Anda di halaman 1dari 7

Nama : Adinda Rahma Yulianti

NIM : 042011333104
Kelas : Perpajakan I – Kelas M

RESUME PERPAJAKAN I PERTEMUAN II


(Teori Pemungutan Pajak. Pembagian dan Cara Pemungutan Pajak, Tarif-Tarif Pajak,
dan Utang-Utang Pajak)

A. AZAS PEMUNGUTAN PAJAK


Azas pemungutan pajak menurut berbagai ahli ekonomi
 Adam Smith
1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif
terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang
melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib
pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan
sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

B. TEORI-TEORI PEMBENARAN PEMUNGUTAN PAJAK


 Assurance Theory (Teori Asuransi)
Negara bertugas melindungi orang dan/atau warganya dengan segala kepentingan yaitu,
keselamatan dan keamanan jiwa dan harta bendanya.
 Theory of Interest (Teori Kepentingan)
Pembagian beban pajak kepada negara didasarkan pada kepentingan atau perlindungan
masing-masing orang.
 Purchasing Power Theory (Teori Daya Beli)
Fungsi pemungutan pajak adalah mengambil daya beli dari rumah tangga masyarakat
untuk rumah tangga negara, dan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk
memelihara kehidupan masyarakat.
 Bearing Power (Teori Daya Pikul)
Beban pajak untuk semua orang harus sama berantnya. Pajak harus dibayarkan sesuai
dengan daya pikul masing-masing orang. Pendekatan untuk mengukur ada dua yaitu
dengan unsur objektif (penghasilan/kekayaan yang dimiliki), dan unsur subjektif (besaran
kebitiran materiil yang harus dipenuhi).
 Absolute Obligation Theory (Teori Kewajiban Mutlak)
Menyatakan bahwa warga negara membayar pajak karena baknya kepada negara.

C. STELSES PAJAK
Stelsel pajak adalah sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk menghitung besaran
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.
 Stelsel Riil
Pemungutan pajak didasarkan pada objek atau penghasilan yang diperoleh sesungguhnya,
pemungutan baru dapat dilakukan saat akhir tahun karena penghasilan sesungguhnya baru
diketahui.
Kelebihan : Hasil yang didapatkan akan lebih akurat.
Kekurangan : Pajak baru dapat dibayarkan saat akhir tahun.
 Stelsel Fiktif
Pemungutan pajak didasarkan pada perkiraan oleh suatu undang-undang. Perkiraan yang
digunakan bergantung pada peraturan yang berlaku.
Kelebihan : Pajak yang dibayarkan berjalan selama satu tahun tanpa menunggu akhir
tahun.
Kekurangan : Pajak yang dibayarkan tidak akurat karena tidak berdasar keadaan
sesungguhnya.
 Stelsel Campuran
Kombinasi antara stelse riil dan fiktif. Cara perhitungan stelsel ini adalah pada awal tahun
besarnya pajak dihitung berdasarkan stelsel fiktif, kemudian di akhir tahun besarnya
diperhitungkan dari penghasilan sebenarnya. Jika perhitungan pajak riil lebih besar
daripada pajak fiktif, maka wajib pajak harus menambah pembayaran. Jika terjadi
sebaliknya, maka wajib pajak dapat meminta kembali kelebihannya (direstuitusi).
Kelebihan : Pemungutan pajak sudah dapat dilakukan pada awal tahun dan besaran
pajak yang dipungut sesuai dengan besar pajak terutang
Kekurangan : Perhitungan dilakukan dua kali (awal dan akhir tahun)
D. KLASIFIKASI PAJAK
 Berdasarkan Lembaga Pemungutnya (tax collector authority)
1. Pajak yang dikelola pemerintah pusat, pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat
melalui Direktorat Jenderal Pajak dan hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin negara dan pembangunan. Pemasukan dari pajak ini juga akan
digunakan dalam pengelolaan APBN.
 Bea materai
 Pajak penjualan atas barang mewah
 pajak penghasilan
 Pajak Peratambahan Nilai (PPN)
 PBB perkebunan, kehutanan, tambang

2. Pajak yang dikelola pemerintah daerah, Merupakan pajak yang dipungit dan
dikelola oleh pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Pemasukan dari pajak ini akan digunakan untuk membiayai belanja pemerintah daerah
(APBD).
Provinsi : Kabupaten/kota :
 Pajak bahan bakar  Pajak hotel  Pajak parkir
 Pajak kendaraan  Pajak restoran  Pajak air sol
bermotor  Pajak hiburan  Pajak sarang burung walet
 Bea balik nama  Pajak iklan  PBB pedesaan dan
kendaraan bermotor  Pajak penerangan umum perkotaan
 Permukaan Air  Pajak material nonlogam  Bea perolehan tanah dan
 Pajak Rokok dan batu bangunan

 Berdasarkan Cara Pemungutannya (can be transfered/not)


1. Pajak langsung, pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang
bersengkutan dan tidak dapat dialihkan ke orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak kendaraan
Bermotor.
2. Pajak tidak langsung, pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser ke pihak lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak bea masuk, Pajak ekspor.
 Berdasarkan sifatnya (nature)
1. Pajak Subjektif, pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan Pajak Objektif
sebaliknya yaitu pajak yang berpangkal pada objek.
Contoh : Anggota keluarga (subjek)
Aset, penghasilan, dan pengeluaran (objek)
2. Pajak Objektif, pajak yang memperhatikan nilai dari suatu objek pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

E. JENIS TARIF PAJAK


 Tarif tetap (Fixed) / Regresif
Tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajaknya. Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tariff pajak yang selalu tetap
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Contoh : Bea Materai
 Tarif Proporsional (Proportional)
Tarif pajak yang persentasenya tetap meskipun terjadi peruabahan terhadap dasar
pengenaan pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%)
 Tarif Progresif (Progresive)
Tarif pungutan pajak yang persentasenya akan naik sebanding dengan dasar pengenaan
pajaknya. Contoh : PPh. Tarif pajak progresif dibagi lagi menjadi 3 yaitu :
1. Progresif-Proporsional
Jenis tarif progresif yang kenaikan persentasenya tetap.
Contoh : 10%, 15%, 20%, naik secara konstan 5%
2. Progresif-Progresif
Jenis tarif progresif yang kenaikan persentasenya akan naik sebanding dengan dasar
pengenaan pajaknya.
Contoh : 10%, 15%, 25%, 40%, kenaikannya 5%, 10%, 15%
3. Progresif-Degresif
Jenis tarif progresif yang kenaikan persentasenya semakin menurun.
Contoh : 10%, 25%, 35%, perbedaannya kenaikannya 15%, 10%
 Tarif Degresif (Degresive)
Tarif pajak yang persentasenya akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya
meningkat. Tarif pajak degresif dibagi lagi menjadi 3 yaitu :
1. Degresif-Proporsional
Jenis tarif degresif yang kenaikan persentasenya tetap.
2. Degresif-Progresif
Jenis tariff degresif yang penurunan persentase tarifnya semakin besar.
3. Degresif-Degresif
Jenis tarif degresif yang penurunan persentase tarifnya semakin kecil.

F. PENGERTIAN UTANG PAJAK, TIMBUL DAN BERAKHIRNYA PAJAK


Utang pajak adalah pajak yang harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga,
denda, atau kenaikan yang tercantum dalam sutar ketetapan pajak atau surat sebenisnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 angka 8 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000).
 Timbulnya Utang Pajak
Utang pajak dapat timbul apabila ada peraturan yang mendasari dan telah terpenuhinya
suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang terdiri dari keadaan atau peristiwa tertentu.
Ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak :
1. Ajaran Formil, yaitu utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh fiskus.
2. Ajaran Materiil, yaitu utang pajak timbul jika ada sesuatu yang menyebabkan
(tatbestand) yang dapat menimbulkan utang pajak adalah sebagai berikut :
 Perbuatan-perbuatan, Contoh : pengusaha melakukan impor barang
 Keasaan-keadaan, Contoh : memiliki harta bergerak dan harta tidak bergerak
 Peristiwa, Contoh : mendapat hadiah undian
 Berakhirnya Utang Pajak
1. Pembayaran / Pelunasan
Pembayaran / pelunasan pajak dapat dilakukan Wajib Pajak dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen lain yang dipersamakan.
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam tahun pajak yang
sama, misalnya antara kelebihan pembayaran PPh dengan kekurangan pembayaran
PPN, ataupun antara jenis pajak yang sama dalam tahun yang berbeda.
3. Penghapusan Utang
Penghapusan Utang pajak dilakukan karena kondisi dari Wajib Pajak yang
bersangkutan.Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak dapat atau
tidak mungkin ditagih lagi dengan beberapa alasan seperti yang diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.03/2012, yaitu :
a) Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan
dan tidak mempunyai ahli waris
b) Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.
4. Daluwarsa
Daluwarsa Utang pajak terjadi karena terlampaunya waktu penetapan pajak (penertiban
surat ketetapan pajak) maupun karena lampaunya waktu proses penagihan pajak.
5. Pembebasan
Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Misal
dalam rangka meningkatkan penanaman modal maka pemerintah memberikan
pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau pembebasan pajak di wilayah-
wilayah tertentu.

G. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK


 Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah (FISKUS)
untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.
 Semiself Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang menentukan besaran pajak
terutang kepada dua pihak yaitu wajib pajak (saat awal tahun) san fiskus (saat akhir tahun).
 Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besaran pajak terutang.
 With Holding System
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus
dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh
wajib pajak.

H. CARA PEMUNGUTAN PAJAK


 Prinsip pemungutan pajak
a) Asas Sumber (Source)
Asas ini mendasarkan pengenaan pajak pada tempat dimana sumber itu berada seperti
adanya suatu perusahaan, kekayaan atau tempat kegiatan di suatu negara.
b) Asas Kebangsaan (Nationality)
Asas ini mendasarkan pengenaan pajak seseorang atau badaan pada status
kewarganegaraannya.
c) Asas Domisili (Domicile)
Asas ini mendasarkan pengenaan pajak seseorang atau badan berdasarkan tempat
dimana ia tinggal tanpa memandang kewarganegaraannya. Bagi negara yang menganut
asas ini, sistem pengenaan pajak terhadap penduduknya akan menggabungkan asas
domisili dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di
negara tersebut maupun luar negeri.

 Prinsip di seluruh dunia


Prinsip Pajak Domestik – Tidak membedakan sumbernya
Prinsip Pajak Asing – Berdasarkan sumbernya

Anda mungkin juga menyukai