Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN V

“TALAK”

DISUSUN OLEH

AISYAH IMRANA/105731127218

DIAN FAUZIA/105731127318

ATI EDI SULUDANI/105731127418

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI

2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH...................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3

A. DEFINISI TALAK................................................................................................................................3

B. HUKUM TALAK.................................................................................................................................3

C. MACAM – MACAM TALAK...............................................................................................................4

D. Rukun Talaq.....................................................................................................................................6

E. Syarat Talak.....................................................................................................................................8

F. Talak yang Tidak Sah........................................................................................................................8

BAB III........................................................................................................................................................11

PENUTUP...................................................................................................................................................11

A. Kesimpulan....................................................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................12

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang “Talak Dalam
Islam). Harapan kami, makalah ini dapat memenuhi tugas, serta bermanfaat bagi kami dalam
mengisi dan menambah sedikit pengetahuan tentang Talak.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah Al Islam Kemuhammadiyaan V


(Talak) ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyaan V.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah Al
Islam Kemuhammadiyaan 5 (Talak Dalam Islam)

Demikian kata pengatar ini kami buat, semoga bermanfaat khususnya bagi kami dan
bagi pembaca pada umumnya.

Wasalamualaikum Wr.Wb

Makassar, 21 Oktober 2020

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu dari syari’at Islam adalah tentang perkawinan, talak, cerai, dan rujuk.
Keempat hal ini sudah di atur dalam hukum Islam, baik dalam al-Qur’an maupun dalam Hadits
Rasulullah SAW. Perkawinan merupakan peristiwa yang sering kita jumpai dalam hidup ini,
bahkan setiap hari banyak umat Islam yang melakukan perkawinan.

Selanjutnya tentang masalah talak, hal ini juga tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Kita lihat di televisi banyak para artis yang melaporkan isterinya ke KUA lantaran
hal sepele, dan dengan gampangnya mengucapkan kata talak. Padahal dalam al-Qur’an sudah
jelas bahwa perbuatan yang paling di benci Allah adalah talaq. dari sini jika kita menengok
kejadian-kejadian yang menimpa suami isteri yang bercerai maka patut kita bertanya ada apa di
balik semua itu.

Kita ketahui bahwa tindak lanjut dari talak itu sendiri akan berakibat perceraian. Dan hal
itu akan menambah penderitaan dari kaum itu sendiri jika melakukan sebuah perceraian. Tetapi
hukum Islam disamping menentukan hukum juga memberikan alternatif jalan keluar yang bisa
di tempuh oleh pasangan suami Isteri jika ingin mempertahankan hubungan pernikahan
mereka. Hal itu bisa di tempuh dengan melakukan rujuk dan menyesali perbuatan yang telah di
lakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang dimaksud pengertian talak?

2. Apa saja hukum talak?

3. Apa saja macam-macam talak?

4. Apa saja rukun talak?

5. Apa saja syarat talak?

6. Apa saja talak yang tidak sah?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan dan penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyaan V

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengertian talak.

3. Untuk mengetahui apa saja hukum talak.

1
2

4. Untuk mengetahui apa saja macam-macam talak.

5. Untuk mengetahui apa saja rukun talak.

6. Untuk mengetahui apa saja syarat talak.

7. Untuk mengetahui apa saja talak yang tidak sah.


BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI TALAK
Secara etimologis “Talak” (‫ )اَطاَل ُق‬berarti memutuskan, melepaskan, dan meninggalkan.
Sedangkan menurut pengertian Syarak ialah nama bagi suatu pelepasan tali pernikahan antara
suami dan istri.

B. HUKUM TALAK
Dalam ajaran Islam Talak diperbolehkan (mubah) sebagai jalan terakhir ketika
kehidupan rumah tangga mengalami jalan buntu, talak hanya dapat dilakukan apabila
hubungan perkawinan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tentang talak ini, Rasulullah
bersabda :

ِ ‫اَ ْب َغضُ ْال َحالَ ِل ا ِٰلى‬


‫هللا الطالَ ُق‬

Artinya :

“Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah Talak.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah
dan dianggap shohih oleh Imam Al-Hakim)

Berdasarkan Hadist tersebut menurut Jumhur Ulama hukum talak itu mubah tetapi lebih
baik dijauhi. Apabila dilihat latar belakang terjadinya talak, maka hukum talak bisa berubah
kepada :

1. Wajib

Talak menjadi wajib hukumnya apabila hakim tidak menemukan jalan lain, kecuali talak,
yang bisa ditempuh untuk meredakan pertikaian yang terjadi diantara suami dan istri.

2. Haram

Seorang laki – laki diharamkan menjatuhkan talak kepada sang istri bila tidak memiliki
tujuan yang jelas. Sebab, yang demikian itu akan berdampak buruk bagi pihak perempuan.
Talak juga diharamkan ketika istri dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci yang sudah
digauli.

3. Mubah

Hukum talak bisa menjadi mubah jika seorang istri memiliki akhlak yang buruk, jelek
tabiatnya dalam bermuamalah, melalaikan hak suami, dan lain sebagainya. Sehingga tujuan
pernikahan yang diinginkan tidak tercapai sama sekali.

4. Sunnah
3
4

Hukum talak akan menjadi sunnah apabila keadaan rumah tangga sudah sulit
dipertahankan, dan apabila dipertahankan akan lebih banyak bahayanya, misalnya seorang istri
tidak mau atau lalai dalam menjalankan hak – hak Allah SWT, seperti sholat, puasa, dan lain
sebagainya.

Setelah beberapa kali diperintahkan agar jangan melalaikan perintah Allah SWT, namun
seorang istri tetap tidak menghiraukannya, maka suami disunnahkan untuk menceraikannya.
Sebab, hal tersebut akan merugikan kehidupan beragama mereka, yang merupakan inti dari
kebahagiaan sejati.

C. MACAM – MACAM TALAK


Dilihat dari segi kondisi istri yang ditalak, maka talak terbagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Talak Sunni

Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami pada istrinya dalam keadaan suci dan tidak
disetubuhi dalam masa suci itu.

2. Talak Bid’ah

Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya dalam keadaan menstruasi
(haidl) atau dalam keadaan suci tetapi telah disetubuhi saat dijatuhkan talak. Jumhur Ulama
telah sepakat mengatakan, bahwa talak sunni adalah talak yang dianggap halal. Sedangkan
talak bid’ah hukumnya haram, namun sah talaknya.

Dilihat dari boleh atau tidaknya suami merujuk atau kembali kepada istrinya, maka talak dibagi
menjadi 2 macam, yaitu :

1. Talak Roj’i

Yaitu talak yang dijatukhan oleh suami kepada istrinya talak ke satu atau ke dua kali atas
inisiatif suami. Talak ini memberi hak kepada suami untuk merujuk atau kembali kepada istrinya
yang telah ditalak dengan atau cukup mengatakan “ Aku telah merujukmu kembali ” tanpa
melalui akad nikah baru, jika istri dalam masa iddah, dan disunnahkan pada saat rujuk tersebut
menghadirkan dua orang saksi yang adil. Jika masa iddahnya telah berakhir dan suami belum
merujuknya, maka dengan demikian telah terjadi talak ba’in terhadapnya.

2. Talak Ba’in

Yaitu talak yang tidak memberikan hak kepada suami untuk merujuk atau kembali kepada
istrinya kecuali melalui akad nikah baru. Talak Ba’in dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

a. Talak Ba’in Sughro

Misalnya talak pertama atau kedua yang didahului oleh tebusan (iwadl) dari pihak istri, atau
talak terhadap istri yang belum pernah dikumpuli. Suami yang menjatuhkan talak ba’in sughro
tidak boleh merujuk atau kembali kepada istrinya kecuali dengan akad nikah yang baru.
5

b. Talak Ba’in Kubro

Yaitu talak yang ketiga kali. Talak ini menyebabkan suami tidak boleh merujuk istrinya,
kecuali istri yang ditalak telah menikan dengan laki – laki lain setelah keduanya berhubungan
intim kemudian bercerai dengan talak ba’in kubro dan telah habis masa iddahnya.

Ditinjau dari segi pengucapannya, talak dibagi menjadi dua, yaitu :

1.Talak Sharikh

Yaitu talak yang diucapkan suami dengan menggunakan kata – kata yang jelas dan
tegas tidak mengandung arti lain kecuali talak itu sendiri. Ungkapannya cukup dengan sengaja
mengucapkan tidak butuh niat. Seperti dengan mngucapkan “ Aku cerai,” atau “ Kamu telah aku
cerai”.

2.Talak Kinayah

Yaitu talak yang diucapkan dengan menggunakan kata sindiran talak, kata – kata seperti
ini membutuhkan niat dari yang mengucapkan. Karena, kata – kata yang diucapkan tidak
menunjukkan pengertian talak. Seperti mengucapkan “ Pulanglah engkau kepada orang
tuamu”.

Adapun macam – macam talak yang lain, yaitu :

1.Talak Munjaz dan Mu’allaq

Talak Munjaz yaitu talak yang diberlakukan kepada istri tanpa adanya penangguhan.
Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya “ Kamu telah dicerai “. Maka istri telah
ditekan dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. Sedangkan talak Mu’allaq adalah talak
yang digantungkan oleh suami dengan suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh istrinya pada
masa mendatang. Seperti suami mengatakan kepada istrinya “ Jika kamu berangkat kerja,
berarti kamu telah ditalak “. Maka talak tersebut berlaku sah dengan keberangkatan istrinya
untuk kerja.

2.Talak Takhyir dan Tamlik

Talak Takhyir adalah dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada istrinya, yaitu
melanjutkan rumah tangga atau bercerai. Jika si istri memilih bercerai, maka berarti ia telah
ditalak. Sedangkan talak Tamlik adalah talak dimana seorang suami mengatakan kepada
istrinya “ Aku serahkan urusanmu kepadamu” atau “ Urusanmu berada ditanganmu sendiri”.
Jika dengan ucapan itu istrinya mengatakan “ Berarti aku telah ditalak”, maka berarti ia telah
ditalak satu Raj’i. Imam Malik dan sebagian ulama lainnya berpendapat, bahwa apabila istri
yang telah diserahi tersebut menjawab “ Aku memilih talak tiga “, maka ia telah ditalak Ba’in
oleh suaminya. Dengan talak tiga ini, maka si suami tidak boleh rujuk atau kembali kepada
istrinya, kecuali setelah mantan istrinya dinikahi oleh laki – laki lain.

3.Talak Wakalah dan Kitabah


6

Yaitu jika seorang suami mewakilkan kepada seseorang untuk mentalak istrinya atau
dengan menuliskan surat kepada istrinya yang memberitahukan perihal perceraiannya, lalu
istrinya menerima hal itu, maka ia telah ditalak.

4.Talak Haram

Yaitu apabila suami mentalak istrinya dalam satu kalimat atau mentalak dalam tiga
kalimat, akan tetapi dalam satu majelis. Seperti jika suami mengatakan kepada istrinya “ kamu
ditalak tiga”. Atau mengatakan “ Kamu aku talak, talak dan talak “. Menurut Ijma’ Ulama, talak
seperti ini diharamkan.

Dalil yang melandasinya adalah Hadist Rasulullah SAW mengenai seorang laki – laki yang
mentalak tiga istrinya dalam satu kalimat. Lalu beliau berdiri dan marah seraya mengatakan “
Apakah Kitab Allah hendak dipermainkan, sedang aku masih berada di tengah – tengah
kalian?” Hingga ada seseorang berdiri seraya berkata, “ Wahai Rasulullah, izinkan aku
membunuhnya “ (HR. Nasa’i)

D. Rukun Talaq
1. Suami

Hak talak hanya dimiliki oleh laki – laki karena ia lebih bisa mengendalikan emosi, dan
lebih sanggup memikul beban – beban kehidupan. Sehingga, seorang laki – laki tidak tergesa –
gesa ketika harus menjatuhkan talak kepada istrinya. Ia lebih bisa mendahulukan akal daripada
perasaan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

ِ ‫الطاَل ُق ِل َمنْ ٲ َ َخ َذ ِبااس‬


‫َّاق‬ َّ ‫ِٳ َّن َما‬

Artinya :

“ Talak itu hanyalah bagi yang mempunyai kekuatan (suami).” (HR. Ibnu Majah dan Daruquthni)

2.Istri

Istri dikenai hukum talaq bila berada dalam empat keadaan. Pertama, benar – benar ada
hubungan pernikahan diantara keduanya (suami istri). Kedua, seorang istri masih berada dalam
masa iddah talak raj’i atau bainunah sughra. Ketiga, seorang istri berada dalam masa iddah
perceraian yang diakui oleh syari’at. Keempat, seorang istri berada dalam masa iddah fasakh
yang diakui oleh syari’at.

3.Sighat Talaq

Sighat talaq adalah lafal yang menyebabkan terputusnya hubungan pernikahan, baik
secara jelas (sharih) maupun sindiran (kinayah) dengan syarat harus disertai dengan adanya
niat. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan niat saja, sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah SAW :
7

ِ ُ‫م َي َت َكلَّمُوا ٲ َ ْو َيعْ َمل‬dْ َ‫ت ِب ِه ٲَ ْنفُ َس َها َمال‬


‫واب ِه‬ ْ ‫اح َّد َث‬
َ ‫ٳنَّ هللَ َت َج َاو َزلِ ُئا َّمتِي َم‬.ِ

Artinya :

“Sesungguhnya Allah memberikan ampunan bagi umatku apa – apa yang terdetik di dalam hati
mereka, selama mereka ucapkan atau kerjakan.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Secara umum, sighat talak terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Mutlak

Sighat mutlak adalah lafal yang telah diucapkan tanpa syarat apapun. Sighat Mutlak
dibagi menjadi dua, yatitu sharih (jelas) dan kinayah (sindiran). Mutlak sharih adalah lafal talak
yang dpat dipahami maknanya saat diucapkan, dan tanpa mengandung makna lain. Lafadz
sharih tidak membutuhkan niat. Hanya saja lebih utama jika disertai dengan kata “istri”.
Misalnya, seorang laki – laki mengatakan, “ Istriku saya talak “.

Mutlak kinayah adalah lafal talak yang mengandung banyak makna, sehingga bisa
ditakwilkan dengan makna yang berbeda – beda. Lafadz talak yang tergolong kinayah terbagi
menjadi dua, yaitu kinayah Zhahirah dan Muhtamilah. Kinayah zhahirah adalah sindiran yang
jelas. Misalnya, seorang suami berkata kepada istrinya “ Beriddahlah “. Maka, kata – kata
tersebut termasuk dalam kategori kinayah zhahirah, yaitu sindiran yang hampir bisa dipastikan
maksudnya adalah talak. Sedangkan kinayah muhtamilah adalah sindiran yang mengandung
banyak makna (multi tafsir). Misalnya, seorang laki – laki mengatakan kepada istrinya, “ Saya
melepaskanmu “.

Imam Malik mengatakan bahwa kinayah muhtamilah itu tergantung kepada niat. Jika
seseorang meniatkan talak, maka keduanya harus dipisahkan. Sedangkan jika tidak meniatkan
talak maka keduanya masih sah sebagai suami istri.

Jumhur ulama mengatakan bahwa kinayah muhtamilah yang diucapkannya itu sama sekali
tidak menyebabkan talak.

2. Muqayyad

Kadang – kadang seorang laki – laki mengucapkan lafal talak kepada istrinya dengan
embel – embel kata tertentu berupa syarat atau pengecualian.

Berapa hal yang biasanya dijadikan sebagai syarat dan pengecualian dalam talak, yaitu :

a. Kehendak

Salah satu syarat atau pengecualian yang disandingkan dengan lafal talak adalah
kehendak, baik kehendak Allah maupun kehendak Manusia. Misalnya, seorang laki – laki
berkata kepada istrinya, “ Engkau saya talak, jika Allah berkehendak “.

b. Perbuatan di Masa Depan


8

Biasanya, ketika seseorang mengaitkan lafal talak dengan perbuatan yang akan terjadi di
masa depan maka ia tidak bisa dilepaskan dari tiga perkara. Pertama, perbuatan yang mungkin
atau tidak mungkin terjadi. Misalnya, seorang laki – laki berkata kepada istrinya, “ Jika Umar
masuk kerumah, maka engka akan ditalak “.

Syarat ini mungkin terjadi dan mungkin juga tidak akan terjadi. Kedua, perbuatan yang pasti
terjadi. Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya, “ Jika matahari terbit maka
engkau akan ditalak”. Ketiga, perbuatan yang biasanya terjadi. Misalnya, seorang suami
mengatakan kepada istrinya, “ Jika engkau haid maka engkau akan ditalak “.

E. Syarat Talak
Suami yang menceraikan istrinya disyaratkan :

- Telah dewasa.

- Berakal sehat.

- Atas kesadaran dan kehendak sendiri.

- Ucapan talak yang dikemukakannya berdasarkan kesadaran dan kesengajaan.

F. Talak yang Tidak Sah


1.Talak karena dipaksa

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu syarat sahnya talak adalah
harus berasal dari keinginan suami sendiri. Dalam ketentuan syara’, jika seseorang dipaksa
untuk kufur, dan ia benar – benar tidak bisa menghindari darinya, maka ia boleh melakukannya
dan tidak berdosa. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT :

‫ِٳاَّل َمنْ ٲ ُ ْك ِر َه َو َق ْل ُب ُه م ُْط َمى ِۢنُّ ِبااْل ْي َم ِن‬

Artinya :

“...kecuali, orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam briman (ia tidak
berdosa)...” (QS. An-Nahl [16]: 106).

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum talak yang diucapkan oleh seorang suami
yang dipaksa melakukannya adalah tidak sah, dan tidak mengakibatkan terjadinya perceraian.
Madzhab Syafi’i termasuk dalam kelompok ini, hanya saja mereka membedakan antara ada
atau tidaknya niat didalamnya. Talak yang dipaksa dan dilandasi oleh niat maka hukumnya sah.
Sebaliknya, jika talak yang dipaksa tersebut tidak mengandung unsur niat maka talaknya tidak
sah.

2.Talak yang diucapkan oleh orang yang mabuk


9

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh orang yang
mabuk. Jumhur ulama mengatakan bahwa talak yang diucapkan oleh orang yang mabuk
hukumnya sah. Alasannya, mabuk yang dialaminya adalah perbuatan dan keinginan sendiri.

Imam asy-Syaukani Rahimakumullah mengatakan, “orang yang mabuk dan tidak bisa
menggunakan akalnya maka talaknya tidak sah, karena tidak adanya ‘illat yang menyebabkan
sahnya talak. Syariat telah menentukan hukum talak bagi orang yang mabuk. Sehingga, akal
kita tidak boleh melangkahinya dengan mengatakan bahwa hukum talak orang tersebut adalah
sah.”

3.Talak yang diucapkan oleh orang yang sedang marah

Berdasarkan penelitian yang mendalam, ada tiga jenis atau tingkatan kemarahan :

a. Pertama, orang yang sedang marah sampai akalnya tidak berfungsi, kemudian ia
menjatuhkan talak kepada istrinya, maka talaknya tidak sah dan tidak menyebabkan
perceraian diantara keduanya. Biasanya, orang yang sedang marah besar tidak
menyadari apa yang diucapkan, karena ia sudah dikuasai emosi dan nafsu.

b. Kedua, marah yang terkendali sehingga akal seseorang yang mengalaminya masih
berfungsi dengan baik. Para ulama sepakat bahwa orang yang mengucapkan talak
dalam keadaan marah seperti ini, hukumnya sah dan keduanya harus dipisahkan.

c. Ketiga, marah yang berada di antara keduanya, yaitu antara berlebih-lebihan dan
terkendali. Para ulama sepakat bahwa orang yang menjatuhkan talak dalam
keadaan marah seperti ini, hukumnya sah dan kedua pasangan harus dipisahkan.

4.Talak yang diucapkan tanpa niat (kesengajaan)

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh seseorang
tanpa sadar atau unsur kesengajaan. Jumhur ulama berpendapat bahwa talak yang
diucapkannya adalah sah, dan keduanya harus dipisahkan. Hal tersebut sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW :

“Tiga perkara yang seriusnya adalah serius, dan candanya adalah serius, yaitu nikah, talak, dan
rujuk”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

Sedangkan menurut Muhammad Baqir, Ja’far Shadiq, serta salah satu pendapat Imam
Ahmad dan Imam Malik bin Anas menegaskan bahwa talak yang diucapkan tanpa adanya
unsur kesengajaan maka hukumnya tidak sah, dan keduanya tetap berada dalam ikatan tali
pernikahan. Oleh karena itu, talak yang tidak mengandung unsur kesengajaan hanyalah
permainan yang tidak terkena sanksi hukum. Pendapat ini Didasarkan pada Firman Allah SWT
yang menjelaskan tentang pentingnya Azam (keinginan/niat). Berikut :
10

‫ااط ٰلقَ َفٳِنَّ هللاَ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬


َّ ‫َو ِٳنْ َع َزم ُْو‬

Artinya :

“Dan, jika mereka berazam (berketetapan hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah [2]: 227)

Termasuk dalam kategori ini adalah talak yang dijatuhkan oleh seseorang yang lupa atau lalai.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Amalan itu tergantung pada niat”.

5.Talak yang diucapkan oleh orang yang terkejut

Dalam kehidupan sehari – hari kita sering menjumpai orang yang latah. Sehingga, ia
mudah mengatakan ucapan sesuatu tanpa sadar, dan terjadi secara spontan. Dalam keadaan
seperti ini, talak yang diucapkannya adalah tidak sah, dan keduanya tetap berada dalam ikatan
pernikahan.

6.Talak yang diucapkan oleh anak kecil

Imam Malik berpendapat talak yang diucapkan oleh anak kecil tidak berlaku sampai ia
mencapai usia baligh. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa talak yang diucapkan anak
kecil tidak berlaku sampai umurnya mencapai dua belas tahun.
BAB III

PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini

Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan sekilas lalu tentang permasalahan talaq(perceraian), ada
beberapa keterangan baik ayat Al Quran dan Hadits nabiMuhammad SAW, sudah membuka
tabir pikiran dan wawasan yang selama inimasih ada hijab yang menutupinya karena kurang
meresapi dan menghayati ajaran tentang permasalahan perceraian, diantara beberapa
keterangan singkat tersebut diatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Talaq ialah melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.

2. Talaq merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah dan hukumnyamakruh
atau telarang, hukum talaq dapat berubah menjadi sunnah, wajib dan haram tergantung kondisi
dan penyebabnya.

B. Saran
1. Menyarankan agar dapat memahami dan mengerti betapa baiknya mempelajari tentang
permasalahan talaq (perceraian) dalam hidup ini, sebab barangkali disuatu saat kita berada
dalam permasalahan tersebut.

2. Menyarankan agar saling membina dan membimbing antar keluarga agar terjalin hubungan
yang harmonis untuk menghindari diri dan keluarga dari perceraian.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://sandraagustiya.blogspot.co.id/2015/02/makalah-fiqih-talak.html

(diakses hari kamis, 17 September 2015)

http://zanhaola.blogspot.co.id/2013/06/talak-syarat-rukun-dan-akibatnya.html

(diakses hari kamis, 17 September 2015)

http://nurulkhaifa.blogspot.co.id/2015/02/makalah-talak.html

(diakses hari kamis, 17 September 2015)

12

Anda mungkin juga menyukai