Anda di halaman 1dari 2

Sebuah kelaziman apabila kita menemukan berbagai pajangan seperti foto, gambar, lukisan hingga

patung di rumah-rumah keluarga di Indonesia. Hal tersebut dianggap biasa karena memang fungsi dari
benda-benda tersebut adalah untuk dijadikan hiasan.

Akan tetapi, terdapat berbagai pandangan dalam agama Islam mengenai hukum memajang benda-
benda tersebut di rumah. Ada sebagian ulama yang menyatakan jika memajang foto di rumah haram
hukumnya. Hal ini berdasar sebuah hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, bahwasannya beliau
bersabda:

Artinya: “Orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Namun, menurut K.H. Imaduddin Utsman al-Bantanie dalam Buku Induk Fikih Islam Nusantara,
memajang foto atau lukisan di rumah hukumnya boleh karena kedua benda tersebut tidak mempunyai
bayangan. Sedangkan yang diharamkan adalah benda yang mempunyai bayangan seperti patung.

Hukum memajang patung itu pun disepakati keharamannya jika mencakup keseluruhan tubuh. Tetapi
jika hanya sebagian tubuh seperti kepala saja maka hukumnya boleh. Hal ini dikarenakan apabila ia
makhluk hidup, maka tidak akan bisa hidup dengan kepala saja.

Syekh Wahbah Az Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu juga memperbolehkan memajang
foto yang dihasilkan dari kamera di rumah. Menurutnya, tidak ada larangan untuk fotografi asal konten
foto tidak melanggar ketentuan syariat Islam. Maka, apabila yang dipajang adalah foto-foto baik
sebagaimana foto keluarga, hukumnya adalah boleh.

Lain itu, pimpinan Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjaj, Cirebon, KH Yahya
Zainul Ma’arif alias Buya Yahya memberikan pandangan lain.

Dalam pandangannya, gambar itu ada yang mutlak haram, yakni dengan dua catatan yang bernyawa dan
berbentuk.

Adapun lima jenis pandangan terkait hukum memajang foto di rumah antara lain:

1. Surah mujassimah, yakni sesuatu yang memiliki nyawa maka hukumnya haram terlebih khusus
dijadikan lukisan dan memajangnya di dalam satu ruangan.

2. Gambar yang mutlak dan halal, yaitu sesuatu yang tidak bernyawa seperti pohon atau gunung yang
masih diperbolehkan.

3. Gambar yang bernyawa tapi tidak berbentuk, contohnya seperti lukisan manusia, burung, bernyawa
tidak berbentuk.
4. Sesuatu yang menyerupai tubuh seperti boneka yang kerap dimainkan anak-anak. Namun, jika
tujuannya untuk sekadar maianan, maka hal tersebut diperbolehkan.

5. Gambar yang bukan dari karangan manusia, atau fotografi. Kendati alat yang bekerja, ada dua
pendapat ulama, yakni yang mengatakan haram dan tidak haram.

Anda mungkin juga menyukai