Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PROBLEMATIKA PERAN FUNGSI WAHYU DAN AKAL

Disusun oleh:
RIDHO ILHAM 230603038
BURHANUDDIN 230603030

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDY AGAMA
PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat taufik dan

hidayahnya kepada kita semua. Dan tak lupa pula salawat serta salam kami haturkan

kepangkuan baginda nabi besar Muhammad Saw, karena berkat perjuangan dan usaha beliau

kita semua dapat menikmati islam dengan sebaik-baiknya agama.

Syukur alhamdulillah makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Didalam makalah

ini kami akan membahas tentang “Problematika Peran Fungsi Wahyu dan Akal”. Dengan

rendah hati, kami ingin menyampaikan beribu maaf apabila terjadi kesalahan dan kekeliruan

pada penulisan makalah ini. Kami juga mohon kritik dan sarannya dalam penyempurnaan

makalah ini, karena kami masih dalam tahap belajar.

Akhirul kalam jazakumullahu khairon ,wassalam.

Mataram,09 Oktober 2023

penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

A. Pengertian Wahyu dan Fungsinya................................................................................... 5


B. Pengertian Akal dan Fungsinya …................................................................................. 6
C. Problematika Fungsi Wahyu dan Akal............................................................................7

BAB III KESIMPULAN .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam berkembang dalam sejarah bukan saja sebagai agama, tetapi sebagai
kebudayaan. Islam lahir pada mulanya hanya sebagai agama di mekkah, kemudian
tumbuh di madinah menjadi negara. Dalam perkembangan islam kedua aspek itu akal
memainkan peranan penting bukan dalam bidang kebudayaan saja tapi juga dalam
bidang agama sendiri. Dalam membahas masalah masalah keagamaan ulama' islam
tidak semata mata berpegang kepada wahyu, tapi banyak pula yang berpendapat pada
akal. Peranan akal ini bermula dari pembahasan hukum islam yang berkembang
mengikuti perkembangan zaman. Selanjutnya dalam ilmu taukhit atau ilmu kalam
permasalahan tersebut meningkat menjadi kemampuan masalah akal dan fungsi
wahyu terhadap dua persoalan pokok agama yaitu adanya tuhan serta kebaikan dan
kejahatan.
Hubungan wahyu dan akal terlebih lagi tentang pertentangan antara keduanya
merupakan masalah yang sering kali menjadi perbincangan para pemikir muslim.
Sebagian beda ulama cenderung menolak adanya pertentangan wahyu dan akal,
mereka berdalih memang seharusnya begitu karena pada dasarnya keduanya sama-
sama berasal dari Allah yang Maha Benar, sehingga mustahil jika keduanya
bertentangan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada keautentisan penafsiran yang
dihasilkan dan akan menimbulkan kecacatan padanya. Berdasarkan hal tersebut maka
muncul kegelisahan intelektual tentang bagaimana respon para ulama mengenai hal
ini, yang pada kajian ini akan dikhususkan pada respon Ibn Taymiyah dalam kitabnya
Dar’ Ta'āruḍ al-'Aql wa al-Naql, serta bagaimana relevansinya terhadap konsep al-
dakhīl (infiltrasi) dalam penafsiran al-Qur’an. Kajian ini merupakan kajian
kepustakaan dengan mengkaji kitab Dar’ Ta'āruḍ al-'Aql wa al-Naql karya Ibn
Taymiyah dan beberapa tulisan terkait topik ini. Sehingga dihasilkan suatu
pemahaman bahwa asumsi-asumsi yang mengatakan adanya pertentangan antara
wahyu dan akal dalam kitabnya adalah tidak dapat diterima.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Wahyu dan fungsinya
2. Menjelaskan pengertian Akal dan fungsinya
3. Menjelaskan problematika fungsi wahyu dan akal

4
BAB II
PEMABAHASAN

A. Pengertian Wahyu dan Fungsinya


1. Definisi Wahyu

Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan
rasul. Terdapat 14 Nabi dan Rasul dalam Islam dan 19 Nabi. Etimologinya berasal dari
kata kerja bahasa Arab ‫( َو َح ى‬waḥā) yang berarti memberi wangsit, mengungkap, atau
memberi inspirasi.

Dalam syariat Islam, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang
diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara
langsung. Kata "wahyu" adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalah awha-yuhi,
arti kata wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat. Dan ketika Al-
Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu
wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang
yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul
wahyu Allah terhada Nabi-Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan
kepada Nabi.

Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu


adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai
keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa
pelantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.

2. Fungsi Wahyu

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi


informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih
kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta
menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di
akhirat.Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan allah
kepada nabi-nabiNYA untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-

5
orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah
utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

B. Pengertian Akal dan Fungsinya


1. Definisi Akal

Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi membedakan antara
perkara yang salah dengan perkara yang benar serta menganalisis sesuatu yang
kemampuannya sangat bergantung luas kepada pengalaman dan tahap pendidikan manusia
empunya (sama ada secara formal mahupun tidak formal). Oleh itu, akal bisa didefinisikan
sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat,
menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah benda yang diamati itu sesuai benar atau salah.
Namun, kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak sama, maka
tidak akan ada kemampuan akal antara manusia yang betul-betul sama dengan satu sama lain.

Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (‫)العـقـل‬, yang
dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (‫)عـقـلوه‬
dalam 1 ayat, ta’qiluun (‫ )تعـقـــلون‬24 ayat, na’qil (‫ )نعـقـــل‬1 ayat, ya’qiluha (‫ )يعـقـــلها‬1 ayat
dan ya’qiluun (‫ )يعـقـلون‬22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka
dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk
membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya
sangat luas.

Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti
kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut
kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang berakal, menurut
pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah.
Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan berfikir. Sedangkan
Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: sutu daya yang hanya dimiliki manusia
dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.

2. Fungsi Akal

Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan, antara lain:

1. Sebagai tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.


2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang.
3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.

6
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin
penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap
manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan
tersebut. Dan Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau
tidak didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah
yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan.

C. Problematika fungsi wahyu dan akal

Dalam kajian teologi secara umum, wahyu dan akal digunakan sebagai sarana
untuk memahami ayat-ayat dan pesan Tuhan. Wahyu merupakan pengkhabaran dari alam
metafisik ke alam fisik manusia mengenai Tuhan dan hal-hal yang harus dilakukan
manusia kepada-Nya. Sedangkan akal merupakan upaya berpikir manusia untuk
mencapai pemahaman yang dikehendaki oleh Tuhan. Dengan kata lain dapat dipahami
baik wahyu maupun akal merupakan dua hal yang digunakan untuk memahami pesan-
pesan Tuhan. Relevansi antara wahyu dan akal pada dasarnya merupakan masalah yang
sudah sering menjadi perbincangan para pemikir muslim. Pada hakikatnya seluruh ulama
mengakui pentingnya penggunaan akal atas wahyu, hanya saja mereka memiliki pendapat
masing-masing tentang sejauh apa peran akal tersebut dan apa yang mesti didahulukan
antara wahyu dan akal.

Sepanjang sejarah tradisi pemikiran dan intelektual Islam, menurut Harun


Nasution, masalah relevansi dan univikasi antara wahyu dan akal telah menjadi bahan
polemic yang akut dan perdebatan yang berkepanjangan di kalangan ulama-ulama
(sarjana-sarjana Muslim) terutama di kalangan para teolog Muslim. Di kalangan mereka
ada yang memberikan peran dan kedudukan atas otoritas wahyu yang lebih dominan dan
besar, misalnya mereka dari kubu mu’tazilah, sebaliknya, ada pula yang memberikan
peran dan kedudukan atas otoritas wahyu yang justru lebih dominan dan tinggi, misalnya
kubu ini diwakili oleh Asy’ariyah.

Dalam meresponi persoalan-persoalan teologis tersebut di antara teolog Muslim


mempunyai pendirian yang berbeda-beda. Dan ternyata perbedaan corak pandangan
teologis meraka banyak ditentukan oleh bagaimana pandangan dan apresiasi mereka
terhadap kedudukan dan peran akal dan wahyu. Barangkat dari pandangan mereka
tentang kedudukan dan peran akal dan wahyu secara general mereka dapat dipilah
menjadi dua kelompok : mu’tazilah dan Arsy’ariyah. bagi Mu’tazilah otoritas akal lebih

7
dominan dan diutamakan, maka mereka berpihak kepada kebebasan kehendak manusia
untuk melakukan perbuatannya; dan Tuhan tidak mempunyai kebebasan dan kehendak
yang mutlak terhadap manusia. Sebaliknya Arsy’ariyah karena otoritas wahyu yang lebih
dominan dan diutamakan, maka mereka mempunyai pandangan bahwa manusia tidak
memiliki kebebasan dan kehendak dalam perbuatannya, dan Tuhan adalah milik
kebebasan dan kehendak yang mutlak tersebut.

8
BAB III

KESIMPULAN

Fungsi adalah bagian dari tugas utama yang harus diselesaikan.Untuk menambah
cakrawala berfikir, akan disajikan hal-hal yang berkenaan dengan fungsi seperti tugas,
peran dan tanggung jawab. “Akal” adalah daya pikir untuk memahami sesuatu atau
kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya yang di dalamnya terdapat
kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau bisa benar.
“Wahyu” sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-Wahyyang memiliki beberapa
arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan
dengan cara cepat dari Allah SWT ke dalam dada Nabi-Nabi-NyaWahyu adalah petunjuk
dari Allah SWT yang diturunkan hanya kepada para Nabi dan rasul melalui mimpi dan
sebagainya.

Hanya dengan penggunaan akal yang lebih proposional dapat dibangun optimisme
dan melenyapkan obkurantisme (kemasabodohan) yang melanda ummat islam sejak
beberapa abad terakhir ini dapat diatasi. Dengan itu pula harapan ummat islam akan
mampu tampil lagi memimpin umat manusia dengan inisiatif dan kreativitas peradaban
yang bermanfaat bagi semua manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, A. 2016. https://media.neliti.com/media/publications/164777-ID-akal-dan-wahyu-antara-


perdebatan-dan-pembelaan . Akal dan Wahyu. Diakses Tgl, 08-10-2023

Humas. 2022. https://an-nur.ac.id/wahyu-dan-akal-pengertian-fungsi-dan-kekuatannya/.


Wahyu dan Akal. Diakses Tgl, 09-10-2023

Akbar, A. 2022.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/7.267_284_Pertentangan+Antara+Wahyu+Dan+Akal+Seb
agai+Al-Dakhil++dalam+Tafsir.pdf. Pertentangan antara Wahyu dan Akal. Diakses Tgl, 09-
10-2023

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. https://id.wikipedia.org/wiki/Wahyu. Wahyu. Diakses


Tgl, 09-10-2023

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. https://ms.wikipedia.org/wiki/Akal. Akal. Diakses


Tgl,09-10-2023

Harun Nasution, 1990. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta .Bulan Bintang

10

Anda mungkin juga menyukai