Anda di halaman 1dari 15

RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK

Nama kelompok :

REZA MUHAMMAD IQBAL 16.05.52.0032


FAIZAL DANY ARMANDA 16.05.52.0051
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK
Ruang lingkup pemeriksaan mengacu pada peraturan Menteri
Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 Tengtang tata cara
pemeriksaan pajak membedakan jenis pemeriksaan, ruang
lingkup, dan kriteria pemeriksaan.
JENIS PEMERIKSAAN PAJAK
1. Pemeriksaan kantor
Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan di KPP atau KP4
(tertentu) Direktorat Jenderal Pajak atas satu atau beberapa jenis pajak secara
terkoordinasi antar Seksi oleh Kepala Kantor, dalam tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya.
2. Pemeriksaan lapangan
pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan
oleh Direktoral Jendral Pajak.
KRITERIA PEMERIKSAAN PAJAK UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DILAKUKAN DALAM HAL BERIKUT:

 Menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk telah diberikan pengembalian

pendahuluan kelebihan pajak; pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor

atau lapangan.`

 Menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan ganti rugi, dengan kriteria ini telah dilakukan

dengan jenis pemeriksaan lapangan.

 Tidak menyampaikan atau menyampaikna surat pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang

ditetapkan dalam surat teguran, pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan

lapanga.

 Lakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran atau akan meninggalkan indonesia

selamanya, pemeriksaan ini dilakukan dengan pemeriksaan lapangan.

 Menyampaikan surat pemebritahuan memenuhi kriteria seleksi berdasar analisi risiko (risk based

selection) mengindikasi adanya kewajiban perpajakan wajib pajak tidak terpenuhi sesuai ketentuan

undang-undang perpajakan, pemeriksaan dengan kriteria ini jenis pemeriksaan lapangan.


BERDASARKAN JENIS PAJAKNYA

1. Satu Jenis Pajak


Pajak itu bermacam- macam jenisnya contohnya: pajak kendaraan bermotor,
pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, dan lainnya untuk satu jenis
pajak contonya hanya pajak penghasilan saja itu yang dinamakan satu jenis
pajak.
2. Beberapa Jenis Pajak
Yang disebut beberapa jenis pajak itu misalnya: pajak kenndaraan bermotor,
pajak penghasilan dan pajaka bumi dan bangunan.
3. Seluruh Jenis Pajak
Seluruh jenis pajak antara lain pajak penghasilan (PPh), Pajak pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPNBM), Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB), Bea Materai (BM), Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
BERDASARKAN PERIODE PENCATATANNYA
1. Satu Masa Pajak
masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi WP untuk menghitung, menyetor dan
melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam
undang – undang ini (UU KUP). Dalam pasal 2 A UU KUP dijelaskan 1 bulan kalender atau jangka
waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 bulan kalender. Yang
dimaksud dengan satu masa pajak adalah 1 bulan kalender pajak.
2. Beberapa Masa Pajak
bila yang dimaksud dengan beberapa masa pajak berarti lebih dari satu kalender pajak.
3. Bagian Tahun Pajak
Dalam Pasal 1 angka 9 UU KUP, bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak.
Bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak bisa 1 bulan kalender
atau beberapa bulan kalender.
4. Tahun Pajak
Dalam Pasal 1 angka 8 UU KUP, pengertian tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender kecuali
bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Berdasarkan defisini
tersebut dapat disimpulkan bahwa tahun pajak akan mengikuti tahun buku wajib pajak.
Wajib pajak diperbolehkan menggunakan tahun pajak yang tidak sama dengan tahun kalender dengan
syarat konsisten selama 12 bulan dan melapor kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN
Berdasar peraturan menteri keuangan yang diberlakukan sejak 1 januari 2008 ditetapkan bahwa :

1. Pemeriksaan kantor dilakukan paling lama 3 bulan dapat diperpanjang paling lama 6 bulan, dihitung sejak
tanggal wajib pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai tanggal
laporan hasil pemeriksaan.

2. Pemeriksaan lapangan dilakukan paling lama 4 bulan dan dapat diperpanjang paling lama 8 bulan yang
dihitung sejak tanggal surat perintah pemeriksaan sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

3. Bila dalam pemeriksaan lapangan ditemui indikasi transaksi terkait transfer pricing dan/ atau transaksi
khusus lain.

4. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria pajak. Dalam hal ini wajib pajak mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan bayar pajak jangka waktu pemeriksaan sebagaimana
pada butir 1,2 dan 3, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan bayar pajak.

5. Jangka waktu pembahasan hasil akhir pemeriksaan baik untuk pemeriksaan lapangan
maupun kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 bulan.

6. Jangka waktu pembahasan hasil akhir pemeriksaan dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan
kepada wajib pajak, wakil kuasa, pegawai, atau anggota yang telah dewasa dari wajib pajak
sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
alasan perpanjangan jangka waktu pengujian pemeriksaan kantor
/ lapangan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kantor atau lapangan diperluas ke masa pajak atau bagian pajak,
atau tahun pajak lainnya

2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan / atau keterangan kepada pihak
ketiga.

3. Ruang lingkung pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis pajak.

4. Berdasarkan pertimbangan kepada unit pemeriksaan.


JANGKA WAKTU PENGUJIAN PEMERIKSAAN LAPANGAN TERKAIT
DENGAN :
 Wajib pajak kontraktor kontrak kerjasama minyak dan gas
bumi.
 Wajib pajak dalam satu grup; atau
 Wajib pajak yang terindikasi melakukan transfer pericing dan
/ atau transaksi yang lain berindikasi adanya rekayasa
transaksi keuangan.
 Wajib pajak berhak meminta surat perintah pemeriksaan pajak.
 Wajib pajak berhak melihat tanda pengenal dari para pemeriksa yang
ditugaskan.
 Mendapatkan penjelasan secara rinci tentang maksud dan tujuan dari
pemeriksaan pajak.
 Jika ada perbedaan dalam hasil pemeriksaan dan SPT, wajib pajak berhak
meminta rincian perbedaan tersebut.
 Wajib pajak berhak hadir dalam pembahasan akhir hasil dari pemeriksaan pajak
dalam batas waktu yang sudah ditentukan.

Hak Wajib Pajak saat Pemeriksaan Pajak


Kewajiban Wajib Pajak saat Pemeriksaan Pajak
1. Memenuhi panggilan dengan datang menghadiri pemeriksaan pajak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Biasanya, jadwal dibuat untuk jenis ruang
lingkup pemeriksaan kantor.
2. Mampu memperlihatkan atau meminjamkan buku, catatan, dan dokumen yang
akan menjadi dasar pemeriksaan, serta dokumen-dokumen lain termasuk data
yang Anda kelola secara elektronik yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak.
3. Untuk pemeriksaan lapangan, wajib pajak memiliki kewajiban memberi
kesempatan untuk mengakses data dengan mengunduh data-data yang dikelola
secara elektronik.
4. Memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki ruang yang
dirasa perlu untuk diperiksa dan memberi bantuan-bantuan lain guna kelancaran
pemeriksaan pajak.
5. Memberikan tanggapan secara tertulis atas SPHP.
6. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik
khususnya untuk jenis ruang lingkup pemeriksaan pajak kantor.
7. Berkenan memberikan keterangan lainnya baik secara lisan maupun tulisan
yang diperlukan.
Setelah rangkaian pemeriksaan pajak dilakukan, maka wajib pajak akan
mendapatkan hasil dari pemeriksaan pajak. Dari hasil pemeriksaan pajak yang
dilakukan oleh Ditjen Pajak, maka akan diterbitkan surat ketetapan pajak yang isinya
atau yang dapat mengakibatkan adanya pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih
bayar, atau bahkan nihil.

Dari hasil pemeriksaan pajak tersebut, akan muncul jenis-jenis ketetapan yang
dikeluarkan Ditjen Pajak, antara lain:

• Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLKB).


• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
• Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

Penerbitan Surat Ketetapan Pasca


Pemeriksaan Pajak
kasus pemeriksaan pajak

jakarta, Rabu 25 Agustus 2015 – Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada hari
Rabu 25 November 2015 melanjutkan Persidangan kasus Tindak Pidana Pajak yang
didakwakan dilakukan oleh S selaku Direktur PT AJM. Persidangan kasus penyelewengan
pajak yang dilakukan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang dilakukan dengan
modus dengan sengaja tidak melaporkan seluruh penjualannya dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh ) Badan.

Pada persidangan sebelumnya yang digelar setiap hari Rabu, telah didengar
keterangan Saksi Pelapor dan beberapa Saksi dari pihak Bank tempat penampungan
uang hasil penjualan yang sebagian tidak dilaporkan dalam SPT. Patut dicatat adalah
keterangan Saksi Pelapor bahwa yang lebih mengetahui dan berperan dalam perkara ini
sebenarnya adalah Komisaris PT AJM, yaitu Sdr. G alias. KHC yang berkas perkaranya
secara terpisah sampai saat ini masih dinyatakan P-19 (belum lengkap) oleh Kejaksaan
Tinggi DKI Jakarta. Agenda Sidang Hari ini, Rabu 25 November 2015 menjadi penting
karena rencananya akan mendengarkan keterangan Saksi Sdr. E.S selaku konsultan yang
menyusun Laporan Keuangan dan SPT PPh Badan PT AJM. Dari keterangan Saksi E.S
inilah diharapkan akan dapat digali keterangan berdasarkan data apa yang bersangkutan
menyusun Laporan Keuangan dan SPT serta siapa yang memberikan perintah. Selain itu
juga diagendakan untuk mendengarkan keterangan Komisaris PT AJM sebagai Saksi serta
beberapa pembeli barang hasil produksi PT AJM, yang diharapkan akan tergali fakta
substansi transaksi uang yang masuk ke beberapa rekening baik atas nama PT AJM atau
atas nama pribadi G adalah uang pembelian barang produksi PT AJM atau untuk tujuan
lainnya.
LANJUTAN……..

Terdakwa S alias. OSK sebagai Direktur PT AJM bersama-sama dengan


Tersangka G alias KHC sebagai Komisaris diduga melakukan Tindak Pidana di
bidang Perpajakan melanggar Pasal 39 Ayat (1) huruf c UU Nomor 16 Tahun 2000
tentang perubahan kedua Undang-Undang Ketentuan umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) yaitu dengan sengaja menyampaikan SPT dan atau keterangan
yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan Negara. Modus dalam melakukan tindak Pidana di bidang
Perpajakan ini yaitu tidak melaporkan seluruh hasil penjualan PT AJM dalam kurun
waktu Tahun 2006 s.d 2007 sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan
Negara sekurangnya Rp. 15 Milyar yang dihitung dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Dalam Negeri (DN) yang seharusnya dipungut dari para pembeli PT AJM. Adapun PT
AJM adalah perusahaan industri besi dan baja yang pada awalnya didirikan dengan
investor asing yang berasal dari Tiongkok.
LANJUTAN………..

Adapun untuk Tersangka G alias KHC sebagai Komisaris penyidikannya masih


dalam tahap P-19 dan berkasnya sedang dilengkapi oleh Penyidik sesuai petunjuk
Jaksa, dan diupayakan dapat segera dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta. Salah satu kunci untuk membongkar kasus ini adalah dengan diberikannya ijin
membuka Kerahasiaan Bank melalui permintaan Menteri Keuangan kepada Gubernur
Bank Indonesia (sekarang oleh Otoritas Jasa Keuangan), sehingga Penyidik mempunyai
bahan bukti dan petunjuk adanya sebagian besar dari hasil Penjualan yang disetorkan
oleh para pembeli ke Rekening PT AJM dan sebagian besar lainnya disetorkan ke
Rekening atas nama pribadi Tersangka G alias KHC (sebagai Komisaris Perusahaan)
yang tidak dilaporkan dalam SPT PPh Badan PT AJM. Kanwil DJP Jakarta Khusus sedang
dan akan terus melakukan Penyidikan terhadap beberapa Wajib Pajak industri strategis
seperti besi baja dan lainnya yang diduga melakukan modus yang sama untuk
menyelewengkan Pajak yang seharusnya dibayar ke Kas Negara. Tindakan ini sekaligus
merupakan sinyal kuat bahwa pengamanan penerimaan Pajak pada umumnya dan
penegakan hukum di bidang perpajakan pada khususnya merupakan tugas bersama
yang harus didukung oleh seluruh instansi (dalam kasus ini Bank Indonesia, OJK,
Kepolisian RI dan Kejaksaan RI). Direktorat Jenderal Pajak dengan dukungan Kepolisian
RI, Kejaksaan RI serta instansi lainnya akan terus melakukan penegakan hukum di
Tahun 2015 yang sekaligus telah dicanangkan sebagai Tahun Pembinaan Wajib
Pajak.

Anda mungkin juga menyukai