungguhan, kesabaran, dan diatas segalanya adalah waktu. Jhon Esposito dan O. Voll
adalah tokoh yang tetap optimis terhadap masa depan demokrasi di dunia Islam. Terlepas dari itu
semua, tak dapat diragukan lagi, pengalaman empirik demokrasi dalam sejarah Islam memang terbatas.

4. Demokrasi sebagai Implementasi Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh


Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Sila keempat ini mempunyai makna bahwa
kekuasaan ada di tangan rakyat, dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem
perwakilan (rakyat memilih wakil wakilnya mealui pemilihan umum) dan keputusan-keputusan yang
diambil dilakukan dengan jalan musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih, logis,
serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat yang diwakilinya. Butir-butir
implementasi sila keempat adalah sebagai berikut :

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Butir ini menghendaki masyarakat harus
mengawal wakil rakyat yang dipilih lewat pemilu, agar setiap keputusan wakil rakyat mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Butir ini menghendaki setiap warga negara untuk
tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, menghormati setiap perbedaan, dan dengan akal sehat
melakukan kompromi demi kebaikan masyarakat dan negara.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, Butir ini
menghendaki adanya musyawarah yaitu pembahasan secara bersama-sama atas suatu penyelesaian
masalah.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. Butir ini menghendaki
agar pengambilan keputusan secara bersama-sama didasarkan semangat kekeluargaan yaitu hubungan
kekerabatan yang sangat erat dan mendasar di masyarakat,

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah, Butir ini menghendaki, setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah untuk diterima
dan dilaksanakan dengan baik.

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Butir ini
menghendaki prinsip musyawarah dalam memecahkan masalah bukan menang dan kalah, serta
kepentingan golongan, tetapi dengan menggunakan akal sehat, tidak mabuk dan anarki, sesuai dengan
hati nurani.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5. Musyawarah

Kata musyawarah terambil dari kata (3) syawara yang pada mulanya bermakna "mengeluarkan
madu dari sarang lebah". Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang
dapat diambil di keluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Orang yang bermusyawarah bagaikan
orang yang minum madu(Quraish Shihab 2001). Dari makna dasarnya ini diketahui bahwa lingkaran
musyawarah yang terdiri dari peserta dan pendapat yang akan disampaikan adalah lingkaran yang
bernuansa kebaikan. Peserta musyawarah adalah bagaikan lebah yang bekerja sangat disiplin, solid
dalam bekerja sama dan hanya makan dari hal- hal yang baik saja ( disimbolkan dengan kembang), serta
tidak melakukan gangguan apalagi merusak dimanapun ia hinggap dengan catatan ia tidak diganggu.
Bahkan sengatannya pun bisa menjadi obat. Sedangkan isi atau pendapat musyawarah itu bagaikan
madu yang dihasilkan oleh lebah. Madu bukan hanya manis tapi juga menjadi obat dan karenanya
menjadi sumber kesehatan dan kekuatan. Itulah hakekat dan semangat sebenarnya dari musyawarah.
Karenanya kata tersebut tidak digunakan kecuali untuk hal-hal yang baik-baik saja. Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan maksudnya:
urusan peperangan dan hal hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan
dan lain lainnya.kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal-lah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya (Q.S. Ali Imran: 159).

Perintah bermusyawarah pada ayat diatas turun setelah peristiwa menyedihkan pada perang uhud.
Ketika itu menjelang pertempuran, Nabi mengumpulkan sahabat-sahabatnya untuk memusyawarahkan
bagaimana sikap menghadapi musuh yang sedang dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah. Nabi
cenderung bertahan di kota Madinah, dan tidak keluar menghadapi musuh yang datang dari mekah.
Sahabat-sahabat beliau, terutama kamu muda yang penuh semangat mendesak agar kaum muslim,
dibawah pimpinan Nabi Muhammad SAW keluar menghadapi musuh. Pendapat mereka itu mendapat
dukungan mayoritas, sehingga Nabi menyetujuinya. Tetapi, peperangan berakhir dengan gugurnya para
sahabat yang jumlahnya tidak kurang dari tujuh puluh orang. Konteks turunnya ayat ini, serta kondisi
psikologis yang dialami Nabi dan sahabat beliau amat perlu digaris bawahi untuk melihat bagaimana
pandangan Al-Quran tentang musyawarah.

Ayat ini seakan-akan berpesan kepada Nabi, bahwa musyawarah harus tetap dipertahankan dan
dilanjutkan. Walaupun terbukti pendapat yang mereka putuskan keliru. Kesalahan mayoritas lebih dapat
ditoleransi dan dapat menjadi tanggung jawab bersama,dibandingkan dengan kesalahan seseorang
meskipun diakui kejituan pendapatnya sekalipun.

Dari ayat tersebut dapat diambil empat sikap ideal ketika dan setelah melakukan musyawarah:

1. Sikap lemah lembut. Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi pemimpin harus menghindari
tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala.

2. Memberi maaf dan membuka lembaran baru. Sikap ini harus dimiliki peserta musyawarah, sebab
tidak akan berjalan baik, kalau peserta masih diliputi kekeruhan hati apalagi dendam.

3. Memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan yang dalam ayat itu dijelaskan dengan
permohonan ampunan kepada- Nya. Itulah sebabnya yang harus mengiringi musyawarah adalah
permohonan maghfiroh dan ampunan Ilahi.
4. Setelah selesai semuanya harus diserahkan kepada Allah, bertawakkal.
Kita sering mendengar mengenai Syura jika berbicara tentang musyawarah. Syura, sebenarnya adalah
suatu forum, dimana setiap orang mempunyai kemungkinan untuk terlibat dalam urun rembuk, tukar
pikiran, membentuk pendapat, dan memcahkan suatu persoalan bersama.

Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan bersama dengan
maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Bermusyawarah artinya berunding atau
berembug. Sedangkan permusyawaratan berarti berunding. Sehingga jelaslah bahwa permusyawaratan
dalam sila keempat Pancasila merupakan perundingan dalam rangka pembahasan bersama dengan
maksud untuk mencapai keputusan terhadap suatu masalah yang menyangkut orang
banyak.Sebenarnya studi tentang hubungan demokrasi dan kesejahteraan sudah lama dilakukan. Pada
tahun 1999, Barron's menggunakan data dunia dari tahun 1960 selama kira-kira 40 tahun menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara demokrasi dengan kesejahteraan. Adam Smith menggagas market
mechanism pada 1854-2011 mengatakan Krisis selalu bertalian dengan demokrasi, dan itu terjadi
berkali-kali. Dalam buku, Apakah Demokrasi Itu?,yang disebarluaskan oleh Kedutaan Besar Amerika
Serikat untuk Indonesia, di halaman terakhir ditulis bahwa "Demokrasi sendiri tidak menjamin apa-apa.
Sebaliknya, ia menawarkan kesempatan untuk berhasil serta resiko kegagalan".

Jelas keliru kalau kesejahteraan yang menjadi dambaan masyarakat disandarkan pada proses
demokratisasi. Demokrasi digembar-gemborkan sebagai pemerintahan yang kedaulatannya terletak di
tangan rakyat. Padahal ini hanyalah mimpi di siang bolong. Dalam demokrasi tidak pemah ada yang
namanya rakyat sebagai penentu keinginan. Sejarah AS sendiri menunjukkan hal tersebut. Presiden
Abraham Lincoln (1860-1865) mengatakan bahwa demokrasi adalah, "from the people, by the people,
and for the people" (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). Namun, hanya sebelas tahun kemudian
setelah Lincoln meninggal dunia, Presiden AS Rutherford B. Hayes, pada tahun 1876 mengatakan bahwa
kondisi di Amerika Serikat pada tahun itu adalah "from company, by company, and for company" (dari
perusahaan, oleh perusahaan dan untuk perusahaan). Sejak awal kelahirannya, kedaulatan dalam
demokrasi ada di tangan segelintir rakyat (bukan di tangan rakyat), yakni di tangan para pemilik modal.
Hanya saja, mereka menipu rakyat dengan menggembar-gemborkan seolah-olah kedaulatan ada di
tangan rakyat. Jadi, bila perubahan yang dikehendaki adalah daulatnya rakyat maka demokrasi tidak
memberikan hal itu. Yang berdaulat dan berkuasa dalam demokrasi adalah para pemilik modal yang
memang memiliki uang. Karena itu, tidak anch jika di Afrika Timur lebih dari 12 juta orang menderita
kelaparan seperti di Somalia, Kenya, Djibouti, Sudan, dan Uganda. Di Somalia hampir setengah
penduduknya menghadapi krisis kemanusiaan (3.7 juta orang). Satu dari tiga anak anak kekurangan gizi.
Hal ini dilaporkan sebagai salah satu krisis terburuk yang memukul Afrika Timur di hampir enam dekade.
Yang paling mengejutkan, disana dengan mudah kita menemui anak-anak kurus mengisap payudara
kosong dari ibunya yang lemah dan kelaparan. Orang tua sangat lemah dan tidak mampu berjalan.

Amerika pun tidak luput dari kemiskinan, jumlah orang yang tinggal di kawasan kawasan sangat miskin
telah bertambah sepertiga selama dasawarsa terakhir. (The Brookings Institution). Bahkan menurut
Voice of America, jumlah total angka kemiskinan di negara demokrasi terbesar itu meningkat pada posisi
tertinggi sebanyak 46,2 juta jiwa. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak Badan Statistik AS mulai
melakukan pendataan keluarga miskin pada tahun 1959. Di sisi lain perekonomian Amerika mengalami
kebangkrutan, Perang Irak dan Afghanistan telah menguras keuangan negara Paman Sam ini, ditambah
lagi krisis keuangan tahun 2008 telah menghancurkan industri jasa keuangan Amerika. Pada
bulanSeptember 2010 lalu, telah kolaps bank Amerika yang ke-300. Dari tahun 2007-2010,
perekonomian Amerika telah mengalarni defisit hingga lebih dari 16 trilyun dollar AS. Amerika juga
menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia, yaitu 17 persen, sebuah
angka pengangguran tertinggi selama 45 tahun temkhir. Saat ini utang negara adidaya Amerika Serikat
mencapai batas atas yaitu $ 14.300.000.000.000 ($14.3 trilliun), sehingga utang per kapita penduduk AS
termasuk tertinggi di dunia. Setiap warga AS mempunyai utang 13 kali lebih besar dari pendapatan
mereka.

Dengan demikian, bila perubahan yang dikehendaki adalah terwujudnya kesejahteraan, demokrasi pun
bukan jalan untuk itu. Realitas menunjukkan bahwa Hongkong sangat pesat ekonominya sekalipun
tanpa demokrasi. Begitu juga Korea Selatan dan Taiwan, Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada
triwulan pertama 2011 mencapai 8,1% tertinggi di antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama
Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Adapun pertumbuhan ekonomi Taiwan mencapai 10,47% pada
akhir 2010 (Okezone.com. 2/2/2011). Padahal kedua negara tersebut semiotoriter.

Pada dekade 1970-an dan 1990-an, sebagian besar negara-negara industri baru (newly industrialised
countries) yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tergolong otoriter, sebagian besar negara-
negara di Timur Tengah yang makmur juga tidak demokratis. Adapun India, yang ketika itu sudah
demokratis, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran di bawahnya. Vietnam yang
secara de facto menganut sistem pemerintahan otoriter juga mendemonstrasikan kinerja ekonomi yang
menawan sejak pertengahan 1990-an. Pada 2011 pertumbuhan ekonominya mencapai 7%, bahkan
diduga akan menjadi raksasa baru ekonomi Asia (Antara, 7/5/2011), Singapura yang juga semiotoriter
menjadi salah satu negara paling makmur di dunia tanpa perlu mengalami demokratisasi. Hal yang sama
terjadi pada Tiongkok yang bisa tumbuh pesat seperti sekarang, meski pemerintahannya tetap otoriter.
Sebaliknya, Indonesia yang dibangga-banggakan sebagai negara demokratis justru rakyatnya tetap
miskin, sementar korupsinya makin merajalela.

Banyak negara otoriter berhasil mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi seperti sejumlah negara
Amerika Latin di tahun 1970-1980-an dan Asia Timur tahun 1980-1990-an. Sebaliknya, negara-negara
berkembang yang relatif demokratis seperti Filipina, Fiji, atau India, setidaknya hingga pertenganan
1990-an, terpuruk pada siklus pertumbuhan rendah. Di AS, misalnya, kemakmuran yang selanjutnya
diikuti dengan sejahteranya kehidupan masyarakat AS bukanlah hasil demokrasi, tetapi buah dari
imperialismenya terhadap bangsa bangsa lain. Dalam rangka menyelesaikan masalah ekonomi dalam
negerinya, AS menjajah Irak dan Afganistan untuk mendapatkan minyak AS mendapatkan kemakmuran
karena 'democratic imperialism' yang dia lakukan. Tidak pernah ada dalam sejarah suatu negara miskin,
lalu berubah menjadi demokratis, dan melalui demokrasi itu negara tersebut menjadi sejahtera. Tidak
ada! Realitas ini menggambarkan bahwa demokrasi bukanlah jalan bagi perubahan menuju
kesejahteraan apalagi perubahan hakiki. Kalau yang dikehendaki itu adalah perubahan sistem
kehidupan, demokrasi hanya memberikan perubahan orang/rezim Sistem yang diterapkan sama:
sekular. Sekadar contoh, Indonesia dari awal kemerdekaan tetap menjalankan sekularisme, Memang,
terjadi perubahan pendekatan mulai dari Sosialisme pada Orde Lama, Kapitalisme pada Orde Baru, dan
Neoliberalisme pada era Orde Reformasi. Namun, sistemnya tidak berubah: sekularisme.

4. Islam Mengsejahterakan Rakyat

Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka tidak ada cam lain, selain dengan membuang sistem
demokrasi dan sistem ekonomi kapitalis yang telah terbukti gagal mensejahterakan rakyat. Kemudian
menggantikannya dengan sistem yang adil yang dapat mensejahterakan penduduk dunia yaitu
penerapan syariah Islam secara kaffah oleh negara. Sejarah telah membuktikannya, syariah Islam telah
menciptakan kesejahteraan rakyat bagi jutaan manusia selama berabad-abad, tanpa mengenal kata
krisis. Pada masa khalifah umar bin Abdul Aziz, beliau pernah menugaskan salah seorang pegawainya
yang bernama Yahya bin Sa'ad untuk membagikan zakat kepada penduduk fakir miskin dikawasan Afrika
Utara. Tidak lama kemudian ia kembali menghadap khalifah, dan melaporkan bahwa tidak ada seorang
pun yang fakir dan miskin, yang berhak menerima zakat Ini menggambarkan bahwa untuk pertama
kalinya di dalam sejarah, tidak ada penduduk Afrika yang fakir dan miskin, semuanya mendapatkan
kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Dan hal itu hanya terjadi tatkala Afrika berada dibawah sistem
Islam. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Al-'araf: 96

‫ولو ل اهل القرى الملوا والفيرا المتخذا عليهم بركات من السماء واألرض ولكن كثيرا فالمتناهم بما كانوا يشنون‬

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)

Sebab dalam sistem politik Islam, kedaulatan hanyalah milik syariah bukan milik rakyat. Imam asy-
Syaukani, dalam bukunya menyatakan bahwa sejak dulu tidak ada perbedaan di tengah kaum muslim
bahwa kedaulatan hanya milik syariah. Artinya syariahlah yang mengelola dan mengendalikan kehendak
individu maupun umat. Kemudian timbul pertanyaan, apa keuntungan dan manfaat kedaulatan ditangan
syariah?

Pertama, Kita telah berada dijalan yang benar bukan dijalan yang salah yaitu menjalankan perintah Allah
dengan menerapkan syariat Islam. Kedua, sebagai mana kita ketahui, kedaulatan adalah kekuasaan
tertinggi, tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi, bahkan yang sepadan sekalipun. Ketiga, kekuasaan
itu bersifat mutlak. Artinya, mencakup semua perkara, semua orang dan semua kondisi. Keempat,
kekuasaan itu memiliki kontrol penuh atas segala urusan.

Dengan demikian, karena kedaulatan itu ialah kekuasaan yang mengelola dan mengendalikan kehendak
suatu umat. Maka dalam Islam, Kekuasaan tertinggi yang bersifat absolut, mutlak dan yang berhak
mengeluarkan hukum ialah yang Maha segala-segalanya yaitu Allah swt, yang bersumber dari al-Quran
dan Al-Hadits. Sebagaimana firmannya QS, an-Nisa': 59:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

BAB 4

PENUTUPAN

Kesimpulan dan Saran

Demi mewujudnya demokrasi yang sesuai dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila, maka kita harus
menjalani norma-norma yang menjadi pandangan hidup demokrasi:

1. Pentingnya kesadaran akan pluralisme.

2. Musyawarah.

3. Pertimbangan moral.

4. Pemufakatan yang jujur dan sehat.

5. Pemenuhan segi-segi ekonomi.


6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik masing masing.

7. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan system pendidikan.

Pada akhimya demokrasi yang sesungguhnya, dalam pelaksanaannya haruslah merujuk pada
permusyawratan (musyawarah). Dimana esensi musyawarah adalah pemberian kesempatan kepada
anggota masyarakat yang memiliki kemmapuan dan hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan yang mengikat, baik dalam bentuk aturan-aturan hukum atau kebijaksanaan politik. Dengan
hal tersebut, maka perwujudan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat menuju cita-cita bangsa
yang sesungguhnya. Dan idealisme terhadap demokrasi diharapkan dapat dijiwai oleh setiap warga
Negara sehingga tidak lagi memunculkan praktik-praktik demokrasi jual beli yang masih terus berlanjut
hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai