A. Pendahuluan
246
Kata ilmu dengan berbagai bentuk terulang 854 kali dalam
Alquran. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian
pengetahuan dan ob- jek pengetahuan. Dalam pandangan
Alquran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan
fungsi kekhalifahan (Q.S. al-Baqarah [2]: 31-32). Manusia
menurut Alquran memiliki potensi untuk meraih dan
mengembangkan ilmu dengan seizin Allah. Ada banyak ayat
yang memerintahkan manu- sia menempuh berbagai cara untuk
mewujudkan hal tersebut. Alquran juga menunjukkan betapa
tinggi kedudukan orang-orang yang berpen- getahuan
Secara terminologis, ada banyak pandangan tentang definisi
atau pengertian ilmu yang dikemukakan para pemikir muslim,
baik klasik maupun kontemporer. Beragam pandangan mengenai
definisi ilmu ini sekaligus menjadi indikasi kuat betapa
sebenarnya umat Islam memi- liki perhatian serius terhadap
ilmu. Al-Baqillani mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan
tentang objek yang diketahui sebagaimana apa adanya
Pemikir klasik lain, Abu Bakr bin Furak memberikan definisi
ilmu ke- pada hal yang bersifat lebih praktis, dengan
mengatakan bahwa ilmu adalah sesuatu agar sang pemilik
mampu bertindak dengan benar dan baik
Adapun al-Amidi mendefinisikan ilmu sebagai sifat agar jiwa
sang pemilik dapat membedakan beberapa realitas yang tidak
tercerap oleh indra jiwa, sehingga menjaganya dari derita.
Ketika itu ia sampai pada suatu keadaan yang tidak
memungkinkan sesuatu yang dibedakan itu berbeda dengan
cara-cara perbedaan itu diperoleh. Pada definisi ini, ilmu
dimaknai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan pemahaman
atau kesadaran terhadap realitas, sehingga dapat menenangkan
jiwa.
Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam
monografnya yang berjudul The Concept of Education in Islam.
Menurut al-Attas, definisi terbaik atas ilmu adalah ‘sampainya
makna dalam jiwa serta sampainya jiwa pada makna
AIK 4 (Keilmuan Hukum)
(العلم هو حصول معني الشيئ في النفس و حصول النفس إلي
)معني الشيئ
Satu hal yang jelas dalam definisi ini; ilmu adalah tentang
makna. Objek apapun, fakta maupun suatu peristiwa dikatakan
diketahui ses- eorang jika bermakna baginya. Dengan demikian,
dalam proses kogni- si, pikiran tidak sekedar penerima pasif,
tetapi ia aktif dalam arti mem- persiapkan diri untuk menerima
apa yang ia ingin terima (mengolah
ن َلال َي ْرفَع َه َذا ال ِكتَpاب أَْ pق أََ pما ن َن ِبَّيك ْم صل َّpى لال عَل وسلَّ َم َق ْد َقال
ْي ِه
َواما
وَيضع ِه آخ ِرين
Dari Amir bin Watsilah bahwa Nafi’ bin Abdul Harits ber-
temu dengan khalifah Umar bin Khathab di daerah ‘Usafan.
Adalah Umar mengangkat Nafi’ sebagai gubernur Makkah.
Umar bertanya,” Siapa yang engkau tunjuk untuk meng-
gantikanmu memimpin penduduk Makkah?” Nafi’ men- jawab,
”Ibnu Abza” Umar bertanya,” Siapa itu Ibnu Abza ?” Nafi’
menjawab,” Salah seorang mantan budak kami” Umar
bertanya,” Engkau mengangkat mantan budak sebagai
penggantimu?” Nafi’ menjawab,” Karena ia seorang yang hafal
Al Qur’an dan menguasai ilmu faraidz (ilmu tentang hukum-
hukum harta warisan).“ Umar berkata,” (kalau begi- tu, ia pantas
menggantikanmu). Nabi kalian telah bersab- da ; ‘Sesungguhnya
Allah Ta’ala akan meninggikan derajat beberapa kaum dengan
Al Qur’an ini, dan merendahkan derajat beberapa kaum dengan
Al Qur’an ini (HR. Muslim, Ibnu Majah)
(5)- Orang yang mengajarkan ilmu akan mendapatkan pahala
dari ilmu tersebut baik semasa ia masih hidup maupun sesudah
ia mati, selama ilmu itu masih diamalkan oleh orang-orang yang
menerima ilmu darinya.
َّ من دل
وسل لال علp ّصل ِ رسول pِي صا ٍد ا ْلَ ْن ِبيpَعن أ
َم ْي ِه ى لال َقال ِر مسعو
ُ
خ ْي ٍر م ل ج ِر َفاع ِل ِه ىpَ عل
َ
ف له ث أ
Dari Abu Mas’ud Al Anshari bahwasanya Rasulullah
bersabda,” Ba- rang siapa menunjukkan orang lain kepada
kebaikan, baginya pahala seperti pahala orang yag mengerjakan
kebaikan itu.” (HR. Muslim, Tir- midzi, Abu Daud dan Ahmad)
ْ ْ سا
وسَّل َم ق َال َ مات ا ل ن َعل لالp ّ ِبي ه َر ْي َرَة أَن رسول ِلال صلpَعن أ
ن
ذا ْي ِه ى
ع ْل ٍم ي ِ ه أ جارَي ٍة أ ص َالث َّالpَع َّا من ث انَقطع ع
ْو َفعpْن َت ْو َدق من ٍة ه لpُْنه َمل
pُهpَ ٍح ي عو لpصال ولَ ٍد
ْد
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda,” Jika
seseo- rang meninggal, seluruh amalnya terputus kecuali tiga
amalan ; sha- daqah yang terus mengalir, ilmu yang diambil
manfaatnya dan seorang anak shalih yang mendoakan kebaikan
(bagi kedua orang tuanya).” (HR. Muslim)
(6)- Ilmu syar’i yang diamalkan akan menjaga pemiliknya
dari segala fitnah (huru hara dan bencana) yang terjadi sebelum
hari kiamat.
ول منpُنَس بن مال ك قَال س ِمعت رسول ِلال صلّ لال علَ ْي ِه وسَّل َم َيقpَعن أ
ى
َر النّساءpُ ْكثpَأَش َراط الساع ِة َأ ْن َِيق ل ال ِع ْل ُم ظ َه ْ و ظ َه َر ال وت
ِزَنا َر ال ه ي
ل وي
ج
القَ ِّي ُم ال َواحpًةpَن ام َرأp َى كون لخ سيpّpويَ ِق ل ال جا حت
ُد ْم ي ِر ل
Dari Anas bin Malik ia mendengar Rasulullah bersabda,” Di
an- tara tanda-tanda hari kiamat adalah ; sedikitnya ilmu,
merajalelanya kebodohan, merajalelanya perzinahan, banyaknya
kaum wanita dan sedikitnya kaum laki-laki sehingga 50 orang
wanita ditanggung oleh seorang laki-laki.”(HR. Bukhari)
ل
و، ْعَب ُدpُهلال ويُ ْع َرفpُ ِه ي، و ُم َذاك س ِبيح،ص َدَقة pٌ ل َمن الَيعلَ ُمهpُ ْع ِليمهpَوت
ِب ِ ه تpُهpََرت
ْهتpُ يpً ِئ َّمةpَ ِس قَادة وأpَ ّ ْق َواما ج َعُل ُه لل ناpَ َي ْرف َِع ال ِع ْل ِم أ،هلال وي ح ُد ُ ُي َم ج ُد
ُدون ْم ي هلال َو
وَي ْن ت لَى رأْ ِي ِه ْم ِه
ُهون ْم
Hendaklah kalian senantiasa berilmu, karena menuntut ilmu
ada- lah ibadah, mengetahui ilmu adalah khasyah (rasa takut
kepada Allah Ta’ala), membahas ilmu adalah jihad,
mengajarkan ilmu kepada orang yang belum mengetahui adalah
shadaqah, mengulang-ulang ilmu adalah bertasbih. Dengan ilmu,
seseorang mengenal Allah, beriba- dah kepada-Nya,
mengagungkan dan mentauhidkan-Nya. Allah Ta’ala
mengangkat derajat beberapa kaum dengan ilmu, dengan
menjadikan mereka sebagai para pemimpin yang memberi
petunjuk masyarakat dan menjadi pengambil keputusan di antara
mereka.”
LATIHAN