Anda di halaman 1dari 7

Nama : Adinda Rahma Yulianti

NIM : 042011333104
Kelas : Perpajakan I – Kelas M

RESUME PERPAJAKAN I PERTEMUAN VII


(Penelitian, Pemeriksaan, dan Penyidikan Pajak)

A. PENELITIAN PAJAK
Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian
Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran
penulisan dan penghitungannya. Penelitian dilaksanakan atas :
1. Surat Pemberitahuan (SPT)
2. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang diajukan oleh wajib
pajak kriteria tertentu maupun wajib pajak persyaratan tertentu
 Jenis serta sanksi penelitian SPT Masa dan SPT Tahunan
o Penelitian Kelengkapan
Rangkaian kegiatan penelitian dimulai sejak SPT diterima oleh petugas penerima
di KPP atan Kapenpa berupa penelitian kelengkapan. Hasil dari penelitian
kelengkapan adalah SPT Lengkap atau tidak lengkap
o Penelitian Formal
(Penelitian Pengisian & Perhitungan Unsur-Unsur SPT), proses penelitian
dilanjutkan dengan penelitian formal berupa penelitian atas Pengisian &
Perhitungan Unsur-Unsur SPT yang dilakukan oleh editor dan Operator computer
dengan dukungan computer yang akan menghasilkan tiga kategori SPT, yaitu SPT
Banlance Murni, SPT Balance Tidak Murni, dan SPT Tidak Balance.

B. PEMERIKSAAN PAJAK
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, mrngumpulkan, dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
 Wewenang Dirjen pajak dalam melakukan pemeriksaan tertuang dalam Pasal 29 ayat (1)
UU KUP.

 Tujuan Pemeriksaan
a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketetntuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pemeriksaan dapat dilakukan, jika :
1) Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang
telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;
2) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi;
3) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang
telah ditetapkan;
4) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak;
5) ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan tidak
dipenuhi
b. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka :
1) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
2) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4) Wajib Pajak mengajukan keberatan;
5) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
6) Pencocokan data dan atau alat keterangan;
7) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
8) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
9) Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan untuk tujuan
lain selain nomor 1 sampai 8

 Jenis Pemeriksaan Pajak


o Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan
dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.
o Pemeriksaan Kriteria Seleksi
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang terpilih berdasarkan skor
risiko kepatuhan secara komputerisasi.
o Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan adanya
informasi, data, laporan atau pengaduan yang berkaitan dengannya serta untuk
memperoleh informasi atau data untuk tujuan tertentu.
o Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi
Pemeriksaan yang dilakukan atas cabang, perwakilan, pabrik, dan/atau tempau
usaha dari WP domisili.
o Pemeriksaan Tahun Berjalan
Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk
jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis pajak dan/atau untuk mengumpulkan
data dan keterangan untuk tujuan tertentu.
o Pemeriksaan Bukti Permulaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan
o Pemeriksaan Terintegrasi
Pemeriksaan terkoordinasi dari dua atau lebih unit pemeriksaan terhadap beberapa
Wajib Pajak yang memiliki hubungan kepemilikan, penguasaan, pengelolaan
usaha, dan finansial.
o Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak
Pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai harta Wajib
Pajak yang merupakan objek sita sehubungan dengan adanya tunggakan pajak
sesuai dengan UU PPSP.

 Output dari pemeriksaan


1. Ketetapan
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
- Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
- Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
2. Surat Tagihan Pajak (Tax Collection Letter)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan wajib pajak terkena sanksi administratif
3. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP)
4. Laporan Hasil Pemerikasaan (LHP)
Pemeriksaan untuk tujuan, berisi usulan diterima atau ditolaknya permohonan dari
wajib pajak

 Ruang Lingkup dan jangka waktu pemeriksaan


o Pemeriksaan Lapangan
- Meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan dan/atau
tahun-tahun sebelumnya untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak
- Dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap atau pemeriksaan sederhana
- Pemeriksaan lengkap dapat dilaksanakan paling lama 2 bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan (dihitung sejak tanggal surat perintah
pemeriksaan)
- Pemeriksaan sederhana lapangan dapat dilaksanakan paling lama 1 bulan dan
dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 bulan
o Pemeriksaan Kantor
- Meliputi suatu jenis pajak tertentu, baik tahun berjalan dan/atau tahun-tahun
sebelumnya yang dilaksanakan di Kantor Dirjen Pajak.
- Hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana
- Pemeriksaan sederhana kantor dapat dilaksanakan paling lama 4 bulan dan
dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 bulan (dihitung sejak Wajib Pajak
datang memenuhi surat penggilan)

 Tata cara pemeriksaan Pajak


1. Dilakukan oleh seorang pemeriksa atau lebih.
2. Bila Wajib Pajak atau kuasanya tidak ada, pemeriksaan ditunda dan tempatnya
disegel.
3. Bila Wajib Pajak atau kuasanya tidak memperlihatkan/meminjamkan buku, tidak
mengizinkan memasuki tempat tertentu dan memberikan keterangan yang
diperlukan maka Wajib Pajak harus menandatangani surat pernyataan penolakan
pemeriksaan (SP3).
4. Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan yang disetujui dibuatkan Laporan
Pemeriksaan Pajak (LP2) dan diterbitkan surat ketetapan pajak dan Surat Tagihan
Pajak sejauh tidak ada tindakan penyidikan.
5. Temuan dalam pemeriksaan lengkap yang tidak disetujui sebagian atau tidak
disetujui seluruhnya oleh Wajib Pajak maka dilakukan pembahasan akhir hasil
pemeriksaan (PAHP).
6. Laporan pemeriksaan akhir yang dibuat harus diberitahukan kepada Wajib Pajak,
dengan tujuan: konsekuensi dari sistem self assessment, bahan bagi Wajib Pajak
untuk mengajukan keberatan, bahan untuk Wajib Pajak melakukan penyesuaian
pembukuan.

 Metode pelaksanaan pemeriksaan pajak


1. Metode langsung
2. Metode tidak langsung

 Hak-hak Wajib Pajak dalam pemeriksaan


3. Meminta Surat Printah Pemeriksaan
4. Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa
5. Meminta perincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT
6. Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan

 Kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa


1. Memenuhi penggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu
yang ditentukan, khususnya untuk pemeriksaan kantor
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
WP, atau objek yang terutang pajak. (*khusus pemeriksaan lapangan, WP wajib
memberikan kesempatan untuj mengakses dan mengunduh data yang dikelola secara
elektronik)
3. Memberikan kesempatan untuk memasuki ruang yang dipandang perlu dan memberi
bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik
khususnya untuj jenis pememriksaan kantor
6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tertulis yang diperlukan

 Tata cara penyegelan dalam rangka pemeriksaan


Penyegelan dalam rangka pemeriksaan diatur dalam Pasal 30 UU KUP. Disrektur Jendral
Pajak berwenang untuk melakukan penyegelan tempat/ruangan tertentu apabila
1. Wajib Pajak tidak memberi kesempatan pemeriksa memasuki tempat/ruangan yang
dipandang perlu
2. Wajib Pajak tidak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
3. Wajib Pajak tidak berada di tempat pada saat pemeriksaan
4. Sebagai upaya pengamanan sebelum pemeriksaan dilakukan

C. PENYIDIKAN
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
 Dalam Pasal 43A ayat 1 UU KUP - informasi, data, laporan, dan pengaduan pemeriksaan
bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
 Bukti permulaan adalah keadaan dan/atau bukti-bukti baik berupa keterangan, tulisan,
perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberi petunjuk bahwa suatu tindak pidana
sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh WP yang dapat menimbulkan kerugian pada
negara.
 Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Pasal 38 dan 39 UU KUP)
 Tujuan Proses Penyidikan
Menemukan tersangka yang melakukan tindak pidana dalam perpajakan Dengan
dilakukanya penyidikan, barang bukti untuk menemukan tersangka diharapkan dapat
ditemukan untuk kemudian segera menjadi dasar dalam menetapkan tersangka.
 Wewenang Penyidik
1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan / laporan berkenaan
dengan tidak pidana di bidang perpajakan agar keterangan/laporan tersebut menjadi
lebih lengkap dan jelas
2. Meneliti, mencari, dan mnegumpulkan keterangan mengenai orang pribadi /
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi / badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan
4. Menerima buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang badan tentang perpajakan
5. Melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
6. Meminta tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang mneinggalkan ruangan / tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas,
benda,/dokumen yang dibawa
8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan
9. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi
10. Menghentikan penyidikan
11. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Penyidik dihentikan dalam hal :


1. Tidak terdapat cukup bukti
2. Peristiwanya bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan
3. Peristiwanya telah daluwarsa
4. Tersangkanya meninggal dunia
5. Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menkeu, Jaksa Agung
dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling lama
dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal surat permintaan

Anda mungkin juga menyukai