Anda di halaman 1dari 10

DEMOKRASI DAN HAM DALAM PANDANGAN ISLAM

MAKALAH
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu
Bapak Saadudin Nasikhs S.Pd.I,M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 7
Fatma Ays Novita (202241025)
Muhammad Aqshal (202241026)
Tri Oktafiani Fajri (202241027)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Demokrasi Dan HAM Dalam Pandangan Islam “ dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Demokrasi Dan HAM Dalam Pandangan Islam bagi para
pembaca dan penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Saadudin Nasikhs S.Pd.I,M.Pd Selaku Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 11 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................2
2.1 HAM Menurut Pandangan Islam....................................................................................................2
2.2 Demokrasi Dalam Pandangan Islam................................................................................................4
BAB III.........................................................................................................................................................6
PENUTUP....................................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................................6
3.2 Saran...................................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah hak asasi manusia dalam Bahasa inggris adalah Human Right yang berarti hak manusia.
Sedangkan Al-Qur’an yang diwahyukan Allah sekitar 1400 tahun yang lalu kepada seluruh umat
manusia melalui rasul dan utusannya, Nabi Muhammad SAW, merupakan pencerminan dari nilai-
nilai asasi manusia.
Demokrasi berasal dari kata demos yang berarti Pemerintah. Dalam ajaran islam yang di
sampaikan oleh Ibn Taimiyyah , pemerintahan yang di kehendaki adalah pemerintahan yang sesuai
dengan nilai-nilai syariah karena bentuk seperti itu negara dapat merealisasikan nilai-nilai keadilan
dan menciptakan kemaslahatan umat manuisa yang merupakan tujuan dari nabi dan rasul.
Dalam sejarah pajang umat Islam, hubungan antara Demokrasi, HAM, dan Syariah selalu di
perdebatkan. Persoalan yang selalu di perdebatkan adalah apakah Demokrasi dan HAM kompatibel
dengan ajaran islam atau tidak. Perdebatan tersebut muncul karena melihat latar belakang dari
Demokrasi dan HAM tersebut berasal dari Barat, sedangkan agama islam berasal dari wahyu Allah
SWT. Dengan adanya hal tersebut, apakah islam mampu mendukung dan menyokong HAM yang
pada dasarnya merupakan tantangan yang paling penting yang di hadapi umat islam saat ini.
Demokrasi dan HAM memiliki ikatan yang signifikan terhadap kompatibilitas antara islam dan
HAM. Keterkaitan antara Demokrasi dan HAM dalam pandangan islam pada beberapa tahu terakhir,
menjelaskan bahwa konseptual mengenai beberapa macam bentuk dari HAM dalam pandangan islam
memberikan pengaruh tersendiri dalam pemerintahan yang demokratis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat kami susun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud HAM dalam pandangan Islam?
2. Apa yang dimaksud demokrasi dalam pandangan Islam?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penyusunan makalah ini antar :
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam mengenai HAM
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam mengenai Demokrasi

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HAM Menurut Pandangan Islam


Islam merupakan agama yang ruang lingkup ajaranya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Termasuk didalamnya adalah batasan dan penghargaan yang tinggi terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
Dalam ayat suci Al-Qur’an dan Sunnah, persoalan hak asasi manusia bukanlah suatu hal yang baru.1
A. Lahirnya IUDHR (Islamic Universal Declaration of Human Right) dan UDHR (Universal
Declaration of Human Right)
Rumusan dasar mengenai hak asasi manusia di munculkan oleh para ahli, sarjan,
pemuka agama atau intelektual muslim kedalam bentuk rill piagam yang ratipikasi oleh
kelembagaan. Dalam pertemuan Abu Dhabi paa tahun 1977 menghasilkan suatu rumusan
yang disebut IUDHR. Deklarasi ini cukup lengkap dan sejalan dengan hak asasi manusia
PBB yaitu UDHR.
IUDHR, terdiri dari 22 pasal: (1) hak untuk hidup, (2) hak atas kebebasan, (3) hak
atas persamaan, (4) hak atas keadilan, (5) hak atas pengadilan yang adil, (6) hak atas
perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan, (7) hak atas perlindungan terhadap
penyiksaan, (8) hak atas perlindungan terhadap kehormatan dan nama baik, (9) hak atas
suaka, (10) hak minoritas, (11) hak atas kewajiban untuk ambil bagian dalam pelaksanaan
dan pengaturan urusanurusan umum, (12) hak atas kebebasan, kepercayaan, menyatakan
gagasan dan berbicara, (13) hak atas kebebasan berserikat, (14) hak atas kebebasan
beragama, (15) tata ekonomi dan pengembangannya, (16) hak atas perlindungan terhadap
pendidikan, (17) status dan martabat pekerjaan, (18) hak atas keamanan social, (19) hak
untuk berkeluarga dan hal-hal yang berkaitan, (20) hak wanita yang telah menikah, (21)
hak atas kebebasan bergerak dan berkedudukan, serta (22) hak memperoleh pendidikan
2
selengkapnya.
B. Islam Dan Hak Asasi Manusia
Nabi Muhammad SAW mendeklarasi Piagam Madinah, yang memposisikan hak asasi
manusia dalam posisi setinngi konstitusi agama islam . Islam memandang manusia sebagai
suatu hal yang mulia. Karena kemulyaan yang di anugerahkan oleh Allah SWT dan berkaitan
dengan penyembahan manusia terhadap Rabb-Nya. Namun pemikiran Barat berpendapat
bahwa hak asasi manusia merupakan hak-hak alamiah yang mengalir dari ide bahwa
kedaulatan mutlak adalah milik manusia. Sedangkan dalam islam hak-hak dasar manusia
merupakan anugrah dari Allah SWT.
Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara HAM menurut Islam dan HAM konsep
barat :
1. HAM dalam Islam bersumber pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah sedangkan dalam
konsep barat bersumber dalam pemikiran filosofis.
2. HAM dalam Islam bersifat Therosontrik, artinya makhluk yang dititipkan hak-hak
dasar oleh Tuhan bukan sebagai pemilik mutlak, sedangkan dalam konsep barat

1
Penulis adalah dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Taruna Surabaya
2
Ismail, Hak Asasi Manusia Menurut Perspektif Islam, h.104-105.
v
bersifat antofodentrik yang berarti manusia sebagai pemilik hak-hak dasar secara
mutlak.
3. HAM dalam islam mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban karena
kepentingan social sangat penting. Sedangkan HAM dalam konsep barat lebih
mengutamakan hak dari kewajiban karena lebih berkesan individualistic.3
C. Prinsip-Prinsip HAM Dalam Piagam Madina
Piagam Madinah disusun untuk menghentikan pertengkaran sengi tantara Bani Aus
dan Bani Khazraj di Madinah. Piagam Madinah 47 pasal. Prinsip-prinsip hak asasi
manusia dalam piagam Madinah adalah: : Pertama, interaksi secara baik dengan sesama,
baik pemeluk islam maupun non muslim. Kedua, saling membantu dalam menghadapi
musuh bersama. Ketiga, membela mereka yang teraniaya. Keempat, saling menasehati.
Dan kelima, menghormati kebebasan beragama. Berikut adalah substansi dari Piagam
Madinah:
a. Monotheisme, yaitu mengakui adanya satu tuhan. Prinsip ini terkandung
dalam Mukadimah, pasal 22,23 dan 42.
b. Persatuan dan kesatuan (pasal 1,15,17,25 dan 37). Dalam pasal-pasal ini
ditegaskan bahwa seluruh penduduk Madinah adalah satu umat. Hanya satu
perlindungan, bila orang Yahudi telah mengakui Piagam ini, berarti berhak
atas perlindungan keamanan dan kehormatan. Selain itu kaum Yahudi dan
Muslim bersama sama memikul biaya perang.
c. Persamaan dan keadilan (pasal 1,12,15,16,19,22,23,24,37 dan 40).
Pasalpasal ini mengandung prinsip bahwa seluruh warga Madinah berstatus
sama di muka hukum dan harus menegakan hokum beserta keadilan tanpa
pandang bulu.
d. Kebebasan beragama (pasal 25). Kaum Yahudi bebas menjalankan agama
mereka sebagaimana juga umat Islam bebas menjalankan syariat Islam.
e. Bela negara (pasal 24,37,38 dan 44). Setiap penduduk Madinah yang
mengakui Piagam Madinah mempunyai kewajiban yang sama untuk
menjunjung tinggi dan membela Madinah dari serangan musuh baik dari
luar maupun dari dalam
f. Supremasi syari’at (pasal 23 dan pasal 42). Dalam pasal pasal tersebut,
penyelesaian perselisihan ditetapkan menurut ketentuan Allah dan
keputusan Nabi Muhammad SAW. Politik damai dan proteksi internal
(pasal 17,36,37,39,40,41 dan pasal 47) dan sikap perdamaian secara
eksternal di tegaskan pada pasal 45.26
g. Pengakuan dan pelestarian adat kebiasaan (pasal 2-10).Dalam pasal-pasal
ini disebutkan secara berulang bahwa seluruh adat kebiasaan yang baik di
kalangan Yahudi harus diakui dan dilestarikn.4

D. Maqoshid al-Syariah dalam HAM


Imam al-Ghazali dan Abu Ishaq as-Syatibi merumuskan sebuah prinsip-prinsip hak
asasi manusia yang menjadi tujuan dari syariat islam yang terangkum dalam al-dlaruriat
alkhamsah (lima prinsip dasar) atau disebut juga al huquq al insaniyah fi al Islam (hak
asasi manusia dalam Islam). Terdapat lima prinsip dasar yang harus di jaga dan di hormati:

3
Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam, h.36-37.
4
Eggi Sudjana, HAM dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Nuansa Madani, 2003), h.89.
vi
1. Hifdzu al-Din (penghormatan atas kebebasan beragama)
2. Hifdzu al-Mal (penghormatan atas harta benda)
3. Hifdzu al-Nafs wa al-‘Ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan
individu)
4. Hifdzu al-‘Aql (penghormatan atas kebebasan berfikir)
5. Hifdzu al-Nasl (keharusan untuk menjaga keturunan)5
2.2 Demokrasi Dalam Pandangan Islam
Berbicara tentang islam, demokrasi merupakan suatu permasalah yang kontemporer.
Demokrasi merupakan konsep baru dalam wacana politik islam, kaum muslim baru berkenalan
dengan demokrasi sejak awal abad lalu yaitu setelah adanya antara kebudayaan islam dan barat.
Pada mulanya, banyak yang menolak demokrasi karena kecurigaanya terhadap apa yang
dating dari barat. Karena konsep itu semakin popular tidak banyak pilihan bagi mereka selain
menerimanya. Maka sejak paruh kedua abad lalau kaum muslimin menerima demokrasi secara
luas baik dari kelompok liberal maupun konservatif. Menurut John L. Espositi megatakan bahwa
islam tidak sejalan dengan demokrasi karena mereka memandang dari sudut pengalaman dari
negara-negara yang mayoritas islam yaitu pengalaman raja-raja, para penguasa militer dan
eksmiliter yang memiliki legitimasi yang lemah ditopang oleh kekuatan-kekuatan militer dan
keamanan.6
Para cendekiawan muslim membahas masalah hubungan islam dan demokrasi dengan
menggunakan dua pendekatan yakni normative dan empiris.Pada dataran normative mereka
memepersoalkan nilai-nilai demokrasi dari sudut pandang ajaran islam atau kembali kepada teks
Al-Qur;an. Sedangkan dataran empiris mereka menganalisi implementasi demokrasi dalam
praktik politik dan ketatanegaraan.7
Dalam membahas relasi islam dengan demokrasi ada tiga kelompok pandangan dalam
dunia islam:
1. Menolak Demokrasi
Pandangan atau aliran yang menyatakan bahwa antara islam dan demokasi merupakan dua hal
yang berbeda dan harus ditolak, karena merupakan sesuatu yang imposibble dan ancaman
yang perlu di hindari. Tokoh atau ulama yang masuk dalam katagori ini adalah: Syaikh
Fadlallah Nuri dan Muhammad Husein Thaba’Thaba’I dari Iran, Sayyid Qutb (1906-1966)
dan al-Sya’rawi dari Mesir, Ali Benhaj dan Abdelkader Moghni dari Aljazair, Hasan
atThurabi dari Sudan, dan Aly Ridha al-Nahwy, Abdul Qadim Zullum.8
2. Kelompok Moderat
Pandangan ini menyatakan bahwa islam bisa menerima adanya hubungan dengan demokrasi.
Di satu sisi islam memiliki kesamaan dengan demokrasi tetapi disisi lain juga ada perbedaan.
Islam bisa menerima hubungan demokrasi tetapi dengan beberapa catatan penting. Jadi
pandangan ini tidak sepenuhnya menolak dan tidak sepenuhnya menerima hhubungan islam
dan demokrasi. Tokoh atau ulama yang termasuk menerima demokrasi adalah Abu al-A’la
alMaududi dan Muhammad Iqbal (1876-1838) dari Pakistan, Imam Khomeini dari Iran, serta
Muhammad Dhiya al-Din Rais dari Mesir. Sedangkan Muhammad Arkoun merupakan tokoh
5
Ahmad al-Mursi Husain Jauhar, Maqoshid Syariat, (Jakarta: Azmah, 2009), h. 15.
6
John L.esposito dalam Khaled Abou El-Fadl, Islam dan Tantangan Demokrasi, trj, Ghifna Ayu
Rahmani dan Ruslani, hlm 53
7
M. Syafi’I Anwar, pemikiran dan Aksi Islam Indonesia (Sebuah kajian Politik tentang Cendekiawan
Muslim Orde Baru), (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm, 222
8
Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi: Tela’ah Konseptual dan Historis, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2002), hlm, 47
vii
yang tidak menyetujui adanya pembentukan negara islam dan menyetujui terbentuknya negara
demokratis yang tidak mengenal pertentangan nalar agama dan nalar filsafat.9
3. Kelompok Pro Demokrasi
Pada kelompok ini berpendapat bahwa islam didalam dirinya ada demokratis karena
menerima sepenuhnya demokrasi sebagai sesuatu universal karena komsep syura
(Musyawarah), tetapi ia juga mencakup tentang ijma’ (persetujuan), dan penilaian
interpretative yang mandiri yakni ijtihad. Tokoh-tokoh kelompok ini adalah: Muhammad
Abduh (1845-1905), Rasyid Ridha (1865-1935), Syaikh Muhammad syaltut, Ali Abd al-
Razzaq (1888-1966), Khalid Muhammad Khalid, Muhammad Husain Haikal, Toha Husain
(1891), Zakaria Abd Mun’im Ibrahim al-Khattib Mahmud Aqqad, Muhammad Imarah dari
Mesir, sadek Jawad Sulaiman dari Oman, Mahmoud Muhamed Toha dan Abdullahi Ahmad
al-Na’im dari sudan, Bani Sadr dan Mehdi Bazargan dari Iran, Abbasi madani dari Aljazair,
dan Hasan al-Hakim dari Uni Emirat Arab, fazlur Rahman pemikir dari Pakistan yang
menetap di Amerika serikat, dan beberapa pemikir dari Indonesia, seperti Abdurrahman
Wahid atau gusdur dan Nurcholis majid.10

9
Idris Thaha, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurcholis Madjid dan M, Amien Rais, hlm,8-9
10
John L.Esposito dan Piscatori, Islam dan Demokrasi, hlm, 38
viii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak-hak dasar manusia merupakan anugerah dari Allah SWT dimana semua hak-hak
tersebut diposisikan setinggi konstitusi agama yang mana didalamnya meliputi Batasan dan
penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Islam merumuskan hak-hak manusia dalam IUDR
dan Piagam Madinah. Sedangkan Demkrasi merupakan permasalahan yang kontemporer
sehingga banyak pihak yang berbeda pendapat. Terdapat tiga kelompok yaitu kelompok
menolak demokrasi, kelompok moderat, dan kelompok pro demokrasi.

3.2 Saran

Hak-hak dasar manusia merupakan sebuah hak milik mutlak yang dimiliki manusia .
Sebagai penganut agama islam, wajib menghormati dan menghargai hak-hak manusia. Selain
itu, sebagai umat muslim harus mengikuti syariat agama yang sesuai dengan ajaran islam
termasuk dalam berdemokrasi.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Malaka, Z. (2009). Ham dan Demokrasi dalam Dunia Islam. Al-Qanun: Jurnal Pemikiran dan
Pembaharuan Hukum Islam, 12(2), 359-384.
Alfaruqi1 Daniel Korelasi Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam [Jurnal]. - jakarta : Jurnal Sosial &
Budaya Syar-i, 2017. - Vol. 4.
Iqlima, D. (2016). Demokrasi Dalam Kajian Islam. Al Hikmah: Jurnal Studi Keislaman, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai