Anda di halaman 1dari 32

KEGIATAN BELAJAR

3
PERSYARATAN, KUALIFIKASI, DAN KOMPETENSI
GURU PENDIDIKAN JASMANI
KEGIATAN BELAJAR 3:

PERSYARATAN, KUALIFIKASI, DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN


JASMANI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pendidik menurut UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 (2) adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksankan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan mengabdi kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan guru tidak termuat dalam UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), di mana di dalam UU ini profesi guru
dimasukkan ke dalam rumpun pendidik. Maka, dapat dikatakan bahwa profesi guru adalah
bagian dari pendidik.
Guru dan pendidik merupakan dua hal yang bisa berbeda maknanya. Kata “pendidik” juga
merupakan hipernim yaitu kata yang memiliki makna yang lebih luas yang mana kata
“pendidik” merupakan padanan dari kata educator dalam bahasa inggris yang artinya adalah
pendidik, spesialis dibidang pendidikan, atau ahli pendidikan.
Sedangkan kata “guru” adalah salah satu hiponim yaitu kata yang memiliki makna sempit
dari kata pendidik. Kata “guru” merupakan padanan dari kata teacher dalam bahasa inggris
yang berarti seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah. Guru sebagai pendidik tidak
hanya berperan sebagai tenaga pendidik, namun posisi sosialnya benar-benar hanya berada
dalam ruangan ukuran 8x8m. Hanya dikelas itulah guru memberikan petuah dan ajarannya
mengenai berbagai hal.
Pendidik profesional juga tidak hanya merujuk kepada Guru, namun merujuk kepada semua
profesi yang sifatnya mendidik, seperti: Dosen, Tutor, Instruktur, Pamong belajar, Konselor,
Fasilitator, Penguji dan yang lainnya yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan
Pendidikan (PP No. 19 Th. 2005) Guru Sebagai pendidik yang pekerjaannya merubah
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik secara memiliki beberapa keterampial
diantaranya kemampuan pedagogik, professional, kepribadian dan sosial. Keempat aspek
tersebut wajib dimiliki seorang guru untuk menjadi profsional.
Demikian halnya dengan guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
(PJOK). Menjadi guru pendidikan jasmani yang profesional bukanlah hal yang mudah.
Aplikasinya membutuhkan proses jangka panjang yang sistematis dan terus berkembang.
Guru pendidikan jasmani dituntut untuk memiliki dasar kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan serta memiliki kepribadian yang mantap sebagai prasayarat bagi performansinya
untuk target kemaslahatan bagi orang lain. Guru pendidikan jasmani memiliki kedudukan
yang strategis dalam sistem dan program pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan
potensi fisik, serta membudayakan sportifitas, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat pada
peserta didik.

2. Relevansi
Guru dalam komponen pendidikan memiliki peranan yang besar dan strategis. Karena
gurulah yang dijadikan sebagai ujung tonggak dalam pendidikan. Guru mempunyai tugas
yang berat dan mulia dalam mengantarkan anak-anak bangsa ke puncak cita-cita. Untuk
dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka seorang guru selayaknya memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kompetensi
yang dimiliki oleh setiap setiap guru akan menunjukan kualitas profesionalisme seorang
guru.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 telah ditetapkan
standar kompetensi pedagogik guru. Standar kompetensi pedagogik guru merupakan
kemampuan minimal yang harus dimiliki guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dijabarkan ke
dalam kompetensi guru. Dengan adanya kualifikasi dan kompetensi tersebut diharapkan
seorang guru menjadi tenaga pendidik dan pengajar yang professional.
Guru sebagi Pendidikan wajib menguasa 4 kompetensi yaitu pedaogi, professional,
kepribadian dan social. Pedagogic berhubungan dengan kemampungan melakukan proses
belajar mengajar dengan berbagai pendekatan. Profesional dimaknai dengan seorang guru
harus menguasai berbagi ilmu pengetahuan tentang Pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan dan ilmu pendukung lainnya. Kepribadian maksudnya bahwa seorang guru harus
memiliki kepribadian yang kuat dan dijadikan contoh bagi peserta didik. Sosial adalah guru
dapat hidup damai ditengah peserta didik yang memiliki latar belakang keluarga, ekonomi,
budaya dan kepribadian yang berbeda-beda.
Kapasitas guru pendidikan jasmani dalam menjalankan tugasnya sebagai, (a) pekerja
profesional dengan fungsi mendidik, mengajar dan melatih (b) pekerja kemanusiaan dengan
fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, serta (c)
sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat melalui
pendidikan jasmani untuk menjadi warga Negara yang baik, jelas dituntut pemilikian
kapasitas diri yang memadai.
Keempat kompetensi tersebut wajib dikuasai seorang guru untuk dapat bekerja secara
professional. Hal ini yang melandasi bahwa setiap guru harus dapat menunjukkan pengusaan
keprofesiannya melalui sertifikat pendidik yang diperoleh melalui Program Pendidikan Guru
(PPG). PPG dijadikan wahana untuk membina calon guru yang akan dipersiapkan menjadi
guru professional dan menjamin bahwa sertifikat pendidik dapat menjamin seorang pendidik
bekerja secara profesional.

3. Petunjuk belajar
Apa kabar Bapak/Ibu sekalian, semoga baik-baik saja dan tetap selalu dalam lindungan
Tuhan Yang maha esa. Selamat bertemu kembali pada sesi ini yang akan membahas tentang
persyaratan, kualifikasi dan konpetensi yang harus dimiliki seorang guru Pendidikan jasmani.
Pada pembelajaran KB ini saudara diharapkan dapat memahami berbagai guru, pendidik,
guru Pendidikan Jasmani (penjas), persyaratan seorang guru penjas, kualifikasi yang harus
dimuliki dan kompetensi yang harus dimiliki guru penjas.
Untuk dapat memahami, melaksanakan dan mampu menginternalisasi seluruh isi dalam
modul ini, saudara diharapkan membaca modul ini secara seksama dan menelaah informasi
tambahan yang diberikan oleh fasilitator. Selain itu melalui eksplorasi sumber-sumber lain,
melakukan diskusi, serta upaya lain yang relevan, saudara juga diharapkan dapat menggali
lebih dalam informasi yang diberikan dalam modul ini. Untuk lebih memahami pengetahuan
dan penguasaan keterampilan, saudara dianjurkan untuk membaca dengan cermat dan
berlatih mencoba berbagai keterampilan yang disajikan secara bertahap sesuai dengan
langkah, tahapan dan prosedur yang dirancang dalam modul ini. Artinya, saudara diharapkan
untuk mencoba berkali-kali dan kemudian membandingkan keterampilan yang dikuasai
dengan kriteria yang ada dalam setiap pembahasan.
Pada bagian lain dari modul saudara juga harus mengerjakan berbagai tugas/ latihan/ studi
kasus yang disajikan sebaik-baiknya. Pengerjaan tugas/ latihan/ studi kasus didasarkan pada
informasi yang ada pada modul ini, dan kemudian diperkaya dengan informasi dari sumber-
sumber belajar lainnya.
Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran, saudara harus mengerjakan evaluasi (tes formatif)
dan melakukan evaluasi akhir (tes akhir / sumatif) di akhir modul. Dengan demikian saudara
akan dapat mengetahui tingkat penguasaan materi yang disajikan secara mandiri. Pada setiap
akhir kegiatan pembelajaran disajikan kunci jawaban dari evaluasi tersebut, akan tetapi
saudara tidak diperkenankan melihat dan membacanya sebelum menyelesaikan soal
evaluasi yang disediakan.

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran berpikir tingkat tinggi pada bidang
pendidikan jasmani yang harus dimiliki peserta didik mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif) yang berorientasi
masa depan (adaptif dan fleksibel)

2. Pokok Materi
Dengan membaca dan menelaah materi pada kegiatan pembelajaran ini, saudara dapat
menjelaskan sebagai berikut:
a. Persyaratan guru Pendidikan Jasmani
b. Kualifikasi guru Pendidikan Jasmani
c. Kompetensi guru Pendidikan Jasmani

3. Uraian Materi
Pokok-pokok materi yang akan saudara pelajari sebagai berikut: (a) Persyaratan guru
Pendidikan Jasmani, (b) Kualifikasi guru Pendidikan Jasmani, (c) Kompetensi guru Pendidikan
Jasmani.
Sebelum membahas tentang persyaratan, kualifikasi dan kompetensi guru Penjas
alangkah baiknya saudara terlebih dahulu memahami tentang tugas saudara sebagai seorang guru
adalah sebuah profesi.
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan
sebagainya) tertentu. Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya (Depdikbud: 1989) Artinya, tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang
tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Misalnya untuk
mengoperasi seseorang yang mempunyai penyakit kanker, dibutuhkan seorang dokter spesialis
bedah yang memiliki kemampuan yang diperoleh dari pendidikan khusus untuk itu. Keahlian
diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang
menjalani profesi itu (pendidikan/latihan prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi
(inservice training).
Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misalnya,
“Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang
sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional dikontraskan dengan
“nonprofesional” atau “amatiran”. Dalam kegiatan sehari-hari seorang profesional melakukan
pekerjaan sesuai dengan ilmu yang telah dimilikinya, jadi tidak asal tahu saja. Ahmad Tafsir
(2001) mengatakan profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan
harus dilakukan oleh orang yang profesional. Profesional adalah orang yang memiliki profesi,
sedangkan profesi itu harus mengandung keahlian. Artinya, suatu program itu mesti ditandai oleh
suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu
Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang
digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Guna menambah dan memperluas pemahaman saudara kiranya juga diperlukan tentang
berbagai informasi tambahan tentang kompetensi guru Pendidikan Jasmani. Guru pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan. Keberhasilan dalam pembelajaran salah satunya juga
merupakan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang berpedoman
atau mengacu kepada Badan Standar Nasional Pendidikan yang berlaku di Indonesia (lihat
http://bsnp-indonesia.org/standar-nasional-pendidikan/.) Mustofa (2007) menjelaskan bahwa
guru merupakan “unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pedidikan
banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat”.
Mardapi (2012) menjelaskan bahwa “guru yang profesional mampu menguasai karakteristik
bahan ajar dan karakteristik peserta didik”. Sedangkan dalam UU nomor 19 tahun 2005 tantang
Standar Nasional Pendidikan pasal 28 dijelaskan bahwa
1. Persyaratan Guru Pendidikan Jasmani
Di dalam masyarakat, dari yang terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang
peranan penting hampir tanpa terkecuali, guru merupakan satu di antara pembentukan-
pembentukan utama calon warga masyarakat. Ada beragam julukan yang diberikan kepada
sosok seorang guru. Salah satu yang paling terkenal adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.
Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru sehingga
guru disebut sebagai pahlawan.
Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan
mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari
harapan. Guru sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah,
yang dalam perkembanganya masih membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat
meninggal.
Dalam UU nomor 19 tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 dijelaskan
bahwa (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional; (2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku; (3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) Kompetensi pedagogik, (b)
Kompetensi kepribadian, (c) Kompetensi profesional, dan (d) Kompetensi sosial; (4)
Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat dianggap menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan; (5) Kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
(4) dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Untuk melakukan peranan dan tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu.
Adapun syarat-syarat menjadi guru itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok.
a. Persyaratan administratif
b. Persyaratan ini bersifat formal
c. Persyaratan psikis
d. Persyaratan fisik
Menurut Oemar Hamalik (2006) yang dikutip bukunnya oleh Ngainun Naim ada beberapa
persyaratan untuk menjadi seorang guru, yaitu:
a. Harus memiliki bakat seorang guru
b. Harus memiliki keahlian seorang guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
e. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila dan
f. Guru adalah seorang warga Negara yang baik

Tugas Guru
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Dalam kontek ini guru
dimaknai sebagai figur seorang pemimpin, sosok arsitektur yang dapat membentuk
keperibadian dan watak peserta didik, mempunyai kekuasaan fundamental untuk
membentuk dan membangun keperibadian peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi
agama, nusa, bangsa dan kehidupan sosial. John Dewy menyebutkan ”Education is the
fundamental method of social progress and reform” Pendidikan adalah metode yang
fondamental bagi kemajuan sosial dan reformas.
Sebagai pendidik-pengajar, guru bertugas mempersiapkan generasi muda bangsa yang dapat
membangun diri dan Bangsanya demi kelestarian dan keberlanjutan hidup suatu bangsa dan
Negara.Artinya guru berperan sebagai arsitektur untuk membentuk pola manusia seperti apa
yang akan dibangun dimasa depan (The future of the world is the hand of educated people).
Secara umum tugas guru adalah mendidik. Mendidik merupakan rangkaian dari proses
belajar-mengajar, memberikan dorongan, memuji, memberi contoh dan membisakan peserta
didik. Tugas utama guru antara lain adalah: (a) Tugas guru sebagai pengajar (Intruksional).
Sebagai pengajar (intruksional), guru bertugas merencanakan progam pengajaran,
melaksanakan progam yang telah disusun dan melaksanakan penilaian setelah
progam/proses belajar mengajar dilaksanakan; (b) Tugas guru sebagai pendidik (Edukator).
Sebagai pendidik (edukator) guru bertugas membimbing, mengarahkan peserta didik untuk
mencapai tingkat kedewasaan dan berkepribadian sempurna; dan (c) Tugas guru sebagai
pemimpin (Managerial). Sebagai pemimpin, guru bertugas memimpin dan mengendalikan
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang menyangkut upaya perencanaan, pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, dan pengontrolan, atas progam yang dilakukan (Nuri
Ramadhan:2017).
Untuk membaca secara lengkap tentang UU no 14 tahun 2005 dapat dilihat pada
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf
Undang-undang Dasar No.14 Tahun 2005 Pasal 2, menjelaskan tentang kedudukan,
fungsi, dan tujuan seorang guru ada 2, yaitu:
a. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menenngah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Peran Guru
Guru sebagai sebuah profesi tentunya mempunyai peran dalam bidangnya.
Diantara peran guru tersebut yaitu:
1. Peran Guru Sebagai Demonstrator, guru adalah seorang pengajar dari bidang ilmu yang
ia kuasai. Oleh karena itu, agar dapat melaksanakan perannya dengan baik seorang
guru harus menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2. Peran Guru Sebagai Pengelola Kelas, sebagai pengelola kelas, seorang guru harus
mampu menciptakan suasana atau kondisi belajar di kelas. Dia juga harus
merangsang sisiwa untuk aktif dalam proses pembelajaran, terampil mengendalikan
suasana kelas agar tetap hangat, aman, menarik dan kondusif.
3. Peran Guru sebagai Mediator dan Fasilitator, Sebagai mediator, seseorang guru dituntut
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan
sebagai alat komunikasi dalam proses pembelajaran. Sumber belajar yang berguna
serta dapat menunjang tercapainya tujuan dalam proses belajar mengajar, baik yang
berwujud narasumber, buku teks, majalah, surat kabar, maupun sumber belajar lainnya.
4. Peran Guru sebagai Evaluator, Sebagai evaluator, seorang guru dituntut mampu
melakuakan proses evaluasi, baik untuk mengtahui keberhasilan dirinya dalam
melaksanakan pembelajaran, maupun nilai hasil belajar siswa.
Nuri (2017) Dalam menjalankan tugas keprofesiannya guru memiliki multi peran. Peran
guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat dipaparkan sebagai berikut;
1. Peran Guru Sebagai Organisator. Dalam konteks sebagai organisator ini guru memiliki
peran pengelolaan kegiatan akdemik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
pendidikan/ akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasi kan, agar dapat
mencapai efektifitas dan efisiensi belajar mengajar yang signifikan.
2. Peran Guru Sebagai Demonstrator. Sebagai demonstrator, lecturer/pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan,materi ajar dan senantiasa mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu yang harus diperhatikan guru
bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar dan terus belajar.
Seorang guru hendaknya terampil merumuskan Perangkat pembelajaran sesuai dengan
ramburambu kurikulum yang berlaku.
3. Peran Guru Sebagai Pembimbing. Peran guru sebagai pembimbing harus lebih
dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing peserta didik
menjadi manusia dewasa susila yang cakap, terampil, berbudi pekerti luhur dan
berakhlak mulia. Tanpa bimbingan, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi perkembangan dirinya. Kekurang mampuan peserta didik menyebabkan
lebih banyak tergantung pada bantuan guru.
4. Peran Guru Sebagai Pengelola Kelas. Peran guru sebagai pengelola kelas (learning
manager), hendaknya diwujudkan dalam bentuk pengelolaan kelas sebagai lingkungan
belajar. Lingkungan belajar diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pengelolaan kelas sebagai
lingkungan belajar turut menentukan kontribusi sejauh mana lingkungan tersebut dapat
menciptakan iklim belajar sebagai lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman
dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
5. Peran Guru Sebagai Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan belajar bagi peserta didik. Lingkungan belajar
yang tidak menyenangkan, suasana rung kelas yang pengap, meja dan kursi yang
berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan peserta didik ngantuk
dan malas beraktivitas/belajar.Oleh karena itu menjadi tugas guru sebagai fasilitator
menyediakan fasilitas, sehingga dapat menciptakan lingkungan Pembelajaran, yang
Aktif, Kreratif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) peserta didik.
6. Peran Guru Sebagai Mediator. Peran guru sbagai mediator, dimana guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar-mengajar. Media pembelajaran merupakan sarana yang sangat urgen dan
merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
7. Peran Guru Sebagai Inspirator. Peran guru sebagai inspirator, menuntut kemampuan
guru memberikan inspirasi bagi kemajuan belajar peserta didik. Persoalan belajar adalah
masalah utama peserta didik. sebagai inspirator guru hendaknya dapat memberikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Sebagai inspirator, guru harus dapat
memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar peserta didik. Petunjuk belajar
tersebut tidak selamanya harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalamanpun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting
bukan teorinya, tetapi bagaimana mengeliminir kalaupuntidak menghilangkan sama
sekali masalah yang dihadapi oleh Peserta didik.
8. Peran Guru Sebagai Informator. Peran guru sebagai informator guru harus dapat
memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah
bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
9. Peran Guru Sebagai Motivator. Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong
anak didik agar semangat dan aktif belajar. Sebagai motivator, guru hendaknya dapat
mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan
motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas
belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Peranan guru sebagai motivator dapat
memberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih bergairah dan bersemangat belajar.
10. Peran Guru Sebagai Korektor. Peran guru sebagai korektor menuntut guru bisa
membedakan mana nilai yang baik, dan mana nilai yang buruk, mana nilai positif dan
mana nilai negatif. Kedua nilai yang berbeda ini harus dipahami dalam kehidupan
masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah dimiliki peserta didik dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum peserta didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan
peserta didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana
peserta didik tinggal cepat atau lambat akan mewarnai kehidupan peserta didik.
11. Peran Guru Sebagai Inisiator. Peran guru sebagai inisiator, artinya guru harus dapat
menjadi pencetus ide-ide kemajuan pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif
yang ada sekarang harus diperbaiki susuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan
penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media
komunikasi dan informasi. Guru hendaknya menjadikan dunia pendidikan, khususnya
interaksi edukatif agar lebih baik dari sebelumnya.
12. Guru Sebagai Evaluator. Peran guru sebagai evaluator, artinya seseorang guru dituntut
untuk menjadi seorang penilaian yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian
yang menyentuh asfek ekstrinsik dan intrinsik, penilaian pada asfek intrinsik lebih
diarahkanpada asfek kepribadian peserta didik, yakni aspek nilai (values). Berdasarkan
hal ini guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas.
13. Peran Guru Sebagai Supervisor. Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membentu,
memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pembelajaran. Teknik-teknik
supervisi harus dikuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi
pembelajaran menjadi lebih baik.
14. Peran Guru Sebagai Kulminator. Sebagai kulminator, Guru adalah orang yang
mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan
rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang
memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Disini peran
kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
15. Peran Guru Sebagai Administrator Sekolah. Dalam hubungannya dengan administrator,
seorang guru perlu berperan sebagai berilkut: (a) Guru sebagai pengambil inisiatif, (b)
Guru Mewakil masyarakat; (c) Guru sebagai orang yang ahli dalam mata pelajaran
tertentu; (d) Guru sebagai penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu
disiplin.; (e) Guru sebagai pelaksana administrasi pendidikan.; (f) Guru sebagai
pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru; dan (g)
Guru sebagai penerjemah kepada masyarakat,
16. Peran Guru Sebagai Pribadi. Peran Guru Sebagai Pribadi diilihat dari segi dirinya sendiri
(self oriental), bearti guru perlu berperan sebagai berikut: (a) Guru sebagai petugas
sosial; (b) Guru sebagai pelajar dan ilmuwan; (c) Guru sebagai orang tua; (d) Guru
sebagai contoh-teladan; (e) Sebagai pencipta keamanan.
17. Peran Guru Sebagai Psikologis. Peran guru secara psikologis adalah sebagi berikut: (a)
Guru sebagai Ahli psikologi pendidikan; (b) Guru sebagai Seniman; (c) Guru sebagai
Pembentuk kelompok; (d) Guru sebagai Cattalytic agent; (e) Guru sebagai Petugas
kesehatan mental.

2. Kualifikasi Guru Pendidikan Jasmani


Para guru secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria professional
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2005, PP 74
Tahun 2008 dan Permendiknas Normor 16 tahun 2007, yaitu berpendidikan akademik S-1
atau D-IV dan telah lulus uji kompetensi melalui proses sertifikasi pendidikan sebagai bukti
pengakuan professional guru tersebut. Pada dasarnya, profesionalisasi guru merupakan suatu
proses berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan, baik pendidikan prajabatan
(preservice training) maupun pendidikan dalam jabatan (in-service training) agar para guru
benar-benar memiliki profesionalisasi yang standar.
Berdasar UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga permendiknas Nomor 16
Tahun 2007, Perauran Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, dan Permenag Nomor 16/2010
semua guru di Indonesia minimal berkualifikasi akademik D-IV atau S-1 program studi yang
sesuai dengan bidang/ jenis mata pelajaran yang dibinanya.
Guru pada SD/ MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1)
program studi yang terakreditasi.
Adapun beberapa peraturan yang mengatur kualifikasi guru diantaranya:
1. Psl 8: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Psl 9: Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program S1 atau D4.
3. Psl 10 (1): Kompetensi guru sbgmana dimaksud psl 8 diperoleh melalui pendidikan
profesi.
Kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki
jabatan tertentu, dengan kata lain kualifikasi diartikan sebagai hal-hal yang
dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu.
kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu “keahlian atau kecakapan khusus”.
Dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagai keahlian atau kecakapan khusus
dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan
seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya.
Kualifikasi guru dalam kegiatan belajar mengajar menentukan tercapainya tujuan
pembelajaran. Ketrampilan dalam pekerjaan profesi sebagai guru didukung oleh teori
yang telah dipelajari, seorang guru yang kompeten diharuskan untuk belajar terus menerus
dan mendalami fungsinya sebagai guru yang memiliki kualifikasi. Karena guru yang
profesional, mereka harus memiliki ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, dan menjaga kode etik guru. Guru yang profesional, memiliki skil dalam
pekerjaan sebagai pendidik. Sebagai pendidik tidak bosan dengan profesinya sebagai guru,
menganggap pekerjaan itu sebagai hobi dan tidak merasa puas dengan apa yang dimiliki
tentang seluk beluk pendidikan secara khusus dalam kegiatan belajar mengajar, dan menjaga
sikap sebagai pendidik.
Dimensi kualifikasi merujuk dari Peraturan No. 19 tahun 2005, adapun dimensinya adalah :
(1) Kualifikasi akademik (2) Latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang atau mata
pelajaran yang diajarkan; (3) Sertifikat profesi guru (4) rencana pengajaran (teaching plans
and materials), (5) prosedur mengajar (classroom procedurs), dan (6) hubungan antar pribadi
(interpersonal skill). Untuk mengatur hal tersebut, dibuatlah Peraturan menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 yang membahas tentang standar kualifikasi dan kompetensi
guru, yang mana disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualitas akademik
dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional, juga bahwa guru-guru yang belum
memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana akan diatur dengan
peraturan menteri tersendiri.
Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang Guru dan Dosen, yang
merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan kualitas kompetensi guru
lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki
sertifikat profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula guru berhak mendapatkan tunjangan
profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru.Di samping UUGD juga menetapkan berbagai
tunjangan yang berhak diterima guru sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial
guru.Kebijakan dalam UUGD ini pada intinya adalah meningkatkan kualitas kualifikasi dan
kompetensi guru seiring dengan peningkatkan kesejahteraan mereka.

Kualifikasi Akademik
Berdasarkan Standar Pendidik dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005,
disebutkan bahwa “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensisebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untukmewujudkan
tujuan pendidikan nasional” yang meliputi:
a. Kualifikasi akademik pendidikan minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1);
b. Latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang atau mata pelajaran yang diajarkan;
c. Sertifikat profesi guru (minimal 36 SKS di atas D-IV/S1).
Undang-undang Guru dan Dosen merupakan suatu ketetapan politik bahwa
pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak mendapatkan hak-hak sekaligus
mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi secara profesional. Dengan itu diharapkan,
pendidik dapat mengabdikan secara total seluruh kemampuan, perhatian dan kepeduliann
pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi yang dilakoninya tersebut.
Dalam UUGD diatur ketentuan bahwa seorang:
a. Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai
agen pembelajaran.
b. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau
program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk guru
dan S-2 untuk dosen.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 20017, ada dua kualifikasi
akademik guru, yaitu kualifikasi guru melalui pendidikan formal dan kualifikasi guru melalui
uji kelayakan dan kesetaraan. Hal tersebut dijelaskan dengan kualifikasi akademik yang
dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat
diperlukan, tetapi belum dapat dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji
kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki
keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk
melaksanakannya.
a. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi
akademik guru Pendidikan Anak usia Dini/ Taman Kanak-Kanak/ Raudatul Atfal
(PAUD/TK/RA), guru Sekolah Dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/ MI), guru Sekolah
Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs), guru Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA), guru Sekolah Dasar Luar Biasa/ Sekolah Menengah Luar
Biasa/ Sekolah menengah Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru Sekolah
Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), sebagai berikut.
1) Kualifikasi akademik guru PAUD/TK/RA
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) dalam bidang pendidikan anak usia dini
atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
2) Kualifikasi akademik guru SD/MI
Guru pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) dalam
bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S-1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh
dari program studi yang terakreditasi.
3) Kualifikasi akademik guru SMP/MTs
Guru pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) program
studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/ diampu, dan diperoleh dar
program studi yang terakreditasi.
4) Kualifikasi akademik guru SMA/MA
Guru pada SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) program
studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/ diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
5) Kualifikasi akademik guru SDLB/SMPLB/SMALB
Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1)
program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/ diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
6) Kualifikasi akademik guru SMK/MAK*
Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) program
studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/ diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
b. Kuafikasi akademik guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam
bidang-bidang khusus sangat diperlukan, tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi
dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi
seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang
diberi wewenang untuk melaksanakannya (PP Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru).

Kualifikasi Kegiatan Belajar Mengajar


Kuantitas dan kualitas guru dalam melangsungkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
adalah kompetensi guru yang merupakan kualifikasi yang harus dipenuhi guru dalam
mengajar. Kualifikasi guru menjadi tiga dimensi yakni kompetensi yang menyangkut: 1)
rencana pengajaran (teaching plans and materials), 2) prosedur mengajar (classroom
procedurs), dan 3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Ketiga dimensi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Rencana Pengajaran
Rencana pengajaran tercermin dalam kalender pendidikan, program kerja tahunan,
program kerja semester, program kerja bulanan, program kerja mingguan, dan jadwal
pelajaran. a) perencanaan dan pengorganisasian bahan pelajaran, 2) pengelolaan
kegiatan belajar mengajar, 3) pengelolaan kelas, 4) penggunaan media dan sumber
pengajaran, serta 5) penilaian prestasi. Satuan pengajaran sebagai rencana
pengajaran merupakan kerangka acuan bagi terlaksananya proses belajar. Kemampuan
merencanakan program belajar-mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan
teori, kemampuan dasar dan pemahaman
yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. Perencanaan program
belajar-mengajar merupakan perkiraan/proyeksi guru mengenai kegiatan yang akan
dilakukan oleh guru maupun murid. Dalam kegiatan tersebut harus jelas kemana anak
didik mau dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi/bahan pelajaran), bagaimana
anak didik mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana guru mengetahui bahwa
anak didik telah mencapai tujuan tersebut (penilaian). Tujuan, isi, metode, teknik, serta
penilaian merupakan unsur utama yang harus ada dalam setiap program belajar-mengajar
yang merupakan pedoman bagi guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

b. Prosedur Mengajar
Prosedur mengajar berkaitan dengan kegiatan mengajar guru. Kegiatan mengajar
diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan mengajar dengan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Proses dan keberhasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru
selama interaksi kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Guru menentukan apakah
kegiatan belajar-mengajar berpusat kepada guru dengan mengutamakan metode
penemuan, atau sebaliknya. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa keberhasilan siswa
sebagai salah satu indikator efektivitas mengajar dipengaruhi oleh perilaku
mengajar guru dalam mewujudkan peranan itu secara nyata.
Aktivitas mengajar bukan hanya terbatas pada aktivitas penyampaian sejumlah
informasi pengetahuan dari bahan yang diajarkan, melainkan juga bagaimana bahan
tersebut dapat disampaikan kepada siswa secara efektif dalam pengertian tercapainya
kegiatan yang mempunyai makna (meaningful learning).Proses mengajar pada
hakekatnya interaksi antara guru dan siswa. Keterpaduan proses belajar siswa dengan
proses mengajar guru tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan pengaturan dan
perencanaan yang seksama terutama menentukan komponen-komponen yang harus ada
dan terlihat dalam proses pengajaran.
Komponen prosedur didaktik merupakan sarana kegiatan pengajaran yang dapat
menimbulkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar. Komponen ini akan berjalan dengan
lancar bila memperhatikan tujuan yang ingin dicapai, hakekat siswa sebagai individu
yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, hakekat bahan pelajaran yang akan
disampaikan pada siswa. Media pengajaran adalah aspek penting untuk membantu guru
dalam menyajikan bahan pelajaran sekaligus mempermudah siswa dalam menerima
pelajaran. Komponen ketiga adalah komponen siswa dan materi pelajaran. Komponen
ini harus mendapat perhatian guru karena guru harus mampu mendorong aktualisasi siswa
dan memberi kesempatan untuk mengung-kapkan perasaannya, melakukan perubahan
bertingkah laku, serta mengamati perkembangan siswa. Oleh karena itu siswa harus diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
kemampuannya.
Untuk mengetahui keberhasilan dari sebuah kegiatan belajar mengajar perlu
dilakukan penilaian atau evaluasi. Fungsi dari evaluasi adalah untuk mengetahui: a)
tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dan b) keefektifan kegiatan belajar mengajar yang
telah dilakukan guru. Dengan demikian, fungsi penilaian dalam kegiatan belajar mengajar
memiliki manfaat ganda, yaitu bagi siswa dan bagi guru. Bagi guru penilaian
merupakan umpan balik sebagai suatu cara bagi perbaikan kegiatan belajar mengajar
selanjutnya. Bagi siswa, evaluasi berfungsi sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar
yang dicapainya.
Uraian di atas menggambarkan indikator-indikator yang terkait dengan komponen
prosedur mengajar. Indikator- indikator prosedur mengajar terdiri dari: a) metode, media,
dan latihan yang sesuai dengan tujuan pengajaran, b) komunikasi dengan siswa, c)
mendemonstrasikan metode mengajar, d) mendorong dan menggalakan keterlibatan
siswa dalam pengajaran, e) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan
relevansinya, f) pengorganisasian ruang, waktu, bahan, dan perlengkapan pengajaran,
serta mengadakan evaluasi belajar mengajar.
c. Hubungan Antar Pribadi
Ditinjau dari prosesnya, kegiatan belajar-mengajar m erupakan proses komunikasi antara
guru dengan siswa. Guru sebagai aktor utama dalam proses komunikasi berfungsi
sebagai komunikator. Komunikasi yang dibina oleh guru akan tercermin dalam: a)
mengembangkan sikap positif siswa, b) bersifat luwes dan terbuka pada siswa dan orang
lain, c) menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam kegiatan belajar-mengajar, dan
d) mengelola interaksi pribadi dalam kelas.
Proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan erat dengan komunikasi
instruksional yang merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian
komunikasi instruksional pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
memberikan pengetahuan atau informasi dengan menggunakan strategi, teknologi, melalui
kegiatan belajar-mengajar sehingga diperoleh hasil belajar siswa yang optimal.

3. Kompetensi Guru
Penguasaan kompetensi, penerapan pengetahuan dan keterampilan guru, merupakan
pengaruh yang sangat besar untuk menentukan kualitas guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi pserta didik dan dalam mengelola kelas. Setiap
guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan maupun guru mata pelajaran lain dalam
melaksanakan pembelajaran dalam dunia pendidikan harus mempunyai kompetensi-
kompetensi yang sesuai dengan standar nasional pendidikan yang berlaku di Indonesia. UU
nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (10) tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa
kompetensi adalah “seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Menurut Eunice & Abolarin (2012) menjelaskan bahwa kompetensi mengacu pada
keefektifan atau kemampuan seseorang yang bersangkutan untuk menerapkan pengetahuan
dan keterampilan yang didapat untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan Menurut
Ainnur (2011) menjelaskan bahwa kompetensi dapat meliputi pengulangan kembali fakta-
fakta dan konsepkonsep sampai pada ketrampilan motor lanjut hingga pada perilaku-perilaku
pembelajaran dan nilai-nilai profesional.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2003 pasal 35 ayat 1),
mengemukakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas satandar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Memahami
hal tersebut, sangat jelas bahwa guru yang bertugas sebagai pengelola pembelajaran dituntut
untuk memiliki standar kompetensi dan professional. Hal ini mengingat betapa pentingnya
peran guru dalam menata isi, sumber belajar, mengelola proses pembelajaran, dan melakukan
penilaian yang dapat memfasilitasi terciptanya sumberdaya manusia yang memenuhi standar
nasional dan standar tuntutan era global.
Standar kompetensi dalam hal ini dimaksudkan sebagai sesuatu spesifikasi teknis
kompetensi yang dibakukan dan disusun berdasarkan konsensus semua pihak
yang terkait dengan memperhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, prkembangan
Ipteks, perkembangan masa kini dan masa mendatang untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar- besarnya. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi selain kode
etik sebagai regulasi perilaku profesi yang dirtetapkan dalam prosedur dan system
pengawasan tertentu. kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat
perilaku guru yang penuh arti. Dari pernyataan tersebut maka kompetensi diartikan dan
dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dangan eksplorasi dan
investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan
mempersepsikan yang mengarahkan seseorang menemukan langkah-langkah preventive
untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang
secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup:
1. Penguasaan materi, yang meliputi pemahaman karakteristik dan substansi ilmu
sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan dalam
konteks yang lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu yang bersangkutan untuk
memverivikasi dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, serta
pemahaman manajemen pembelajaran.
2. Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap-tahap
perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapanya (kognitif, afektif, dan psikomotor)
dalam mengoptimalkan perkembangann dan pembelajaran.
3. Pembelajaran yang mendidik, yang terdiri atas pemahaman konsep dasar proses
pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta penerpanya dalam
pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran.
4. Pengembangan kepribadian pro- fesionalisme, yang mencakup pengembangan intuisi
keagamaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri, serta
sikap dan kemampuan mengembangkan profesionalisme kependidikan.
Selain standar kompetensi profesi di atas, guru juga perlu memiliki standar mental,
moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik, dan psikis. Hal ini dipandang perlu karena dalam
melaksanakan tugasnya guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (guide of
journey) yang bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan
kopotensi adalah merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen
pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

4. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani


Kompetensi guru terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya dalam hal ini dalam
mnggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang brperan sebagai alat pendidikan
dan kompetensi pedagogic yang berkaitan dengan fungsi guru dalam memerhatikan perilaku
siswa belajar (Djohar, 2006).
Dengan demikian, kompetensi guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-
kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayti, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam menjalankan
tugas keprofesionalannya. Selain itu, kompetensi telah terbukti merupakan dasar yang kuat
dan valid bagi pengembangan sumber daya manusia.
Lebih lanjut, Spencer (Uno, 2007) menyatakan ada lima karakteristik dari kompetensi, yaitu
(1) motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu; (2)
sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi; (3) konsep
diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang; (4) pengetahuan, yaitu informasi yang
dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; (5) keterampilan, yaitu kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental.
Menurut UUGD No. 14/2005 Pasal 10 ayat 1 dan PP No. 19/2005 Pasal 28 ayat 3, guru
wajib memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogic, kepribadian, sosial, dan
professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam konteks kedua kebijakan
tersebut, kompetensi professional guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang untuk memangku jabatan guru sebagai profesi.
Kompetensi dalam pengertian umum biasanya menyatu pada kemampuan atau ketrampilan
yang dimiliki individu atau kelompok atau bahkan lembaga. Kata kompetensi ditinjau dari
perspektif etimologi berasal dari kata “competence” atau mampu. Kata mampu disini
diartikan sebagai kemampuan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
pasal 1 ayat 10 mengemukanan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melakssanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi adalah bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan yang
utuh menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki
seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat
diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan
profesi tersebut. Kompetensi terdiri atas gabungan unsur-unsur potensi, pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai, serta kemampuan mengkoordinasikan unsur-unsur tersebut
agar dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja. Bentuk dan kualitas
kinerja dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain lingkungan atau iklim kerja
dan tantangan atau tuntutan pekerjaan. Kualifikasi dan profesionalitas merupakan contoh
bentuk perwujudan dari kompetensi yang dimiliki seseorang.
Seseorang dinyatakan kompeten dibidang tertentu adalah seseorang yang menguasai
kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan
dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakatnya.
Kecakapan kerja tersebut diwujudkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan
memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya
atau warga masyarakat yang dilayaninya (A. Samana, 1994).
Kompetensi adalah kemampuan seseorang melakukan satuan kegiatan yang dapat segera
diwujudkan untuk memenuhi keperluan tertentu. Dengan pengertian seperti itu, dapat
dipahami bahwa suatu kompetensi merupakan serangkaian kegiatan dengan muatan materi,
tujuan, cara dan perlengkapan tertentu, disertai kualitas penampilannya (Prayitno, 2009).
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Undang-Undang Republik
Indonesia No 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial yang diperoleh dari lembaga
Penyelenggara Tenaga Kependidikan.
Menurut Moh. Uzer Usman (2009: 17-19), definisi dan jenis-jenis kompetensi guru yang
profesional dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, lebih rinci
dijelaskan apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru terkait dengan
Kompetensi Pedagogik.
• Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif;
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
• Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
• Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
• Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial:
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan
hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
• Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya,
memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi nonakademik
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian guru dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru;
dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan
indikator esensial sebagai berikut:
• Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
• Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.
• Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan
metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial
sebagai berikut:
• Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator
esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi
ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
• Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi
bidang studi.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru.
Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara
mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan
ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut
untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara
berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional

Aspek-aspek Kompetensi
Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang dimiliki anggota masyarakat yang
mengabdikan diri memangku jabatan profesional untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. (Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen).
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 menjelaskan
tentang kualifikasi akademik dan kompetensi yang wajib dimiliki oleh pendidik jalur pendidikan
formal dan jalur pendidikan nonformal. Lingkup standar pendidik meliputi standar guru, dosen
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidik memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan yang harus dipenuhi oleh pendidik, dibuktikan
dengan ijazah/sertifikat yang relevan. Dengan kata lain bahwa kualifikasi akademik adalah
ijazah yang mencerminkan kemampuan akademik yang diperoleh melalui pendidikan dalam
program S1 atau kemampuan vokasional yang diperoleh melalui pendidikan dalam program
diploma D4. Standar kualifikasi pendidik Paket B setara SMP harus memiliki: a). kualifikasi
pendidik minimal D4 atau S1, b). latar belakang pendidikan tinggi program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, c) sertifikat profesi pendidik.
Sedangkan kriteria fisik dan rohani adalah kelayakan fisik, mental, dan kepribadian yang harus
dimiliki seseorang yang bertugas sebagai pendidik yang memungkinkannya dapat melaksanakan
tugas profesional dengan sebaik- baiknya.

4. Forum Diskusi
a. Coba temukan Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 205, pelajari secara
seksama. Jika ada hal yang berhubungan dengan persayaratan, kualifikasi dan
kompetensi guru Pendidikan Jasmani dapat saudara pertanyakan melalui forum ini.
b. Coba tunjukkan secara real (dapat dalam bentuk uraian) dan berikan contoh bahwa
seorang guru telah menerapkan kompetensi sosial ketika sedang mengajar materi senam
lantai!
c. Uraikan pandangan saudara tentang 4 komponen kompetensi guru dan analisis secara
mendalam dengan membandingkan berbagai teori apakah seorang guru cukup memiliki
4 kompetensi guru yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.,

C. PENUTUP
1. Rangkuman

Dalam dunia pendidikan, tidak dipungkiri lagi bahwa guru menempati posisi yang sangat
penting. Guru merupakan tonggak pendidikan yang akan mencetak manusia-manusia pada
masa yang akan datang. Guna mendapatkan guru yang berkualitas maka harus memiliki
persyaratan, kualifikasi dan kompetensi. Persyaratan seorang guru PJOK sebagai berikut:
persyaratan untuk menjadi seorang guru, yaitu: (1) Harus memiliki bakat seorang guru, (2)
Harus memiliki keahlian seorang guru, (3) Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
(4) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas , (5) Guru adalah manusia yang
berjiwa pancasila dan (6) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.

Dimensi kualifikasi guru adalah : (1) Kualifikasi akademik (2) Latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang atau mata pelajaran yang diajarkan; (3) Sertifikat profesi guru (4)
rencana pengajaran (teaching plans and materials), (5) prosedur mengajar (classroom
procedurs), dan (6) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

Kompetensi guru meliuti: (1) kompetensi pedagogic. Kompetensi tentang penguasaan proses
belajar mengajar dimulai dari perancangan, metode, media dan penilaian pembelajaran. (2)
kompetensi Kepribadian, Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia (3) kompetensi social Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
dan (4) kompetensi Profesional, Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.

2. Tes Formatif
1. Berikut ini adalah persyaratan untuk menjadi guru, kecuali …
A. Memiliki kepribadian yang baik
B. Persyaratan administrative
C. Persyaratan psikis
D. Persyaratan peralatan
E. Persyaratan fisik
3. Fungi professional guru, yaitu …
A. Guru menerukan ilmu atau keterampilan yang dimiliki atau dipelajari kepada anak
didiknya
B. Guru wajib menjadikan anak didiknya menjadi patriot bangsa
C. Guru wajib mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak didiknya
D. Guru wajib mengelola seluruh kebutuhan anak didiknya
E. Guru tidak diperkenankan menghukum anak didiknya
4. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional dibuktikan dengan …
A. Piagam
B. Surat Keputusan
C. Medali
D. Lencana
E. Sertifikat Pendidik
5. Seorang guru merupakan seorang pengajar dari bidang ilmu yang dia kuasai, merupakan
peran guru sebagai …
A. Pengelola kelas
B. Mediator dan fasilitator
C. Demonstrator
D. Diktator
E. Evaluator
6. Seorang guru Penjas sering mengucapkan kata-kata kasar selama proses belajar mengajar
dan sering membedakan dalam memberi perlakukan kepada siswa. Ciri dari guru Penjas
yang demikian kurang mendukung:
A. Kompetensi Pedagogik
B. Kompetensi Profesional
C. Kompetensi emosional
D. Kompetensi kepribadian
E. Kompetensi Sosial
7. Upaya membimbing siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial antara lain terlihat
dalam upaya guru ….
A. memberikan contoh pada saat meragakan senam lantai
B. melatih siswa membuat keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang tepat
C. melatih bagaimana mempersiapkan kesehatan diri dan lingkungan sekitar
D. mendiskusikan bagaimana mengatasi permasalahan sosial di sekitar siswa
E. Memberikan umpanbalik selama proses belajar mengajar
8. Kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk satu mata pelajaran atau
kompetensi dalam mata pelajaran terteniu harus dimiliki oleh siswa disebut
a. Kompetensi dasar
b. Standar kompetensi
c. Lndikator
d. Kompetensi Iulusan
e. Kecakapan hidup
9. Berikut ini merupakan dimensi kualifikasi yang harus dimiliki oleh guru, kecuali
A. Kualifikasi akademik
B. Keterampilan mengajar
C. Rencana pengajaran
D. Prosedur mengajar
E. Latar belakang pendidikan
10. Prinsip profesionalitas yang harus dimiliki dosen atau guru sesuai uu guru dan dosen
adalah sebagai berikut, kecuali ..
A. Memiliki bakat, minat, panggilanjiwa dan idealism
B. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan
akhlak mulia
C. Mampu mengenal karaktetistik setiap siswa / setiap mahasiswa diperguruan tinggi
/ sekolahan
D. Memiliki kualifikasi akademik dan Iatar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas
E. Memiliki kompeteensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
11. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran merupakan kompetensi ….
A. Pedagogik
B. Kepribadian
C. Profesional
D. Sosial
E. Motorik

Kunci Jawaban :
1. D
2. A
3. E
4. C
5. D
6. D
7. B
8. B
9. C
10. A

Daftar Pustaka
A. Samana, (1994), Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius
Ahmad Tafsir (2001) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Ainnur Adi Dhuhary (2011), Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan, Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana UM.

Binti Maunah, (2007) Ilmu Pendidikan, Jember : Center For SocietyStudies,


Depdikbud, (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,),
Eunice, O.U. and Abolarin E. E. (2012). Strategies For Enhancing Teacher Competence and
Quality of Classroom Instruction. Global Voice of Education, Vol 1(1). (Online),
(globaleducators.org/...educators/Journal%202012%20-%2028....), diakses 25 April 2017
Hamalik, Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Mardapi Djemari, (2012). Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Mulyasa (2005), Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mustofa A. (2007). Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan Alam yang
Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. [Skripsi].
Bobor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor
Ngainun Naim, ( 2 0 1 1 ) Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Nuri Ramadhan (2017). Tugas, Peran Kompetensi Dan Tanggungjawab Menjadi Guru Profesional,
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017

PP No. 19 Th. (2005), Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Fokusmedia, 2005),


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi
pedagogik guru
Prayitno, (2009), Dasar Teori dan Praktis Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Sardiman A.M, (2007) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Grafindo
Persada.
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
UU nomor 19 tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan pasal 28
W.James Pophanm-eva L.Baker (2005) Teknik Belajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai