Anda di halaman 1dari 8

Kajian Pustaka

2.1 Mutu Pendidikan

Definisi mutu menurut Crosby yang dikutip oleh Amri (2013) adalah kesesuaian dengan apa
yang disyaratkan. Suatu produk dikatakan bermutu jika memenuhi atau melebihi kebutuhan,
harapan, dan persyaratan pelanggan (pemakai). Jika dikaitkan dengan bidang pendidikan, mutu
berarti layanan yang memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan dari peserta didik. Mutu
Pendidikan menurut Sani, Pramuniati, dan Mucktiany (2015) adalah kesesuaian antara kebutuhan
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan layanan yang diberikan oleh pengelola
pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan yang bermutu mensyaratkan kesesuain antara
layanan pendidikan dan hasil pendidikan dengan standar dan kebutuhan pihak-pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan terdiri dari pihak internal dan eksternal . Pihak
internal meliputi: peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. Sedangkan pihak
eksternal meliputi: calon peserta didik, orang tua, pemerintah, dan masyarakat.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan mengemukakan bahwa mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan
bangsa yang dapat diraih dari penerapan sistem pendidikan nasional. Standar mutu pendidikan di
Indonesia ditetapkan dalam standarisasi nasional yang dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP). SNP merupakan kriteria minimum tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan
pendidikan nasional yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan atau satuan pendidikan, yang
berlaku diseluruh wilayah hukum NKRI.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (telah diubah
menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013) tentang Standar Nasional Pendidikan,
dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan dikatakan bermutu apabila terselenggara sesuai
dengan standar nasional pendidikan yang telah ditentukan. Standar Nasional Pendidikan
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedangkan tujuan ditetapkannya Standar Pendidikan
Nasional Pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Adapun
standar pendidikan yang telah ditetapkan yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Mutu pendidikan perlu dikembangkan. Strategi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi
sekolah saat ini adalah dengan melakukan analisis SWOT. Analisis ini bertujun untuk memaksimalkan
kekuatan (strength) dan peluang (opportunit), serta meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threat). Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal lembaga pendidikan
sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternalnya. Dalam hal pendidikan, tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui posisi sekolah, apakah sudah maju atau masih tertingggal dalam
mutu pendidikannya (Amri,2013).

2.2 Kompetensi Guru


Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang kurikulum Inti Perguruan Tinggi
menyatakan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan
seperangkat kemampuan yang dimiliki serta dijalankan dengan penuh tanggung jawab meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai dalam
melaksanakan profesi sebagai guru. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
Menurut Kurniasih dan Sani (2017), kompetensi guru memiliki arti penting di dunia
pendidikan, diantaranya :
1. kompetensi guru sebagai alat seleksi penerimaan guru
2. kompetensi guru penting dalam rangka pembinaan guru
3. kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum
4. kompetensi guru penting dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa.
Penjabaran mengenai Kualifikasi dan Kompetensi Guru diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi
Guru. Kompetensi Guru menurut Permendiknas No.16 tahun 2007 dikembangkan secara utuh dari
empat kompetensi utama, meliputi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

2.2.1 Kompetensi Pedagogik


Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana
sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa
yang menjadi tujuan mendidik anak (Kurniasih dan Sani, 2017). Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan seseorang dalam bidang pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a disebutkan bahwa
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Sedangkan menurut UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Maksudnya guru hendaknya dapat membantu peserta didik (siswa) untuk mengikuti proses
pembelajaran agar potensi yang dimiliki peserta didik bisa dikembangkan secara optimal.
Kompetensi pedagogik dibutuhkan agar guru mampu mengelola pembelajaran dengan
memahami berbagai karakteristik peserta didik (Nabila, 2016). Setiap peserta didik adalah individu
yang unik. Disebut unik karena memiliki sifat, karakter, potensi, dan kemampuan yang tidak sama
antara satu dengan yang lain. Mengenal dan memahami peserta didik menjadi keharusan bagi guru
agar efektif dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Guru hendaknya memperlakukan peserta
didik sesuai dengan karakteristik masing-masing sehingga semua memiliki kesempatan yang sama
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan mengetahui keunikan peserta didik, guru mengetahui
kelebihan siswa dan dapat meningkatkannya, mengetahui kelemahan dan berupaya untuk
memperbaikinya serta mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri mereka agar dapat
dioptimalkan untuk kesuksesan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan Permendiknas No.16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi
Guru, standar kompetensi pedagogik dijabarkan dalam kompetensi inti sebagai berikut:
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
2.2.2 Kompetensi Profesional
Jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Pengertian profesional
dituangkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 4 yang berbunyi “profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dapat dikatakan bahwa profesi guru
berkaitan dengan keahlian di bidang kependidikan yang didasari atas penguasaan akademik.
Adapaun tugas profesional guru dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi sekalipun di dalam
praktik merupakan satu kesatuan yang saling terkait, mendukung dan memperkuat satu terhadap
aspek yang lain. Empat fungsi yang dimaksud adalah; (1) guru sebagai pengajar, (2) guru sebagai
pendidik, (3) guru sebagai pelatih, dan (4) guru sebagai pembimbing (Usmeldi, 2016).
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang
keguruan atau dengan kata lain yang terdidik dan terlatih dengan baik. Untuk mendapatkan keahlian,
seorang guru terlebih dahulu harus menempuh pendidikan formal di perguruan tinggi. Pada Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) “Pendidik harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Dalam pasal ini sangat
jelas dikatakan bahwa guru harus memiliki kualifikasi minimum serta harus mengikuti sertifikasi
untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam termasuk kemampuan akademik lainnya sebagai pendukung profesionalisme guru yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP, Penjelasan Peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005, Pasal
28 ayat 3 butir c. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Kurniasih dan Sani, 2017), kompetensi artinya
guru memiliki pengetahuan yang luas serta mendalam tentang mata pelajaran yang diampu dan akan
diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep, mampu memilih
metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompetansi profesional merupakan keahlian di bidang pendidikan dan
pengajaran guna mengelola proses pembelajaran agar berjalan secara efektif sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
Secara lebih spesifik, menurut Permendiknas No.16 tahun 2007, standar kompetensi ini
dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti, yaitu:
1. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu
2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu
3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri

2.2.3 Kompetensi Sosial


Kompetensi sosial harus dimiliki oleh seorang guru agar efektif dalam melaksanakan
tugasnya. Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan berbagai pihak. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan komunikasi dan
informasi secara fungsional, serta bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar (SNP, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir
d).
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan
makhluk sosial, meliputi: (1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sejawat, (2) kemampuan berkomunikasi dengan pimpinan, (3) kemampuan guru berkomunikasi
dengan orang tua (4) Kemampuan guru berkomunikasi dengan masyarakat, (5) kemampuan untuk
mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, dan (6) kemampuan untuk
pendidikan moral (Novauli, 2015). Jika guru memiliki kompetensi sosial, diharapkan mereka akan
dapat menularkannya kepada para peserta didik dan juga kepada masyarakat luas, sehingga pada
gilirannya akan mampu mengatasi berbagai persoalan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Kunci kompetensi sosial adalah komunikasi yaitu bagaimana cara guru menjalin komunikasi
secara efektif dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pengajaran (Kurniasih dan Sani,
2017). Robbin (2003) mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian dan
pemahaman makna. Komunikasi dikatakan efektif jika si penerima pesan memahami maksud yang
disampaikan si pemberi pesan. Komunikasi bisa berbentuk verbal (lisan dan tulisan) ataupun secara
nonverbal. Aktivitas guru melibatkan semua bentuk komunikasi tersebut. Contohnya, ketika guru
mengajar di depan kelas (menjelaskan materi merupakan komunikasi lisan, menuliskan materi di
papan tulis merupakan komunikasi tulisan, sementara gerakan tubuh, mimik wajah ketika
menjelaskan pelajaran merupakan komunikasi nonverbal.
Kompetensi sosial guru harus dikembangkan. Caranya dalah dengan memproduktifkan
komunikasi guru dengan siswa, sesama guru, dan dengan orang tua (Kurniasin dan Sani, 2017). (1)
Komunikasi antara guru dengan siswa. Komunikasi ini terjadi dalam keseharian di sekolah. Hasil
belajar yang optimal bisa dicapai ketika guru menggunakan berbagai model komunikasi dalam proses
belajar mengajar dan berkomunikasi secara akrab dan terbuka dengan siswa. (2) Komunikasi sesama
guru. Komunikasi sesama guru termasuk komunikasi yang harus dimiliki oleh guru. Guru diharapkan
dapat bekerja sama dengan guru lainnya, misalnya dalam hal merencanakan pembelajaran. (3)
komunikasi antara guru dan orang tua siswa). Komunikasi antara guru dengan orang tua harus
dikembangkan dengan baik sehingga tercipta komunikasi dua arah yang berkesinambungan. Dengan
adanya komunikasi dua arah tersebut, peserta didik dapat dipantau dengan baik dan karakteristik
siswa dapat dikembangkan secara optimal.
Guru profesional haruslah memiliki kompetensi sosial yang dapat diandalkan. Menurut
Permendiknas No.16 tahun 2007, kemampuan dalam standar kompetensi sosial mencakup empat
kompetensi utama, yaitu:
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain

2.2.4 Kompetensi Kepribadian


Guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Guru merupakan penentu
keberhasilan proses pembelajaran yang bermutu. Dalam UU No.14 tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen pada pasal 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Jadi, guru tidak hanya berperan menyalurkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge),
tapi lebih dari itu guru juga mentransformasikan nilai-nilai dan pembentukan pribadi siswa agar
mereka menjadi pribadi yang baik.
Guru adalah pendidik yang mana kepribadiannnya menjadi panutan bagi peserta didik
dan lingkunganya. Seorang guru hendaknya guru memiliki kompetensi pribadi yang menunjang peran
tersebut. Pribadi guru memiliki peranan yang sangat besar dalam pembentukan dan perkembangan
pribadi peserta didik. Kepribadian guru juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan peserta
didik. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang: 1)
mantap; 2) stabil; 3) dewasa; 4) arif dan bijaksana; 5) berwibawa; 6) berakhlak; 7) menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; 8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan 9) mengembangkan diri
secara berkelanjutan. Menurut Permendiknas No.16 tahun 2007, kemampuan dalam standar
kompetensi kepribadian mencakup lima kompetensi utama, yaitu:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, dan sosial.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik,
serta masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
Seorang guru yang baik adalah orang yang memberikan teladan dalam kepribadian dan
perilaku. Guru merupakan role model bagi anak didiknya. Bashir (2014) memaparkan bahwa role
model atau model peran adalah orang yang menginspirasi dan mendorong kita untuk berjuang untuk
hal yang besar, membangkitkan potensi maksimal kita dan mampu melihat yang terbaik dalam diri
kita. Guru memiliki pengaruh jangka panjang serta memberikan inspirasi bagi kehidupan peserta
didik mereka. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa dalam sistem pendidikan yang diinginkan
yaitu guru harus “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang
artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan yang baik, membangkitkan motivasi belajar
siswa serta memberikan dukungan dari belakang (dalam Kurniasih dan Sani, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Amri, R. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah dalam Teori, Konsep, dan
Analisis. Prestasi Pustaka Publisher, cetakan pertama: Jakarta.
Bashir, S. 2014. Teacher as A Role Model and Its Impact on the Life of Female Students. International
Journal of Research, Vol.1, p.2350- 0530.
Kurniasih, I dan Sani, B. 2017. Kupas Tuntas Kompetensi Pedagogik Teori dan Praktik untuk
Peningkatan Kinerja dan Kualitas Guru. Kata Pena.
M. Novauli, F. 2015. Kompetensi Guru dalam Peningkatan Prestasi Belajar Pada Smp Negeri dalam
Kota Banda Aceh, Jurnal Administrasi Pendidikan, Volume 3, No. 1, Hal.44-67.

Nabila, H. 2016. The Influence Of Pedagogic Competence And Professional Competence To


Performance Of Teachers Social Studies In Trowulan District. International Conference on
Ethics of Business, Economics, and Social Science (ICEBESS Proceeding)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan.
Robbin,S.Pd.2003. perilaku organisasi, edisi kesepuluh (edisi bahasa imdonesia) Indeks
Sani, R.A., Pramuniati, I., dan Mucktiany, A. 2015. Penjamin Mutu Sekolah. Bumi Aksara: Jakarta.
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usmeldi. 2016. Implementasi Pedagogical Content Knowledge Dalam Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Calon Guru. Prosiding Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai