NIM : 042011333104
Kelas : Perpajakan I – Kelas M
C. STELSES PAJAK
Stelsel pajak adalah sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk menghitung besaran
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.
Stelsel Riil
Pemungutan pajak didasarkan pada objek atau penghasilan yang diperoleh sesungguhnya,
pemungutan baru dapat dilakukan saat akhir tahun karena penghasilan sesungguhnya baru
diketahui.
Kelebihan : Hasil yang didapatkan akan lebih akurat.
Kekurangan : Pajak baru dapat dibayarkan saat akhir tahun.
Stelsel Fiktif
Pemungutan pajak didasarkan pada perkiraan oleh suatu undang-undang. Perkiraan yang
digunakan bergantung pada peraturan yang berlaku.
Kelebihan : Pajak yang dibayarkan berjalan selama satu tahun tanpa menunggu akhir
tahun.
Kekurangan : Pajak yang dibayarkan tidak akurat karena tidak berdasar keadaan
sesungguhnya.
Stelsel Campuran
Kombinasi antara stelse riil dan fiktif. Cara perhitungan stelsel ini adalah pada awal tahun
besarnya pajak dihitung berdasarkan stelsel fiktif, kemudian di akhir tahun besarnya
diperhitungkan dari penghasilan sebenarnya. Jika perhitungan pajak riil lebih besar
daripada pajak fiktif, maka wajib pajak harus menambah pembayaran. Jika terjadi
sebaliknya, maka wajib pajak dapat meminta kembali kelebihannya (direstuitusi).
Kelebihan : Pemungutan pajak sudah dapat dilakukan pada awal tahun dan besaran
pajak yang dipungut sesuai dengan besar pajak terutang
Kekurangan : Perhitungan dilakukan dua kali (awal dan akhir tahun)
D. KLASIFIKASI PAJAK
Berdasarkan Lembaga Pemungutnya (tax collector authority)
1. Pajak yang dikelola pemerintah pusat, pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat
melalui Direktorat Jenderal Pajak dan hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin negara dan pembangunan. Pemasukan dari pajak ini juga akan
digunakan dalam pengelolaan APBN.
Bea materai
Pajak penjualan atas barang mewah
pajak penghasilan
Pajak Peratambahan Nilai (PPN)
PBB perkebunan, kehutanan, tambang
2. Pajak yang dikelola pemerintah daerah, Merupakan pajak yang dipungit dan
dikelola oleh pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Pemasukan dari pajak ini akan digunakan untuk membiayai belanja pemerintah daerah
(APBD).
Provinsi : Kabupaten/kota :
Pajak bahan bakar Pajak hotel Pajak parkir
Pajak kendaraan Pajak restoran Pajak air sol
bermotor Pajak hiburan Pajak sarang burung walet
Bea balik nama Pajak iklan PBB pedesaan dan
kendaraan bermotor Pajak penerangan umum perkotaan
Permukaan Air Pajak material nonlogam Bea perolehan tanah dan
Pajak Rokok dan batu bangunan