Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zainul Muttaqin

Nim: 877529144

Tugas Tutorial 1
1. Jelaskan konsep dan hasil belajar berikut contohnya!
2. Seorang guru memiliki kewajiban memahami prinsip-prinsip belajar salah satunya
adalah mengetahui motivasi yang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti proses belajar
di sekolah. Jelaskan! Berikan contoh.
3. Ketrampilan intelektual merupakan ketrampilan pikiran yang masuk dalam ranah
kognitif. Jelaskan pernyataan tersebut dikaitkan dengan taksonomi Bloom.
4. Dari 4 teori belajar yang Anda pelajari, teori mana yang menurut Anda paling
mendukung dengan perkembangan zaman saat ini. Berikan contoh dari pengalaman
Anda sebagai pengajar atau pengalaman Anda sehari-hari.
5. Fase-fase perkembangan siswa harus dipahami oleh guru agar dalam proses
pembelajaran tidak mengalami hambatan psikologis yang mengakibatkan hasil belajar
tidak optimal. Jelaskan perkembangan Bahasa Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun).

Jawab:

1. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan
adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu denganlingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar juga
bentuk suatu proses yang ditandai dengan adanya peubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkal laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar
2. Tentu saja penting bagi seorang guru dan merupakan kewajiban guru untuk
senantiasa dapat memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswanya serta
mencari cara meningkatkan semangat belajar siswa, cara menumbuhkan semangat
belajar yang menurun, serta cara meningkatkan motivasi belajar diri sendiri dan cara
menumbuhkan motivasi belajar pada diri sendiri untuk diterangkan kepada siswa.

Nana Sudjana (1988:17) mengatakan, bahwa belajar merupakan suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan yang ada dalam diri seseorang, perubahan sebagai
hasil, dan belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku.

Contohnya adalah : menjadikan siswa sebagai peserta yang aktif. Di usia siswa yang
masih muda tentu kehidupan mereka sepenuhnya hanya dengan melakukan kegiatan,
menulis, belajar, berpertualang, menciptakan sesuatu hal baru, menyelesaikan suatu
masalah, serta mendesain. Ketika berada di sekolah, jangan pernah menjadikan siswa
sebagai peserta pasif di kelas. Kenapa demikian? Karena hal tersebut dapat
menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Gunakanlah metode
belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian
suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban
apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa

3. RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK


Karena Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam
rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator
dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi
atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi
penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu
harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Ketiga ranah
tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan
dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran
sumber: http://sumardi28.blogspot.com/2011/01/ranah-penilaian-kognitif-afektif-
dan.html
4. Menurut saya teori yang cocok dipakai saat ini adalah Teori Humanistik Karena
Teori ini juga bertujuan untuk membangun kepribadian murid dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif. Hal ini bisa disebut dengan para pendidik atau guru
yang mengajar dan mendidik menggunakan pendekatan humanistik. Dan juga Guru
atau pendidik dengan aliran humanistik akan mengutamakan hasil pengajaran
berupa kemampuan positif yang dimiliki oleh murid. Kemampuan positif akan
membangun atau mengembangkan emosi positif pada murid. Teori belajar
humanistik berbeda dengan teori belajar behavioristik yang di mana lebih
mengutamakan melihat tingkah laku manusia sebagai campuran antara motivasi
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan teori belajar behavioristik hanya
melihat motivasi manusia sebagai sebuah usaha untuk memenuhi fisiologis manusia
contoh dari pengalaman saya kalau menggunakan teori Humanistik itu Anak-anak
Menjadi : a. Merasa senang dalam belajar dan terjadi perubahan terhadap tingkah
laku dan pola pikir bukan karena paksaan atau keinginan sendiri. b. Dengan teori ini,
murid menjadi manusia yang bisa mengatur dirinya sendiri dan menjadi pribadi
yang tidak terikat oleh pendapat orang lain tanpa harus merugikan atau mengambil
hak-hak orang lain.

5. Perkembangan bahasa anak pada usia enam sampai dua belas merupakan sesuatu
yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin
dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun
unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan yang
saling memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak
tersebut.

Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin telah menyebutkan: “Perlu
diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan yang paling penting
dan harus mendapat prioritas yang lebih dari yang lainnya”. Anak merupakan amanat
di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata
yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan (dalam
lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial), niscaya dia akan tumbuh menjadi
baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya jika dia
dibiasakan dengan keburukan (dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan
sosial) serta diterlantarkan, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan
berdampak sangat buruk bagi perkembangan baik fisik, mental, maupun spiritual
sang anak. Dengan meluasnya cakrawala sosial anak-anak, anak menemukan bahwa
berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat di dalam kelompok.
Hal ini membuat dorongan yang kuat untuk berbicara dengan baik. Anak juga
mendapatkan bahwa bentuk-bentuk komunikasi yang sederhana seperti menangis dan
gerak isyarat, secara sosial tidak diterima. Hal ini menambah dorongan untuk
memperbaiki kemampuannya berbicara. Yang paling penting, anak mengetahui
bahwa inti komunikasi adalah bahwa ia mampu mengerti apa yang dikatakan orang
lain. Kalau anak tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain, tidak saja bahwa ia
tidak dapat berkomunikasi, tetapi juga lebih parah lagi ia cenderung mengatakan
sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang dibicarakan oleh
teman-teman sehingga ia tidak diterima dalam kelompok.
Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, disaat anak
mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan
alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan
tanda-tanda isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi disini diartikan sebagai upaya
seseorang untuk dapat memahami dan dipahami oleh orang lain.
Periode prasekolah merupakan waktu untuk mempelajari aturan tata bahasa transformasional
(transformational grammar) yang memungkinkan mereka mengubah kalimat deklaratif
menjadi kalimat dengan jenis lain seperti kalimat tanya, negasi,imperative, anak kalimat atau
kalimat majemuk. Ketika memasuki sekolah, anak mempelajari banyak aturan sintaksis dari
bahasa mereka dan dapat menghasilkan berbagai variasi pesaan seperti layaknya orang
dewasa. Bahasa anak pada usia ini juga bertambah majemuk karena mereka lebih tertarik
dengan makna dan hubungan kontras atau lawan kata. Anak prasekolah juga mulai
memahami berbagai pelajaran pragmatic seperti menyesuaikan pesan mereka dengan
kemampuan pendengar dalam memahami sesuatu jika mereka ingin dimengerti. Kemampuan
untuk menghasilkan pesan verbal, mengenali pesan yang tidak jelas tersebut (referential
communication skill) telah berkembang baik, meskipun mereka masih baru dapat mendeteksi
pesan yang tidak informative dan baru belajar untuk menanyakan klarifikasi.
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan
menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah menguasai
sekitar 25.000 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah dapat menguasai sekitar
50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang
lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang
perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan, dsb). Pada masa ini tingkat berpikir anak
sudah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh sebab itu, kata
tanya yang dipergunakannya pun semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan
pertanyaan: “dimana”, “dari mana”, “ke mana”, “mengapa”, dan “bagaimana”.
Di sekolah diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja menambah perbendaharaan
katanya, mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan dan keterampilan
mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat menguasai
dan mempergunakannya sebagai alat untuk:
a. Berkomunikasi dengan orang lain,
b. Menyatakan isi hatinya (perasaannya),
c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,
d. Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat),
e. Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.
(perasaannya).
Masa kanak-kanak sampai awal masa remaja merupakan periode untuk memperhalus bahasa
(linguistic refinement). Anak mempelajari pengecualian khusus dalam aturan tata bahasa dan
mulai memahami struktur sintatikal yang paling majemuk. Perbendaharaan bahasa menjadi
lebih meningkat. Anak memiliki pengetahuan tentang morfem yang menyusun kata-kata
(morphological knowledge). Selain itu, anak juga mengembangkan kemampuan untuk
berpikir tentang bahasa dan memberikan komentar dengan kata sebutan yang merupakan
predictor yang baik dalam prestasi membaca. Keterampilan komunikasi referensial
meningkat sejalan dengan semakin berhati-hatinya mereka untuk mengklarifikasi pesan yang
tidak informative yang mereka keluarkan atau mereka terima. Kesempatan untuk
berkomunikasi dengan saudara yang lebih muda atau teman sebaya memiliki kontribusi
terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi.

SUMBER: Perkembangan Bahasa dalam Usia Anak SD - Kompasiana.com


PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 6-12 TAHUN: PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 6-12
TAHUN (fikidarmayanti.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai