Disusun oleh
Khoirul Mansyah
2112130188
Rizki Setiadi
2112130213
FAKULTAS SYARIAH
Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya makalah ini yang berjudul ‘akal dan wahyu
dalam pemikiran filosofis Hukum islam
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini juga penulis buat sebagai
sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pada mata kuliah Kitab
Kajian Muamalah. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sahabat serta keluarganya yang telah
membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman terang-benderang.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Muhammad
Norhadi S.Th.I,M.H.I. selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis, serta doa dan dukungan
dari kawan-kawan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat memberikan pengaruh yang positif dalam
kegiatan belajar-mengajar. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari kawan-
kawan yang sifatnya membangun agar dapat memperbaiki makalah penulis
menjadi lebih baik lagi dikemudian hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
D. Metode Penulisan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Kesimpulan...................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiaannya di akhirat
serta membuat hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan
kewajiban tersebut.
2
B. Rumusan Masalah
3
D. Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Konsep Hukum Islam Syariah, Fiqih Dan Hukum Islam
1. Syariah
Syariah adalah kata Syari’ah berasal dari kata syara’a. Kata ini
menurut ar-Razi dalam bukunya Mukhtar-us Shihab bisa berarti nahaja
(menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan-al masalik
(menunjukkan jalan).
Sedangkan menurut Al-Jurjani Syari’ah bisa juga artinya mazhab dan
thoriqah mustaqim atau jalan yang lurus. Jadi arti kata Syariah secara
bahasa banyak artinya. Ungkapan Syari’ah Islamiyyah yang kita bicarakan
maksudnya bukanlah semua arti secara bahasa itu. Kata syari’ah juga
seperti itu, para ulama akhirnya menggunakan istilah Syari’ah dengan arti
selain arti bahasanya lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata Syari’ah
langsung dipahami dengan artinya secara tradisi itu. Imam al-Qurthubi
menyebut bahwa Syari’ah artinya adalah agama yang ditetapkan oleh
Allah swt.untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai hukum dan
ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut syariat karena memiliki
kesamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi
makhluk hidup. Makanya menurut ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama
dengan agama.
Yang dimaksud dengan syariat atau ditulis dengan syari’’ah, secara harfiah
adalah jalan ke sumber (mata) air yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh
setiap muslim,syariat merupakan jalan hidup muslim, ketetapanketetapan
Allah dan ketentuan RasulNya, baik berupa larangan maupun berupa
suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia (Ali,
Mohammad Daud, 2011:.46)
2. Fiqih
Fikih adalah di alam bahasa Arab, perkataan fiqh yang ditulis fiqih
atau kadang-kadang fekih setelah diindonesiakan, artinya paham atau
5
pengertian. Kalau dihubungakan dengan ilmu ,,dalam hubungan ini dapat
juga dirumuskan (dengan kata lain), ilmu fiqih adalah ilmu yang bertugas
mnentukan dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat di
dalam al-Qur’an dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam
Sunnah Nabi yang direkam dalm kitab-kitab hadis. Dengan kata lain ilmu
fikiih adalah ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat
di dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad untuk diterapkan pada
perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya yang
berkewajiban melaksanakan hukum Islam.
3. Hukum Islam
1. Sempurna (Takaful)
6
sikisiki kebudayaan mereka berbeda-beda. sifat dan karakter sempurna
maksudnya adalah lengkap, berkumpul pacarnya aneka pandangan hidup.3
Syariat Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dan garis besar
permasalahan. oleh karena, hukum-hukumnya bersifat tetap tidak
berubahubah lantaran berubahnya masa dan berlainan tempat.
hukumhukum yang lebih rinci syariat Islam hanya menetapkan kaidah dan
memberikan patokan umum. jangan menetapkan patokan patokan umum
tersebut syariat Islam dapat benar-benar menjadi petunjuk yang universal
dapat diterima di semua tempat dan setiap saat. setiap saat umat manusia
dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan garis garis kebijaksanaan
2. Elastis
Hukum Islam juga bersifat elastis dan lentur atau luwes, Iya
meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia. permasalahan
kemanusiaan kehidupan jasmani dan rohani hubungan sesama makhluk,
Hubungan makhluk dengan Khalik, serta tuntunan hidup dunia dan akhirat
tergantung dalam ajarannya. hukum Islam memperhatikan berbagai segi
kehidupan dan bidang muamalah, ibadah, jinayah, dan lain-lain. meski
demikian, ia tidak memiliki dogma yang kaku,.Keras dan memaksa. Iya
hanya memberikan kaidah-kaidah umum yang mesti dijalankan oleh umat
manusia.
7
gerakan dalam Islam. ijtihad merupakan suatu teori yang aktif produktif
dan konstruktif, 5 hak diberikan kepada setiap muslim yang mampu
berijtihad dan berpedoman kepada dasar-dasar kaidah yang telah
ditetapkan. Sebagai bukti bahwa hukum Islam bersifat elastis dapat dilihat
dalam kasus jual beli. kita hanya mendapati 4 ayat hukum jual beli yang
tertuang dalam Alquran yaitu surat Baqarah ayat 272, surah Annisa ayat 29
surah Albaqarah ayat 282 surah Al Jumuah ayat 9, dalam ayat-ayat tersebut
diterangkan hukum bolehnya jual-beli, persyaratan keridaan antara kedua
belah pihak, larangan riba dan larangan Jual beli waktu adzan Jumat.
Kemudian Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam menjelaskan beberapa
aspek jual-beli yang lazim berlaku pada masa beliau selebihnya tradisi atau
adat masyarakat tertentu dapat dijadikan sebagai bahan penetapan hukum
jual beli.
3. Wasathiyah
4 Muhammad Hasby Assidiqy, falsafah hukum Islam (Jakarta: Bulan Bintang, n.d.).
8
nisa ayat 129 surat alisra ayat 29 surah alfurqan ayat 67 surah Almaidah
ayat 89 Surah Al Baqarah 238 dan Surah Al Baqarah 143.
Allah berfirman pada surat as-saba’ ayat 28 yang artinya Dan kami tidak
mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan tetapi
9
kebanyakan manusia tiada mengetahui. dari segi dinamis, hukum Islam
mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang mempunyai daya hidup
dapat membentuk diri Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan.
Hukum Islam terpancar dari sumber yang luas dan dalam yaitu
Islam yang memberikan kepada kemanusiaan sejumlah hukum yang positif
yang dapat dipergunakan untuk segenap massa dan tempat. hukum Islam
dalam gerakannya menyertai perkembangan manusia mempunyai kaidah
asasiyah, yaitu ijtihad. dengan ijtihad tersebut akan menjawab segala
tantangan masa, dapat memenuhi harapan zaman dengan tetap memelihara
kepribadian dan nilai-nilai asasinya.
5. Sistematis
10
C. Prinsip Prinsip Hukum Islam
dan al-qist yang memiliki arti keadilan. Istilah keadilan dalam hukum
Islam terdiri dari berbagai aspek, mulai dari keadilan dalam hubungan
11
antar individu dengan diri sendiri, masyarakat, hakim dan lain-lain.
Prinsip keadilan melahirkan norma yang menunjukan elastisitas
hukum Islam (murunah) atau dapat berbuat sesuai dengan ruang dan
waktu (shalih li kulli zaman wa makan) dan kemudahan dalam
pelaksanaannya sebagai kelanjutan dari prinsip keadilan (yusr wa raf’I
al-haraj) yang berarti suatu persoalan dalam hukum Islam jika sudah
menyempit maka akan menjadi luas; dan sebaliknya apabila persoalan
tersebut meluas, maka persoalan tersbut akan menyempit kembali.
3. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Mengutip Hasbi Ash Shiddieqy,
prinsip ini terlihat dalam peran negara terhadap Islam. Oleh karena itu,
negara dilarang memberi paksaan kepada masyarakat untuk melakukan
suatu hal sesuai dengan kehendak yang sewenang-wenang. Prinsip ini
menganggap hukum Islam digerakkan untuk mengatur umat manusia
dengan tujuan yang baik dan benar menurut Allah. Amar Ma’aruf Nahi
Mungkar dikategorikan bersumber pada wahyu dan penalaran yang
logis yuridis.
4. Prinsip Kebebasan, Prinsip kebebasan atau kemerdekaan ini
menyatakan agar hukum Islam disebarkan melalui penjelasan,
demonstrasi, argumentasi bukan melalui paksaan. Dalam prinsip
hukum Islam, kebebasan memiliki arti luas yang mencangkup berbagai
aspek. Kebebasan yang tercangkup dalam hak asasi tidak boleh kontra
dengan kemaslahatan umum, aqidah dan lain-lain. Oleh karena itu,
terdapat perbedaan arti kata kebebasan antara hukum positif dan
hukum Islam.
5. Prinsip Persamaan, Prinsip persamaan atau prinsip egalite ini dapat
kita lihat pada Konstitusi Madinah (al-Shahifah) yaitu prinsip Islam
yang menentang perbudakan dan penindasan dan penistaan antar
manusia. Prinsip ini adalah salah satu bagian signifikan pada
pemeliharaan dan peningkatan hukum Islam untuk menggerakan dan
mengontrol sosial. Akan tetapi, prinsip ini tidak mengontrol stratifikasi
sosial. Hal ini lah yang membedakannya dengan komunis. Salah satu
12
bukti konkrit prinsip ini adalah penghapusan perbudakan dan
penindasan serta penistaan antar manusia. Hukum Islam menjamin
tidak adanya diskriminasi suku dan memandang semua manusia harus
diperlakukan sama di mata hukum. Dasar prinsip ini terdapat dalam Al-
Qur’an pada Surat al-Hujarat ayat 13, Surat al-Isra, ayat
70.
6. Prinsip Ta’awun, Makna dari prinsip ini adalah agar manusia saling
membantu sesama seperti yang telah diarahkan prinsip tauhid yang
menekankan hal meningkatkan kebaikan dan ketaqwaan. Prinsip ini
mengandung nilai mulia yang sangat tinggi dan diharapkan tidak
diabaikan oleh para umat Islam.
7. Prinsip Toleransi, Toleransi yang dimaksud adalah toleransi dengan
jaminan untuk tidak melanggar hak-hak Islam dan umatnya. Toleransi
disini hanya dapat diterima jika tidak merugikan agama Islam. Ruang
lingkup toleransi sangat luas dan tidak berhenti pada lingkup ibadah
saja tetapi meliputi segala ketentuan hukum Islam seperti muamalah
sipil, hukum pidana, ketetapan peradilan dan sebagainya.33 Toleransi
atau biasanya disebut tasamuh memiliki nilai yang lebih tinggi dari
rukun dan damai. Maksudnya adalah tidak hanya rukun dan damai,
tetapi tidak memaksa dan tidak merugikan sesama. Mengenai toleransi
dan tasamuh, terdapat pada Surat alMumtahanah ayat 8 dan ayat 9.7
D. Keindahan Hukum Islam
13
padanya terkumpul segala unsur kekuatan yang adil, keteguhan dan
kehidupan yang baik serta kemajuan yang utama. Dalam bagian ini kita
menyebutkan sebagian dari keistimewaan dan keindahan itu untuk menjadi
fakta-fakta yang berbicara yang menyingkap kemampuan hukum Islam
mengembangkan keadilan yang merata dalam masyarakat dunia ini. Di
antara keistimewaan dan keindahan hukum Islam itu ialah:
1. Hukum Islam itu mudah, jauh dari sulit dan sempit.
14
hukum tidak nampak hikmahnya kepada kita. Namun hal itu tidak
memberikan pengertian bahwa hukum itu tidak mengandung hikmah.
3. Tujuan hukum hanyalah mewujudkan kemaslahatanm masyarakat, baik
di dunia maupun di akhirat, menolak kemadaratan dan kemafsadatan,
serta mewujudkan keadilan yang mutlak.
Semua bagian hukum Islam, baik hukum yang dinaskan secara
langsung ataupun hukum hasil ijtihad tetap diperhatikan padanya
tujuan yang luhur ini. Ibnu Qayyim berkata: “Orang yang mempunyai
rasa dalam merasakan syari’’at dan memperhatikan
kesempurnaankesempurnaannya, kandungan kemaslahatan hamba baik
di dunia dan di akhirat serta kesempurnaan keadilan utnuk
memutuskan perkara di antara makhluk yang mengatasi keadilan
syari’at Islam, maka tak ada kemaslahatan yang lebih dari yang
dikandung oleh syari’at Islam”.
4. Hukum-hukumnya dibagi kepada ‘Azȋmah dan Rukhsah.
5. Membolehkan kita memakan yang baik dan berhias yang indah, asal
tidak berlebihlebihan dan tidak untuk membanggakan diri.
15
Hukum Islam tidak membenarkan kita berlebih-lebihan dalam
melaksanakan ibadah dan hukum Islam tidak membenarkan para
mukallaf menyiksa diri. Allah SWT berfirman dalam surat al-A’raf
ayat
31-32 yang artinya : 31. “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) mesjid. Makan dan minumlah dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” 32. “Katakanlah, "Siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki
yang baik?" Katakanlah, "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
orang yang mengetahui”.
6. Mengimbangi hak jiwa dengan hak anggota tubuh anggota dalam
batasbatas yang seimbang.
Islam mengharuskan kita dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tubuh dan kebutuhan jiwa dengan jalan menempuh jalan
wasatiyah/tengah-tengah. Hukum Islam menempatkan umatnya pada
tempat yang terletak antara terlalu mementingkan keduniaan dengan
terlalu mementingkan keakheratan. Allah berfirman dalam surat
alBaqarah ayat 143 yang artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan
kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot.
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak
16
akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
lagi
Maha Penyayang kepada manusia”.
17
kali. Walaupun engkau lakukan demikian atas diriku, karena itu,
Nabipun berdo’a untuknya dengan kebaikan.
Ketika Rasulullah sakit yang berakhir dengan kewafatannya, beliau
bersabda: “Wahai manusia, barang siapa yang pernah aku cambuk
punggungnya, maka ini punggungku. Hendaklah dia mengambilnya.
Dan barangsiapa yang telah aku rendahkan kehormatannya, maka
inilah kehormatanku, balaslah. Dan barang siapa yang telah aku ambil
hartanya, maka inilah hartaku, hendaklah dia mengambilnya. Jangan
mengkhawatirkan adanya dendam, karena dendam bukanlah
tabiatku”.8
18
syai’ berarti ushūluh ‘dasar-dasarnya’ baik yang bersifat kongkrit
seperti tertuang dalam ungkapan qawā‘id al-bait ‘dasar-dasar rumah’,
maupun yang bersifat abstrak seperti dalam ungkapan qawā‘id al-dīn
‘tiang-tiang agama’, qawā‘id al-‘ilm dasar-dasar ilmu.
Secara terminologis, al-Jurjāniy, sebagaimana dikutip oleh al-
Nadwi merumuskan kaidah itu sebagai berikut: Kaidah adalah
pernyataan menyeluruh yang mencakup seluruh bagian-bagiannya.
2. Kaidah-Kaidah Asasiyah dan Ghair Asasiyah
19
alfiqhiyyah al-khāshshah).28 Agaknya, tidak terlalu relevan mengelaborasi
semua materi kaidah-kaidah hukum Islam dalam konteks ini. Yang pasti,
kaidah-kaidah hukum Islam, sebagaimana prinsip-prinsip yang telah
dibicarakan di muka memberikan landasan nilai-nilai yang tentunya
berpuncak pada maqāshid alsyar‘iyyah, al-mashlahah. Dengan kata lain,
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum Islam merupakan turunan
nilainilai dari al-mashlahah yang merupakan tujuan utama hukum Islam.
Hal itu juga berarti bahwa pengetahuan tentang kedua hal ini merupakan
sarana untuk sampai pada pemahaman terhadap maqāshid al-syar‘iyyah.9
20
maksud dalam perkembangan manusia. Oleh karena itulah, manusia
merasa ada dalam rumahnya dalam alam.Tokoh-tokoh aliran idealisme,
antara lain: Plato (477
-347 Sb.M), B. Spinoza (1632 -1677), Liebniz (1685 -1753), Berkeley
10 M.Ag Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H. dan Dr. Itang, FILSAFAT
HUKUM ISLAM (JAKARTA, 2015).
21
G. Hukum Islam Dalam Pandangan Orientalis: Antinomi(Konflik Dan
Ketegangan) Dalam Hukum islam
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
17.
14–25. https://doi.org/10.33087/jiubj.v17i2.357.
24
WAHIB, Ahmad Bunyan. Orientalisme dalam Hukum Islam: Kajian Hukum Islam
dalam Tradisi Barat. Magnum Pustaka, 2018.
Yudesman. “PRINSIP-PRINSIP DAN KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM” 11
(2014): 1–16.
25