Anda di halaman 1dari 10

PAPER PEMERIKSAAN & PENAGIHAN PAJAK

JENIS & KRITERIA PEMERIKSAAN PAJAK, HAK & WEWENANG PEMERIKSA,


HAK & WEWENANG KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM PEMERIKSAAN

OLEH:
FRANSISKA FEBRIANTI PASO PANDE (202034121001)
DESAK NYOMAN DIAH AGUSTIANI (202034121005)
ANAK AGUNG MADE DIAN OKTAVIANTI (202034121017)
NI DESAK MADE AYU CANDRA ASTITI (202034121018)
NI PUTU AYU CANDRA APSARI DEWI (202034121028)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI PERPAJAKAN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pemeriksaan pajak merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan self
assessment system yang diterapkan didalam sistem perpajakan di Indonesia. “Pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.” (Mardiasmo, 2009:50). Tata cara pemungutan dengan self assessment system
berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak
dilakukan pada saat untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, seperti bila
wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan lebih bayar, menyampaikan
SPT yang menyatakan rugi, tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi melampaui
jangka waktu dalam surat teguran, melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya,
menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis 17 risiko
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan.

Dengan dilakukannya pemeriksaan pajak DJP dapat mengetahui seberapa banyak


wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya. Keterbukaan Wajib Pajak
terhadap pemeriksa pajak sangatlah berpengaruh supaya pemeriksaan berjalan dengan lancar,
Tapi kenyataanya Wajib Pajak tidak bersedia atau keberatan apabila dilakukan pemeriksaan
dan Wajib Pajak berusaha menghindar apabila petugas pemeriksa pajak berada dikantor atau
tempat Wajib Pajak menjalankan usahanya, Segala tindakan kebohongan atau tidak
kepatuhan akan dilakukan Wajib Pajak supaya pemeriksaan tidak berjalan kepadanya,
padahal pemeriksaan bukanlah untuk mencari kesalahan Wajib Pajak, melainkan
membimbing Wajib Pajak apabila ditemukan kesalahan, disini bisa kita tanggapi adanya
hubungan ketidak keterbukaan antara wajib pajak terhadap pemeriksa pajak ketika dilakukan
pemeriksa pajak
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis jenis pemeriksaan pajak?
2. Bagaimana kriteria pemeriksaan pajak?
3. Apa saja hak dan kewajiban pemeriksa?
4. Apa saja hak dan kewajiban wajib pajak dalam pemeriksaan?
3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa saja jenis pemeriksaan
2. Mengetahui bagaimana kriteria pemeriksa pajak
3. Mengetahui apa saja hak dan kewajiban pemeriksa
4. Mengetahui apa saja hak dan kewajiban wajib pajak dalam pemeriksaan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat
dilakukan dengan 2 (dua) jenis pemeriksaan yaitu:
1. Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal Wajib
Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, lokasi Objek
Pajak atau tempat kedudukan Subjek Pajak atau Wajib Pajak untuk pemeriksaan
PBB atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.
2. Pemeriksaan Kantor Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak (DJP).
2. Kriteria Pemeriksaan
Terdapat 2 (dua) kriteria yang menjadi alasan dilakukannya pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yaitu:
1. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau
pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Pemeriksaan Rutin merupakan
pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang diwajibkan oleh Undang-
Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) atau yang dapat dilakukan oleh
Dirjen Pajak (berdasarkan skala prioritas) sehubungan dengan pengujian
pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
Pemeriksaan Rutin ini dapat menggunakan jenis pemeriksaan kantor maupun
lapangan.
2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan pajak yang dapat dilakukan berdasarkan keterangan lain
berupa data konkret (audit based on data) atau Analisis risiko (risk based audit).
Ruang lingkup pemeriksaan Khusus berdasarkan keterangan lain berupa data
konkret hanya meliputi satu jenis pajak sedangkan Pemeriksaan Khusus
berdasarkan analisis risiko atau analisis IDLP dibagi menjadi Pemeriksaan Khusus
satu (Single tax) atau beberapa jenis pajak. Pemeriksaan khusus berdasarkan
keterangan lain berupa data konkret ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan
kantor. Sedangkan, pemeriksaan khusus yang didasari oleh analisis risiko
dilakukan dengan jenis pemeriksaan pajak.
3. Hak dan Kewajiban Pemeriksa Pajak
Kewajiban dan kewenangan pemeriksa pajak dalam suatu pemeriksaan pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 dan 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2021 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Di Bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Serta Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan.
Hak Pemeriksa Pajak
Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib:
1. menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Wajib Pajak
dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor dalam hal Pemeriksaan dilakukan
dengan jenis Pemeriksaan Kantor;
2. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kepada Wajib Pajak
pada waktu melakukan Pemeriksaan;
3. memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak kepada Wajib
Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
4. melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak dalam rangka memberikan penjelasan
mengenai:
a. alasan dan tujuan Pemeriksaan;
b. hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan
Pemeriksaan;
c. hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil
Pemeriksaan yang terbatas pada dasar hukum koreksi yang belum disepakati
antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan, kecuali untuk Pemeriksaan atas data konkret yang
dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3); dan
d. kewajiban dari Wajib Pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan,
dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan
dokumen lainnya, yang dipinjam dari Wajib Pajak;
5. menuangkan hasil pertemuan sebagaimana dimaksud pada huruf d dalam berita
acara pertemuan dengan Wajib Pajak;
6. menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak;
7. memberikan hak untuk hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;
8. menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
9. melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dengan menyampaikan saran secara tertulis;
10. mengembalikan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak; dan
11. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.
Kewenangan Pemeriksa Pajak
Kewenangan pemeriksa pajak dalam pemeriksaan lapangan. Dalam melakukan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis
Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak berwenang:
1. melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak;
2. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
3. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak
bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,
uang dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
pajak;
4. meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran
Pemeriksaan, antara lain berupa:
a. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila
dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan
dan/atau keahlian khusus;
b. memberikan bantuan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang
bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau
c. menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan
dalam hal Pemeriksaan dilakukan di tempat Wajib Pajak;
5. melakukan Penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau
tidak bergerak;
6. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan
7. meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit
pelaksana Pemeriksaan.
Kewenangan Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Kantor. Dalam melakukan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis
Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak berwenang:
1. memanggil Wajib Pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan
menggunakan Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor;
2. melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara
elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;c. meminta kepada
Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
3. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;
4. meminjam KKP yang dibuat oleh akuntan publik melalui Wajib Pajak; dan
5. meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit
pelaksana Pemeriksaan.
4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan
Pada dasarnya, ketentuan tentang hak dan kewajiban untuk wajib pajak pada proses
pemeriksaan tercantum dalam Pasal 13 dan 14 Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No.17/PMK.03/2013 mengenai Tata Cara Pemeriksaan yang sudah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan No.18/PMK.03/2015 (PMK 184/2015). PMK 184/2015 ini lalu diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK/03/2021 (PMK 18/2021) yang merupakan
aturan pelaksana UU Cipta Kerja.

Pada proses pemeriksaan, wajib pajak memiliki hak terhadap hal-hal berikut,

1. Wajib pajak pajak memiliki hak meminta pemeriksa pajak untuk


a. memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan Surat Perintah
Pemeriksaan (SP2),
b. memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan;
c. memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa apabila
susunan keanggotaan mengalami perubahan; dan
d. memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.
2. Wajib pajak memiliki hak menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP).
3. Wajib pajak memiliki hak untuk menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan
bersama dengan pemeriksa pada waktu yang telah ditentukan.
4. wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan permohonan quality assurance
pemeriksaan dalam hal belum disepakati dasar hukum koreksi pemeriksaan, kecuali
untuk pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan
jenis Pemeriksaan Kantor.
5. wajib pajak memiliki hak untuk memberikan pendapat atau penilaian terhadap
pelaksanaan pemeriksaan melalui pemeriksaan kuesioner pemeriksaan.

Sementara, kewajiban wajib pajak dalam pemeriksaan dibagi dua kategori berdasarkan pada
jenis pemeriksaan yang dilakukan.
Jika pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan lapangan, wajib pajak berkewajiban
untuk:

1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang


menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek
yang terutang pajak;
2. Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola
secara elektronik;
3. Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang
bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk
menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak serta meminjamkannya kepada pemeriksa pajak;
4. Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa: (i) menyediakan
tenaga dan/atau peralatan atas biaya wajib pajak apabila dalam mengakses data yang
dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus; (ii)
memberikan bantuan kepada pemeriksa pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau
tidak bergerak; dan/atau (iii) menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya
Pemeriksaan Lapangan dalam hal Pemeriksaan dilakukan di tempat wajib pajak;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Ketika pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan kantor, wajib pajak memiliki
kewajiban terhadap hal-hal berikut:

1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu


yang ditentukan;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak;
3. Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan (KKP) yang dibuat oleh akuntan publik; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
BAB III
SIMPULAN
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah
data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Selain itu juga memiliki Hak dan kewajiban untuk mengetahui seberapa banyak
wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya. Keterbukaan Wajib Pajak
terhadap pemeriksa pajak sangatlah berpengaruh supaya pemeriksaan berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
https://ortax.org/kenali-ruang-lingkup-jenis-dan-kriteria-pemeriksaan-pengujian-
kepatuhan-pajak
https://www.pajakku.com/forum-topic/60674f0aecd34d132d38317b/Kewajiban-dan-
Kewenangan-Pemeriksa-Pajak
https://news.ddtc.co.id/memahami-hak-dan-kewajiban-wajib-pajak-dalam-proses-
pemeriksaan-28208

Anda mungkin juga menyukai