Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

INOVASI PENGEMBANGAN PROFESIONALISME TENAGA


KEPENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu: M. NASRULLAH, M.Pd.I.

Disusun oleh :
1. Muhammad Mahmud (342118022)
2. Qonita Furoida (3421180 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
(STAIKAP)
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Peran pendidikan sangatlah strategis dalam membangun bangsa (nation building),
karena pendidikan tidak saja memiliki fungsi yang hakiki dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang akan menjadi aktor-aktor dalam menjalankan fungsi dari
berbagai kehidupan, tetapi juga merupakan suatu daya upaya bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter, pikiran, intelektual) dari tubuh anak.
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Dalam kaitan dengan itu, maka sebagai Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dituntut untuk selalu mengedepankan profesionalisme mereka dalam bidang kerja
yang ditekuni, sebagaimana yang dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI
Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 28 ayat (3) bahwa kompetensi
agen pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini meliputi; kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional, dan kompetensi social. Lebih terperinci lagi dijelaskan dalam UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Yang dimaksud tenaga kependidikan di sekolah adalah guru mata pelajaran, guru
pembimbing, tata usaha, laboran, teknisi, dan pustakawan. Tidak dapat diragukan
bahwa untuk mengembangkan sekolah diperlukan tenaga kependidikan yang
profesional.
Jadi salah satu masalah pokok yang dihadapi kepala sekolah, adalah bagaimana
cara membina dan menumbuhkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolah
yang dipimpinnya, agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, kemudian menerapkanya dalam rangka pengembangan sekolah.
Dikaitkan dengan hak mereka, pasal 30 ayat 2 undang-undang no.2 tahun 1989
menyatakan bahwa tenaga kependidikan berhak memperoleh pembinaan karier yang
sesuai dengan prestasi kerjanya. Sedangkan pasal 31 ayat 4, menyatakan bahwa
tenaga kependidikan berkewajiban meningkatkan kemampuan profesional sesuai
dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perkembangan
bangs. Jadi pembinaan profesionalisme tenaga kependidikan (dengan harapan

1
kariernya meningkat) sesuai dengan kebutuhan sekolah dan sekaligus sesuai dengan
hak yang diterima mereka.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi profesi dan profesionalisme?
2. Bagaiamana tuntutan profesionalisme tenaga kependidikan?
3. Apa saja jenis-jenis tenaga kependidikan?
4. Bagaimana cara pengembangan professional guru?
5. Bagaimana cara uji kompetensi guru?

C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripaikan :
1. Untuk mengetahui perbedaan antara profesi dan profesionalisme
2. Untuk mengetahui tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi pendidik
3. Untuk mengetahui jenis dan kategori tenaga kependidik
4. Untuk mengetahui jenis dan kategori tenaga kependidikan
5. Untuk mengetahui cara pengujian kompetensi guru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Profesi dan Profesionalisme


Jauh sebelum kita membicarakan pokok bahasan  secara spesifik, terlebih
dahulu akan diperlihatkan definisi Profesi dan Profesionalisme itu sendiri.
1. Pengertian Profesi
Kata Profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu.
Profesional sebagai kata sifat berarti memerlukan kepandaian khusus untuk
melaksanakannya. Secara etimologi, profesi berasal dari istilah bahasa Inggris
profession atau bahasa Latin profecus yang artinya mengakui, pengakuan,
menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.1
2. Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata bahsa Inggris professionalism yang secara
leksikal berarti sifat professional. Orang yang professional memiliki sikap-sikap yang
berbeda yang berbeda dengan orang yang tidak professional meskipun dalam
pekerjaan yang sama atau katakanlah berbeda pada satu ruang kerja. Untuk
menunjukkan keprofesionalan kita bukanlah dengan kata-kata melainkan dengan
perbuatan. Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan
profesinya itu.   

B. Tuntutan Profesionalisme
Dalam penyelenggaraan pendidikan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan
sangat diharapkan dapat menunjukkan profesionalisme kinerja  mereka. Mengapa 
Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus ditingkatkan? Hal ini
disebabkan oleh banyak hal yang melatar belakangi. Salah satu hal yang sangat
menonjol adalah masih sangat banyak Pendidik yang belum memenuhi standar
kompetensi seperti yang dipersyaratkan ( UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang  Guru
dan Dosen).2
Demikian halnya dengan Tenaga Kependidikan serta Pengelola Satuan
Pendidikan masih jauh dari apa yang diharapkan. Dengan demikian,  Profesionalisme

1
Sudarwan Danim.. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. (Bandung: Pustaka Setia. 2010)
2
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3
Pendidik dan Tenaga Kependidikan  dapatlah dikatakan antara harapan dan
kenyataan.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen .
Pada pasal 10 undang-undang tersebut disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi pedagogic.
Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik disekolah dalam
mengelola interaksi pembelajaran bagi peserta didik.Kompetensi ini mencakup :
pemahaman, dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian
Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik disekolah yang berupa
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
peserta didik.
3. Kompetensi professional.
Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik disekolah
berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam hal ini
mencakup penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah,
metode khusus pembelajaran bidang studi, dan wawasan etika dan pengembangan
profesi.
4. Kompetensi sosial
Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik disekolah untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesame guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Selanjutnya persiapan dan hal yang dilakukan oleh guru adalah memahami
dan mengetahui tugas sebagai sebagai seorang guru, tugas tersebut terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20.yaitu:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
tehnologi dan seni.
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin,agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran,dan

4
4. Menjunjung tinggi peraturan perundangan –undangan ,hokum, dank ode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

C. Jenis-Jenis Tenaga Profesi Kependidikan


Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5) menyebutkan bahwa tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya pada ayat (6) dijelaskan
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instructor, fasilitator dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.3
1. Kepala Satuan Pendidikan
Kepala satuan pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab
untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus
mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator.
Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah:
1) Kepala sekolah
2) Rektor

2. Pendidik
Pendidik atau pengajar, adalah tenaga kependidikan yang bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik.
Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu:
a. Guru
b. Dosen
c. Konselor
d. Tutor
e. Instruktur
f. Fasilitator

3. Profesi Kependidikan Lainnya

3
UU RI Nomor 20 Tahun 2003; tentang Sistem Pendidikan Nasional.

5
Profesi kependidikan ini adalah orang yang juga bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, namun tidak secara langsung
terlibat dalam proses mengajar, mereka diantaranya adalah:
1) Tata usaha, yaitu tenaga kependidikan yang bertugas dalam bidang
administrasi dalam suatu lembaga. Bidang administrasi yang dikelola tata
usaha diantaranya:
a) Administrasi surat menyurat dan pengarsipan
b) Administrasi Kepegawaian
c) Administrasi Peserta Didik
d) Administrasi Keuangan dan lain-lain.
2) Petugas Laboratorium (laboran), yaitu petugas khusus yang bertanggung
jawab terhadap alat-alat dan bahan-bahan di Laboratorium.
3) Pustakawan, yaitu tenaga kependidikan yang bertugas untuk mengurus hal-hal
yang ada di perpustakaan.

D. Pengembangan Profesional Guru


Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru. Beberapa
model pengembangan guru sengaja dirancang untuk menghadapi pembaharuan
pendidikan. Menurut Soetjipto dan kosasi, pengembangan sikap profesional ini dapat
dilakukan selama dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam
jabatan).
1. Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya
yang bersifat unik, guru selalu jadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi
masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap
pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
2. Pengembangan profesional selama dalam jabatan
Pengembangan sikap professional tidak terhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan para jabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai
guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal
melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan
majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan.4
4
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009) hal, 103-104

6
Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru.Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Dapertemen Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan
beberapa alternatif Program Pengembangan profesionalisme guru, sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru


Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru
adalah minimal S1 dari program keguruan, maka masih ada guru-guru yang belum
memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karenanya program ini diperuntukkan bagi guru
yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan
S1 atau S2 pendidikan keguruan.
2. Program Penyetaraan dan Sertifikasi.
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan.
Hal ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata
pelaajaran tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari
kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi bukan
kependidikan. Mereka dapat mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi.
3. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup, diperlukan
pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang diusulkan
adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu kepada tuntutan
kompetensi.
4. Program Supervisi pendidikan
Dalam praktik pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang
ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya. Sering ada
persepsi yang salah atau kurang tepat dimana tugas supervisor dimaknai sebagai tugas
untuk mencari kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya untuk
meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Ciri utama supervisi
adalah perubahan kearah yang lebih baik, positif proses belajar mengajar lebih
efektif dan efesien.5
5. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua
unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah guru
SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab dalam
mengelola mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
5
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009) Hal 105-106

7
6. Program pelatihan tradisional lainnya
Berbagai pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Bentuk-bentuk pelatihan
ini sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. Walaupun disadari bahwa seringkali
berbagai bentuk kursus/pelatihan tradisional ini sering kali tidak dapat memenuhi
kebutuhan praktis dan pekerjaan guru. Oleh karena itu, suatu kombinasi antara materi
akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat efektif untuk pengembangan
kursus/pelatihan tradisional ini. Pelatihan ini pada umumnya mengacu pada suatu
aspek khusus yang sifatnya penting untuk diketahui oleh para guru,misalnya: CTL,
KTSP, Penelitian Tindakan Kelas , Penulisan Karya Ilmiah, dan sebagainya.
7. Membaca dan Menulis jurnal atau Karya Ilmiah
Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya
secara berkesinambungan diproduksi oleh individual pengarang, lembaga pendidikan
maupun lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah lainnya tersebut
tersebar dan dapat ditemui diberbagai pusat sumber belajar (perpustakaan, internet,
dan sebagainya). Walaupun artikel dalam jurnal cendrung singkat, tetapi dapat
mengarahkan pembacanya kepada konsep-konsep baru dan pandangan untuk menuju
kepada perencanaan dan penelitian baru. Ia juga memiliki kolom berita yang
berkaitan dengan pertemuan, pameran, seminar, program pendidikan, dan sebagainya
yang mungkin menarik bagi guru.
8. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masing-masing guru secara mandiri. Yang
diperlukan adalah bagaimana memotivasi dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam
berbagai pertemuan ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna
penting untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru.
Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah menyajiakan
berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang tertentu.[9]

9. Melakukan Penelitian (khususnya penelitian tindakan kelas)


Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan studi sistematik yang dilakukan
guru melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka
merefleksikan dan sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-
menurus juga strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
10. Magang
Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-service
atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru profesional
melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi tertentu.
Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional, fokos pelatihan magang ini

8
adalah kombinasi antara materi akademis dengan suatu pengalaman lapangan
dibawah supervisi guru yang senior dan berpengalaman.

E. Uji Kompetensi Guru (UKG)


1. Pengertian Uji Kompetensi Guru (UKG)
Uji Kompetensi Guru disingkat UKG adalah sebuah kegiatan ujian untuk mengukur
kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain
content Guru. Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang
studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan
kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi
pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses
pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas
2. Prinsip UKG
Dalam pelaksanaan UKG harus diperhatikan prinsip-prinsip UKG sebagai
berikut:
a) Objektif
Pelaksanaan uji kompetensi guru dilakukan secara benar, jelas, dan menilai
kompetensi sesuai dengan apa adanya.
b) Adil
Dalam pelaksanaan uji kompetensi guru, peserta uji kompetensi guru harus
diperlakukan sama dan tidak membeda-bedakan kultur, keyakinan, sosial budaya,
senioritas, dan harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara adil
dan tidak diskriminatif.
c) Transparan
Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan uji kompetensi seperti
mekanisme kerja, sistem penilaian harus disampaikan secara terbuka dan dapat
diakses oleh yang memerlukan.
d) Akuntabel
Pelaksaan uji kompetensi guru harus dapat dipertanggung-jawabkan baik dari sisi
pelaksanaan maupun keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku.
3. Manfaat UKG
Secara teoritis maupun praktis, pelaksanaan UKG memiliki berbagai manfaat,
diantaranya dapat dijadikan sebagai:
a) Sarana untuk memetakan kompetensi dan kinerja guru;
Data hasil UKG kemudian akan digunakan untuk mengelompokkan guru dan
akan dijadikan sebagai masukan untuk tindak lanjut pembinaan dan pengembangan
kompetensi guru.

9
b) Sarana untuk mengelompokkan guru;
Pengelompokkan guru akan dilakukan sesuai dengan tingkat pencapaian
kompetensinya masing-masing.
c) Sarana pembinaan guru;
Pembinaan guru dimungkinkan lebih efektif karena didapat dari data awal yang
akurat.
d) Sarana pemberdayaan guru.
Seperti halnya pembinaan guru, pemberdayaan guru pun dimungkinkan lebih
efektif dari data yang akurat.
e) Acuan dalam pengembangan kurikulum;
Pengembangan kurikulum akan lebih jelas dan terfokus karena dilakukan
berdasarkan data pencapaian.
f) Alat untuk mendorong kegiatan dan hasil belajar;
Fokus pembenahan kegiatan belajar mengajar oleh guru akan dapat dilakukan
berdasarkan data yang didapat.
g) Alat seleksi penerimaan guru baru;
Tidak hanya guru yang sudah lebih dahulu mengabdi, tetapi juga calon guru atau
guru baru harus memiliki standar yang sama.6

BAB II
PENUTUP

https://id.wikipedia.org/wiki/Uji_kompetensi_guru, diakses pada tanggal 21 Februari pukul


6

17.00 WIB

10
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga
negara, agar menjadi warga negara yang berkualitas sesuai cita-cita yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Maksud lainnya adalah untuk menunjang kehidupan
dan tarap hidup agar menjadi lebih baik, serta memiliki harkat dan martabat yang
tinggi sebagai manusia. Oleh karena itu, untuk menghasilkan anak-anak bangsa yang
cerdas maka hal utama yang harus diperhatikan adalah kesiapan sumber daya
manusia dalam hal ini tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional.
Profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan adalah langkah utama untuk
memperbaiki kinerja dan hasil dari suatu pendidikan, tanpa hal ini niscaya itu akan
berhasil dengan baik. Dengan demikian untuk meningkatkan profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan maka berbagai usaha pun telah dilakukan
pemerintah, salah satunya adalah sertifikasi guru sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam UU NO. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Tidak berhenti sampai disitu, tetapi harus ada usaha sadar pribadi dan organisasi
sekolah untuk selalu mengembangkan kapasitas dari pendidikan dan tenaga
kependidikan dengan jalan mengikuti kegiatan-kegiatan akademis untuk mengasa dan
meningkatkan kemampuan baik dalam manajerial maupun dalam hal pembelajaran.
Tujuan utama guru profesional yaitu mengembangkan minat belajar pada peserta
didiknya. Menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar adalah syarat mutlak
bagi tugas guru. Dalam mengembangkan minat belajar guru harus mengenal terlebih
dahulu dengan krakteristik peserta didiknya karena karakteristik siswa itu berbeda
jadi dalam penerapan untuk mengembangkan minat belajar pada siswa pun akan
berbeda metode.
Menjadi guru profesional ada beberapa cara yang dapat menunjang itu semua. Pada
saat ini orang menilai sebuah keprofesionalan itu dari sebuah sertifikat atau ijasah.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan keprofesioanalan guru. Dapat kita
lihat beberapa upaya usaha pemerintah dalam menjadikan guru profesional seperti
sertifikasi, PPG ( pendidikan profesi guru). Ini semua kembali lagi pada guru yang
bersangkutan dalam usaha mereka untuk menjadi profesional atau tidak. Guru
profesional tidak hanya dilnilai materi yang didapatkannya tapi hasil dari kinerjanya
yakni peserta didiknya mudah dalam memahami pelajaran atau sangat senang di ajar
dengan guru yang bersangkutan

DAFTAR PUSTAKA

11
Denim, Sudarwan. 2010. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Denim, Sudarwan, (2000). Inovasi Pendidikan. , Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003; tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005; tentang Guru
dan Dosen.S
Udin Syaefudin Sa’ud, 2009, Pengembangan Profesi guru, Bandung:Alfabeta.
Https://id.wikipedia.org/wiki/Uji_kompetensi_guru, diakses pada tanggal 21
Februari pukul 17.00 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai