Anda di halaman 1dari 43

KEGIATAN BELAJAR

1
TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN
KONSEP BELAJAR SERTA APLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA
DAN KESEHATAN (PJOK)
KEGIATAN BELAJAR 1
TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN KONSEP BELAJAR SERTA
APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA
DAN KESEHATAN (PJOK)

A. PENDAHULUAN

Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam Jabatan mulai tahun 2017 telah mulai melakukan
pengembangan proses pendidikan melalui pemanfaatan IT dengan pola pembelajaran dalam
jaringan dan lokakarya (tatap Muka). Penyempurnaan terus dilakukan sehingga untuk tahun 2018
mulai diselenggarakan pembelajaran dengan model hybrid learning, yaitu mengkombinasikan
strategi terbaik pembelajaran tatap muka dan strategi terbaik pembelajaran dalam jaringan
(daring). Strategi pembelajaran daring, relatif berbeda dengan pembelajaran tatap muka,
sehingga setiap komponen sistem pembelajaran, seperti bahan belajar, strategi pembelajaran,
sarana dan prasarana yang diperlukan akan sangat berbeda satu sama lain. Bahan belajar yang
digunakan secara umum dan bahan belajar dalam jaringan (daring) PPG PJOK dikembangkan
dan dirancang secara khusus sebagai bahan belajar mandiri yang akan disajikan secara cetak dan
dalam jaringan (online) yang dinamakan modul.
Adapun modul yang dikembangkan terdiri dari 4 (empat) Kegiatan Belajar yaitu:
1. Teori Perkembangan peserta didik dan konsep Belajar serta aplikasinya dalam Pembelajaran
PJOK
2. Media, sarana dan prasarana, pemanfaatan teknologi dan media informasi serta aplikasinya
dalam pembelajaran PJOK
3. Persyaratan, kualifikasi, dan kompetensi guru PJOK
4. Regulasi kebijakan nasional, pandangan yuridis dan kode etik guru
Pembahasan tentang perkembangan peserta didik tak terlepas dari proses pertumbuhan yang
identik dengan penambangan tinggi, berat, panjang dan jumlah dari ukuran anak. Kehidupan
anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-
sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunanya.
Perkembangan anak merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju remaja, masa dewasa,
masa setengah baya dan masa tua. Masa remaja memiliki kematangan emosi, sosial, pisik dan
psikis. Perkembangan anak memiliki beberapa fase dimana pada masa remaja sedikit rumit
permasalahanya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah
konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat,
agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.
Pemahaman tentang fase-fase perkembangan peserta didik membantu guru untuk menyesuaikan
materi ajar, menetapkan model pendekatan mengajar dan merumuskan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Sebagai calon guru PJOK harus memiliki pemahaman tentang perkembangan peserta didik agar
dapat menempatkan peserta didik sebagaimana mestinya. Oleh karenanya dalam modul PPG
dalam jabatan penting untuk mendapatkan materi ajar tentang perkembangan peserta didik, teori
belajar dan implementasinya pada pembelajaran PJOK.
Modul ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan peserta didik dan
berbagai teori belajar dan implementasinya pada proses belajar PJOK. Modul ini dirancang
untuk membantu peserta PPG dapat belajar mandiri guna memperdalam pengetahuannya tentang
perkembangan peserta didik dan teori belajar yang diimplementasikan dalam pembelajaran
PJOK. Dengan kata lain bahwa modul ini dapat menjadi bekal para peserta PPG untuk
mendalami materi professional khususnya pada konten perkembangan peserta didik dan analisis
teori belajar yang dapat membantu guru mengimplementasikan pada pembelajaran PJOK.
1. Deskripsi Singkat
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu karena kepribadian
individu membentuk suatu kesatuan yang terinegrasi. Secara sederhana aspek utama
kepribadian dapat dibedakan sebagai berikut: aspek fisik motorik, aspek intelektual, aspek
sosial, aspek bahasa, aspek moral, dan aspek keagamaan (Sukmadinata, 2009:114).
Pada dasarnya manusia merupakan gabungan satu kesatuan antara fisik dan psikis.
Kecenderungan prilaku manusia hanya dapat difahami berdasarkan kedua aspek tersebut,
karena perkembangan kehidupan manusia terdiri dari fisik dan psikis.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya pengaruh
keturunan (hereditas) dan pengaruh dunia lingkungan dimana seorang hidup dan dibesarkan.
Perkembangan menunjukan suatu perubahan perilaku yang disebut kematangan dalam
bersikan dan bertindak. Secara umum perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan
yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukan pada
perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat relatif tetap dan maju.
Kita dilahirkan untuk bergerak, tetapi belajar bergerak dengan terampil. Ketika orang berlari,
berjalan dengan kaki buatan, melempat bola, memukul bola tenis, bermain piano, menari,
atau mengiperasikan mesin pemotong rumput, mereka telibat dalam kinerja sejenis perilaku
manusia yang disebut keterampilan motoric. Setiap keterampilan motorik merupakan produk
dari proses akuisisi yang panjang dan sering kali sulit. Kita dapat memperhatikan anak kecil
memperoleh keterampilan dasar duduk, berdiri, berjalan, meraih, dan memahami bahwa
memungkinkan kontrol yang semakin meningkat terhadap lingkungan. Kita akan terpesona
melihat atlet professional yang melakukan kontrol gerakan yang menentang imajinasi. Kita
akan terpesona melihat kelihaian dokter bedah dan teknisi penjinak bom dapat
mempertahankan tangan yang dan koordinasi yang baik di bawah tekanan yang paling tinggi
sekalipun. Dan tidak jarang kita juga terpesona akan kemampuan kita sendiri untuk
menemukan cara baru dan lebih baik untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari0hari, dan
ketika kita berhenti untuk berpikir, kita sering tekejut dengan betapa efisiennya kita mampu
melakukan tugas yang sebelumnya tampak mustahil untuk dikuasi. Di sisi lain, kita akan
meratapi kondisi saat kita kehilangan koordinasi dan kontrol yang mengikuti cedera,
penyakit, dan kecacatan. Kehilangan seperti itu membantu kita menyadari betapa pentingnya
keterampilan bagi rasa kendali kita terhadap dunia di sekitar kita.
Tahap perkembangan manusia memiliki fase-fase yang cukup panjang. Untuk tujuan
pengorganisasian dan pemahaman, pada umumnya perkembangan digambarkan dalam
periode-periode atau fase-fase tertentu. Bloom menyebutkan ada empat domain terkait
dengan perkembangan manusia yang akan membantu kita untuk memahami perkembangan
manusia, yaitu domain kognitif, afektif, psikomotor, dan fisik. Domain kognitif, yang
menyangkut pengembangan intelektual manusia, telah menjadi fokus utama developmentalis
sepanjang sejarah. Domain afektif terutama berkaitan dengan aspek sosial dan emosional dari
perkembangan manusia sehingga sering kali disebut sebagai domain sosial-emosional.
Domain psikomotor terutama berkaitan dengan perkembangan motoric manusia dan faktor
mempengaruhi perkembangan tersebut. Domain terakhir, yaitu fisik terutama berkaitan
dengan perubahan fisik yang terjadi pada manusia, seperti peningkatan tinggi dan berat
badan.
2. Relevansi
Pada pembelajaran PJOK menekankan pada aktivitas jasmani yang bertujuan untuk tujuan
pendidikan. Akibatnya bahwa pelaksanaan pembelajaran PJOK menekankan pada berbagai
aktivitas jasmani dengan menerapkan berbagai pola gerak dengan tujuan social, emosional,
neurumuskular dan intelektual.
Pola gerak manusia dapat dilakukan secara sederhana hingga komplek. Kompleksitas
Gerakan pada pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Anak bukanlah miniature orang dewasa yang dapat melakukan
Gerakan apa saja tanpa mempertimbangkan dampak kesalahan gerak. Kurang sesuainya isi
pembelajaran PJOK dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak maka akan
menimbulkan resiko jangka panjang.
Hal ini melandasi begitu pentingnya seorang guru PJOK utuk memahami teori pertumbuhan
dan perkembangan gerak dan diharapkan dapat menerapkan teori pertumbuhan dan
perkembangan gerak anak dalam pembelajaran PJOK.

3. Petunjuk belajar
Apa kabar Bapak/Ibu sekalian, semoga baik-baik saja dan tetap selalu dalam lindungan
Tuhan Yang maha esa. Pada hari ini saudara akan mempelajari tentang berbagai teori
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pembelajaran PJOK. Pada pembelajaran
KB ini saudara diharapkan dapat memahami berbagai teori perkembangan peserta didik dan
dapat di implementasikan dalam pembelajaran PJOK.
Untuk dapat memahami, melaksanakan dan mampu menginternalisasi seluruh isi dalam
modul ini, saudara diharapkan membaca modul ini secara seksama dan menelaah informasi
tambahan yang diberikan oleh fasilitator. Selain itu melalui eksplorasi sumber-sumber lain,
melakukan diskusi, serta upaya lain yang relevan, saudara juga diharapkan dapat menggali
lebih dalam informasi yang diberikan dalam modul ini. Untuk lebih memahami pengetahuan
dan penguasaan keterampilan, saudara dianjurkan untuk membaca dengan cermat dan
berlatih mencoba berbagai keterampilan yang disajikan secara bertahap sesuai dengan
langkah, tahapan dan prosedur yang dirancang dalam modul ini. Artinya, saudara diharapkan
untuk mencoba berkali-kali dan kemudian membandingkan keterampilan yang dikuasai
dengan kriteria yang ada dalam setiap pembahasan.
Pada bagian lain dari modul saudara juga harus mengerjakan berbagai tugas/ latihan/ studi
kasus yang disajikan sebaik-baiknya. Pengerjaan tugas/ latihan/ studi kasus didasarkan pada
informasi yang ada pada modul ini, dan kemudian diperkaya dengan informasi dari sumber-
sumber belajar lainnya.
Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran, saudara harus mengerjakan evaluasi (tes formatif)
dan melakukan evaluasi akhir (tes akhir / sumatif) di akhir modul. Dengan demikian saudara
akan dapat mengetahui tingkat penguasaan materi yang disajikan secara mandiri. Pada setiap
akhir kegiatan pembelajaran disajikan kunci jawaban dari evaluasi tersebut, akan tetapi
saudara tidak diperkenankan melihat dan membacanya sebelum menyelesaikan soal
evaluasi yang disediakan.

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran berpikir tingkat tinggi pada bidang
pendidikan jasmani yang harus dimiliki peserta didik mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif) yang berorientasi
masa depan (adaptif dan fleksibel).

2. Pokok- Pokok Materi


Dengan membaca dan menelaah materi pada kegiatan pembelajaran ini, saudara dapat
menjelaskan teori perkembangan peserta didik.
a. Menentukan teori perkembangan peserta didik yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar pendidikan jasmani
b. Menganalisis konsep belajar dalam aplikasi pembelajaran pendidikan jasmani

3. Uraian Materi
Sebagai dasar penguatan pemahaman dan memiliah serta memilih lingkup materi yang akan
saudara pelajari maka dibagi dalam beberapa pokok materi. Adapun pokok-pokok materi
yang akan saudara pelajari sebagai berikut: (a) Teori-teori Belajar dan implementasinya
dalam pembelajaran PJOK, (b) Pertumbuhan Peserta Didik, (c) Hakekat Perkembangan
Peserta Didik, (d) Teori-teori Belajar dan penerapannya pada pembelajaran PJOK

A. Teori Pertumbuhan dan perkembangan Peserta Didik


Santrock (2011) memberikan pendapat yang lebih mendasar, yaitu bahwa perkembangan
adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan dan berlanjut sepanjang rentang hidup.
Disini Santrock mendefinisikan perkembangan tidak hanya dalam konteks evolusi, tetapi juga
involusi. Pada awal kehidupan manusia yang berperan adalah evolusi, dari bayi tumbuh
menjadi kakan-kanak kemudian dewasa. Sedangkan involusi lebih berperan pada akhir
kehidupan, yaitu perubahan-perubahan yang bersifat mundur, ditandai dengan kemunduran
fungsi alat-alat tubuh seperti pada system penglihatan, pendengaran dan system gerak.

Ada dua istilah yang sering muncul dalam perkembangan peserta didik sebagai individu ini,
yaitu istilah pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development). Istilah pertumbuhan
menyatakan perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif) seperti berat dan tinggi
badan, sedangkan perkembangan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis
(kualitatif). Berikut perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa
aspek perbedaan seperti di terlihat pada tabel 1.

Tabel 1.
Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan Perkembangan
Pertumbuhan merujuk kepada Perkembangan berkaitan dengan
perubahan khususnya aspek fisik organisma sebagai keseluruhan
Pertumbuhan merujuk kepada
perubahan dalam ukuran yang Perkembangan merujuk pada
menghasilkan pertumbuhan sel atau kematangan struktur dan Fungsi
peningkatan hubungan antar sel
Pertumbuhan merujuk kepada Perkembangan merujuk perubahan
perubahan kuantitatif kuantitatif dan kualitatif
Pertumbuhan tidak berlangsung Perkembangan merupakan
seumur hidup proses yang berkelanjutan
Pertumbuhan mungkin membawa Perkembangan mungkin terjadi
atau tidak membawa perkembangan tanpa pertumbuhan
Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa istilah pertumbuhan (growth)
menyangkut peningkatan ukuran tubuh, sebagai hasil penyempurnaan bagian-bagian tubuh.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan peningkatan kapasitas fungsi dan
kemampuan kerja organ-organ tubuh. Dalam proses perkembangan dikenal istilah kematangan
(maturation) yaitu peningkatan atau kemajuan yang bersifat kualitatif dalam hal perkembangan
biologis. Setelah terjadinya kematangan, akan diikuti denga penuaan (aging) yang merupakan
proses penurunan kualitas organik yang diakibatkan karena bertambah usia. Perkembangan
bersifat psikologi dan merupakan suatu proses yang dinamis, yang dalam proses tersebut sifat
individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi actual dan
terwujud.

Pertumbuhan Peserta Didik


Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti berat,
panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang semakin
sempurna pada sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan
demikian, pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan bersifat kuantitatif karena berkaitan dengan ukuran,
dan volume. Masganti (2012) mengemukakan pertumbuhan dan perkembangan fisik seseorang
sesuai dengan periode usia pertumbuhan yaitu:
Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang penting pada masa anak-anak awal ialah:
a. Perubahan tinggi badan. Tinggi badan anak rata-rata bertambah 3 (tiga) inci tiap tahun. Pada
usia enam tahun tinggi badan anak anak rata-rata 46,6 inci. Kondisi memungkinkan anak
untuk dapat berjalan dan berlari lebih cepat, memanjat, melompat, meloncat, dan berjalan di
atas papan titian.
b. Perubahan berat badan. Berat badan anak rata-rata bertambah tiga sampai lima pon. Pada
usia enam tahun berat badan laki-laki 49 pon dan berat badan anak perempuan 48,5 pon.
Kondisi ini memungkinkan anak dapat mengangkat, melempar, dan menangkap benda.
c. Perbandingan tubuh. Anak usia dua sampai enam tahun cenderung berbentuk kerucut,
dengan perut rata (tidak buncit), dada yang lebih bidang dan rata, bahu lebih luas dan
persegi, lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
d. Postur tubuh. Perbedaan postur anak terlihat sejak masa anak-anak, ada yang yang gemuk
(endomorfik), kuat berotot (mesomorfik), dan ada yang kurus (ektomorfik )
e. Tulang dan otot. Otot anak berusia enam tahun menjadi lebih besar, lebih berat, dan lebih
kuat, sehingga anak tampak lebih kurus meskpun berat badannya bertambah. Pertambahan
berat tulang dan otot memungkinkan dapat belajar menarik garis, menulis, menggambar
dan melukis dengan jari.
f. Lemak. Anak yang gemuk (endomorfik) memiliki jaringan lemak yang lebih banyak, anak
kuat berotot (mesomorfik) memiliki jaringan otot yang lebih banyak, dan anak kurus
(ektomorfik) memiliki jaringan otot yang lebih kecil dan jaringan lemak yang lebih sedikit.
g. Pertumbuhan gigi. Anak-anak usia enam tahun mulai mengalami pergantian gigi susu.

Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak perempuan meliputi: (a) Pertumbuhan
tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang), (b)
Pertumbuhan payudara, (c) Pembesaran pinggul, (d) Tumbuh bulu yang halus berwarna
gelap di kemaluan. (e) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap
tahunnya. (f) Bulu kemaluan menjadi keriting. (g) Menstruasi atau haid. (h) Tumbuh bulu
ketiak.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak laki-laki meliputi: (a) Pertumbuhan tulang-
tulang. (b) Testis (buah pelir) membesar. (c) Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan
berwarna gelap. (d) Awal perubahan suara. (e) Ejakulasi (keluarnya air mani). (f) Bulu
kemaluan menjadi keriting. (g) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum
setiap tahunnya. -Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot). (h) Tumbuh bulu
ketiak. (i) Akhir perubahan suara. (j) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap. (k)
Tumbuh bulu di dada.

Secara umum perbedaan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan
adalah sebagai berikut:
Table 2.
Perbedaan umum pertumbuhan dan perkembangan anak laki dan perempuan

Anak Laki-laki Anak Perempuan

Membutuhkan perhatian lebih banyak Lebih Mandiri

Perkembangan fisik lebih lambat Secara fisik lebih matang

Syaraf antara belahan otak kanan dan Syaraf antara belahan otak kanan dan
kiri dari anak laki terhubung lebih kiri dari anak perempuan terhubung
lama dan berkembang lebih lambat. lebih awal dan berkembang lebih kuat.

Perkembangan otak anak laki-laki juga Perkembangan otak anak perempuan


lebih lambat di daerah yang bernama juga lebih cepat di daerah yang
frontal lobes (otak depan) sehingga bernama frontal lobes (otak depan)
anak laki-laki lebih “liar” dari anak sehingga anak perempuan lebih cepat
perempuan menerima aturan dibandingkan anak
laki-laki.

Lebih menyukai permaina dinamis Lebih menyukai permainan tenang


Lebih tenang

Lebih agresif Lebih tenang

Kurang peka terhadap rasa sakit Lebih peka terhadap rasa

Kemampuan fisik berkaitan dengan keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota
tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Pada masa remaja
terjadi perubahan fisik secara dramatis atau sering disebut dengan (growth spurt) yaitu
percepatan pertumbuhan, dimana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan diseluruh
bagian dan dimensi fisik (Zigler & Stevenson, 1993), baik pertambahan berat dan tinggi badan,
perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, maupun pencapaian kematangan seksual (Papalia,
Old & Feldman, 2008).

Pada dasarnya, perubahan fisik selama masa remaja dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu:
perubahan yang besifat internal dan perubahan yang bersifat eksternalfisik selama masa remaja
dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu: perubahan yang besifat internal dan perubahan yang
bersifat eksternal.
Perubahan Internal
Perubahan ini merupakan perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak
tampak dari luar dan sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Adapun perubahan tersebut, di
antaranya adalah: (1) Sistem Pencernaan, (2) Sistem Peredaran Darah, (3) Sistem Pernafasan (4)
Sistem Endokrin, (5) Jaringan Tubuh
Perubahan Eksternal
Perubahan eksternal merupakan perubahan-perubahan pada tubuh remaja dimana perubahan
tersebut dapat diamati. Adapun perubahan tersebut, di antaranya adalah: (1) inggi Badan (2)
Berat Badan, (3) Proporsi Tubuh, (4) Organ Seks, (5) Ciri-ciri Seks Sekunder

B. Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan peserta didik bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa


memahami hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik mulai sejak usia dini,
sekolah dasar, menengah dan dewasa. Menurut Desmita (2011), pengertian perkembangan
menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang
kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali.
a. Prinsip-Prinsip Perkembangan
Proses perkembangan manusia dimulai sejak dalam rahim. Sejak terjadi proses di dalam
rahim hingga ajal tiba, manusia tidak pernah dalam keadaan statis, namun selalu berubah
dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik
puncak dan selanjutnya mengalami kemunduran. Selama proses perkembangan seorang
anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu:
1. Perubahan fisik :
a. Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya misalnya
otak, jantung, dan lain sebagainya.
b. Perubahan proporsi, misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh
pada seorang anak
2. Perubahan mental :
a. Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial, dan
imajinasi.
b. Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap
sosial yang baru, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap prososial

Dalam proses kehidupan manusia dalam proses perkembangan pada umumnya mengikuti
prinsip seperti yang dinyatak Hurlock (1980) ada sembilan, yaitu:
1. Sikap kritis sebagai dasar-dasar permulaan
Sikap kritis merupakan prinsip pertama dalam perkembangan yang terjadi pada
tahun-tahun prasekolah. Pada usia ini diletakkan struktur perilaku yang kompleks
yang berpengaruh bagi perkembangan sikap anak pada masa selanjutnya. Perubahan
cenderung terjadi apabila orang-orang di sekitar anak memperlakukan anak dengan
baik dan mendorong anak lebih bebas mengekspresikan dirinya. Sikap ini akan
mendorong anak tumbuh dan berkembang.
2. Peran kematangan dan belajar
Perkembangan dapat dipengaruhi oleh kematangan dan belajar. Kematangan adalah
terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal
dari warisan genetik individu, misalnya dalam fungsi yang telah diwariskan yang
disebut phylogenetik (merangkak, duduk, dan berjalan). Belajar adalah
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak-anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan (phylogenetik).
Hubungan antara kematangan dan hasil belajar dapat dilihat dalam fungsi hasil usaha
(ontogenetik) seperti menulis, mengemudi atau bentuk keterampilan lainnya yang
merupakan hasil pelatihan.
3. Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat Diramalkan
Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan. Misalnya
perkembangan motorik akan mengikuti hukum arah perkembangan (cephalocaudal)
yaitu perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti
bahwa kemajuan dalam s berbedatruktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian
kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua perkembangan
menyebar keluar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh
(proximodistal).
4. Semua individu berbeda
Setiap individu akan mengalami perkembangan yang meskipun pada anak kembar.
Karena perkembangan pada tiap manusia berbeda-beda maka terbentuk
individualitas. Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan
mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri.
Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah,
sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi
penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis
dan genetik yang berbeda, dan juga faktor lingkungan anak yang bebrbeda. Meskipun
kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki
konsistensi perkembangan tertentu. Seorang anak yang memiliki kecerdasan rata-rata
akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap
perkembangan berikutnya. Perbedaan perkembangan pada tiap individu
mengindikasikan agar guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap
anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak
seharusnya juga berbeda. Pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan,
meskipun dilakukan secara klasikal atau kelompok.
5. Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku Karateristik
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik
untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola
perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Pola
perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam
kecepatan perkembangan. Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti
urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata.
Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya
dibandingkan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh
akan berkembang lebih lambat. Perkembangan bergerak dari tanggapan umum
menuju tanggapan yang lebih khusus. Demikian juga dengan perkembangan emosi,
anak secara umum akan merespon dengan rasa takut pada suatu hal yang baru namun
selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan
hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi
kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang
perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi
kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa
remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan
berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
6. Setiap Tahap Perkembangan Mempunyai Risiko
Setiap tahap perkembangan mempunyai risiko. Beberapa hal yang dapat
menyebabkannya antara lain dari lingkungan anak itu sendiri. Bahaya ini dapat
mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial. Sehingga pola
perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan
perkembangan. Pada saat itu dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami
gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya
hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting
karena memungkinkan pengasuh (orangtua, guru, atau pengasuh lainnya) untuk
segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
7. Perkembangan dibantu rangsangan
Perkembangan akan berjalan sebagaimana mestinya jika ada bantuanberbentuk
sitmulus dari lingkungan sekitarnya. Misalnya semakin rajin orangtua berbicara
dengan anaknya semakin cepat anak-anak belajar berbicara. Pengalaman penulis
dengan seorang anak yang malas bicara, ketika penulis menjadi guru anak berusia 5
(lima) tahun tersebut, setiap hari penulis menanyakan kabarnya atau menanyakan
nama-nama benda kepadanya. Menjelang tamat Taman Kanak-kanak anak tersebut
mulai senang berbicara.
8. Perkembangan dipengaruhi Perubahan Budaya
Kebudayaan mempengaruhi perkembangan sikap dan fisik anak. Anak yang hidup
dalam budaya yang membedakan sikap dan permainan yang pantas terhadap untuk
anak laki-laki dan perempuan akan berpengaruh terhadap perkembangan. Anak
perempuan akan memilih mainan yang lebih sedikit membutuhkan kemampuan fisik,
sehingga pertumbuhan fisiknya tidak sekuat fisik anak laki-laki. Anak laki-laki
dituntut untuk tidak cengeng seperti anak perempuan, sehingga anak laki-laki menjadi
lebih tegar dan pemberani dibandingkan anak perempuan.
9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan
Orangtua dan masyarakat memiliki harapan tertentu pada tiap tahap perkembangan
anak. Jika tahap itu tercapai maka orangtua atau masyarakat akan berbahagia.
Misalnya anak usia 1 (satu) tahun sudah pandai berjalan, jika sampai usia tersebut
anak belum bisa berjalan, maka akan membuat gelisah orang-orang di sekitarnya
Menurut Crain (2007 dalam Masganti 2012) ada 14 teori perkembangan yang
dikemukakan ahli psikologi perkembangan yaitu: enviromentalisme, naturalisme,
etologis, komparatif dan organismik, perkembangan kognitif, perkembangan moral,
pengondisian klasik, pengondisian operan, pemodelan, sosial-historis, psikonalitik,
psiko-sosial, perkembangan bahasa, dan humanistik
(https://www.desbud.id/2022/03/teori-teori-perkembangan.html).
1) Environmentalisme
Teori enviromentalisme menyatakan perkembangan ditentukan oleh lingkungan.
Teori ini dikemukakan filsuf Inggris Jhon Locke yang terkenal dengan istilah
tabularasa (meja lilin putih). Locke mengakui kalau individu memiliki
temperamen yang berbeda, namun secara keseluruhan, lingkunganlah yang
membentuk jiwa (Crain, 2007: 6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu
pada usia dini, anak-anak mudah dididik menurut kemauan pendidiknya.
Lingkungan membentuk jiwa anak-anak melalui proses asiosiasi (dua gagasan
selalu muncul bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi
(peniruan), serta reward and punishment (penghargaan dan hukuman)
(http://susansalsabila.blogspot.com/2017/12/teori-perkemangan-perspektif.html).
2) Naturalisme
Teori naturalisme memandang anak berkembang dengan cara caranya sendiri
melihat, berpikir, dan merasa. Alam seperti guru yangmendorong anak
mengembangkan kemampuan berbeda-beda ditingkat pertumbuhan yang berbeda.
Teori ini dikemukakan Jean Jecques Rousseau. Dengan belajar dari alam anak-
anak mungkin berubah mungkin tidak, tetapi anak tetap saja sebagai pribadi yang
utuh dan kuat.
3) Etologis
Etologis adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam konteks
evolusi. Teori etologis dikemukakan antara lain Darwin, Lorenz Tindbergen, dan
Bowlby. Charles Darwin menyatakanbahwa perkembangan manusia ditentukan
oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit,
namun jugapada beragam tingkah laku. Konrad Lorenz dan NikoTindbergen
menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam lingkungan
tertentu dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk berkembang dengan
benar (Crain, 2007:64). Jhon Bowlby menyatakan bahwa perkembangan manusia
ditentukan oleh lingkungan yang diadaptasinya. Untuk mendapatkan
perlindungan, anak-anak harus mengembangkan tingkah laku kemelekatan
(attachment) yaitu sinyal yang mempromosikan dan mempertahankan kedekatan
anak dengan pengasuhnya (https://dosenpsikologi.com/teori-etologi-dalam-
psikologi-perkembangan).
4) Komparatif dan organismic
Teori komparatif dan organismik dikemukakan Heinz Werner yang menyatakan
bahwa perkembangan tidak sekedar mengacu kepada peningkatan ukuran, tetapi
perkembangan juga mencakup perubahan perubahan di dalam struktur yang dapat
didefinisikan menurut prinsip ontogenik. Werner menyatakan bahwa bapan pun
perkembangan berlangsung, dia melangkah maju dari kondisi yang relatif tidak
memiliki banyak perbedaan menuju kondisi yang perbedaan dan integrasi
herarkhisnya semakin tinggi. Pernyataan ini menunjukkan perkembangan harus
dipelajari dari sisi aktivitas yang muncul di permukaan dan aspek kejiwaan
organisme pelakunya. Di samping itu prinsip ontogenik harus merupakan dasar
perbandingan pola-pola perkembangan di beragam wilayah, spesies, dan kondisi
patologis yang berbeda (https://pdfcoffee.com/qdownload/teori-organismik-
werner-pdf-free.html).
5) Perkembangan kognitif
Teori ini digagas Jean Piaget yang menyatakan bahwa tahapan berpikir manusia
sejalan dengan tahapan umur seseorang. Piaget mencatat bahwa seorang anak
berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap berpikir
manusia menurut Piaget bersifat biologis. Melalui penelitiannya Piaget
menemukan bahwa anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan kognitif
dengan urutanyang tidak pernah berubah dengan keteraturan yang sama (Crain,
2007) (https://www.neliti.com/publications/235758/teori-perkembangan-kognitif-
jean-piaget).
6) Perkembangan moral
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg. Kohlberg
melakukan penelitian dengan mengadakan tes kepada 75 orang anak laki-laki
yang berusia antara 10 hingga 16tahun. Tes tersebut berbentuk pertanyaan-
pertanyaan yang dikaitkandengan serangkaian cerita di mana tokoh-tokohnya
menghadapi dilema moral. Misalnya seorang suami yang harus mencuri obat
daritoko obat untuk istrinya yang sakit, karena tidak tidak memiliki uangyang
cukup untuk membeli obat tersebut (Kohlberg, 1995: 68). Berdasarkan penalaran-
penalaran yang diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral yang
dihadapinya, Kohlberg percayabahwa ada tiga tingkat perkembangan moral yang
masing-masing ditandai dua tahap. Konsep kunci untuk memahami
perkembangan moral menurut Kohlberg adalah internalisasi, yaitu perubahan
perkembangandari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi
perilakuyang dikendalikan secara internal (Moshman, 2005: 74)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tahap_perkembangan_moral_Kohlberg).
7) Pengondisian klasik
Teori pengondisian klasik dikemukakan oleh Ivan Pavlov yang menyatakan
bahwa perkembangan manusia berasal prinsip stimulus dan respon. Melalui
eksprimennya Pavlov menemukan bahwa pengondisian dapat menimbulkan
respon-respon bawaan terjadi secara spontan melalui latihan berulang-ulang
(https://www.psikologihore.com/teori-classical-conditioning/).
8) Pengondisian Operan
Pengondisian operan dikemukakan Skinner dengan menggunakan kotak
“Skinner Box.” Di dalam kotak Skinner mencobakan perkembangan
pengetahuan latihan yang disertai dengan reward dan punishment
(https://tepenr06.wordpress.com/2011/11/09/teori-kondisioning-operan-b-f-
skinner/).

9) Pemodelan
Teori pemodelan dikemukakan Albert Bandura yang menyatakan
bahwaperkembangan manusia merupakan hasil interaksiantara faktor heriditas
dan lingkungan (http://moveon.psikologiup45.com/2017/12/modelling-teori-
albert-bandura.html).
10) Sosial-Historis
Teori sosial-historis dikemukakan Lev Vigotsky yang berpandangan bahwa
konteks sosial merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar seorang
anak. Pengalaman interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan
kemampuan berfikir anak. Interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya
akan menciptakan bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi
(https://tirto.id/teori-belajar-sosial-menurut-vygotsky-zona-perkembangan-
proksimal-gjal).
11) Psikoanalitik
Teori Psikoanalisa digagas oleh Sigmund Frued yang menekankan pada
pentingnya peristiwa dan pengalaman pengalaman yang dialami anak
khususnya situasi kekacauan mental. Menurut Frued perkembangan seseorang
digambarkan sebagai sejumlah tahapan psikoseksual yang digambarkan pada
tahapan-tahapan: tahap oral, tahap anal, tahap phallic, tahap laten, dan genital
(Santrock, 1995:22). Setiap tahapan tersebut berkaitan dengan kepuasan libido
seksual yang dapat memainkan peranan pada kepribadian seseorang ketika dia
dewasa (https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-
psikoanalisis-sigmund-freud/).
12. Psiko-sosial
Teori ini digagas Erik Erikson yang menyatakan bahwa perkembangan terjadi
sepanjang kehidupan manusia. Erikson meyakini bahwa setiap tahap
perkembangan berfokus pada upaya penanggulangan konflik. Kesuksesan atau
kegagalan menangani konflik dapat berpengaruh pada setiap tahap
perkembangan (https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-
perkembangan-psikososial-erik-erikson/).
13. Perkembangan bahasa
Teori perkembangan bahasa digagas oleh Chomsky yang menyatakan
kemampuan berbahasa adalah bawaan manusia yang tidak dimiliki makhluk
lain. Kemampuan berbahasa telah dibawa manusia sejak lahir
(http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/teori-perkembangan-bahasa-
anak.html).
14. Humanistik.
Penggagas aliran humanistik adalah Abraham Maslow yang menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia ditentukan oleh hakikat batin
yang esensial dan biologis. Inti batin manusia mendorongnya untuk mencapai
perealisasian kemanusiaanya seutuhnya. Pada sejumlah orang yang melakukan
aktualisasi diri, mereka cenderung merdeka dari tekanan budaya, dan tetap
mempertahankan kapasitas untuk memandang dunia secara spontan, segar, dan
lugu seperti anak. Dengan kata lain Maslow menyatakan hanya manusiayang
merdeka dari tekanan budaya yang dapat mencapai kesempurnaan
perkembangannya (https://123dok.com/article/teori-humanistik-teori-teori-
perkembangan.y6j2m7gq.
b. Tahap-Tahap Perkembangan
Tahap-tahap perkembangan manusia menurut para psikolgi berbeda-beda tergantung
pandangan mereka tentang teori perkembangan. Rousseau (Crain, 2007. Dalam Masganti
2012) membagi tahap perkembangan manusia menjadi empat tahap, yaitu:
a. Masa Bayi (usia dari nol sampai dua tahun).
Bayi mengalami dunia langsung lewat indranya. Mereka tidak mengetahui ide atau
pemikiran apapun, mereka hanya merasakan panas, dingin, enak atau sakit. Mereka
menggunakan gramatika sendiri ketika berkomunikasi dengan orang dewasa. Mereka
memperbaiki pengertian mereka sendiri meskipun orang lain tidak memperbaikinya.
b. Masa Kanak-kanak Awal (usia dua sampai dua belas tahun)
Masa ini dimulai ketika anak mulai memiliki independensi baru. Mereka sudah bisa
berjalan, berbicara, makan sendiri, dan berlari ke sana kemari. Anak masih melekat pada
hal-hal yang konkrit. Mereka belum mampu memahami hal-hal yang bersifat abstrak.
Pemikiran mereka masih terbatas pada hal-hal yang bersifat pra operasional dan
operasional konkrit.
c. Masa Kanak-kanak Akhir (usia duabelas sampai limabelas tahun)
Masa ini transisi masa anak ke masa dewasa. Anak berada pada tahap prasosial, di mana
anak hanya memperhatikan apa yang berguna bagi dirinya sedikit saja dari mereka yang
memiliki kepedulian terhadap menjaga hubungan dengan orang lain.
d. Masa Dewasa (usia limabelas sampai akhir hidup)
Pada masa ini anak mulai merasa malu berhadapan dengan lawan jenis karena
kesadarannya terhadap perasaan seksual yang mulai meningkat. Mereka lebih
membutuhkan orang lain. Kognitif mereka juga berkembang. Mereka mulai memahami
konsep-konsep yang abstak.

Gambar….. perkembangan anak 0-12 tahun

Secara umum bahwa tahap perkembangan manusia dapat dibagi sebagai berikut:
a. Periode Pranatal Periode pranatal dimulai sejak terjadi proses pembuahan (konsepsi)
sampai anak terlahir ke dunia. Pada masa itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan psikhis yang sangat penting bagi seorang anak. Jenis kelamin anak dan bentuk
fisik telah ditentukan sejak anak berada dalam kandungan.
b. Awal Masa Kanak-Kanak Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-
kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan (saat di mana individu
relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain). Seorang anak sering berpikir dan
menganggap bahwa awal masa kanak-kanak (young children) ini seakan-akan tidak ada
akhirnya ketika mereka sudah tidak sabar menunggu saat yang didambakan yakni
pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “orang-orang
dewasa.” Selama periode yang panjang ini (secara kasar sebelas tahun pada wanita dan
dua belas tahun pada pria) terjadilah sejumlah perubahan yang mencolok baik secara fisik
maupun psikologis.
c. Akhir Masa Kanak-Kanak
Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba
saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, akhir masa
kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial anak.
Permulaan akhir masa kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu
sekolah dasar, hal yang wajib untuk anak berusia enam tahun di Amerika. Pada beberapa
anak, proses ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan sang anak, dan juga
bagi anak yang pernah mengalami pembelajaran di situasi prasekolah selama setahun.
Tuntutan yang berat pada anak untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan harapan
baru saat masuk sekolah, banyak anak berada dalam keadaan tidak seimbang, dalam
artian anak mengalami gangguan emosional yang dapat mengakibatkan perubahan dalam
sikap dan perilakunya.
Selama setahun dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik yang
menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku
dengan menjelang berakhirnya periode ini dan anak mempersiapkan diri, secara fisik dan
psikologis, untuk memasuki masa remaja.
d. Masa Puber
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari
makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Seperti diterangkan oleh Root, “Masa puber
adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan
tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam
pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis”.
Sebagian besar orang-orang primitif selama berabad-abad mengenal masa puber sebagai
masa yang penting dalam rentang kehidupan setiap orang. Mereka sudah terbiasa
mengamati berbagai macam upacara sehubungan dengan kenyataan bahwa dengan
terjadinya perubahan-perubahan tubuh, anak yang melangkah dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa.
Yang lebih penting adalah penekanan Aristoteles pada perubahan-perubahan perilaku. Ia
menguraikan bahwa anak perempuan yang sedang puber mudah marah, penuh gairah,
sangat rajin, dan selalu memerlukan pengawasan karena berkambangnya dorongan-
dorongan seksual.
e. Masa Remaja
Masa remaja memiliki makna yang luas, mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. Jika ditinjau dari sisi psikologis maka usia remaja adalah masa dimana
anak mulai menyesuaikan serta menerapkan kehidupan yang dilakukan oleh seseorang
yang sudah dewasa, di usia ini seorang anak sudah merasa bahwa ia sudah berada
ditingkatan yang sama dengan orang dewasa atau orang yang lebih tua darinya dalam hal-
hal sosial atau hak-hak yang berlaku dimasyarakat.
Pada umumnya seorang anak sudah memasuki masa remaja adalah ketika anak secara
seksual menjadi matang dan masa ini akan berakhir saat sudah mencapai usia matang
secara hukum (ketentuan yang berlaku dimasyarakat). Namun, penelitian tentang
perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya
menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada masa awal remaja daripada
tahap akhir masa remaja, tetapi juga menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai
pada awal masa remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja. Dengan demikian secara
umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa remaja dan akhir masa
remaja.
Karena rata-rata laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki
mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia delapan
belas tahun ia sudah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya,
seringkali laki-laki tampak kurang matang untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Namun, dengan adanya status yang lebih matang di rumah dan di sekolah,
biasanya laki-laki cepat menyesuaikan diri dan menunjukkan perilaku yang lebih matang,
yang sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia tiga belas tahun sampai enam belas
atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai
delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Jadi periode akhir pada masa
remaja berlangsung cukup singkat, hanya berlangsung selama satu atau dua tahun saja.
f. Masa Dewasa Dini
Setiap kebudayaan membuat perbedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa
secara resmi. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila
pertumbuhan pubertas sudah selesai atau hampir selesai dan apabila organ kelamin anak
telah berkembang dan mampu berproduksi.
Belum lama ini, dalam kebudayaan Amerika seorang anak belum resmi dianggap dewasa
kalau ia belum mencapai usia 21 tahun. Sekarang, usia 18 tahun merupakan usia di mana
seseorang dianggap dewasa secara sah. Dengan meningkatnya lamanya hidup atau
panjangnya usia rata-rata orang maka masa dewasa sekarang mencakup waktu yang
paling lama dalam rentang hidup.
Selama masa dewasa yang panjang ini, perubahan-perubahan fisik dan psikologis terjadi
pada waktu-waktu yang dapat diramalkan seperti masa kanak-kanak dan masa remaja,
yang juga mencakup periode cukup lama (saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
psikologis tertentu, masa dewasa biasanya dibagi berdasarkan periode yang menunjuk)
pada perubahan-perubahan tersebut, bersama dengan, masalah-masalah penyesuaian diri
dan tekanan-tekanan berdaya serta harapan-harapan yang timbul akibat perubahan-
perubahan tersebut.
g. Masa Dewasa Madya
Lazimnya masa dewasa madya ini berlangsung jika seseorang sudah menginjak usia 40
tahun dan berakhir sampai ia berusia 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh
adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada umumnya seseorang akan
mengalami penurunan dalam kekuatan fisiknya ketika ia sudah memasuki usia 60 tahun,
dan hal serupa juga terjadi dengan kekuatan daya ingatnya (mereka akan mudah
merasakan lelah jika melakukan pekerjaan berat dan akan sering mengalami lupa).
Meskipun sekarang ini mungkin banyak orang yang mengalami tanda-tanda tersebut lebih
lambat dari usia 60 tahun, akan tetapi ciri-cirinya tetap dapat ditemukan meski tidak
terlalu nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60 tahun sengaja
ataupun tidak sengaja usia 60 tahun dianggap sebagai garis batas antara usia madya
dengan usia lanjut, jadi batasnya bukan usia 65 tahun.
Oleh karena usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan
manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua sub bagian, yaitu:
• Usia madya dini yang membentang dari usia 40 sampai 50 tahun dan
• Usia madya lanjut yang berbentang antara usia 50 sampai 60 tahun. Selama usia
madya lanjut, perubahan fisik dan psikologis yang pertama kali mulai selama 40-an
awal menjadi lebih kelihatan.

h. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)


Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di
mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau
beranjak dari waktu yang sudah dialami. Ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh
penyesalan, dan cenderung ingin hidup mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin.
Usia 60 biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Akan
tetapi orang sering menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria yang bagus dalam
menandai pemulaan usia lanjut karena terdapat perbedaan tertentu di antara individu-individu
dalam usia pada saat mana usia lanjut mereka mulai.
Karena kondisi kehidupan dan perawatan yang lebih baik, kebanyakan pria dan wanita zaman
sekarang tidak menunjukkan tanda-tanda ketuaan mental dan fisiknya sampai awal 70 tahun.
Karena alasan tersebut, ada kecenderungan yang meningkat untuk menggunakkan usia 65 sebagai
usia pensiun dalam berbagai urusan, sebagai tanda mulainya usia lanjut.
Tahap berakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar
antara usia 60 sampai 70 tahun dan usia lanjut yang mulai pada usia 70 tahun sampai akhir
kehidupan seseorang.
Orang dalam usia 60-an biasanya digolongkan dalam usia tua, yang berarti antara sedikit lebih tua
atau setelah usia madya dan usia lanjut setelah mereka mencapai usia 70 tahun, yang menurut
standar beberapa kamus berarti makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah
kehilangan kejayaan masa mudanya.

C. Karakterisitik Individual Peserta Didik


Secara umum tidak ada manusia yang sama bentuk fisik dan psikisnyanya, demikian juga
halnya dengan peserta didi. Mereka berbeda-beda dalam tinggi badan, berat badan, bentuk
muka, warna kulit, dan lain sebagainya, termasuk karakter anak. Oleh sebab itu pemahaman
terhadapperbedaan fisik dan psikis peserta didik perlu dipelajari oleh-oleh orang yang
berilmu pengetahuan, termasuk para guru.
1. Karakteristik fisik
Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada seseorang merupakan gejala primer, yang
terjadi sejak anak lahir sampai usia lanjut. Pertumbuhan fisikseperti; ukuran tubuh (berat
dan tinggi badan), perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama
(primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder), sampai penurunan kondisi fisik pada usia
dewasa dan usia lanjut.
2. Perbedaan Intelegensi
Manusia hakekatnya dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda.
Perbedaan kecerdasan dalam diketahui para psikolog dengan menguji perbendaharaan
kata, ketelitian, ketahanan kerja, dan kekuatan persepsi. Tes-tes kecerdasan
dikembangkan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan pada tiap-tiap individu.
Inteligensi atau kecerdasan sering diasosiasikan dengan kecerdikan, kemengertian,
kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk menguasai sesuatu, kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan situasi atau lingkungan tertentu, dan sebagainya.
Howard Gardner mulai menggagas teori multiple intelligences (kecerdasan jamak)
dengan menulis buku yang berjudul Frames of Mind pada tahun 1983. Howard Gardner
menyatakan ada delapan kecerdasan manusia yaitu: (1) Kecerdasan verbal (linguistic),
(2) Kecerdasan matematika (logical mathematical), (3) Kecerdasan spasial (visual), (4)
Kecerdasan tubuh-kinestetik (bodily and kinesthetic) (5) Kecerdasan music (musical),
(6) Kecerdasan sosial (intrapersonal), (7) Kecerdasan diri (interpersonal), (8)
Kecerdasan alam (naturalistic) (Campbell, 1999).
D. Perkembangan Kognitif, Psikis dan Sosial
1. Karakteristik Perkembangan Kognitif
Masalah kognisi manusia, selalu berkaitan dengan kecerdasan seperti yang telah diuraikan
sebelumnya. Satu hal yang membedakan antara manusia dengan mahluk lain adalah
kemampuan berfikir yang dimilikinya. Binatang misalnya hanya memiliki naluri (instink)
sebagai pendorong tingkah lakunya, sedangkan manusia mampu mengunakan akal
pikirannya. Kemampuan berpikir tersebut tercakup dalam aspek kognitif yang sering disebut
kecerdasan atau inteligensi (intelligence).

Kecerdasan dapat diukur melalui tes kecerdasan. Orang pertama yang melakukan tes tersebut
adalah Binet yang mengukur fungsi kognitif, ketajaman bayangan, lama dan kualitas
pemusatan perhatian, ingatan, penilaian estetis dan moral, pemikiran logis dan pengertian
logis mengenai bahasa. Tes tersebut kemudian disempurnakan oleh Theodore Simon,
sehingga kemudian dikenal dengan istilah tes inteligensi Binet-Simon. Hasil tes inteligensi
disebut denganIntelligency Quotient (IQ), yang menunjukkan tingkat inteligensi seseorang.
Sekor IQ didapatkan dengan menghitung umur mental (Mental Age/MA) dibagi umur
kronologis (Cronological Age/CA) kemudian dikalikan 100 %, sehingga rumusnya sebagai
berikut: IQ = MA/CA x 100%.

Bloom dkk (1964) mengadakan penelitian secara longitudinal terhadap anak sampai berusia
17 tahun. Hasilnya bahwa sampai usia 1 tahun kecerdasan berkembang sampai 20 %, usia 4
tahun berkembang sampai 50 %, usia 8 tahun berkembang 80 %, usia 13 tahun berkembang
92 % dan usia 13 tahun ke atas tinggal penyempurnaan. Laju perkembangan tersebut relatif
stabil dan proporsional. Melalui studi yang intensif dan dengan menggunakan pendekatan
longitudinal.
Jean Piaget selama tahun 1920 sampai 1964 melakukan penelitian yang hasilnya
menyimpulkan bahwa, perkembangan kognitif bersifat tahapan, urutan tahapan berlaku
secara universal tapi batasan waktu berbeda-beda tergantung budaya, dimana anak adalah
lone scientist: kognitifnya berkembang apabila anak dibiarkan bereksperimen
sendiri/memanipulasi benda secara langsung. Interaksi dengan teman sebaya lebih
bermanfaat dibanding interaksi dengan orang dewasa. Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa perkembangan kognitif manusia terdiri dari 4 tahap, yang selanjutnya dikenal dengan
tahapan perkembangan kognitif.
Teori lain yang mencoba mengungkap tentang perkembangan kognisi dikemukakan oleh
Vygotsky, yang mengatakan bahwa perkembangan mental anak tergantung pada proses
sosialnya, yaitu bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan
sosial yang menguntungkan anak adalah orang dewasa atau anak yang lebih mampu yang
dapat memberi penjelasan tentang segala sesuatu sesuai dengan nilai kebudayaan. Sebagai
contoh, bila anak menunjuk suatu objek, maka orang dewasa tidak hanya menjelaskan
tentang objek tersebut, namun juga bagaimana anak harus berperilaku terhadap objek
tersebut. Vygotsky membedakan proses mental menjadi dua yaitu:
a. Elementary: masa praverbal, yaitu: selama anak belum menguasai verbal, pada saat itu
anak berhubungan dengan lingkungan menggunakan bahasa tubuhnya.
b. Higher: masa setelah anak dapat berbicara, Pada masa ini anak akan berhubungan dengan
lingkungan secara verbal.
Vygotsky, menggambarkan teorinya tentang kognitif sebagai berikut:

Gambar 1. Zona Perkembangan Proksimal.


“http://valmband.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem .
Vygotsky juga mengemukakan konsep Scaffolding yaitu perubahan tingkat dukungan.
Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih
terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak. Dialog adalah alat yang
penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak pada umumnya kaya konsep tetapi
tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat
dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.

2. Karakteristik Perkembangan Psikis Peserta Didik


Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress, yaitu terjadinya pergolakan emosi yang
diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi.
Pada masa remaja (usia 12-21 tahun) terdapat beberapa fase, yaitu: a) Fase remaja awal (12-15
tahun), b) Fase remaja pertengahan (15-18 tahun), dan c) Fase remaja akhir (18-21 tahun). Di
antara fase-fase tersebut juga terdapat fase pubertas (11/12-16 tahun) yang terkadang menjadi
masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Pergolakan emosi yang terjadi pada
remaja tidak lepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal,
keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi,
membuat mereka tertuntut untuk menyesuaikan diri secara efektif.
Karakteristik Perkembangan Sosial Peserta Didik
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga,
tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.

Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap


berbagai aspek perkembangan anak termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi atau tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang yang kondusif bagi sosialisasi anak. Didalam
keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan
mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan
diartikan oleh keluarga.

Kematangan Anak.Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu


mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut
pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan
baik.

Status Sosial Ekonomi. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh
dalam keluarga anak itu. “Ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya.

Pendidikan. Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial
anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam
arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik
bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma-
norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa, titik pergaulan
membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi. Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi


banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkembang bahasa secara baik. Oleh karena itu,
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, pengendalian emosional secara
seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling
pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utamadalam kehidupan
sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual

a. Teori Belajar Behaviorisme


Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Baiknya saudara melihat link
https://www.youtube.com/watch?v=USEYMe6ltpw untuk memahami lebih mendalam tentang
teori ini. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya:
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan,
maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi
antara Stimulus- Respons.
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana
unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin
bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak
dilatih.
Implementasi teori dalam pembelajaran PJOK adalah pada permainan bola kecil, bola kasti
terlihat pada ketika siswa akan memukul bola setelah adanya stimulus dari lemparan. Pemukul
tidak akan melakukan pukulan apabola pelempar belum nelakukan lemparan. Artinya bahwa
respon hanya diberikan pada saat bola dating ke pemukul. Dalam proses belajar mengajar, guru
harus memberikan berbagai variasi stimulus sebagai kegiatan yang merangsang ototmatisasi.
Konsentrasi dan keakuratan momen lemparan dengan bola dengan ayunan stik.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Teori ini dikenal dengan eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar (lihat
https://senandungbiru.wordpress.com/2014/10/18/teori-classical conditioning -ivan-
pavlov/), diantaranya :
Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
Implementasi teori classical conditioning dalam pembelajaran PJOK adalah seorang guru
melakukan ulangan/mencoba-coba pada passing bola basket. Gaya mengajar latihan yang
berorientasi pada pengulangan akan menghasilkan pengalaman gerak yang melekat sehingga
menghasilkan otomatisasi gerak.
Contoh: Dulu pada saat diajar ayah berenang saya takut, karena saya takut melihat air.
Tetapi setelah beberapa kali saya mengikuti pembelajaran renang disekolah maka saat ini
saya sudah tidak takul lagi dengan air.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut
akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam
operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Guna
memperluas pemahaman dapat di lihat pada
https://www.bing.com/images/search?q=operant+conditioning&id=F621C3607F69236C4
89972E4B5528EA8C23BD5A5&FORM=IQFRBA
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori
belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda
dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu
sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Penerapan teori ini dalam pembelajaran adalah: Guru yang menggunakan paradigma
behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan
pembelajaran yang dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya
memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh. Bahan pelajaran disusun hierarki dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari pembelajaran dapat diukur dan diamati,
kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Dalam pembelajaran penjas kondisi pembelajaran akan terasa
membosankan karena siswa hanya dikomando untuk melakukan gerakan - gerakan yang
baik tanpa memberikan siswa kebebasan untuk mengeksplor kemampuannya sehingga
siswa cenderung pasif dan kurang kreatif.

Gambar 2: skema Teori social Albert Bandura


Contoh: Pada saat pembelajaran PJOK dengan materi shooting ke gawang guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan shooting ke gawang. Pada
pelaksanaan guru memberikan instruksi kiranya siswa hanya di komando untuk
melakukan teknik shooting dengan menggunakan kaki bagian dalam saja.

B. Teori Belajar Kognitif Piaget


Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme [lihat: Teori Belajar Konstruktivisme]. Salah satu sumbangan
pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa
perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre
operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget
tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James
Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes
material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of
their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or
concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
Tahapan perkembangan kognitif berdasarkan teori piaget dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

PEMRINGKAT PERKEMBANGAN KOGNITIF


MENURUT JEAN PIAGET
2-7 tahun
0-2 Tahun 12 Tahun ke atas
TAHAP PRAOPERASI 7-11 Tahun
TAHAP SENSOR TAHAP OPERASI
Berfikir secara TAHAP OPERASI
MOTORIK FORMAL
simbolik untuk KONKRIT
Mengguna Deria berfikir secara
menyelesaikan Berfikir secara logis
Motor & deria yang abstrak, konsep,
masalah tidak logik & dan konkrit serta
lain untuk meninjau hipotetik & akibat
mudah diperdaya mencoba-coba
dan memahami gerak lebih lama
oleh pandangan lain
sekeliling

Gambar 3: Pemringkatan perkembangan kognitif


C. Teori Belajar Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2)
pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7)
perlakuan dan (8) umpan balik. Lihat link :
https://inoerofik.files.wordpress.com/2014/11/teori-gagne.pdf. Pemringkatan proses
pembelajaran Gagne dapat dilihat di bawah ini
Gambar 4. Peringkatan teori Robert Gagne

D. Teori Belajar Gestalt


Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler,
ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa
setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya
membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar,
maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada
dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk
tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya
bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan
yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola
obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini
sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi
masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta
didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif
jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta
didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-
susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok
yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu,
guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip
pokok dari materi yang diajarkannya.

E. Aplikasi Perkembangan Motorik dan Konsep Belajar pada Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani mempunyai peran unik dibandingkan denga bidang studi lain karena
objek kajiannya adalah manusia dalam gerak, gerak manusia sebagai fenomena,
mempunyai aplikasi secara praktik, dan merupakan proses yang sifatnya
interdiciplinaries dan multidimention baik dari rumpun ilmu eksakta maupun dari
rumpun ilmu-ilmu sosial (KDI, 1988).

Susan (200) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan
secara keseluruhan yang dalam pelaksanaanya menggunakan media aktivitas fisik. Green
dan Hardman (2005) dengan pendidikan jasmani dapat untuk meningkatkan kebugaran,
keterampilan, pengembangan kognitif, dan afektif, demikian pula menurut Silvermen dan
Ennis (2003) melalui pendidikan jasmani memungkinkan pengembagnan secara
menyeluruh baik fisik, mental, sosial, intelektual, emosional mapupun spiritual. Osada
(2010) menyatakan bahwa dengan pendidikan asmani dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik.

Atas dasar ini maka proses pendidikan jasmani didasaran pada kebutuhan dan
kemampuan peserta didik, mengakomodir perbedaan individu baik secara umur, maupun
jenis kelamin sebagai keunikan. Thomas, dkk (2008) menyatakan bahwa pendidikan
jasmani dapat membantu untuk meningkatkan keterampilan motoric, kesehatan,
kebugaran, pembentukan watak, kepribadian, kedisiplinan dan penanaman nilai
kejujuran, kerja sama serta tanggung jawab. Himberg dkk (2003) menyatakan bahwa
tujuan pendidikan jasmani bukan hanya pada perkembangan fisik semata namun juga
pada rohani, fisik sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai tujuan keduanya.
Liukonen (2007) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan motoric, kebugaran, pengethauan, sosial, dan keindahan.
Sedangkan Marrow (2005) juga mengungkapkan melalui pendidikan jasmani dapat
membantu menimbulkan realitas diri, membentuk tubuh yang ideal, memelihara
kebugaran, kesehatan, meningkatkan keterampilan, dan otomatisasi gerak. Pendidikan
jasmani memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam
menangani dan memecahkan permasalahan yang timbul di lapangan. Kelly (2006)
menyatakan bahwa melalui pendidikan jasmani menyebabkan aliran darah menjadi lancar
sehingga zat-zat yang dibutuhkan dalam sistem saraf dan otot akan terpenuhi, dampak
terpenuhinya kebutuhan akan menjadi bugar, dengan meningkatnya kebugaran maka
daya tahan akan meningkat sehingga mudah menerima pelajaran.

Gallahue dan Donnelly (2003) menyatakan bahwa pendidikan jasmani pada anak
sebelum jenjang pendidikan dasar dapat membantu pengontrolan pengembangan
emosional, menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Schmidt dan
Wrisberg (2008), materi pembelajaran yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai
sarana pendidikan harus memperhatikan dan disesuaikan dengan tahap perkembangan
anak.

4. Forum Diskusi
2. Bagaimanakah tahapan perkembangan saat proses pertumbuhan, perkembangan,
kematangan dan penuaan? ( 25)
3. Jelaskan dengan contoh apa yang dimaksud dengan Zona Perkembangan Proksimal
(ZPD) implementasinya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. (25)
4. Mengapa guru perlu mewadahi perkembangan anak untuk mengembangkan potensi
yang ada padanya dalam medium PJOK? (25)
5. Bagaimana faktor kognitif, afektif dan psikmotor dapat mempengaruhi perkembangan
sosial anak remaja? (25)
6. Bagaimana penerapan konsep belajar Pendidikan Jasmani pada anak dengan kondisi
lingkungan yang tidak mendukung perkembangan motoriknya.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Istilah pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif),
sedangkan perkembangan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif).
Antara fisik dan psikis ini saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia. Namun
demikian kedua proses ini tidak pernah berhenti sepanjang kehidupan manusia. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa istilah pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan
ukuran tubuh, sebagai hasil penyempurnaan bagian-bagian tubuh. Perkembangan
(development): merupakan peningkatan kapasitas fungsi dan kemampuan kerja organ-organ
tubuh. Kematangan (maturation): merupakan peningkatan atau kemajuan yang bersifat
kualitatif dalam hal perkembangan biologis. Penuaan (aging): merupakan proses penurunan
kualitas organik yang diakibatkan karena bertambah usia

Howard Gardner menyatakan ada delapan kecerdasan manusia yaitu: Kecerdasan verbal
(linguistic), Kecerdasan matematika (logical mathematical), Kecerdasan spasial (visual),
Kecerdasan tubuh-kinestetik (bodily and kinesthetic), Kecerdasan music (musical),
Kecerdasan sosial (intrapersonal), Kecerdasan diri (interpersonal), dan Kecerdasan alam
(naturalistic)

Secara kuantitatif inteligensi berkembang semenjak bayi masih berada dalam kandungan.
Laju perkembangannya berlangsung sangat pesat mulai usia 3 tahun sampai dengan masa
remaja awal

Implikasi tahapan operasional formal dari teori Piaget pada remaja, maka individu remaja
telah memiliki kemampuan introspeksi (berpikir kritis tentang dirinya), Berfikir logis
(pertimbangan terhadap hal-hal yang penting dan mengambil kesimpulan), Berfikir berdasar
hipotesis (adanya pengujian hipotesis), Menggunakan simbol-simbol, Berfikir yang tidak
kaku/fleksibel berdasarkan kepentingan. Sehingga atas dasar tahap perkembangan tersebut
maka ciri berfikir remaja adalah idealisme, cenderung pada lingkungan sosialnya, egosentris
hipocrsty (hipokrit: kepura-puraan) dan kesadaran diri akan konformis.

Teori belajar behaviorisme meruapakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental.
Classical Conditioning merupakan teori belajar yang diungkapkan oleh Pavlov yang
menghasilkan hokum-hukum belajar seperti law of Respondent Conditioning, Law of
Respondent Extinction.

Operant Conditioning merupakan teori belajar yang diungkapkan B. F Skinner menghasilkan


hokum belajar, seperti Law of operant conditioning, Law of operant extinction.

Social Learning atau disebut juga observasional learning yang diungkapkan oleh Albert
bandura adalah sebuah teroi yang relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar
lainnya. Teori ini memandang perilaku individu tidak semata-mata reflex ototmatis atas
stimulus (S-R bond) melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Teori belajar kognitif Piaget yang menjadi pelopor teori belajar konstruktivisme. Teori ini
menyatakan bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap, yaitu sensori
motor, pra operasional, operasi formal, dan operasi formal.

Teori belajar pemrosesan informasi yang diungkapkan oleh Robert Gagne menyatakan
bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Teori belajar Gestalt menyatakan bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.

2. Tes Formatif
1. Peningkatan ukuran tubuh seprti bertambahnya tinggi dan berat badan, sebagai hasil
penyempurnaan bagian-bagian tubuh merupakan proses .
B. Pertumbuhan.
C. Perkembangan
D. Kematangan
E. Penuaan
F. Emosional

3. Peningkatan kapasitas fungsi dan kemampuan kerja organ-organ tubuh seperti kerja system
peredaran darah, pernapasan dan lain sebagainya merupakan ciri khas dari ….
A. Pertumbuhan
B. Perkembangan.
C. Kematangan
D. Penuaan
E. Emosional
4. Proses penurunan fungsi kualitas organik dari tubuh manusia yang diakibatkan karena
bertambah usia merupakan proses …..
A. Pertumbuhan
B. Perkembangan
C. Kematangan
D. Penuaan.
E. Emosional

5. Anak yang memiliki kecederungan unggul dan mampu dalam memanipulasi objek dan
senang serta terampil dalam latihan-latihan fisik. Ini merupakan ceminan anak memiliki
dominan kecerdasan…
A. Kecerdasan verbal ( linguistic)
B. Kecerdasan matematika ( logical mathematical )
C. Kecerdasan spasial ( visual )
D. Kecerdasan tubuh-kinestetik ( bodily and kinesthetic ).
E. Kecerdasan music ( musical )

6. Proses pengoperasian ilmu yang normatif, proses sosialisasi anak yang terarah, akan
memberikan warna kehidupan anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang
akan datang, merupakan ciri yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dari faktor
…………
A. Keluarga
B. Kematangan anak
C. Status ekonomi keluarga
D. Pendidikan.
E. Kemampuan mental

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan remaja adalah, kecuali…
A. Pola hidup keluarga
B. Kematangan anak
C. Status ekonomi keluarga
D. Tingkat pendidikan
E. Keterampilan Gerak.

8. Interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak, sesuai dengan teori Vygotsky
yang menggambarkan adanya daerah perkembangan proksimal atau Zone of Proximal
Development (ZPD) yang berarti……
A. Anak sudah memiliki kemampuan yang mendasar
B. Anak dalam pengebangan potensinya perlu bantuan ahli atau teman yang lebih tahu.
C. Anak dalam pengembangan potensi sudah dibawa sejak lahir
D. Interaksi soial perlu direncanakan dalam pengbangan potensi anak
E. Pembelajaran yang mensyaratkan keterlibatan peserta didik
9. Terbukanya karakteristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari
warisan genetik individu selanjutnya melakukan latihan dan usaha, merupakan prinsip
perkembangan ……
A. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis.
B. Peran kematangan dan belajar.
C. Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat Diramalkan
D. Semua individu berbeda
E. Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku Karateristik

10. Perkembangan kemampuan fisik berkaitan dengan keterampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan….
A. Koordinasi antara syaraf dan otak.
B. Koordinasi antara pikiran dan perasaan
C. Koordinasi antara mata dan tangan
D. Koordinasi antara mata dan kaki
E. Koordinasi antara panca indra dan angota gerak.

11. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian, pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas. Lebih
dominan dipengaruhi oleh ….
A. Pendidikan keluarga.
B. Pendidikan formal (sekolah)
C. Pendidikan dan Latihan di klub olahraga
D. Pendidikan di masyarakat
E. Pemusatan latihan olahraga

Kunci Jawaban :

1. A
2. B
3. D
4. D
5. D
6. E
7. B
8. B
9. A
10. A

Daftar Pustaka
Adek. “Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky”. Online. dalam
http://valmband.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%
2Fitem. Diakses 15 april 2018.
Ma’mun A & Saputra Yudha M. Perkembangan Gerak dalam Belajar Gerak. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas. 2000
Dauer, Victor P. Dynamic Physical Education For Elementary School Children, Minnesota:
Burgess Publishing Company, 1979
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja. Rosdakarya
Gabbard, Carl. LeBlance, Elizabeth, and Lowy, Susan. Physical Education For Children. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1987.
Gallahue, D, L., Donnelly, F.C. 2003. Development physical physical education for all children.
New York: John Willey & Sons Publisher.
Dewi Setiawati dan Awan Hariyono. Modul Guru Pembelajar kelompk kompetensi d. Filosofis
Penjas 2 Dan Gerak Berirama (Ritmik) Jakarta : Dirjen GTK. 2016
Green, K., Hardman, K. 2005. Physical education for life long fitness: The physical best teachers
guide. United States of America: National association for sport and physical education.
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta:
Diponegoro, 1998.
Liukonen, J. 2007. Phycology for physical educator: student in focus. Canada: Human Kinetics.
Kelly, L. E., Melograno, V. J. 2004. Developing the physical education curriculum:
anachievement-based approach. Canada: Human Kinetics.
Masganti Sit. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Perdana Publishing (Kelompok Penerbit
Perdana Mulya Sarana) 2012
Santrock, J.W. 2010. Psikologi pendidikan. Edisi kedua. Jakarta: Kencana Prenada media group,
Santrock, J.W. 2011. Masa Perkembangan Anak. Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika.
Shaffer, R.D. and Kipp, K. Developmental Psychology: Childhood and Adolescence. United
kindom : Wadsworth Cangage Learning, 2010
Silverman, S.J., Ennis, C.D. 2003. Learning in physical education: appling research to enhance
instruction. New Zealand: Sherridam books.
Susan, C., Susan, P. 2000. Issues in physical education. Canada: Routledge Falmer.
Thomas, K. T., Lee, A.M., Thomas, J. R. 2008. Physcal education methods for elementary
teachers. New Zealand: Human Kinetics.

Anda mungkin juga menyukai