Akal dan wahyu merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dari kedua tokoh ini. Akal
merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk binatang, sedangkan wahyu adalah
petunjuk bagi akal. Keduanya sama-sama berpegang kepada wahyu, namun berbeda dalam
interpretasi mengenai teks ayat-ayat Alquran dan hadits.
Dalam syariat Islam, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang diturunkan
kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Kata "wahyu"
adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalah awha-yuhi, arti kata wahyu adalah
pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.
Perbincangan menganai akal dan wahyu merupakan bagian terpenting dalam aliran
teologi Islam, yaitu masalah mengetahui Tuhan dan masalah mengetahui baik dan jahat. Akal
merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk binatang, sedangkan wahyu adalah
petunjuk bagi akal.
FUNGSI :
ILMU:
AKAL:
Akal juga mempunyai fungsi dan tugas moral, yaitu petunjuk jalan bagi manusia dan
yang membuat manusia menjadi pencipta perbuatannya. Akal adalah petunjuk bagi manusia dan
yang membuat manusia menjadi pencipta perbuatannya. Akal dalam pengertian Islam bukan
otak, tetapi daya berfikir yang terdapat pada jiwa manusia. Daya yang digambarkan oleh
Alqur‟an yaitu memperoleh pengetahuan lewat alam sekitar. Akal dalam pengertian inilah yang
dikontraksikan dalam Islam dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia
yaitu dari Tuhan.
Menurut Fazlur Rahman, kedudukan akal sangat sentral bagi manusia. Ia menafsirkan
akal sebagai penalaran ilmiah. Kedudukan akal yang sangat sentral dan perintah menuntut ilmu
pengetahuan
WAHYU:
Dalam era modern dan era masyarakat industri seperti sekarang ini, peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang didukung oleh kemampuan akal, dalam memajukan segala
aspek kehidupan manusia sangat dominan sekali. Dan peranan orang berilmu dimana-mana kita
saksikan menonjol sekali dalam membangun dan memajukan masyarakatnya, agamanya, dan
bangsanya.
Secara duniawi kedudukan mereka yang berilmu tersebut lebih terhormat dan lebih disegani,
sedang secara ukhrawi,derajat mereka pun dihadapan Allah ditinggikan beberapa derajat,
sebagaimana firman Allah:
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al-Mujaadalah:11).”
Selanjutnya, dengan ilmu pengetahuan pula manusia yang diciptakan Allah swt sebagai
khalifah di muka bumi ini mampu membuka tabir tanda-tanda zaman dan mampu memanfaatkan
serta mengolah segala apa yang ada di bumi ini bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Dan dengan ilmu pengetahuan pulalah manusia dapat membuat sesuatu sulit menjadi mudah.
Misalnya, kalau zaman dahulu kaum muslimin Indonesia yang pergi menunaikan ibadah haji
memerlukan waktu yang berminggu-minggu bahkan berbilang bulan, tapi sekarang dengan
ditemukannya pesawat udara, para calon haji bisa sampai ke tanah Arab hanya beberapa jam
saja.
Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allahpun dan juga beribadah kepadaNya serta
bermuamalah kepada sesama makhluknyapun kita perlu berilmu. Bagaimana seorang muslim
dapat melaksanakan ibadah haji, misalnya, kalau dia tidak mempunyai ilmu, atau paling tidak
tahu tata cara menunaikan ibadah haji ?. Berapa banyak kita menyaksikan kaum yang lemah
yang tidak bisa mengubah nasibnya karena tidak berilmu ?. Disinilah letak perbedaan. Dalam Al-
Qur’an Allah berfirman :
“Katakanlah, adakah sama orang – orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui (QS Az-Zumar : 9).”
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi. 2018. Urgensitas Ilmu Menurut Konsep Islam. At-Tarbawi Vol. X No., 2 Hal 51-61.
Hutasuhut, Efrianto. 2017. Akal Dan Wahyu Dalam Islam (Perbandingan Pemikiran Harun
Nasution Dan Muhammad Abduh). Tesis. Program Studi Pemikiran Islam Pascasarjana,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.