Anda di halaman 1dari 16

2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji.syukur.kami.panjatkan.kepada.Allah Subhanahu


wata’ala atas terselesaikannya penulisan makalah Fiqh Kontemporere ini.
Makalah ini membahas tentang “Hukum Foto Prewedding”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dapat.tercurahkan.kepada
Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, Nabi yang menjadi panutan
seluruh umat muslim dalam meneladani dan mengharapkan syafaatnya. Kami juga
ingin menghaturkan rasa terima kasih kepada kuliah Fiqh Kontemporeer yang
telah memberikan tugas akademik ini.
Kami menghaturkan terima.kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas makalah ini
dengan baik. Semoga.Allah SWT. membalas.kebaikan tersebut dengan.pahala

yang.berlipat ganda, .Aamiin.

Akhirnya, penulis.menyampaikan bahwa.makalah ini.belum.sempurna


sebagaimana yang diharapkan, sehingga saran maupun kritik yang membangun
diperlukan agar kedepan bisa menjadi lebih baik lagi. Selain itu semoga kehadiran
makalah ini juga dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas ilmu pengetahuan
kita semua. Aamiin.

, 6 2019

Penulis

DAFTAR.ISI

i
KATA.PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR.ISI..................................................................................................ii

BAB.I.PENDAHULUAN

A.Latar.Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………..3
C. Tujuan.Penulisan……………………………………………..…..3

BAB II.PEMBAHASAN
A. Foto Prewedding………………..………………………………..4
B. Foto Prewedding Ditinjau Menurut Hukum Islam………….….8

BAB.III.PENUTUP
A. Kesimpulan…….........................................................................17

DAFTAR.PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Islam yang disandarkan pada Al-Quran dan Assunnah memuat


dasar-dasar sebagai pedoman untuk memutuskan suatu masalah yang berkenaan
dengan kedudukan hukum suatu objek atau aktifitas manusia. Pada masa
Rasulullah, permasalahan seputar agama yang menjadi polemik dan perdebatan
mudah diredam dan diselesaikan karena rujukan sumber hukum, yakni Rasulullah
masih bisa ditemui dan dimintai jawaban darinya. Namun, seiring berubahnya
waktu dan teknologi yang semakin maju membutuhkan pemikiran yang cerdas
yang tidak sembarang orang mampu dan mumpuni dalam upaya menggali suatu
hukum yang ada dalam suatu kasus untuk melahirkan “hukum baru”.

Fenomena foto prewedding menjadi trend interrnasional yang bisa


dikatakan sudah menjadi budaya, entah sebagai kemajuan ilmu digital sekarang
ini atau sebagai gaya hidup, atau prestise. Uniknya, trend tersebut diikuti
masyarakat di Indonesia yang mempunyai latar belakang budaya dan agama yang
berbeda dengan trend tersebut yang di hampir segala lapisan strata ekonomi, baik
menengah keatas maupun menengah kebawah yang menganggap sebagai salah
satu ekspresi kesakralan prosesi pernikahan.

Bagi kalangan fotografer, foto prewedding dijadikan sebagai peluang


bisnis yang mempunyai prospek menggiurkan dan tak pernah habis selama ada
kehidupan, selama itulah pernikahan akan tetap berlangsung. Artinya, bagi mereka
foto prewedding akan terus dicari. Terbukti, makin maraknya berbagai penawaran
paket preweding, mulai dari konsep yang paling sederhana, hingga yang paling
mewah seperti paket preweeding semisal ke korea selatan dan eropa, juga
ditawarkan video preweding yang sangat sinematik.

tidak menghalang-halangi manusia terhadap kemajuan teknologi dan


seni, bahkan mendorong manusia untuk menggapainya. Sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Quran dan al-Hadits banyak ditemukan tentang motivasi dalam
mencari ilmu pengetahuan. Salah satu surat dalam Al-Quran yang berbicara
mengenai hal tersebut adalah Surat Al-Rahman ayat 33. Yaitu : “ Wahai kelompok
1
jin dan manusia, apabila kalian mampu menembus penjuru langit dan bumi maka
tembuslah, kalian tidak akan bisa menembusnya kecuali dengan sulthan”( Al-
Rahman : 33).

Namun demikian, ajaran Islam memberi sejumlah kategori perbuatan


manusia, apakah perbuatan tersebut boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Kedudukan hukum Foto Prewedding perlu dibuat klasifikasi tertentu karena
berkaitan dengan objek hukum yang lainnya. Objek hukum yang berkaitan untuk
menentukan kedudukan hukum dari aktifitas foto prewedding antara lain hukum
fotografi, kedudukan calon mempelai laki-laki ataupun wanita, batasan aurat, dan
bercampur antara laki-laki dan perempuan.

Dalam pembahasan makalah ini, penulis akan membahas mengenai


hukum Foto Prewedding yang bagi sebagian besar umat islam menganggapnya
sebagai trend, gaya hidup, dan mungkin sudah dijadikan sebagai tradisi yang
dianggap biasa dalam prosesi bagian dari seputar acara pernikahan. Dengan
menggunakan sudut pandang fiqih, penulis akan memaparkannya pada makalah
ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari foto prewedding?

2. Bagaimana sejarah foto prewedding?

3. Bagaimana hukum foto preweeding?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian foto preweding

2. Memahami sejarah tentang foto prewedding

3. Memahami hukum foto prewedding menurut ulama

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Foto Pre wedding

1. Pengertian Foto Prewedding

Kata prewedding berasal dari Bahasa Inggris yang berarti foto sebelum
pernikahan. Arti kata ‘prewedding’ sendiri adalah masa sebelum pernikahan.
Namun seiring waktu, banyak orang yang akhirnya menganggap bahwa foto ini
berarti sebuah foto di suatu lokasi dengan konsep serta pakaian yang diinginkan
pemakai jasa atau penyedia jasa ini sudah menyediakan berbagai macam pakaian
dengan paket-paket tertentu. Kemudian, hasil dari foto tersebut bisa dipajang pada
undangan, penghias acara resepsi, atau diselipkan di suvenir pernikahan.

Pemakaian istilah foto pre wedding yang familier digunakan pada


masyarakat Indonesia, ternyata tidak dikenal di luar negeri. Hanya saja mereka
menggunakan istilah yang berbeda-beda. Contohnya di Singapura foto semacam
ini disebut “wedding photoshot”. Istilah yang digunakan di Amerika berbeda,
mereka menamakannya dengan sebutan “engagement photoshot”.

Melihat ragam budaya Indonesia yang kaya, foto prewedding di


Indonesia pun menjadi macam-macam tanpa perlu meniru gaya barat. Foto
prewedding tidak hanya foto berdua. Dalam tradisi Jawa ada acara midodareni (.

Menurut Arbain Rambey Istilah fotografi prewedding punya kesalahan


bahasa yang parah. Kata pertamanya memakai Bahasa Indonesia, tetapi kata-kata
selanjutnya memakai Bahasa Inggris. Kalau akan dibuat benar secara tata bahasa,
yaitu prewedding photography, ini justru kesalahan yang makin salah. Fotografer
selain di Indonesia akan bingung pada istilah tersebut sebab itu memang sebuah
(begitu biasa disebut) terjadi karena kebiasaan di Indonesia yang ”melebarkan”
kegiatan pemotretan perkawinan sampai ke segala segi.1

Berdasarkan dari sejumlah pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa


foto prewedding adalah pengambilan gambar / foto oleh fotografer terhadap calon

1
http://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tekno/read/2009/06/30/04090852/mema
hami.fotografi.pre.wedding, diakses tanggal 03 Oktober 2019.
3
pengantin yang dilakukan dalam serangkaian acara sebelum pernikahan dengan
tema tertentu yang diinginkan calon mempelai atau rekomendasi dari fotografer
itu sendiri.

2. Sejarah Foto Prewedding

Sebelum abad kesembilan belas, gambar manusia dan benda sebagian


besar dibuat oleh seniman seperti pelukis atau pematung. Cara lain untuk
membuat gambar di zaman itu, diketahui sejak zaman Yunani Kuno, adalah
camera obscura. Pada dasarnya benda ini adalah ruang atau kotak (Camera) dalam
bahasa latin berarti “Ruangan” dengan lubang kecil disalah satu dindingnya
sehingga cahaya matahari dapat masuk. Bayangan dari pemandangan diluar
muncul di dinding yang berseberangan dengan lubang kecil tadi. Seniman
kemudian memanfaatkan camera obscura untuk tugas seperti melukis gambaran
kasar dari benda dan pemandangan dalam prespektif yang tepat.2

Asal usul foto pre wedding bermula saat industri fotografi berkembang
pesat di wilayah China pasca terbukanya sistem ekonomi China ditahun 90an, dari
yang sangat komunis bergeser menjadi sedikit lebih mengarah pada ekonomi
kapitalis. Saat itu wilayah cina kebanjiran produk Elektrolit dari Jepang, Korea,
dan di tv swasta nasional dan sempat mendapat perhatian cukup besar dari
pemirsa televisi terutama kalangan muda. Sebagai perangkat iklan dari Sinetron
tersebut digunakan media promosi seperti poster dengan menampilkan berbagai
pose mesra pasangan.3

Hasil foto saat itu masih menggunakan pengolahan sederhana, property


seadanya dengan olahan warna terang dan khas Asia. Begitulah sejarah konsep
Foto Prewedding atau Engagement Photo. Tidak ada informasi siapa pencetus
pertama kali konsep Prewedding Photography ini. Namun diyakini ide pemotretan
Prewedding pada mulanya digunakan oleh kalangan Hi Class ( Royal Wedding
bangsa Eropa) dengan maksud membuat sebuah acara pernikahan seperti sebuah
acara Premiere Film, Foyer bertaburan foto, Mezzanine yang meriah, dan lain-

2
Andik Hermawan, “Foto Prewedding Dalam Prespektif Santri Pondok Pesantren
AlIshlah Bandar Kidul Mojoroto Kota Kediri”. Mediakita, Vol. 1, no 1/2017,h. 98
3
“Bagaimana sejarah Pre-wedding”, dalam http://kapankamunikah.com/ bagaimana-
sejarah-prewedding. diunduh pada tanggal 04 oktober 2019.

4
lain. Konsep Prewedding Photography berkembang sangat pesat di China,
Prewedding Produksi “Ban Berjalan”. Dalam satu studio terdapat lima set
dekorasi dimana para calon pengantin mengantri untuk foto secara bergantian.
Dari sana prospek bisnis baru bernama fotografi.

Prewedding mulai berkembang di Taiwan, Hongkong, Jepang, Hingga


akhirnya menyentuh di indonesia. Di dunia fotografi mengenal wedding
Photography dan kegiatan ini hanya memotret sepasang calon pengantin baik saat
kegiatan resepsi maupun pose sepasang calon mempelai itu di outdoor maupun di
dalam studio. Sementara di Indonesia Foto prewedding biasanya digunakan hanya
untuk menghias undangan, untuk foto yang dipasang di ruang resepsi, dan secara
umum hanyalah foto dua manusia yang sedang berbahagia.

Pada umumnya foto prewedding bertujuan untuk mengabadikan


moment calon pengantin sebelum mereka menuju ke kehidupan pernikahan. Foto
prewedding yang unik namun juga penuh arti, mungkin itulah yang dicari
perkembangan dalam bidang fotografi yang membutuhkan artistik dan keahlian
teknis. Terkadang sedikit kesulitan untuk menentukan sebuah tema foto
prewedding, dibutuhkan kreatifitas dan tentu saja masukan-masukan dari orang
sekitar atau pun fotografer.

dorong untuk menambah keindahan surat undangan. Foto prewedding


yang dicantumkan pada surat undangan memberi pesan bahwa calon pasangan
dengan wajah tersebut yang akan mereka saksikan pada saat memenuhi undangan
tersebut.

B. Foto Prewedding Ditinjau Dari Hukum Islam

Hukum Islam yang membahas tentang foto prewedding tidak diatur


dalam Al-Quran maupun Hadis secara jelas dan terperinci. Namun dalam kajian
fikih kontemporer, fotografi sebagai cikal bakal munculnya foto prewedding,
pernah dibahas dan ditentukan kedudukan hukumnya oleh pakar fiqh. Dalam
pembahasan fotografi, Mufti kerajaan Mesir yang bernama Syaikh Muhammad
Bakhit Al-Muthi’i memberikan fatwanya dengan menyatakan bahwa hukum
fotografi adalah boleh atau mubah. Fatwa tersebut senada dengan pendapat Yusuf

5
Al-Qardhawi bahwa “Pemotretan tidak mengapa, dengan syarat sasaran yang
dipotret itu halal...”4

Secara umum, fenomena foto prewedding yang tersebar di masyarakat


menampilkan adegan-adegan mesra dan pose yang ditampilkan memberi kesan
bahwa pasangan tersebut seakan pasangan sah dalam ikatan pernikahan sebagai
suami istri. Hasil foto prewedding adakalanya digunakan sebagai hiasan
pelengkap pada surat undangan maupun dipasang pada acara resepsi pernikahan,
ada pula sebagai koleksi album foto.

Para ahli fiqh dalam menyikapi hukum dari prewedding mempunyai


pendapat yang berbeda-beda dengan mengambil suatu pertimbangannya dari
berbagai sudut dalil dan kaidah hukum Islam. Sehingga dalam menentukan
hukum dari prewedding, ada ulama yang melarang secara mutlak dan ada juga
ulama yang membolehkannya dengan syarat dan ketentuan berlaku.

1. Pendapat ulama yang melarang secara mutlak

Fatwa tentang hukum foto prewedding, yang memuat beberapa point,


yaitu :

1.) Pembuatan foto prewedding dan mencetaknya pada undangan sebelum akad
nikah, telah melanggar beberapa hukum syara’, seperti khalwat, ikhtilat, membuka
aurat, bersentuhan dengan lawan jenis yang haram dan tabarruj, hukumnya haram.

2.) Foto prewedding yang menampilkan kemesraan yang mengkobarkan syahwat


walaupun dilakukan setelah menikah kemudian dicetak pada undangan atau dipajang
agar dilihat banyak orang, hukumnya haram.5

Pada point pertama dikatakan bahwa keharaman dari foto prewedding


disebabkan karena didalam prosesnya ada aktifitas khalwat, ikhtilat, membuka
aurat, bersentuhan dengan lawan jenis dan tabarruj. Karena ajaran Islam telah
mengatur dan memberi batasan-batasan terhadap aktifitas interaksi social sebagai
upaya prefentif agar seseorang tidak terjerumus dalam perzinahan.

4
Yusuf Al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Mutakhir, terj: H.M.H, Al-Hamid Al-Husaini,
Bandung: yayasan Al-Hamid, 2000, cet: 4, h. 880-881
5
Keputusan MUI se-Kalimantan Nomor: 05/Fatwa/MUI-Kalimantan/XII/2014, tentang
Hukum pembuatan Foto Prewedding dan Mencetaknya dalam Undangan.
6
Adapun penjelasan mengenai beberapa upaya prefentif sebagai usaha
untuk meminimalisir agar tidak terjadi hal-hal negative tersebut, ajaran Islam
memberi perintah untuk dipatuhi oleh setiap muslim. yaitu:

A. Menjaga Pandangan

Organ mata menangkap sejumlah informasi yang didapat dari pandangannya


mengenai objek benda yang diproses dalam otak manusia dan diwujudkan dalam
suatu tindakan yang berpotensi kearah positif dan negatif. Pandangan mata
melahirkan perkataan hati. Kemudian diikuti oleh pikiran, syahwat dan keinginan.
Apabila keinginan menjadi kuat maka berubah menjadi tekad dan diakhiri dengan
perbuatan dan tindakan.6 Menjaga pandangan yang dimaksud adalah agar tidak
melihat sesuatu yang bisa membawa seseorang larut dalam tindakan negatif. `

Didalam kitab Shahih al-Bukhari disebutkan, Rasulullah SAW bersabda: “


Ketetapan perbuatan zina bagi anak adam itu telah jelas. Zina mata adalah
pandangan, zina lidah adalah perkataan, zina kedua telinga adalah pendengaran,
zina kedua tangan adalah memukul, zina kedua kaki adalah melangkah dan hawa
nafsu yang berharap dan menginginkannya. Sedangkan nafsu yang membenarkan
atau mendustakannya”.7

Berkenaan dengan Surat Annur ayat 30, Ibnul Qayyim memaknai ayat
tersebut bahwa Allah mensyariatkan penundukan pandangan terlebih dahulu
(menjaga pandangan) karena mata merupakan sarana yang menyebabkan
kemaksiatan pada kemaluan. Larangan memandang merupakan pelanggaran
sarana. Memandang hanya diperbolehkan untuk kemaslahatan kepentingan untuk
kebaikan yang sudah jelas. Namun, bisa menjadi haram jika berpotensi
menimbulkan kerusakan.

B. Menghindari Berkhalwat

Berduaan atau berkhalwat yang dilakukan sebelum adanya pernikahan bisa


menjadi pintu gerbang menuju zina. Imam al-Balgawi menyebutkan, berkhalwat

6
Abdul Aziz Al-Ghazali , Gad al-Basar terj. Abdul Hayyi al-kattani (Jakarta: Gema Insani
Press, 2003), h.55
7
Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, terj. Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004 h. 270
7
dengan wanita yang bukan mahram adalah perbuatan yang haram,8. Sebagaimana
penegasan pada hadis nabi berikut:

Seperti halnya apabila bercampur baurnya pria dan wanita pada suatu tempat,
tapi tidak terjadi interaksi di sana maka hal ini dapat ditolerir. Jika tujuan
pembauran itu adalah hal yang perlu dan sulit dihindari seperti: acara seminar,
kuliah, pasar, kendaraan umum dan yang lainnya. Meski demikian akan lebih baik
jika sedapat mungkin dilakukan pemisahan.9

d. Menjaga Aurat

Imam Syarbini dalam kitab Mughniy al-Muhtaaj, menuturkan aurat secara


bahasa yaitu al-nuqshaan al-syai’ al-mustaqabihu ( kekurangan dari sesuatu yang
mendatangkan celaan), disebut seperti itu karena menyebabkan celaan jika
terlihat. 10

Sedangkan secara terminologi aurat adalah sesuatu anggota badan yang


harus ditutup dan dijaga sehingga tidak menimbulkan kekecewaan dan
malu.11Aurat adalah batasan dari anggota badan yang harus ditutup dan antara
laki-laki dan perempuan mempunyai batasan yang berbeda dalam menutupi aurat.

Ulama madzhab sepakat bahwa menutup aurat yang merupakan bagian


anggota badan hukumnya adalah wajib bagi laki-laki maupun perempuan. 12
Adapun perbedaan pendapat tentang batasan-batasan aurat bagi laki-laki dan
perempuan karena penafsiran terhadap firman Allah SWT dalam surat An-Nur
ayat 31, tentang kebiasaan menampakkan perhiasaan yang boleh dilihat.yang
penting adalah urgensi dari menutup aurat itu adalah perintah yang terdapat dalam
Al-Quran dan Hadits.

Sejumlah perintah diatas berupa menjaga pandangan, menghindari khalwat,


tidak berikhtilath serta menjaga aurat merupakan kewajiban bagi umat Islam
untuk mematuhinya. Adapun tentang fatwa pengharaman oleh MUI Sumatera
8
Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, tjr: M. Abdul Ghoffar, Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar,
2009, cet. Ke-6, h. 59
9
Ibid
10
Imam Syarbini, Mughniy al-Muhtaaj, juz 1/185
11
Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, Jakarta: Penerbit Galilea
Indonesia, 2010, h. 11.
12
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010, h.
8
Utara, Prof. Dr. Abdullah Syah, M.A. mengatakan bahwa foto prewedding yang
dimaksud adalah foto mesra calon suami istri yang dilakukan sebelum akad nikah.

Berkaitan dengan fatwa diatas, forum bahtsul masail Forum Musyawarah


Pondok Pesantren Putri (FMP3) se- Jawa Timur ke-12 di Ponpes Lirboyo, Kediri
pun menetapkan haramnya kegiatan foto prewedding dengan alasan karena
adanya kegiatan ikhtilat, khalwat, dan kasyful aurot ( membuka aurat ).

Sedangkan dalam sudut pandang teori sadd adżżarī‟ah (menahan diri untuk
tidak terjebak dalam pelanggaran syariat)13, foto prewedding sebaiknya tidak
dilakukan bagi para calon pengantin, mengingat akan berpotensi terbukanya
pintu-pintu pelanggaran syariat apabila foto prewedding dibolehkan. Peluang-
peluang seperti berkholwat, ikhtilat, berpandang-pandangan hingga pose dan
kostumnya mengarah pada tabarruj tersebut merupakan bentuk yang dilarang oleh
agama Islam. Ditambah pula foto prewedding bukan kebutuhan yang wajib/
primer untuk dilaksanakan sehingga tidak akan mengganggu kesakralan sebuah
pernikahan.

2. Pendapat yang Membolehkan Foto Prewedding

Ada pendapat yang berbeda tentang hukum foto prewedding, karena


mengambil beberapa argument / dalil yang berkaitan dengan hal itu sebagai
pendukung dari penetapan hukumnya. Salah satu dalil yang dipaparkan adalah
sebuah kaedah yang menyatakan:

‫ت ايللحل ل دوايللدبادحةة إللل لبددللييلل‬


‫شةريولط لفي ايلةمدعادملد ل‬ ‫يالد ي‬
‫صل ة لفي ال ل‬

“ hukum asal menetapkan syarat dalam mu’amalah adalah halal dan


diperbolehkan kecuali ada dalil( yang melarangnya)”.14

Di samping itu, fenomena foto prewedding bisa dikatakan budaya baru bagi
masyarakat Indonesia, dengan jumlah populasi muslim terbanyak, sehingga tidak
heran jika fenomena ini juga digandrungi mayoritas kehidupan umat Muslim.
Namun yang perlu di perhatikan adalah bagaimana kebudayaan baru itu dapat
diselaraskan dengan syariat Islam. Sebagaimana kaidah fikih menyebutkan :
13
Abd. Rahman, Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2010, h. 236.
14
Toha Andiko, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, Jogyakarta: Teras, 2011, h. 161.
9
‫ح‬ ‫ديد ح اصل ل ص ل‬ ‫ح لوالل ل ص‬
‫خذ ذ حبال ص ل‬ ‫ة ع لللى ال ص ل‬
‫حافلظ ل ذ‬ ‫ا لل ص ذ‬
‫صل ح‬ ‫ج ح‬ ‫صال ح ح‬
‫ديم ح ال ص‬
‫ق ح‬ ‫م ل‬
“Memelihara khazanah masa lalu yang baik serta mengadopsi
perkembangan terbaru yang lebih baik.” 15

Ditambah pula, dalam Islam terdapat suatu anjuran melaksanakan walimah


dalam rangka memberi kabar tentang kabar bahagia pasangan pengantin kepada
sanak saudara, kerabat dan masyarakat luas, sehingga foto preweding bisa
bermanfaat sebagai hiasan dalam surat undangan yang memberi informasi spesifik
terhadap masyarakat yang diundang tentang siapa calon mempelai yang akan
melangsungkan sebuah pernikahan.

Anjuran undangan tersebut dimaksudkan untuk menghindari fitnah di


masyarakat terhadap pasangan yang telah menikah. Sehingga apabila masyarakat
telah mengetahui bahwa seorang calon mempelai wanita telah mempunyai
pasangan yang akan berubah statusnya menjadi suami istri yang sah menurut
agama dan negara, maka tidak akan ada lagi orang yang akan mendekatinya
karena telah menjadi istri dari orang lain. Ditambah pula bahwa pernikahan
merupakan sebuah nikmat yang mana ajaran Islam menganjurkan untuk
mensyiarkannya.

) Foto yang dilakukan dengan posisi antara laki-laki dan perempuan


memiliki jarak atau tidak berdempetan.

2) Baik pose maupun kostum kedua pasangan tidak mengarah kepada


pornografi. Seperti pose nakal dan kostum yang terbuka sehingga menampakkan
aurat.
3) Dalam proses pemotretan yang dilakukan fotografer terhadap kedua
pasangan dengan mengikutsertakan mahram di lokasi pemotretan..

Dari penjelasan pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendapat


yang membolehkan hukum foto prewedding lebih mempertimbangkan terhadap
sisi manfaat dari adanya foto prewedding sebagai penghias surat undangan
walimah pernikahan, koleksi album foto kenangan, dan pemasangan foto kedua
mempelai pada acara resepsi pernikahan. Sejumlah manfaat yang diperoleh dari
foto prewedding tersebut, bukan berarti mengesampingkan batasan agama yang

15
Imam Musbikin, Qaidah Al-Fiqhiyah, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001, h. 35
10
telah ditentukan. Maka dari itu, foto prewedding diperbolehkan karena tidak
keluar dari koridor hukum Islam.

Abd. Rahman, Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah,


2010.
Ahmad Muabbir Al-Qarthany dkk, Muhammad, Pesan Untuk
Muslimah, Jakarta: Gema Insani, 1996.
Al-Ghazali , Abdul Aziz ,Gad al-Basar terj. Abdul Hayyi al-kattani
(Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Al-Qardhawi, Yusuf , Fatwa-Fatwa Mutakhir, terj: H.M.H, Al-Hamid


Al-Husaini, Bandung: yayasan Al-Hamid, 2000.
Andiko, Toha, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, Jogyakarta: Teras, 2011
11
Ayyub, Hasan, Fikih Keluarga, tjr: M. Abdul Ghoffar, Jakarta Timur:
Pustaka al-Kautsar, 2009.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Hidayah: Al-quran Tafsir


Perkata.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia


Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Helmi, Irfan , Budaya Foto Prewedding dalam Pandangan Hukum


Islam (Studi Kasus Aris Fotografer, Jl. Harvest Citi Blok Ob IV No. 15,
Cibubur), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2016.

Hermawan,Andik, “Foto Prewedding Dalam Prespektif Santri


Pondok Pesantren AlIshlah Bandar Kidul Mojoroto Kota Kediri”. Mediakita,
Vol. 1, no 1/2017.

Hikari Luna, Njepret otodidak: kamera DSLR untuk pemula.


Jogjakarta: Trans idea publishing, 2014.

http://ciricara.com/2015/02/26/apa-itu-prewedding, diakses tanggal 03


Oktober 2019.

http://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tekno/read/2009/06/3
0/04090852/ diakses tanggal 03 Oktober 2019.

Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, terj. Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2004 .

Keputusan MUI se-Kalimantan Nomor: 05/Fatwa/MUI-


Kalimantan/XII/2014, tentang Hukum pembuatan Foto Prewedding dan
Mencetaknya dalam Undangan.

Kurniawan , Ade, “ Dari Pemula Menuju Profesional-Bisnis Foto Pre


Wedding” Dalam http://www.neraca.co.id/article/ 6614

M. Echols, Jhon dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia,


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014.

Mashur,Kahar, Terjemah Bulughul Maram Jilid I, Jakarta:PT. Rineka


Cipta, 1992.

12
Musbikin, Imam, , Qaidah Al-Fiqhiyah, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2001.
Nn,Bagaimana Sejarah Pre-wedding”, dalam
http://kapankamunikah.com/. diunduh pada tanggal 04 oktober 2019.

Sindoro, Alexander, Ensiklopedia Bergambar Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi (Batam: Quality Press, 2006.

Syarbini, Imam, Mughniy al-Muhtaaj, juz 1/185.


Tahido Yanggo, Huzaemah, Fiqih Perempuan Kontemporer, Jakarta:
Penerbit Galilea Indonesia, 2010.

Umar, Nasaruddin, Fikih Wanita Untuk Semua, Jakarta: Serambi Ilmu


Semesta, 2010.

13

Anda mungkin juga menyukai