Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang


peranan strategis terutama dalm upaya membentuk watak bangsa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Yang mana dalam
hal ini hakikat dari pendidikan sendiri tidak lepas dari tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional.

Dalam hal ini menurut Mohd. Ansyar ada tiga factor penentu kualitas
atau mutu pendidikan yaitu pendidik, program (kurikulum) dan institusi
(pimpinan). Dengan demikian upaya pemenuhan dan perwujudan segenap
standar pendidikan nasional idealnya harus didukung oleh personal yakni orang
yang berkuaitas, dibarengi dengan program kurikulum yang baik serta institusi
(pimpinan) yang efektif.

Terait dengan persoalan mutu pendidikan, dalam hal ini bukan lagi
masalah yang asing karena hal ini merupakan issu yang selalu hangat dan
menarik untuk diperbincangkan dan dikaji. Mutu pendidikan selaras dengan
tuntunan perkembangan dan perubahan. Suatu perubahan menuntut peran agen
pembaharuan dalam memunculkan ide-ide pembaharuan serta mengelola
peubahan. Sosok agen tresebut adalah sosok pemimpin yang mampu
menjalankan kepemimpinan secara efektif serta memberdayakan segenap
sumber daya manusia dalam lembaga pendidikan tersebut yakni pendidik dan
tenaga kependidikan yang disinyalir syarat dengan berbagai persoalan, dii
antaranya yakni persolanan kualifikasi, pembinaan dan pengembangkan
keprofesionalnya, arahan serta bimbingan yang mampu membantu dalam
mengemban tugas dan tanggung jawabnya secara professional sesuai dengan
tuntunan standar pendidik dan tenaga kependidikan yang telah disyaratkan.

1
Namun, dalam paper ini hanya akan membahas terkait dengan sistem
penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (SDM) PAI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penulis menarik beberapa


rumusan msalah, di antaranya yakni

1. Bagaimana penjaminan mutu Pendidik PAI?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah sebagai


berikut

1. Untuk memahami terkait dengan penjaminan mutu Pendidik PAI

2. Untuk memahami terkait dengan penjaminan mutu Kependidikan PAI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjaminan Mutu Pendidik

1. Pengertian Penjaminan Mutu

Terdapat beberapa kontribusi terkait dengan definis mutu produk


dari manajemen mutu terpadu, beberapa di antaranya yakni. Menurut Juran
bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Deming, bahwa
mutu adalah kesesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, Philip B. Crosby,
bahwa mutu adalah conformance to requirement yakni sesuai dengan yang

2
disyaratkan atau distandarkan. Dengan kata lain mutu adalah kesesuaian
terhadap permintaan persyaratan.1

Sedangkan secara umum penjaminan mutu adalah proses penetapan


dan pemenuhan akan standar mutu secara konsisten dan berkelanjutan
sehingga konsumen, produsen dan pihak lainnya yang berkepentingan
memperoleh kepuasan. Menurut Gryana penjaminan mutu merupakan
kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan
bahwa mutu dapat berfungsi secara efektif. Sedangkan menurut Cartin
bahwa penjaminan mutu adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis
yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan tertentu dari mutu.

2. Pengertian Pendidik

secara akademis, bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan,


yang meliputi anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelengaraan proses pendidikan yang berkualitas
sebagai pendidik, baik sebagai dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai dengan
kekhususannya, serta ikut serta dalam menyelenggarakan pendidikan.2 Hal
ini senada dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, Tahun
2005 Pasal 139, Pasal 1 bahwa pendidik mencakup guru, dosen, konselor,
pamong belajar, pamong widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, pelatih,
dan sebutan lain dari profesi yang berfungsi sebagai agen pembelajaran
peserta didik.3

Jadi seorang pendidik merupakan tenaga professional yang


bertugas dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

1
Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2011), 43-44
2
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2006), 37.
3
Muhammad Yusri Bachtiar, “Pendidik Dan Tenaga Kependidikan”, Pendidikan,
VI (Oktober 2016), 196.

3
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada tingkat pendidikan tingii. Dengan demikian seorang pendidik
harus memiliki kualifikasi miminum serta sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan naonal.4

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 7 dan 8 bahwa istilah pendidik disebut
dengan tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan tenaga pendidik adalah aggota
masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta
didik. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2, pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Tugas seorang pendidik bukan hanya semabarang tugas, yakni


dibutuhkannya sebuah keahlian khusus sebagai pendidik. Sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
dosen, adalah berfungsi untuk meningkatkan martabat, dan peran guru
sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasionol.5
Oleh karena itu dalam mengembang tugas dan kewajibannya diperlukan
kualifikiasi yang mendukung tugas tersebut.

Seperti yang telah tercantum dalam PP nomor 19 tahun 2005


tantang standar pendidik dan tenaga kependidikan, yang dijelaskan dalam
pasal 28 sampai pasal 34 terkait dengan pendidik, menyatakan:

Bagian satu
Pendidik
Pasal 28
4
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan., 38.
5
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), 165

4
(1) Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidikan yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
a. Kompetensi pedagogik;
b. Kompetensi kepribadian;
c. Kompetensi profesional; dan
d. Kompetensi sosial.
(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang
diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati
uji kelayakan dan kesetaraan.
(5) Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 29

(1) Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki :


a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau Sar-jana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini,
kependi-dikan lain, atau psikologi; dan
c. Sertifikat profesi guru untuk PAUD
(2) Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki :
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1)

5
b. latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI,
kependidikan lain, atau psikologi; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SD/MI
(3) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki :
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs
(4) Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki :
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SMA/MA
(5) Pendidikan pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat
memi-liki :
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran
yang diajarkan; dan
b. sertifikat profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB
(6) Pendidik pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat memiliki :
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK

Pasal 30

6
(1) Pendidik pada TK/RA sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas yang
penu-gasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan keperluan.
(2) Pendidikan pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan
guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing
satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(3) Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga,
dan kesehatan.
(4) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA,
atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran yang
penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan keperluan.
(5) Pendidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas
guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya
ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan
keperluan.
(6) Pendidik pada SDLB, SMPLB, dan SMALB terdiri atas guru mata
pelajaran dan pembimbing yang penugasannya ditetapkan oleh masing-
masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(7) Pendidikan pada satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C terdiri
atas tutor penanggungjawab mata pelajaran, dan nara sumber teknis yang
penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan keperluan.
(8) Pendidikan pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas
pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur, dan penguji.

Pasal 31

(1) Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi pendidikan

7
minimum :
a. lulusan diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program
diploma;
b. lulusan program magister (S2) untuk program sarjana (S1); dan
c. lulusan program doktor (S3) untuk program magister (S2) dan
program doktor (S3)
(2) Selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
butir a, pendidik pada program vokasi harus memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan
yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
(3) Selain kualifikasi pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
butir b, pendidik pada program profesi harus memiliki sertifikat
kompetensi setelah sarjana sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian
yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.

Pasal 32

(1) Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar sebagai-mana diatur dalam Pasal 28 sampai dengan pasal 31.
(2) Selain syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 sampai dengan
Pasal 31 menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
dapat memberikan kriteria tambahan.

Pasal 33

(1) Pendidik di lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan harus


memiliki kualifikasi dan kompetensi minimum yang dipersyaratkan.
(2) Kualifikasi dan kompetensi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

8
Pasal 34

Rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan dalam Peraturan


Menteri ber-dasarkan usulan dari BSNP.6

3. Tugas Pendidik

Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan


mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didiknya, baik terkait
dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotirnya. Potensi peserta didik
harus berkembang secara seimbang sampai ketingkat keilmuwan tertinggi
dan mengintegrasi dalam diri peserta didik. Upaya pengembangan potensi
peserta didik dilakukan untuk penyucian jiwa-mental, penguatan metode
berfikir, penyelesaian masalah kehidupan, menstransfer pengetahuan dan
keterampilannya melalui teknik mengajar, memotivasi, member contoh,
memuji dan menstradisikan keilmuwan.

Tugas pendidik dalam proses pembelajaran secara beurutan adalah


(1) menguasai materi pembelajaran, (2) menggunakan metode pembelajaran
agar peserta didik mudah menerima dan memahami pembelajaran, (3)
melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan, dan (4) menindaklanjuti
hasil evaluasinya. Tugas seperti ini mengharuskan pendidik untuk
menguasai ilmu-ilmu bantu yang dibutuhkan, seperti ilmu pendidikan,
psikologi pendidikan atau pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi
pendidikan dan lain sebagainya.7

Pers, 2010.

6
Dedi Mulyasa, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (Bandug: Remaja Rosdakarya, 2012),
157-159.
7
Muhammad Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2009), 51.

Anda mungkin juga menyukai