Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kecanggihan dunia yang serba modern


ini adalah munculnya teknologi yang bernama fotografi,
yang sering bergandengan dengan kamera. Dengan alat
ini kita bisa mengabadikan setiap moment apa saja.

Pada zaman dulu hasil dari jepretan foto hanya


memperlihatkan objek dengan kualitas yang buram
dengan warna khas hitam putihnya. Seiring
berkembangnya teknologi dari tahun ke tahun, hasil
jepretan foto semakin bagus. Sekarang hasil jepretan
terlihat jelas dan kaya akan warna, bahkan mirip seperti
aslinya.

Semakin banyak pula orang-orang yang hidup


dalam lingkup fotografi, entah sebagai mata pencaharian
atau hanya sekedar hobby saja. Semakin banyak juga
genre dari fotografi itu sendiri. Diantaranya Aerial
Photography, Landscape Photography, yaitu fotografi

1
yang objek utamanya adalah pemandangan alam, seperti
hutan, gunung, sawah dsb. Ada juga Potrait
Photography, Human Interest, Stage Photography, yang
setiap objeknya adalah makhluk hidup. Maka setiap
orang yang mendalami dunia fotografi pasti mempunyai
genrenya masing-masing.

Fotografi itu sendiri sering dikaitkan dengan


permasalahan dalam menggambar makhluk bernyawa
(tashwir) terutama fotografi yang objek utamanya adalah
makhluk bernyawa, yang para ulama berpendapat bahwa
tashwir dilarang dalam Islam. Seperti hadits berikut :

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi


SAW, bahwa beliau bersabda:

‫اة ينلونم اللقةنياَنمةة اللرم ن‬


‫صوورروُنن‬ ‫إةان أننشاد الاناَ ة‬
‫س نعنذابباَ ةعلنند ا‬

“Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya di


sisi Allah pada Hari Kiamat adalah tukang gambar.”
(HR. Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia


berkata, Rasulullah SAW bersabda:

2
‫صنونر يرنعاذربونن ينلونم اللقةنياَنمةة يرنقاَرل لنهرلم أنلحريوا‬ ‫إةان الاةذينن ين ل‬
‫صننرعونن هنةذةه ال ص‬
‫نماَ نخلنلقترلم‬

“Sesungguhnya mereka yang membuat gambar-gambar


akan disiksa pada Hari Kiamat. Akan dikatakan kepada
mereka: “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan.” (HR.
Bukhari no. 5961 dan Muslim no. 5535)

Bagaimana Islam sendiri memandang fotografi


ini? Apakah hukumnya sama dengan hukum tashwir atau
justru berbeda.

Atas dasar itulah, penulis mengambil judul karya


tulis "Hukum Fotografi untuk Makhuk Bernyawa.".
Sehingga dengan karya tulis ini penulis berharap mampu
memecahkan permasalahan tentang hukum memfoto
makhluk yang bernyawa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis


merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu fotografi?


2. Apa pendapat para ulama mengenai fotografi?

3
3. Apa hukum fotografi untuk objek bernyawa?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :


1. Mengetahui tentang fotografi.
2. Mengetahui pendapat para Ulama mengenai
fotografi.
3. Mengetahui hukum fotografi objek bernyawa.

D. Metode Penelitian

Dalam proses penyusunan karya tulis ini, penulis


menggunakan metode deskriptif, yaitu mengumpulkan
informasi secara rinci, membandingkan antara berbagai
hal yang dipermasalahkan, disertai dengan penjelasan
singkat dari informasi yang akan disajikan.

E. Definisi Operasional

Hukum adalah peraturan atau adat yang secara


resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah.

Fotografi adalah seni dan penghasilan gambar


dan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan.

4
Makhluk adalah sesuatu yang dijadikan atau yang
diciptakan oleh Tuhan (seperti manusia, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan)

Bernyawa adalah hidup.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Islam

Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem


kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT
dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf
(orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang
diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua
pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah
dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara
total.

Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum


yang diperintahkan Allah SWT untuk umatNya yang
dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan
dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan
dengan amaliyah.

6
Hukum-hukum dalam Islam secara garis besar
dibagi menjadi lima hal yang diantaranya adalah wajib,
sunnah, haram, makruh, dan mubah.

a. Wajib

Wajib adalah suatu perkara yang dimana orang akan


mendapatkan sebuah pahala jika orang tersebut mau
melakukan pekerjaan atau perbuatan yang diperintahkan
dan akan mendapat siksa atau dosa bila tidak
mengerjakan suatu hal yang diperintahkan. (harus
dikerjakan untuk menggugurkan dosa). Contohnya
adalah kewajiban menunaikan sholat, kewajiban puasa
dibulan ramadhan dan lain-lain.

b. Sunnah

Sunnah adalah suatu perkara yang mana jika orang


mau melakukan suatu hal atau perbuatan yang
dianjurkan akan mendapatkan pahala, namun bila orang
tersebut meninggalkan atau tidak mengerjakan perbuatan
yang dianjurkan maka dia tidak mendapatkan dosa.
Contohnya adalah sholat sunnah sebelum (qobliyah) dan
setelah sholat (ba'diyah), puasa rajab, dan lain
sebagainya.

c. Haram

7
Haram merupakan suatu perkara yang berlawanan
pada hukum yang pertama dan kedua. Haram adalah
suatu perkara yang mana bila seseorang tidak
mengerjakan suatu perkara yang dilarang maka dia akan
mendapatkan pahala, dan bila perkara yang dilarang itu
dilakukan atau dikerjakan maka dia akan mendapatkan
dosa. Contohnya seperti judi, mabuk, dan lain-lain.

d. Makruh

Makruh adalah suatu hal yang mana bila seseorang


meninggalkan perkara atau hal itu hukumnya adalah
lebih baik dan akan mendapat pahala, dan bila seseorang
mengerjakan suatu hal yang dihukumi makruh maka dia
tidak mendapat dosa atau tidak ada konsekuensinya. Tapi
ingat bahwa hal yang bersifat makruh lebih baik
ditinggalkan karena Allah tidak menyukai hal yang
makruh. Contohnya, makan dan juga minum sambil
berdiri dan lain sebagainya.

e. Mubah

Mubah adalah suatu perkara atau hal yang boleh


untuk dikerjakan dan boleh juga untuk ditinggalkan
(sesuka hati mau pilih yang mana). Contohnya, memilih
jenis makanan, dll.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Hukum Islam


adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh

8
Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi
SAW, baik hukum yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang
dilakukan oleh umat Muslim semuanya.

B. Fotografi

1. Pengertian Fotografi

Fotografi atau dari bahasa Inggris: photography,


berasal dari kata Yunani yaitu "photos": Cahaya, dan
"Grafos": Melukis/menulis). Jadi fotografi adalah proses
melukis dengan menggunakan media cahaya.

Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses


atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari
suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang
mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.
Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah
kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya


dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar
medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar
dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan
menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang

9
memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut
lensa).

10
2. Jenis Fotografi

a. Potrait Photography

Gambar 2.1 - Kelasfotografi.com

Setiap orang memiliki karakteristik dan


kepribadian yang unik. Itulah yang menjadi
kekuatan utama portrait photography. Bukan semata
menampilkan foto orang semata, portrait
photography yang baik mampu menangkap ekspresi,
mimik, kepribadian, suasana hati seseorang agar
foto yang dihasilkan lebih berkesan. Untuk itu,
wajah seseorang menjadi fokus utama agar kesan
emosional dapat dimunculkan. Meski demikian, hal-
hal lain seperti latar belakang, pencahayaan maupun
gesture juga tak bisa dilupakan.
11
b. Human Interest

Gambar 2.2 - Fotografer: Aji Styawan

Sama dengan portrait photography, subjek utama


dalam human interest photography adalah manusia.
Namun ada hal mendasar yang membedakan
keduanya. Human interest (HI) lebih menonjolkan
sisi kehidupan dan interaksi manusia dengan
lingkungan sekitarnya dalam kesehariannya. Selain
itu, lewat moment-moment yang dibidik, fotografer
diharapkan mampu membangkitkan perasaan empati
maupun simpati si penikmat foto.

c. Aerial Photography

12
Gambar 2.3 - Fotografer: Anders Anderson

Aerial Photography adalah melihat suatu objek


seolah-olah melihatnya dari atas. Foto-foto aerial
membuat kita layaknya seekor burung yang sedang
terbang di angkasa. Jenis fotografi ini mempunyai
ciri khusus yang sangat unik, yaitu teknik
pengambilan gambar (angle) yang dilakukan dari
atas. Untuk bisa melakukannya, sang fotografer
membutuhkan alat bantu khusus seperti drone
misalnya. Cara lain yaitu dengan naik kendaraan
seperti helikopter atau pesawat.
d. Stage Photography

13
Gambar 2.4 - Fotografer: Radek
Zawadski

Buat penggemar musik, suka dengan


pertunjukan budaya atau teater, jenis fotografi ini
pasti sangat menarik. Kita bisa memotret secara
langsung artis atau penyanyi idola saat mereka
tampil di atas panggung. Jenis fotografi ini sering
disebut dengan stage photography. Gerakan orang
yang tampil di atas panggung sulit untuk diprediksi.
Ditambah lagi dengan tata cahaya (lighting) yang
sering berubah-ubah. Oleh karena itu, kecepatan
dalam mengambil moment yang tepat menjadi hal
penting dalam stage photography.
e. Landscape Photography

14
Gambar 2.5 - Fotografer: Anthony
Spenceer

Keindahan alam merupakan anugerah dari Tuhan


yang sangat sayang untuk dilewatkan. Kita bisa
mempraktikkan landscape photography dengan
memotret pemandangan alam seperti pantai atau
gunung. Agar hasil landscape photography bagus,
perlu mempertimbangkan moment yang tepat untuk
memotret. Misalnya ketika saat matahari terbit atau
tenggelam jika cuaca sedang cerah.
f. Wildlife Photography

15
Gambar 2.6 - Fotografer: Nick Brandt

Memotret kehidupan alam liar di habitat aslinya


sungguh menantang bagi siapa saja. Di alam liar,
kita akan bertemu secara langsung dengan aneka
jenis hewan yang bebas berkeliaran. Tentu saja itu
memberikan sensasi tersendiri dan bisa memicu
adrenalin. Apalagi jika hewan yang ditemui adalah
satwa buas seperti si raja hutan misalnya. Jenis
fotografi ini umumnya hanya dilakukan oleh para
fotografer profesional yang menjadi kontributor
sebuah media.
g. Macro Photography

16
2.7 - Fotografer: Shikhei Goh

Objek-objek berukuran kecil seperti hewan


serangga, tumbuhan atau bunga yang berada di
sekitar kita seringkali luput dari perhatian dan
pandangan mata. Namun tidak bagi para pecinta
macro photography. Macro photography yaitu
membuat subjek berukuran kecil terlihat sangat
dekat dan menampilkan detail yang tinggi. Untuk
melakukannya, kamu perlu kamera DSLR maupun
kamera hape yang dilengkapi dengan fitur zoom
agar bisa menangkap detail subjek yang difoto.
h. Fashion Photography

17
Gambar 2.8 - www.tharrisonhillman.com

Keindahan desain pakaian seperti baju dengan


aneka motif, celana maupun aksesoris fashion
lainnya menjadi titik fokus utama dalam fashion
photography. Memang tak bisa dipungkiri, peran
model menjadi signifikan dalam fashion
photography yang membuatnya sering
dicampuradukkan dengan portrait photography.
Keduanya bisa saja hadir dalam waktu yang
bersamaan karena sama-sama menampilkan orang.
Namun, dalam fashion photography yang menjadi
penekanan adalah desain pakaian agar orang yang
melihatnya tertarik untuk membeli.

18
C. Makhluk Bernyawa

1. Pengertian Makhluk Bernyawa

Makhluk bernyawa atau makhluk hidup adalah


struktur biologi yang memiliki sifat – sifat tertentu
sehingga dapat dikatakan “hidup”. Karakteristik tersebut
membuat makhluk hidup mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Organisasi struktur biologis dari
makhluk hidup kompleks dan terorganisir dengan baik.
Secara garis besar terdapat 5 tingkatan penyusun tubuh
makhluk hidup, yaitu dimulai dari unit struktural terkecil
yang disebut sel. Kemudian sel-sel dengan fungsi yang
sama berkumpul membentuk jaringan. Kumpulan dari
jaringan akan membentuk organ, lalu kumpulan dari
organ akan membentuk sistem organ. Selanjutnya sistem
organ yang ada akan membentuk satu organisme. Itulah
proses terbentuknya 5 tingkatan organisasi makhluk
hidup.

19
2. Ciri Makhluk Hidup

Sembilan Ciri – Ciri Makhluk hidup yang


membedakannya dengan benda mati adalah sebagai
berikut :

a. Bernapas (Respirasi)

Bernapas adalah proses pertukaran gas yang


dibutuhkan makhluk hidup dengan lingkungannya.
Bernapas merupakan pertukaran dengan masuknya
oksigen (dari lingkungan masuk ke dalam tubuh) dan
keluarnya karbodioksida (dari dalam tubuh ke
lingkungan).

b. Bergerak

Gerak adalah perubahan posisi dari suatu


kesetimbangan. Makhluk hidup pasti melakukan gerakan
walaupun ada yang bergerak dengan sangat lambat.
Untuk melakukan ciri yang satu ini dibutuhkan alat
gerak.

20
c. Tumbuh dan Berkembang

Pertumbuhan adalah proses bertambahnya


ukuran, volume, dan massa dari makhluk hidup akibat
pertambahan serta pembesaran sel dalam tubuh.
Pertumbuhan bersifat permanen dan tidak dapat kembali
(bersifat irreversibel). Pertumbuhan dapat diukur dan
dinyatakan dalam satuan secara kualitatif dengan melihat
perubahan yang terjadi pada tubuh makhluk hidup
tersebut.

d. Memerlukan Makanan (Nutrisi)

Makanan merupakan bahan yang dikonsumsi


oleh makhluk hidup untuk mendapatkan nutrisi dan
energi sehingga terpenuhinya kebutuhan tubuh. Makanan
dapat berasal dari hewan, contohnya daging ataupun
tumbuhan. Banyak jenis tumbuhan yang dapat
menghasilkan makanan melalui proses fotosintesis.
Makanan dibutuhkan untuk menghasilkan energi agar
dapat melakukan aktivitas, memenuhi nutrisi untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan, serta mengganti

21
sel tubuh yang rusak dengan berbagai proses dalam
tubuh.

e. Berkembang Biak (Reproduksi)

Kembang biak (reproduksi) merupakan upaya


yang dilakukan makhluk hidup untuk memperbanyak
keturunan dan mempertahankan jenisnya.

6. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup


untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Karakteristik tempat tinggal makhluk hidup di bumi
tentunya berbeda-beda. Nah kemampuan adaptasi
makhluk hidup akan membentuk tubuh, fungsi alat
tubuh, dan tingkah laku sesuai dengan lingkungannya.

7. Mengeluarkan zat sisa

Seperti yang telah kami sampaikan di atas bahwa


makhluk hidup membutuhkan makanan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Setelah masuk ke dalam tubuh,
makanan diolah sedemikian rupa melalui proses yang
disebut metabolisme. Zat yang tidak dibutuhkan dalam
22
tubuh akan dikeluarkan melalui proses mengeluarkan zat
sisa

8. Peka Terhadap Rangsangan (Iritabilitas)

Peka terhadap rangsangan artinya makhluk hidup


memberikan respon terhadap perubahan disekitarnya.
Rangsangan yang dimaksud disini dapat berupa cahaya,
suara, sentuhan, rasa, dan lainnya. Manusia dan hewan
memiliki alat indera untuk merasakan rangsangan
tersebut, sedangkan tumbuhan yang tidak memiliki
indera menunjukkan kepekaan dengan cara yang
berbeda.

9. Pengaturan (Regulasi) Tubuh

Regulasi adalah proses pengaturan tubuh dari dalam oleh


berbagai struktur biologis dan kimia agar dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Pada manusia
regulasi diatur oleh sistem saraf dan sistem hormon.
Namun seluruh bagian tubuh lain juga memegang
peranan penting agar tubuh bekerja sempurna.

23
24
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pendapat Para Ulama Mengenai Fotografi

Fotografi memang erat kaitannya dengan


masalah tashwir, sebagian ulama mengharamkan
fotografi berdasarkan dalil yang melarang tashwir.
Diantaranya:

Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:

َ‫ أحيمموا ممما‬: ‫ يقمماَرل لنهممم‬، ‫صنونر يعاذبونن يممونم القياَمممةة‬


‫إان االذينن يصننعونن هةذه ال ص‬
‫خلقترلم‬

Artinya: “Orang yang menggambar gambar-gambar ini


(gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari
kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka:
‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini” (HR. Bukhari
dan Muslim).

Dan hadits Ibnu ‘Abbas ra. beliau berkata: aku


mendengar Rasulullah SAW bersabda:

25
‫من صاونر صورةب في الصدنُّياَ كلو ن‬
‫ وُليم ن‬، ‫ف يمونم القياَممةة أن ينفمنخ فيهماَ المصروُنح‬
‫س‬
‫خ‬
‫بناَف خ‬

Artinya: “Barangsiapa yang di dunia pernah


menggambar gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk
meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat,
dan ia tidak akan bisa melakukannya” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Masih banyak lagi hadits-hadits yang


mengharamkan tashwir, namun dua hadits tersebut sudah
mewakili pendapat para ulama mengenai pengharaman
tashwir.

Adapun mengetahui fotografi terjadi perbedaan


pendapat di kalangan para ulama, sebagian ulama
berpendapat bahwa fotografi sama hukumnya dengan
tashwir, maka jika disamakan dengan tashwir, tentu
fotografi itu sendiri menjadi haram jika objeknya
bernyawa. Tetapi ada sebagian ulama juga yang
membolehkan fotografi tetapi hanya untuk keperluan
darurat, seperti foto Paspor atau KTP. Serta ada juga

26
ulama yang menghalalkan fotografi selama objeknya
tidak menyimpang dari syariat islam.

1. Pendapat Ulama Yang Mengharamkan


Fotografi Secara Mutlak

a. Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz


Beliau adalah seorang ulama kontemporer yang
ahli dibidang sains Hadits, Aqidah, dan Fiqih. Beliau
mengatakan dalil-dalil yang mengaramkan tashwir
juga berlaku dalam fotografi. Karena fotografi dapat
menimbulkan sifat al ghuluw (melampaui batas atau
berlebihlebihan) dari seorang fotografer yang
merupakan sifat tidak terpuji dan juga awal dari
sebuah kemusyrikan. Dan sebab pengharaman
lainnya yaitu, fotografi merupakan sebuah perbuatan
yang sia-sia dan bisa menghabur-hamburkan uang.

2. Pendapat Ulama Yang Membolehkan


Fotografi

a. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni


Dalam kitabnya Tafsir Ayatul Ahkam beliau
mengatakan, walaupun secara sharih (jelas) dalil-

27
dalil yang mengharamkan tashwir tidak
mengandung pengharaman fotografi, akan tetapi
secara adat dan bahasa fotografi masih dalam ruang
lingkup tashwir, seorang fotografer juga disebut
mushawwir dan foto yang dihasilkan disebut
shurah.
Oleh karena itu fotografi hanya dibolehkan dalam
kepentingan darurat dan untuk kemaslahatan saja,
mengingat ada efek negatif yang sangat besar yang
ditimbulkan oleh fotografi sebagaimana yang kita
lihat selama ini foto-foto yang tidak layak
terpampang di berbagai majalah atau iklan di
internet.

3. Pendapat Ulama Yang Membolehkan


Fotografi

a. Jumhur Ulama Mutaakhirin


Ulama mutaakhirin adalah para ulama’ hadits
yang hidup pada abad ke-4 Hijriah dan seterusnya,
seperti syekh Muhammad Bakhit Al-Muthi'I, syekh
Jadul Haq Ali Jadul Haq, syekh Ali Al-Sais, syekh
Yusuf al-Qaradawi, syekh Muhammad Mutawalli
28
asy-Sya'rawi, syekh Muhammad Said Ramadhan al-
Buthi dan syekh Ali Jum'ah menghalalkan fotografi
selama objek yang difoto tidak menyimpang dari
syariat islam.

Ulama yang berpendapat bahwasanya fotografi


tidak haram mengatakan, dalil-dalil pengharaman
tashwir tidak mencakup kepada pengharaman
tashwir. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya foto
yang dihasilkan oleh proses fotografi itu merupakan
rekaman bayangan, dan lebih menyerupai dengan
video. Oleh karena itu attasyabuh bikhalqillah
(menyerupai Pencipta) tidak terdapat dalam
fotografi.

Syekh Ali Al-Sais mengibaratkan foto yang


dihasilkan oleh media fotografi, ibarat seseorang
atau objek yang berdiri di depan cermin lalu cermin
tersebut memantulkan hasil cermin yaitu sebuah
gambar. Apakah gambar yang dipantulkan oleh
cermin tersebut bisa dikatakan sebuah gambar yang
dilukiskan oleh seseorang?, tentunya tidak.
Demikianlah gambaran cara kerja sebuah kamera
29
yang menyerupai cara kerja cermin dalam
memantulkan gambar.

Serupa dengan pendapat tersebut, Dr. Zakir Naik


menyatakan, dalam hadits dikatakan bahwa orang
yang melakukan tashwir, Allah akan menyuruh
mereka menghidupkan gambar tersebut pada hari
kiamat, tetapi mereka tidak bisa. Jadi membuat
gambar dan lukisan makhluk bernyawa seperti
hewan dan manusia adalah dilarang. Sedangkan
fotografi adalah semata-mata pantulana atau refleksi
benda yang disimpan dalam sebuah kertas (media).
Nabi tidak pernah mencegah para sahabat melihat
pantulan atau refleksi diri ketika mereka menyisir
rambut, Beliau tidak pernah melarang mereka
bercermin. Jadi bercermin adalah sesuatu yang tidak
dilarang. Dalam pantulan fotografi itu disimpan
dalam media, sehingga ulama berpendapat fotografi
tidaklah haram. Tapi jika anda menggunakan
fotografi untuk hal yang keliru seperti disembah
maka itu menjadi haram. Menggunakan fotografi
untuk hal yang keji, seperti pornografi maka itu

30
haram. Jadi fotografi tidaklah haram tetapi
menggunakan fotografi untuk hal-hal yang keliru
adalah haram.

Syekh Yusuf al-Qaradawi juga menyatakan


“Fotografi ini tidak terlarang dengan syarat
objeknya adalah halal. Dengan demikian, tidak
boleh memotret wanita telanjang atau hampir
telanjang, atau memotret pemandangan yang
dilarang syara'. Tetapi jika memotret objek-objek
yang tidak terlarang, seperti teman atau anak-anak,
pemandangan alam, ketika resepsi, atau lainnya,
maka hal itu dibolehkan. Kemudian ada pula
kondisi-kondisi tertentu yang tergolong darurat
sehingga memperbolehkan fotografi meski terhadap
orang-orang yang diagungkan sekalipun, seperti
untuk urusan paspor, atau foto identitas. Adapun
mengoleksi foto-foto para artis dan sejenisnya, maka
hal itu tidak layak bagi seorang muslim yang
memiliki perhatian terhadap agamanya. Apa
manfaatnya seorang muslim mengoleksi foto-foto
artis? Tidaklah akan mengoleksi foto-foto seperti ini

31
kecuali orang-orang tertentu yang kurang pekerjaan,
yang hidupnya hanya disibukkan dengan foto-foto
dan gambar-gambar. Adapun jika mengoleksi
majalah yang didalamnya terdapat foto-foto atau
gambar-gambar wanita telanjang, hal ini patut
disesalkan. Lebih-lebih pada zaman sekarang ini,
ketika gambar-gambar dan foto-foto wanita dipajang
sebagai model iklan, mereka dijadikan perangkap
untuk memburu pelanggan.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://www.mohlimo.com/pengertian-hukum-islam-
sumber-dan-tujuan/
http://www.sjm.sch.id/p/pengertian-dan-sejarah-
fotografi.html
http://www.bitebrands.co/2016/06/jenis-jenis-macam-
fotografi.html
http://mynameisshaf.blogspot.co.id/2017/09/normal-0-
false-false-false-en-us-x-none_23.html
http://kubecako.blogspot.co.id
https://muslim.or.id/26684-hukum-menggambar-
makhluk-bernyawa.html
http://www.binbaz.org.sa/mat/4206
http://anasafrida.blogspot.co.id/2012/01/materi-ulumul-
hadist.html

33

Anda mungkin juga menyukai