Anda di halaman 1dari 9

AKAL DAN WAHYU

KELOMPOK 1
1. AJI PRASETIYO (A710180067)
2. LUXMAN AJI PRAKOSO (A710180075)
3. ASTRIA NOVIA NINGRUM (A710180087)
4. DEWI KHOIRUNNISA (A710180093)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA 2019/2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………….i

Daftar isi ……………………………………………………………...ii

BAB I Pendahuluan…………………………………………………..1

 Latar Belakang………………………………………………….1
 Rumusan Masalah……………………………………………...1
 Tujuan …………………………………………………………1

BAB II Pembahasan…………………………………………………..2

 Pengertian akal………………………………………………….2
 Fungsi akal……………………………………………………..2
 Kekuatan akal…………………………………………………..3
 Pengertian wahyu………………………………………………3
 Fungsi wahyu…………………………………………………..4
 Kekuatan wahyu……………………………………………….4
 Hubungan akal dan wahyu…………………………………….5

BAB III Penutup….………………………………………………….6

 Kesimpulan…………………………………………………….6
Daftar Pustaka………………………………………………………..7
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Akal dan wahyu digunakan oleh manusia untuk membahas ilmu pengetahuan. Akal
digunakan manusia untuk bernalar. Sedangkan wahyu digunakan sebagai pedoman dan acuan
dalam berpikir. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan manusia. Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan karena pada
dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT yaitu akal.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk
berpikir. Akal yang dimiliki manusia digunakan untuk memilih, mempertimbangkan, dan
menentukan jalan pikirannya sendiri. Dengan menggunakan akal, manusia mampu memahami
Alqur’an yang diturunkan sebagai wahyu oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan akal pula, manusia mampu menelaah sejarah Islam dari masa ke masa dari masa lampau.
Akal juga digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

a. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akal dan Wahyu?
2. Fungsi Akal dan Wahyu?
3. Kekuatan Akal dan Wahyu?
4. Bagimana hubungan Akal dan Wahyu?

b. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini untuk menjelaskan bahwa akal dan wahyu dalam kehidupan
islam sangat penting akal dan wahyu yang digunakan maqasid as-syari’ah atau maslahah yang
menekankan terjaminnya kebutuhan hidup manusia, dua di antaranya adalah mewujudkan
terjaganya intellect, dan keyakinan Dalam hal ini wahyu merupakan sumber pengetahuan yang
didasarkan kepada keimanan kepada Allah SWT
BAB II
Pembahasan

A. Akal
a. Pengertian akal
Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (‫)العـقـل‬, yang dalam
bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (‫ )عـقـلوه‬dalam 1
ayat, ta’qiluun )‫ (تعـقـلون‬24 ayat, na’qil )‫ (نعـقـل‬1 ayat, ya’qiluha )‫ (يعـقـلها‬1 ayat dan ya’qiluun
)‫ (يعـقـلون‬22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti
bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan
yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas. Dalam pemahaman Prof.
Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical
intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah
(problem-solving capacity). Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai
kecakapan untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung arti mengerti,
memahami dan berfikir. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: suatu
daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dari
mahluk lain.

b.Fungsi akal
1. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
2. Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
3. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin
penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia
yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Dan Akal
adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal
iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber
keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Kekuatan akal
1. Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
2. Mengetahui adanya kehidupan di akhirat.
3. Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat
baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
4. Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.
5. Mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiannya di akhirat.
6. Membuat hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan kewajiban tersebut.

B. WAHYU

a. Pengertian Wahyu

Kata al-wahy yang berarti suara, kecepatan, api, bisikan, isyarat, tulisan dan kitab adalah kata
arab asli, bukan kata pinjaman dari bahasa asing. Selanjutnya al-wahy mengandung arti
pemberitahuan secara tersebunyi dan dengan cepat. Namun arti yang paling terkenal adalah “apa
yang disampaikan Tuhan kepada nabi-nabi”. Yakni sabda Tuhan yang disampaikan kepada
orang pilihanNya agar diteruskan kepada manusia untuk dijadikan pegangan hidup (Harun
Nasution, 1992: 15)
Firman Allah itu mengandung petunjuk dan pedoman yang memang diperlukan oleh umat
manusia dalam menjani hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dalam Islam wahyu Allah itu
disampaikan kepada nabi Muhammad saw yang terkumpul semuanya dalam al-Qur’an.
Wahyu dalam arrti firman Allah yang disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya, misalnya:
Artinya: “ sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan
wahyu (pula) kepada ibrahim, ismail, ishaq, ya’qub, dan anak cucuny, isa, ayyub,Yunus, Harun,
dan sulaiman. Dan kami berikan zabur kepada Dawud” ataupun lainya.
b. Fungsi wahyu

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi informasi disini
yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan,
menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian
upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat. Sebenarnya wahyu secara tidak
langsung adalah senjata yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya untuk melindungi diri dan
pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti
bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

c. Kekuatan wahyu

1. Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.

2. Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3. Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.

4. Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.

5. Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi


C. Hubungan akal dan wahyu

Dengan adanya akal manusia mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik, dan
dapat menemukan kebenaran yang hakiki sebagaimana pendapat Mu’tazilah yang mengatakan
segala pengetahuan dapat diperoleh dengan akal, dan kewajiban-kewajiban dapat diketahui
dengan pemikiran yang mendalam sehingga manusia sebetulnya ada wahyu atau tidak tetap
wajib bersyukur kepada Allah SWT, dan manusia wajib mengetahui baik dan buruk; indah dan
jelek; bahkan manusia wajib mengetahui Tuhan dengan akalnya walaupun wahyu belum turun.

Menurut Mu’tazilah, seluruh pengetahuan dapat diperoleh melalui akal,


termasuk mengetahui adanya Tuhan dan kewajiban beribadah kepada Tuhan. Abu Huzail,
menegaskan bahwa meskipun wahyu tidak turun, maka manusia tetap wajib beribadah kepada
Tuhan, sesuai dengan pengetahuannya tentang Tuhan. Begitu juga dengan kebaikan dan
keburukan juga dapat diketahui melalui akal.Jika dengan akal manusia dapat mengetahui baik
dan buruk, maka dengan akal juga manusia harus tahu bahwa melakukan kebaikan itu adalah
wajib, dan menjauhi keburukan juga wajib.

Menurut Asy’ariyah, pertama semua kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui
wahyu. Jika wahyu tidak turun, maka tidak ada kewajiban (taklif) bagi manusia.Karena akal
tidak mampu membuat kewajiban tersebut, terutama kewajiban beribadah pada Tuhan, dan
kewajiban melakukan yang baik serta kewajiban menjauhi yang buruk.

Adapun berkaitan dengan mengetahui Tuhan, Asy’ariyah sepakat dengan Mu’tazilah


yaitu dapat diketahui melalui akal.Sedangkan mengetahui baik dan buruk, akal tidak mampu,
karena sifat baik dan buruk sangat terkait dengan syari’at. Sesuatu disebut baik, jika dapat
pujian syari’at, dan dianggap buruk jika dikecam oleh syari’at. Karena pujian dan kecaman
bersumber dari wahyu, maka sesuatu dapat dikatakan baik atau buruk juga melalui wahyu

.
BAB III
Kesimpulan

A. Kesimpulan

Akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan
bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah juga bisa benar. Wahyu adalah firman
Allah yang disampaikan kepada nabi-Nya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk disampaikan
kepada umat. Pengetahuan adalah hubungan subjek dan objek, sedangkan ilmu adalah
pengetahuan yang telah teruji secara ilmiah dan kebenarannya jelas. Akal dan wahyu digunakan
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi umat manusia. Antara akal dan wahyu terdapat ruang
dimana keduanya dapat bertemu dan bahkan saling berinteraksi dan terdapat ruang dimana
keduanya harus berpisah. Pada saat wahyu merekomendasikan berkembangnya sains dan
lestarinya budaya dengan memberikan ruang kebebasan untuk akal agar berpikir dengan dinamis,
kreatif dan terbuka, disanalah terdapat ruang bertemu antara akal dan wahyu. Sehingga hubungan
antara akal dan wahyu tidak bertentangan akan tetapi sangat berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya, bahkan kedua-duanya saling menyempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/wahyu-dan-akal.html

http://irsalinasanti.blogspot.com/2015/12/makalah-akal-dan-wahyu.html

https://www.mengukirperadaban.com/2015/06/makalah-akal-dan-wahyu-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai