Anda di halaman 1dari 17

B.

METODE PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN UNTUK ANAK


USIA SMP

Dari sekian banyaknya model-model pembelajaran, secara umum ada tiga model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk karakteristik anak usia Sekolah Menengah Pertama
(SMP), yaitu:

1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu; pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan procedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu konsep.
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu.
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa
berkenaan dengan pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari langkah demi langkah.

Metode yang digunakan dalam model pembelajaran ini yang lebih dominan adalah metode
Tanya Jawab, metode Ceramah, dan lain-lain. Model ini harus dikemas melibatkan terjadinya
interaksi multi arah. Model pembelajaran langsung mempunyai fase-fase penting diantaranya :
Fase pendahuluan, pada fase ini guru menyampaikan kompetensi apa yang harus dicapai siswa
setelah proses pembelajaran, memotivasi belajar, mengingatkan materi prasyarat. Fase Presentasi
materi,guru dengan menggunakan metode ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan
Tanya Jawab). Kemudian fase terakhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih, menyimpulkan hasil belajar dan memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa.
Fase tersebut dapat disajikan pada tabel berikut :

Fase
Peran guru
1. Pendahuluan

Menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa, memotivasi, mengingatkan materi


sebelumnya, dan mempersiapkan siswa

2. Presentasi Materi
Mendemonstrasikan
ketrampilan
atau
menyajikan
informasi tahap demi tahap dengan metode ceramah dan
resitasi
3. Membimbing Pelatihan
Memberikan latihan terbimbing
4.memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan
balik
5. Kesimpulan
Merangkum dengan Tanya Jawab dan memberikan tugas
Sumber : Drs. Sumardi Pengembangan Model Pembelajaran, Widyaiswara LPMP Yogyakarta

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja


dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk tujuan bersama.

Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai
kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa. Dengan demikian, metode mengajar
yang digunakan guru adalah diskusi kelompok. Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
antara lain :

a. Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, siswa belajar dalam


kelompok.
b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan memperhatikan kemampuan, gender, ras, budaya dan
suku.
c. Penghargaan diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan penting, yaitu :
1. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa
terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
2. Penerimaan terhadap keberagaman

Menumbuhkembangkan interaksi sosial bagi siswa. Siswa akan lebih mudah menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.

3. Pengembangan ketrampilan sosial


Mengembangkan saling percaya dengan berbagi tugas dalam kelompok, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mempresentasikan dan lain-
lain. Langkah dan kegiatan guru dalam Model Pembelajaraan Kooperatif.

Fase
Indikator
Kegiatan Guru
1.
Apersepsi
Guru menyampaikan kompetensi yang harus
ditunjukkan
siswa,
memotivasi
siswa,
mengingatkan materi prasyarat
2
Menyajikan
informasi
Guru menyampaikan informasi secukupnya,
berupa cara kerja, atau cara menyelesaikan tugas
3
Membentuk
kelompok
Guru memberikan arahan cara membentuk
kelompok
4

Membimbing
kelompok
bekerja

Guru memberikan bimbingan kepada kelompok


yang memerlukan
5
Evaluasi
Guru melakukan kesimpulan akhir, evaluasi
proses maupun hasil belajar
6
Memberikan
penghargaan
Guru memberikan penghargaan kepada setiap
kelompok maupun individual
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Model PBM (Problem Based Instruction) adalah suatu metode yang diajarkan dengan melihat
fakta yang berkembang atau berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi
dan pemecahan masalah tersebut.

Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk:


a) Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan
ketrampilan memecahkan masalah.
b) Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.
c) Belajar Mandiri.
Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut :
1) Penetapan Tujuan
Guru mendeskripsikan tujuan model pembelajaran masalah.
2) Merancang situasi masalah
Guru merumuskan masalah yang akan dipelajari/ diselidiki siswa.
Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.
3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik

Guru menyiapkan atau menginformasikan material, sarana atau sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan siswa dalam memecahkan masalah yang ada.

4) Orientasi siswa pada masalah

Siswa diberikan pengertian bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, melainkan siswa harus melakukan penelitian
terhadap masalah penting untuk biasa belajar mandiri.

5) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Mengembangkan ketrampilan kerjasama antar siswa dan saling membantu untuk menyelidiki
masalah secara bergotong royong. Guru membantu siswa yang memerlukan dalam
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.

6)Assessment dan evaluasi

Sistemassessment yang dilakukan adalah penilaian otentik yang menyangkut penilaian proses
berfikir siswa dan juga penilaian hasil belajar.
Pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada
aspek perubahan fisik kearah yang lebih maju. Dengan kata lain, pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta
berlangsung dalam periode tertentu. Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah
bertambahnya berat atau tinggi badan, tulang otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi
lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya, pertumbuhan ini mencapai
titik akhir yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia tertentu, misalnya
usia lanjut, justru terdapat bagian-bagian fisik tertentu yang mengalami penurunan dan
pengurangan. Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakter yang khas dari
gejala- gejala psikologis ke arah yang lebih maju.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia mengalami beberapa tahapan, dimana dari setiap
tahap memiliki suatu identitas dan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Perkembangan dapat dicapai karena adanya proses belajar dan proses belajar hanya mungkin
berhasil jika ada suatu pembelajaran yang sesuai dengan tahapan yang sesuai pula.

Masa remaja terletak diantara masa anak dan masa dewasa. Masa Remaja adalah tahapan yang
pada umumnya dimulai sekitar usia 13 tahun. Awal masa remaja ditandai dengan pertumbuhan
fisik sangat pesat dengan mulai berfungsinya hormon-hormon sekunder pada permulaan masa
remaja. Pertanda fisik yang sudah menyerupai manusia dewasa ini tidak di ikuti dengan
perkembangan psikis yang sama pesatnya. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa
anak-anak menuju kehidupan orang dewasa merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak
sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan (strum and drang), masa pancaroba dan
berbagai sebutan lainnya yang menggambarkan banyaknya kesulitan yang dialami pada

masa perkembangan ini.


Dari suatu perubahan yang terjadi pada masa remaja ini membawa suatu konsekuensi
mengenai metode dan materi tentang kegiatan pembelajaran. Namun perubahan yang terjadi di
dalam individu ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya.

A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SMP


1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebutadoles cence, berasal dari bahasa
adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilahadolescence sesungguhnya memiliki arti


mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu,
dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga
merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa
remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.

Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh

waktu tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja akhir : 15 – 20 tahun

Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai
anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah
masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal
ini berkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan
khusus yang ditandai dengan perubahan- perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam
tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.

2. Ciri-ciri Masa Remaja


Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat
baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

a.Ciri Fisik/Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis
remaja mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba
memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam


memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins ataugona dotrophic
hormones) yang saling berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : 1)
Follicle–Stimulating Hormone (FSH); dan Luteinizing Hormone (LH).

Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhanestrogen


danprogesterone; dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak laki-laki, luteinizing hormone yang
juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang
pertumbuhantestosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon- hormon tersebut diatas
merubah sistem biologis seorang anak.

Anak perempuan akan mendpat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya
sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak
laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan
dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak
awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

a. Perkembangan aspek kognitif

Arajoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti
pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif
utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang
tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan
analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih
kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori
objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam
bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital
untuk kegiatan kognitif.

b. Perkembangan aspek afektif

Menurut Arajoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi.
Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau
sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

c. Perkembangan psikomotorik

Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia
SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan
luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering
menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan
akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri

informasi tahap demi tahap dengan metode ceramah dan


resitasi
3. Membimbing Pelatihan
Memberikan latihan terbimbing
4.memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan
balik
5. Kesimpulan
Merangkum dengan Tanya Jawab dan memberikan tugas
Sumber : Drs. Sumardi Pengembangan Model Pembelajaran, Widyaiswara LPMP Yogyakarta
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja
dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk tujuan bersama.

Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai
kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa. Dengan demikian, metode mengajar
yang digunakan guru adalah diskusi kelompok. Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
antara lain :

a. Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, siswa belajar dalam


kelompok.
b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan memperhatikan kemampuan,

gender, ras, budaya dan suku.


c. Penghargaan diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan penting, yaitu :
1. Hasil Belajar Akademik

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa


terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
2. Penerimaan terhadap keberagaman

Menumbuhkembangkan interaksi sosial bagi siswa. Siswa akan lebih mudah menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.

3. Pengembangan ketrampilan sosial

Mengembangkan saling percaya dengan berbagi tugas dalam kelompok, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mempresentasikan dan lain-
lain.

DAFTAR PUSTAKA

Berita Harian Konsep Pendidikan Anak Dalam Islam, Selasa 15 Ogos 2000

Darajat, Zakiah. Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung, 1982


Hartinah, Siti. Perkembangan Peserta Didik, PT. Refika Aditama, Jakarta 2008

Langgulang, Hasan. Manusia dan Pendidikan. Jakarta : Al Husna, 1986

Mampiare, Andi. Psikologi Remaja, Surabaya; Usaha Nasional, 1982

Model-Model Pembelajaran yang Efektif, Sosialisasi KTSP,Departeme n


Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id
)
Peran Orang Tua terhadap Kenakalan Remaja Masa Kini,www.kompas.com/kompas-
cetak/0305/18/keluarga/312326.htm (2 April 2009)
Sugandi, Achmad. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES 2004
Suharsono. Mencerdaskan Anak. Jakarta : Gema Insani Press, 2001
Sumardi, Pengembangan Model Pembelajaran, Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2004
Wirawan, Sarlito. Psikologi Remaja, Jakarta; Rajawali Press, 1991

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar bagi peserta didik, dibedakan
atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,

peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang
memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru
maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang
bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan
kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain
sebagainya.

2. Faktor Psikologis

Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi
proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

a.Kecerdasan /Intelegensia Siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan


rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ
tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang
penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi
(executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena
itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensia seorang individu, semakin
besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
intelegensia individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.

b.Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan
sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku

seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi
ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca,
maka ia tidak perlu disuruh- suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi
aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar,
motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih lama
dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi


intrinsic untuk belajar antara lain adalah:
o
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
o
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk maju;
o

Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman- teman, dan lain sebagainya.

o
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna
bagi dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh
terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua,
dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi
semangat belajar seseorang menjadi lemah.

c.Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan
dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan

tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di
kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan dihadapinya atau dipelajarinya.

d.Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dengan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik
secara positif maupun negative (Syah, 2003).

e.Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat
(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan
besar ia akan berhasil.

B. Faktor-faktor Eksogen/Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non- sosial.

1. Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah.

Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya.

c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik.

2. Lingkungan non sosial.


Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah;

a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terlambat.

b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR ANAK DIDIK USIA


SMP
1. Faktor Pendukung

Secara fisiologis, peserta didik usia SMP telah mengalami perubahan tubuh yang
berkembang pesat sehingga mereka telah mampu melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang
dewasa. Peningkatan kemampuan panca indra mengakibatkan peserta didik usia SMP memiliki
ketrampilan lebih untuk dapat mempengaruhi dan mengikuti proses belajar mengajar.

Secara psikologis, faktor yang mempengaruhi peserta didik usia SMP adalah :
a. Kecerdasan /Intelegensia Siswa

Kemampuan formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-
simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh
objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan
mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada,
kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam.
Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan
perkembangan konseptual.

b. Motivasi
Motivasi yang mendorong siswa SMP ingin melakukan kegiatan belajar. adalah:
o
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas yang
belum pernah ia ketahui sebelumnya;
o
Adanya keinginan untuk mencapai prestasi.
o
Adanya Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru,
orang tua, atau bahkan lawan jenis yang membuat peserta didik pada usia SMP terpacu untuk
melakukan kegiatan belajar.

c. Minat
Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu, membuat peserta didik usia SMP melakukan kegiatan pembelajaran.
d. Sikap

Sikap usia SMP yang memiliki kecenderungan berubah-ubah sehingga mereka kadang dalam
keadaan yang baik untuk belajar karena mereka merespon atau bereaksi secara positif dari apa
yang mereka rasakan dari dalam diri maupun luar dirinya.

e. Bakat

Seorang peserta didik SMP yang telah mengetahui bakat dan kemampuannya pada bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan
besar ia akan berhasil.

Faktor-faktor eksternal juga dapat mendukung proses belajar siswa SMP.

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas yang baik dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa, lingkungan sekitar yang baik seperti kegiatan
karang taruna, atau kursus yang dapat di ikuti oleh siswa SMP memberi pengaruh pada proses
pembelajaran. Faktor instrumental hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olah raga yang memadai dapat mempengaruhi kegiatan anak SMP dalam
meningkatkan intelegensia dan potensi yang dimilikinya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan
ke siswa) diharapkan menjadi lebih terbuka yang dapat diterima oleh kondisi fisik dan psikologis
SMP sehingga dapat mendukung kegiatan belajar mengajar.

2. Faktor Penghambat
Adanya keterlambatan atau perbedaan dari pertumbuhan fisik dengan teman- teman yang
lain dalam perkembangan fisiologis dapat mengakibatkan peserta didik usia SMP pengaruh yang
buruk dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Secara psikologis, faktor yang menghambat belajar peserta didik usia SMP
adalah :
a. Kurangnya motivasi baik dalam diri maupun lingkungan sekitar sehingga sangat
berpengaruh buruk pada proses belajar.

b. Adanya sikap Kegelisahan, Pertentangan, dan belum mengenal diri dan Bakat yang dimiliki
sehingga peserta didik SMP menjadi sedikit tidak berminat pada proses belajar mengajar

Faktor-faktor eksternal juga dapat menghambat proses belajar siswa SMP

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas yang tidak
mendukung mengakibatkan proses belajar mengajar anak SMP tidak berjalan semestinya.

2. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis sangat mempengaruhi kondisi mental


dan spiritual anak SMP dalam proses belajar

3. Kurangnya sarana dan prasarana dalam peningkatan kemampuan intelegensia seperti buku, gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga membuat proses belajar anak SMP
terhambat.

4. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa) bersifat monoton sehingga


dapat menghambat keinginan kegiatan belajar mengajar anak SMP.

Anda mungkin juga menyukai