Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AIK V

“Keluarga Sakinah Menurut Islam”

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Abbas, Lc., MA

Oleh :

KELOMPOK I

Andi Khaerun Nisa 105731126218

Muh. Arisaldi 105731126318

Nurwinda 105731126418

AK18G

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Keluarga Sakinah
Menurut Islam” sebagai tugas dari mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan V.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, demi perbaikan
makalah yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi


pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih.

Makassar, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Konsep Keluarga Sakinah...........................................................................3
B. Hak dan Kewajiban dalam Keluarga Sakinah.............................................8
C. Pembinaan Keluarga Sakinah....................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
pengertian dan tujuan perkawinan terdapat dalam 1 Pasal yaitu bab 1 Pasal 1
menetapkan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah
tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah
membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
Sebuah masyarakat di negara manapun adalah kumpulan dari beberapa
keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh.
Namun apabila rapuh, maka rapulah masyarakat. Menikah memang tidaklah
sulit, tetapi membangun keluarga sakinah bukan sesuatu yang mudah.
Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang
merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Demikian juga
membangun keluarga sakinah, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep
tentang keluarga sakinah.
Al-Quran membangun sebuah keluarga yang sakinah dan kuat untuk
membentuk suatu tatanan masyarakat yang memelihara aturan-aturan Allah
dalam kehidupan. Aturan yang ditawarkan oleh Islam menjamin terbinanya
keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang dikandunginya, serta
keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia. Hal demikianlah yang
mendasari kami menulis makalah ini. Pada makalah ini akan diuraikan tentang
keluarga sakinah, dan konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah
berdasarkan Al-Quran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep keluarga sakinah?
2. Bagaimana hak dan kewajiban dalam keluarga sakinah?

1
3. Bagaimana pembinaan keluarga sakinah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami konsep keluarga sakinah.
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban dalam keluarga sakinah.
3. Untuk memahami pembinaan keluarga sakinah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga Sakinah


1. Pengertian keluarga sakinah
a. Keluarga
Keluarga Sakinah terdiri dari dua kata, keluarga dan sakinah.
Keluarga berasal dari bahasa Indonesia, sedangkan sakinah berasal dari
bahasa Arab. Keuarga dimaknai orang seisi rumah.
Bentuk tanggung jwab keluarga tidak harus diwujudkan dalam bentuk
tinggal bersama dalam satu rumah. Sebagai bangunan yang berbentuk
semi extended family, keluarga sakinah akan menjadi lembaga materil
ataupun immateril, yaitu kemiskinan, keretakan keluarga dekadensi
moral, dan lain sebagainya.
‘’Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka’’ (Qs. Surah at-Tabri (66):6).
b. Sakinah

Sakinah dalam bahasa Arab, berasal dari sakana-yaskunu-sukunan.


Artinya tenang, senang, diam, tidak bergerak, tenang seelah
bergejolak, menempati rumah, memakai tanda sukun. As-sakinah yang
berarti ketenangan, kemuliaan, dan kehormatan.

Kemudian Allah menurunkan sakinah-nyakepada rasu-Nya


dankepada orang-oeang beriman. Dan Allah menurunkan bala tentara
yang kamu tiada melihatnya. Dan Allah menimpahkan bencana
kepada orang-orang kafir. Demikianlah pembahalasan kepada orang-
orang yang kafir (Qs. At-Taubah (9):26).

Makna dari sakinah dalam ayat-ayat Al-Quran maupun hadist


mengisyaratkan bahwa secara etimologis kata sakinahmemuat
pengertian meniadakan sikap ketergesa-gesaan. Kondisi sakinah tisak

3
hadir begitu saja. Tetapi harus diusahakan dan diperjuangkan dengan
sabar dan tenang. Suami istri saling memberdayakan baik secara
psikologis maupun spiritual, agar terwujud keluarga sakinah.

c. Keluarga Sakinah

Munculnya istilah keluarga sakinah merupakan penjabaran firman


Allah dalam surah ar-Rum (30);21, yang menyataka bahwa tujuan
berumah tangga atau berkeluarga adalah untuk mewujudkan
ketentaraman atau ketenangan dengan dasar mawaddah wa rohmah
(saling mencintai dan penuh kasih sayang).

Dan di antara tanda tanda kekuasaan-Nya ialh dia menciptakan


istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan mereka
tentram kepadanya dan jadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar sampai tanda-
tanda bagi kaum yang kafir (Qs. Ar-Rum (30):21).

Keluarga sakinah dapat didefinisikan sebagai ‘’bangunan keluarga


yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat dikantor
Urusan Agama yang dilandasi rasa saling menyayangi dan menghargai
dengan penuh rasa tanggung jawab dalam menghadirkan suasana
kedamaian,ketentraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
yang di ridhoi Allah SWT.

1) Landasan terbentuknya keluarga sakinah


Keluarga sakinah dibentuk berdasarkan pada tauhid, yaitu
adanya kesadaran bahwa semua proses dan keadaan kehidupan
kekeluargaan harus berpusat pada Allah SWT. Semua
kepemmilikan berasal dari Allah SWT.
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada
didalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya aah akan
mengampumpuni siapa yang dikehendakinya dan menyiksa siapa

4
yang dikehendaki-Nya dan allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
(Qs. Al-Baqarah (2):284)
Tauhid sebagai landasan pembentukan keluarga sakinah
tercermin dalam tauhid rubuniah, mulkiah, dan tauhid uuhiah yang
merupakan esensi ajaran tauhid yang ada daam surah al-Fatihah.
2) Asas keluarga sakinah
Dalam membangun keluarga sakinah perlu dilandaskan pada 5
asas yaitu:
 Asas karamah insaniyah
 Asas hubungan kesetaraan
 Asas keadilan
 Asas mawaddah wa rohmah (kasih sayang)
 Asas pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia akhirat

Kelima kebutuhan dasar tersebut dalam konsep keluarga


sakinah disimpulkan menjadi lima kebutuhan pokok manusia yang
harus terpenuhi dalam keluarga

 Kebutuhan spiritual
 Kebutuhan pendidikan
 Kebutuhan ekonomi
 Kebutuhan hubungan sosial
 Kebutuhan kesehatan dan pengelolaan lingkungan
3) Tujuan pembentukan keluarga sakinah
Pada prinsipnya terdapat dua tujuan utama pembentukan
keluarga sakinah yang terkait dengan eksistensi kemanusiaan dan
kemasyrakaan. Kedua tujuan tersebut merupakan sarana
terealisasinya misi utama kehadiran manusia di sunia yaitu misi
ubudiah dan kekhalifahan. Kedua tujuan utama itu adalah
mewujudkan insan bertakwa dan masyarakat berkemajuan.
 Mewujudkan insan bertaqwa
 Mewujudkan masyarakat yang berkemajuan

5
4) Fungsi keluarga sakinah
Keluarga skainah memiliki kedudukan strategis dalam
kehidupan kemanusiaan. Ia memiliki fungsi utama yang tidak
dapat digantikan oleh intruksi sosial lainnya. Keluarga sakinah
memiliki berbagai macam fungsi yaitu fungsi keagamaan, fungsi
biologis dan reproduksi, fungsi penyemaian peradaban, fungsi
cinta kasih ,fungsi perlindungan, fungsi kemasyarakatan, fungsi
pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi pembinaan lingkungan, fungsi
rekreasi, internalisasii nilai-nilai keislaman dan kaderisasi.
 Fungsi keagamaan
Fungsi ini mendorong keluarga agar dapat menjadi wahana
pebinaan kehidupan beragama yaitu, beriman, bertaqwa, dan
berahlak. Keluarga berfungsi sebagai tempat menanamkan
keyakinan beragama serta mengmalkan dan membiasakan
praktik keberagaman.
 Fungsi biologis dan reproduksi
Tugas biologis lainnya adalah terkait dengan fungsi reproduksi
agar dapat menerapkan cara hidup sehat dan memperhatiakan
kesehatan reproduksi unuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak serta penyiapan kehidupan berkeluarga
bagi para remaja serta pelibatan laki-lakji dalam tanggung
jawab reproduksi.
 Fungsi peradaban
Fungsi ini menempatkan keluarga menjadi wahana pembinaan
dan persemaian nilai-nilai peradaban atas budaa yang luhur
dengan dijiwai spirit keislaman.
 Fungsi cinta kasih
Fungis cinta kasih atau mawaddah warahmah. Menempatkan
keluarga sebagai wahana interaksi dan membangun ikatan batin
sebagai bentuk cinta kasih diantara anggota keluarga.
 Fungsi perlindungan

6
Fungsi ini menempatkan keluarga sebagai wahana untuk
memberikan perlindungan fisik, mental mauoun moral.
 Fungsi kemasyaraktan
Fungsi ini menempatkan keluarga sebagai wahana pengembang
nilai-nilai kemasyarakatan dan mengantarkan anggota keluarga
agar dapat hidup humoris dan aktif dalamkehidupan sosial
kemasyarakatan yang lebih luas.
 Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan menempakan keluarga sebagai tempat
melakukan pendidikan secara holistik yang mencakup
pendidikan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual.
 Fungsi ekonomi
Menempakan keluaga sebagai wahana untuk mengembangkan
kemampuan anggota keluarga dan kemasyarakatan secara
efektif dan efisien, baik kebutuhuan kekinian maupun
kebutuhan dimasa yang akan datang.
 Fungsi pelestarian lingkungan
Menempatkan keluarga sebagai wahana utnuk mewujudkan
lingkungan yang bersih, sehat, indah, nyaman dan proktif.
2. Pernikahan sebagai Pijakan Pembinaan Keluarga Sakinah
a. Pemiihan calon suami
Perempuan dikawini karena empat perkara,yaitu karena kekayaannya,
pangkatnya (status sosialnya) kecantikannya dan kekuatan agamanya.
Pilihlah permpuan yang kuat agamanya maka kamu pasti beruntung
(HR.al-bukhari dari Abu hurairah)”
Secara eksplisit nabi SAW menyatakan bahwa pertimbangan
utama dalam memilih pasangan, baik calon istri maupun calon suami
ialah Agamanya. Pernikahan yang seagama dapat melancarkan
perjalanan kehidupan berkeluarga.
b. Peminangan

7
Tiga hal yang bersifat fundamental perlu dibangun dalam setiap
interaksi laki-laki perempuan sebagai calon pasangan.
1) Upaya perpektif secara personal, dalam arti sebuah kesadaran diri
laki-laki atau perempuan untuk menjaga kesucian diri.
2) Upaya prevektif yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
dalam arti saling menghormati dan menjaga kesucian diri dari
interaksi yang tidak sehat dan mengarah pada perbuatan yang
mendekati perzinahan.
3) Masa ta’aruf merupakan masa terjadinya proses saling kenal antar
calon pasangan, agar dapat memahami kelebihan dan kekurangan,
asing masing pasangan.
c. Hakikat pernikahan dalam Islam
Perkawinan merupakan suatu hal yang sangan paling penting
dalam kehidupan manusia, karena dengan jalan perkawinan yang sah.
Pergaulan antara laki-laki dan perempuan menjai terhormat, sesuai
dengan kedudukan manusia sebagai makluk yang paling mulia.

B. Hak dan Kewajiban dalam Keluarga Sakinah


Keluarga adalah institusi sosial terkecil yang di dalamnya terdapat anggota
keluarga, yaitu suami, istri, dan anak. Tentunya masing-masing anggota
keluarga memilki kewajiban untuk memenuhi hak anggota keluarga lainnya.
Pemenuhan hak dan kewajiban dalam keluarga dapat menimbulkan suasana
yang nyaman, diperlukan adanya pola hubungan antar anggota keluarga yang
didasarkan kepada nilai kesetaraan manusia.
Pola hubungan tersebut akan mendorong munculnya pola komunikasi
yang setara antar-anggota keluarga. Komunikasi yang setara adalah
komunikasi yang dilakukan dengan cara saling pengertian, penghargaan, dan
penghormatan antar keluarga. Sehingga nilai kesetaraan benar-benar dirasakan
dan dapat mewujudkan keluarga yang Sakinah.
1. Hak dan Kewajiban Suami dan Istri

8
Salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun keluarga
sakinah adalah terpenuhinya kewajiban dan hak suami istri dalam hidup
berkeluarga yang dilakukan dengan cara mu’asyarah bil-ma’ruf. Dengan
dilaksanakan akad nikah antara calon suami dan istri, akan terjalin
hubungan suami-istri yang sah.
Di samping suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban masing-
masing, keduanya juga harus memperhatikan hal-hal penting yang
berkaitan erat dengan kewajiban suami-istri dalam berumah tangga yaitu:
Pertama, suami-istri harus saling setia dan memegang teguh tujuan
perkawinan. Kedua, suami istri harus saling menghargai, menghormati,
mempercayai dan berlaku jujur dengan yang lain. Sehingga terciptanya
komunikasi yang baik dalam keluarga.
Di samping mempunyai kewajiban bersama, suami dan istri dalam
berumah tangga tentunya memiliki hak bersama di antara keduanya.
Pertama, suami dan istri halal bergaul dan masing-masing dapat
memperoleh kesenangan satu sama lain atas karunia Allah. Kedua,
terjadinya hubungan waris-mewarisi atas peninggalan suami dan istri.
Suami berhak mewarisi peninggalan istri dan begitu juga sebaliknya.
Seorang suami berkewajiban untuk memberi nafkah dan bergaul secara
mu’asyarah bil ma’ruf. Kewajiban suami memberi nafkah kepada istri
sebagai pertimbangan fungsi reproduksi perempuan. Hal itu merupakan
pemahaman yang tertuang dalam Al-Qur’an surah an-Nisa’ (4): 34, al-
Baqarah (2): 233, dan al-Ahqaf (46): 5.
Kewajiban mu’asyarah bil ma’ruf merupakan pengamalan surah an-
Nisa’ (4): 19. Pergaulan yang baik dan sopan merupakan salah satu unsur
kebahagiaan rumah tangga. Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman: “dan bergaullah dengan mereka secara baik, kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena kamu mugkin
tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” (QS. an-Nisa’ (4): 19)

9
Selain suami, seorang istri juga mempunyai kewajiban terhadap
suaminya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis
antara suami dan istri, Islam telah memberikan tuntunan dengan
menetapkan kewajiban yang secara timbal balik diantara keduanya.
Sebagaimana Allah Swt berfirman: “Mereka para istri memiliki hak
yang seimbang dengan kewajibannya yang makhruf.” (QS. al-Baqarah (2):
228). Hal ini bertujuan agar mereka saling melegkapi dalam kekurangan
berumah tangga.
2. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak dan Kewajiban Anak Terhadap
Orang Tua
Anak adalah bagian kehidupan dalam keluarga. Anak adalah buah
hubungan cinta dan kasih sayang dari suami dan istri. Anak juga
merupakan amanat dari Allah kepada orang tua untuk dirawat diasuh,
dibimbing, dan diajarkan agar menjadi orang yang sholeh.
Seorang anak juga memiliki hak yang harus dipenuhi oleh kedua orang
tuanya. Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) disebutkan bahwa hak anak
yang harus dipenuhi meliputi right of survival and develop (hak untuk
hidup dan kelangsungan hidup), the best interes of child (kepentingan
yang terbaik bagi anak), dan recognition for free expression and
perticipation (penghargaan terhadap pendapat anak) dan non
discrimination (tidak didiskriminasi).
Kewajiban orang tua kepada anak diarahkan kepada pengembangan
potensi anak secara optimal, baik secara fisik, psikis, dan spiritual. Anak
dipandang sebagai generasi penerus yang akan menerima nilai dan warisan
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat pada umumnya. Sehingga perlu
sekali persiapan yang matang dari kedua orang tua untuk mendidik dan
merawatnya sejak kecil. Hal ini bertujuan agar anak tersebut terbiasa
dengan prilaku yang sudah diajarkan orang tuanya sejak mereka masih
kecil.
Selain orang tua, tentunya seorang anak juga mempunyai kewajiban
terhadap kedua orang tuanya. Jasa dan pengorbanan keduanya tidak bisa

10
dihitung dengan mata uang manapun di dunia, Hal ini hendaknya menjadi
sebuah motivasi bagi seorang anak untuk selalu berbakti kepada kedua
orang tuanya.
Allah mewasiatkan kepada manusia untuk selalu taat kepada kedua
orang tua, terutama sosok seorang ibu. Perjuangan seorang ibu di mulai
dari mengandung, melahirkan dengan susah payah, mendidik kita dari
kecil hingga dewasa, dan selalu mendoakan anaknya dalam setiap
langkah-angkah kehidupannya.
Sebagai balasan dari semua kebaikan yang telah diberikan kedua orang
tuanya, hendaknya seorang anak senantiasa berbakti yang bisa meliputi hal
ini; pertama, Birrul Walidain yaitu berbuat baik dan ihsan kepada serta
memuliakan keduanya. Kedua, senantiasa bersikap baik, hormat dan tidak
berkata kasar kepada orang tua. Sehingga tercipta keluarga yang Sakinah
Mawaddah Warahmah. Aamiin.
3. Kewajiban anggota keluarga selain keluarga inti
Konsep keluarga luas (extended family) dalam al-Quran disebut
dengan al-'asyirah. Dalam keluarga besar, anggota keluarga disamping
keluarga inti, terdapat juga para kerabat (al-aqrabūn). Islam menggariskan
adanya konsep mahram dan ahli waris, juga bahwa kerabat termasuk
anggota keluarga. Dengan adanya pernikahan maka anggota keluarga
bertambah luas, ada mertua, menantu dan saudara ipar. Dalam hal ini
Islam menggariskan adanya kewajiban antar kerabat selain keluarga inti:
a. Berbuat baik dengan para kerabat.
b. Menjalin silaturrahim dengan keluarga besar dengan cara saling
bertandang dan memperhatikan kepentingannya.
c. Membantu dan menyantuni keluarga yang membutuhkan, baik
kebutuhan materi, pendidikan, keamanan, penghargaan, kasih sayang
maupun dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
d. Mengajak dan mengingatkan agar memiliki komitmen terhadap Islam,
keterikatan untuk tetap mengimani, melihat, mengamalkan,
mendakwahkan dan memperjuangkan Islam.

11
e. Memberikan hak-hak waris sesuai dengan haknya.
Dewasa ini komunikasi keluarga diwujudkan dalam berbagai bentuk
seperti nuguyuban keluarga, trah, pertemuan, pengajian keluarga.
Kewajiban tersebut di atas berasal dari Allah dalam al-Quran, “Mereka
bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, "Apa saja harta
yang kamu nafkahkan diberikanlah kepada ibu-bapak, kanum kerabat,
anak-anak yatim, orang- orang miskin dan orang-orang yang perjalanan.
Dan apa saja yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahuinya" [QS al-Baqarah (2): 215].
Dan berilah peringatan kepada kerabat – kerabatmu yang terdakat [QS
asy-syu’ara’ (26): 214].
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, tetapi sebenarnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat- malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya [QS al-Baqarah
(2) : 177].
Terhadap kerabat, Islam juga telah memberikan hak-hak waris, juga
anjuran membagi harta warisan. Isyarat ini ada dalam surah an-Nisa '(4):
7-8, (7) Bagi orang laki-laki ada hak bagian harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang perempuan ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan. (8) Dan sewenang-wenang
sewaktu membagi itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka
berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik.

C. Pembinaan Keluarga Sakinah


Salah satu prinsip keluarga sakinah adalah adanya pemenuhan kebutuhan
hidup sejahtera dunia akhirat. Dari upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang
dimaksud, nampak jelas bahwa adanya potensi dasar manusia yang perlu

12
dikembangkan dan dibina dalam keluarga sakinah. Hal tersebut merupakan
pilar keluarga sukmah yang ten dari lima aspek yaitu:
1. Pembinaan Aspek Spiritual
Spiritualitas merupakan pilar utama penegak bangunan keluarga
sakinah. Esensi dari rasa spiritualitas ini adalah daya kepasrahan dan
ketaatan pada Allah yang Maha Esa yaitu dorongan penggantungan diri
hanya pada Allah serta adanya keyakinan bahwa segala derap langkah
kehidupan tidak lepas dari iradah Allah.
Berikut ini diurai hal-hal yang terkait dengan:
a. Pembinaan Spiritual Suami-Istri
Rumah Tangga (keluarga) ibarat sebuah liter, maka "nahkoda"nya
adalah pasangan suami-istri, Di tangan keduanyalah arah dari
pelayaran" itu menuju dermaga idaman, Tharat sebuah madrasah atau
"training center", maka di agar keduanyalah tanggung jawab tugas-
tugas kependidikan dan kepemimpinan hai seluruh peserta didik yang
dalam hal ini adalah anak dan anggota keluarga, henipa pengembangan
potensi (fitrah) spiritual mereka sesuni tuntunan Islam. Oleh kurena
Islam merupakan sebuah sistem yang kutub, maka pembinaan spiritual
ini meliputi bidang akidah (tauhid), syariah (ibadah dan muamalah
dunyawiyah) dan akhlak, serta menjangkau ranah kognisi, afeksi dan
psikomotorik.
b. Pembentukan Spiritual pada Anak
Menurut al-Quran anak adalah karunia Allah sekaligus amanah
buat kedua orangtuanya, oleh karenanya menjadi kewajiban dan
tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak-anak, terutama
spiritualnya sesuai fitrahnya. Firman Allah dalam surah ar-Rum (30):
30, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
[tetaplah atas] Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu, tidak ada peubahan pada fitrah Allah. [Itulah] agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
c. Nuansa Spiritual di dalam Keluarga Muslim

13
Suasana spiritual tauhidiyah merupakan faktor pendukung yang
sangat menentukan terwujudnya rumah tangga atau keluarga muslim
yang sakinah. Suasana ini harus diciptakan, dipupuk dan dibina oleh
penanggungjawab keluarga beserta segenap anggotanya sepanjang
masa, menyangkut aspek akidah dan ibadah atau dengan istilah lain
yang cukup populer yaitu 'amaliyah yaumiyyah.
2. Pembinaan Aspek Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi
manusia semenjak lahir menuju terbentuknya manusia seutuhnya yaitu
yang mempunyai kepribadian paripurna. Manusia lahir dalam keadaan
lemah tetapi membawa potensi-potensi kemanusiaan yang akan
berkembang sesuai arah pendidikan. Dalam Islam dapat dikatakan bahwa
potensi-potensi tersebut meliputi potensi tauhidiyyah, 'abdiyyah,
khalifiyyah, 'aqliyyah dan jasādiyyah, yang selanjutnya akan menjadi
kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan yang harus dipenuhi melalui proses
pendidikan. Orangtua bertanggungjawab atas terlaksananya proses
pendidikan tersebut. Dalam penjabarannya potensi-potensi tersebut bila
dikembangkan secara optimal akan berbentuk menjadi berbagai
kecerdasan yaitu kecerdasan spiritual, intelektual, sosial-emosional,
ekologis dan nafsiyah.
3. Pembinaan Aspek Kesehatan dan Lingkungan Hidup
Kesehatan segenap anggota keluarga merupakan faktor yang
menunjang pembinaan keluarga sakinah. Hidup sehat bagi keluarga
mutlak perlu karena kesehatan termasuk salah satu unsur agar manusia
dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan menyiapkan kehidupan di akhirat manusia harus sehat. Firman
Allah dalam surah al-Qasas (28): 77, “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat dan
janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. Dan

14
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Karena sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusaka.”
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga antara lain:
a. Faktor lingkungan
1) Lingkungan biologis
2) Lingkungan fisik, dan
3) Lingkungan sosial-ekonomi.
b. Faktor pengetahuan dan perilaku hidup sehat
1) Pengetahuan tentang kesehatan dan kesehatan reproduksi
2) Perilaku atau kebiasaan yang menguntungkan kesehatan
3) Perilaku dan kebiasaan hidup yang merugikan kesehatan
4) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
c. Faktor kesehatan bayi
1) Pemberian ASI
2) Pengaturan kelahiran
3) Fasilitas vaksinasi
4. Pembinaan Aspek Ekonomi
Kesakinahan suatu keluarga sangat didukung oleh kestabilan ekonomi.
Dalam kehidupan keluarga, setiap manusia membutuhkan makan,
sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, sedekah, membantu
kepentingan sosial kemasyarakatan dan sebagainya. Untuk memenuhi
semua kepentingan tersebut, maka keluarga harus memiliki kestabilan
ekonomi dari sumber pendapatan yang halal, tayyib dan berkah.
Keadaan ekonomi keluarga dikatakan stabil dan dapat menumbuhkan
ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan jika keluarga itu memiliki
keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Kestabilan secara
ekonomi atau bahkan kekurangan dari sisi ekonomi, dapat berakibat pada
terjadinya keretakan keluarga antara suami dan istri serta dengan anak-
anak. Kekurangan dari segi ekonomi (kemiskinan) juga dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas iman. Dalam hal ini Nabi

15
menuntunkan agar dihindarkan dari kafakiran yang akan dapat
menjerumuskan ke pada kekafiran.
Secara sosial kekurangan dari segi ekonomi juga dapat mendorong
orang kurang mempertimbangkan nilai-nilai moral dan agama dalam
memilih pekerjaan. Untuk mewujudkan kestabilan ekonomi perlu
diperhatikan hal-hal yang dapat mendukung kebutu terciptanya keluarga
sakinah dari sisi ekonomi antara lain keyakinan bahwa Allah berfir Zat
yang Maha memberi rizki dan mencukupi, mengusahakan sumber
pendapatan yang halal dan tayyib, mengusahakan rizki yang membawa
berkah bagi keluarga, merencanakan anggaran rumah tangga,
meningkatkan pendapatan keluarga dengan suami sebagai penanggung
jawab nafkah keluarga dan istri bekerja serta menambah semangat kerja.
5. Pembinaan Aspek Sosial, Hukum dan Politik
Manusia diciptakan oleh Allah swt sebagai makhluk sosial, karena itu
dalam to teluarga sakinah perlu dilakukan pembinaan, agar kesadaran dan
rasa sosial anggota ahokan keluarga dapat berkembang secara baik, baik
dalam lingkup keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam kehidupan keluarga, Islam telah memberi tuntunan
kehidupan di dalam pergaulan antara suami istri, anak dan anggota
keluarga lainnya, agar dapat tercipta kehidupan berkeluarga yang serasi.
Yang harus diingat adalah umat Islam harus merasa bahwa dirinya adalah
hamba Allah. Di samping itu, umat Islam juga harus benar-benar
menyadari bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari
manusia lain dan kehidupan masyarakat.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai agama
rahmatan lil alamin memberikan tuntunan agar manusia dapat hidup antara
sesama dengan penuh kecintaan, kedamaian serta kesejahteraan. Dengan
rahmah akan memunculkan perasaan halus (kasih sayang) yang mendorong
memberikan kebaikan kepada yang dikasihi. Islam juga menuntunkan laki-laki
dan perempuan setara (al-musāwāh) di hadapan Allah. Nilai dan kualitas
keduanya diukur dari kualitas ketakwaan dan amal shalihnya, Nilai-nilai
rahmatan lil ālamin dan al-musiwäh menjiwai bangunan keluarga sakinah.
Berkaitan dengan itu Islam menaruh perhatian terhadap institusi keluarga.
yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga sakinah, yaitu, sebuah bangunan
keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat di
Kantor Urusan Agama yang dilandaskan pada kondisi mawaddah wa rahmah,
sehingga masing-masing anggota keluarga dapat berkembang dan
menjalankan peran sesuai fungsinya, sehingga menghadirkan suasana
kedamaian, ketentraman, keharmonisan, kekompakan, kehangatan, keadilan,
kejujuran dan keterbukaan, untuk terwujudnya kebaikan hidup di dunia dan
akhirat yang diridhai Allah swt.
Keluarga sakinah tersebut dibangun berdasar landasan teologis dan prinsip
prinsip keluarga sakinah yang meliputi prinsip ilahiyah, pola keluarga luas
atau patembayan (extended family), pola hubungan kesetaraan (dialogis),
keadilan, mawaddah wa rahmah, keberkahan, serta prinsip pemenuhan
kebutuhan hidup sejahtera dunia akhirat. Keluarga sakinah diarahkan pada
terbentuknya insan bertakwa dan masyarakat sejahtera, Keluarga sakinah
dibentuk melalui pernikahan. Dalam hal ini Islam telah menuntunkan tata
aturan pernikahan, mulai dari memilih pasangan, hakekat perkawinan, serta
prinsip-prinsip dasar dalam perkawinan. Dalam memilih pasangan perlu
mempertimbangkan otonomi kedewasaan dengan mempertimbangkan usia

17
yang matang dewasa. Prinsip perkawinan antara lain mencakup mītsãqan
ghalīzhan, akibat hukum perkawinan, suami sebagai qawwām, pencatatan
perkawinan dan monogami.
Dalam keluarga sakinah, masing-masing anggota keluarga mempunyai
kewajiban untuk memenuhi hak anggota keluarga lainnya. Agar pemenuhan
hak dan kewajiban dalam keluarga dapat menimbulkan suasana yang nyaman,
diperlukan adanya pola hubungan antar anggota keluarga yang didasarkan
pada kesetaraan nilai kemanusiaan. Pola hubungan tersebut akan mendorong
munculnya pola komunikasi yang setara antar anggota keluarga. Komunikasi
yang setara adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara saling pengertian,
penghargaan, dan penghormatan antar anggota keluarga. Setiap individu
menjalin hubungan dengan landasan takwa dan rahmah.
Salah satu prinsip keluarga sakinah adalah adanya pemenuhan kebutuhan
hidup sejahtera dunia akhirat. Dari upaya pemenuhan kebutuhan hidup
dimaksud, nampak jelas adanya potensi dasar manusia yang perlu
dikembangkan dan dibina dalam keluarga sakinah. Hal tersebut merupakan
pilar keluarga sakinah yang terdiri dari lima aspek, yaitu, aspek spiritual,
pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup, sosial, politik dan
hukum.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Himpunan Pusat Tarjih


Muhammadiyah (HPT) 3. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018, Cet.
XXII, hlm. 686.

https://rahma.id/hak-dan-kewajiban-dalam-menciptakan-keluarga-sakinah/

19

Anda mungkin juga menyukai