Guru Professional : Perspektif Undang-Undang Kualifikasi
dan Kompetensi Guru
Dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tepatnya pada pasal 5 ayat 1ditegaskan bahwa setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu hanya terjadi manakala didukung oleh guru yang memiliki kapasitas dan professional. Guru dikatakan memiliki kapasitas jika memiliki kualifikasi akademik minimum dan kompeten dibidangnya. Adapaun guru professional adalah guru yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh peraturan dan undang-undang. Dalam mengembangkan pendidikan keduanya mutlak dibutuhkan. Tanpanya pendidikan akan berjalan di tempat. UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional.
A. Kualifikasi guru
Peningkatan kualifikasi akademik merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam meningkatkan profesionalisme guru. Tanpa peningkatan kualifikasi akademik, kecil kemungkinan dapat mewujudkan guru yang berkualitas dan profesional.
ada 2 kualifikasi akademik yang patut dimiliki guru, yaitu kualifikasi pendidikan formal dan kualifikasi uji kelayakan dan kesetaran.
1. Kualifiksi pendidikan formal
Kualifiksi pendidikan formal adalah kualifikasi kesarjanaan yang ditempuh melalui jenjang pendidikan selama empat tahun. Di samping itu, kualifiaksi ini mesti terarah dalam bidang pendidikan. Sehingga, para guru yang mengajar adalah orang-orang yang benar-benar piawai pada bidang pendidikan. 2. kualifikasi uji kelayakan dan kesetaraan kualifikasi uji kelayakan dan kesetaraan adalah Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang- bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi sehingga dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya. Kompetensi Guru B. Kompetensi guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku, yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkann oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Jadi, kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. seorang pendidik yang professional mempunyai 4 kompetensi seperti yang disyaratkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) tersebut. 4 kompetensi tersebut antara lain sebagai berikut 1. kompetensi paedagogik. Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan. Adapun aspek kompetensi paedagogoik adalah sebagai berikut 1) Pemahaman terhadap peserta didik Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu komponen dari kompetensi pedagogik. Ada empat hal yang harus dipahami oleh pendidik yaitu kecerdasan, kreativitas, kondisi fisik, dan perkembangan kognitif. Kecerdasan peserta didik yang harus dipahami adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan moral, dan kecerdasan sosial. Kreativitas bisa dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kreativitasnya. Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek. Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan bicara, pincang, dan lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu mengatasi kekurangan mereka. Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas kognitif, psikologis termasuk psikologis termasuk psikologi agama dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan struktur dan fungsi karakteristik manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap, dan merupakan suatu proses kematangan. 2) Kemampuan mengelola pembelajaran Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta memperkirakan cara mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar untuk membentuk kompetensi dasar, dan mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan atau sering disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan. Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses manajerial terakhir ini perlu dibandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang telah ditetapkan. 3) Perancangan pembelajaran Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. Identifikasi kebutuhan. Pada tahap ini, guru seharusnya melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kompetensi. Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Penyusunan program pembelajaran. Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksaan pembelajaran, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. 4) Mengembangkan kurikulum yang terkait Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam proses belajar mengajar, kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik sangat penting agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan. 5) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Guru sebagai tenaga pendidik yang sekaligus memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di negara ini, terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami wawasan dan landasan kependidikan sebagai pengetahuan dasar. Pengetahuan awal tentang wawasan dan landasan kependidikan ini dapat diperoleh ketika guru mengambil pendidikan di perguruan tinggi. Pelaksaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikasi. Tanpa komunikasi tidak akan ada pendidikan sejati. 6) Memanfaatkan teknologi informasi pembelajaran Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. Fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup sumber belajar, sarana dan prasarana sehingga peningkatan fasilitas pendidikan harus ditekankan pada peningkatan sumber-sumber belajar, baik kuantitas maupun kualitasnya, sejalan dengan perkembangan teknologi pendidikan dewasa ini. 7) Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program. 8) Melakukan tindakan reflektif Pembelajaran reflektif adalah sistem pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan analisis atau pengalaman individual yang dialami dan memfasilitasi pembelajaran dari pengalaman tersebut. Pembelajaran reflektif juga mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif, mempertanyakan sikap dan mendorong kemandirian pembelajar. Pembelajaran reflektif melihat bahwa proses adalah produk dari berpikir dan berpikir adalah produk dari sebuah proses. 2. kompetensi kepribadian. Di dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sisdiknas, dijelaskan bahw kompetensi kepribadian guru merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Indikator pengukuran kompetensi kepribadian guru berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 adalah sebagai berikut. 1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; Norma merupakan aturan atau ketentuan yang mengikat warga masyarakat untuk mengen dalikan tingkah laku yang sesuai dan dapat diterima bersama. Guru harus bertindak sesuai norma dengan cara menghargai peserta didik dengan berbagai perbedaan yang dimiliki, termasuk kekurangan dan kelebihannya. 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; Pribadi yang jujur adalah pribadi yang memiliki sikap hati penuh perasaan, tenang, lapang, lega, mengerti dan peka tanpa cela akan pengetahuan tentang kehidupan dengan pandangan luas. Kejujuran guru berhubungan dengan kelurusan hatinya dalam menghadapi peserta didik. Artinya dalam melaksanakan tugasnya, guru melakukan sepenuh hati dengan dedikasi tinggi dan tanpa pamrih. Akhlak mula berarti budi pekerti atau kelakuan luhur dan bermartabat tinggi. Akhlak mulai guru dapat dilihat dari sikap, budi pekerti, sopan santun, dan tingkah lakunya yang luhur. Dari akhlak mulia ini akan terpancar sikap keteladaanan yang bisa dicontoh oleh peserta didik. Teladan diartikan sebagai suatu perbuatan atau kelakuan yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh. 3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; Kepribadian guru yang profesional dapat dilihat dari sikapnya yang mantap dan stabil. Mantap dapat diartikan sebagai tetap hati, kukuh, kuat, tidak goyah, dan tidak terganggu. Stabil berarti kukuh, tidak berubah-ubah, dan tetap pendirian. Guru juga harus memiliki sikap dewasa, sehingga mampu mengendalikan diri dalam berbagai situasi yang dihadapinya. Guru yang dewasa pasti bijaksana dan memiliki sifat empati kepada peserta didik. Selain itu, kepribadian guru terlihat dari sikapnya yang arif. Guru yang arif adalah yang memahami dengan baik ilmunya dan menggunakan akal budinya dalam berbagai situasi, serta mampu mengendalikan diri dengan baik. Sedangkap wibawa guru berhubungan dengan pembawaan guru yang mampu menguasai dan memengaruhi orang lain untuk menghormatinya melalui sikap yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. 4) menunjukkan etos kerja,tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; Etos kerja merupakan ciri-ciri atau sifat, sikap kepribadian dan pandangan seseorang yang bersifat normatif dalam menghargai pekerjaan sebagai bagian kehidupannya. Berkaitan dengan pengertian tersebu, maka etos kerja guru dapat diartikan sebagai siakp atau kehendak yang berlandaskan tanggung jawab moral tinggi dalam menjalankan profesinya. 5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru; Kode etik profesi guru merupakan norma dan asas yang disepakati oleh guru, sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Kode etik guru menjadi pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, bermartabat yang dilindungi oleh undang-undang. Pedoman dan perilaku ini berisi nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di dalam dan luar sekolah. 3. kompetensi sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosal dalam hal berinteraksi dengan orang lain. Indikator pengukuran kompetensi sosial guru berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 adalah sebagai berikut. 1) bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; Bersikap dan bertindak objektif merupakan kemampuan guru untuk bijaksana dan adil terhadap peserta didik. baik dalam perkataan dan sikap. Bersikap objektif juga dapat diartikan bahwa guru sebagai figur sentral dalam pelaksanaan pembelajaran harus selalu memperlakukan peserta didik secara proporsional. Pada dasarnya, bertindak objektif terhadap peserta didik adlah upaya transformasi agar suatu saat anak mampu menghadapai berbagai persoalan yang dialaminya. Bersikap dan bertindak objektif merupakan representasi figur guru yang akan menjadi panutan peserta didik. 2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; Sikap empatik dan santun menjadi hal penting dalam guru melakukan komunikasi dengan orang lain. Atmosfer komunikasi akan ditentukan oleh sikap empatik dan santun tersebut. Sikap ini dapat diaplikasikan guru dalam melakukan nasihat, kritikan, dan teguran. Di dalam menyampaikannya, bahasa yang santun menjadi alternatif. Empatik dan santun juga merupakan cara dan pendekatan yang bisa dilakukan guru untuk menjalin komunikasi efektif dengan peserta didik, teman seprofesi, dan masyarakat. 3) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial; Selain mampu berkomunikasi dengan efektif, guru juga dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan pada tempat tugasnya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan sekolah, guru diharapkan dapat beradaptasi dengan seluruh komponen sekolah, termasuk beradaptasi dengan peserta didik dalam pembelajaran. Pada lingkungan masyarakat, guru diharapkan dapat berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat secara baik. mampu berperan sebagai pendorong kreatifitas masyarakat, dan mampu menjaga emosi serta perilaku di tengah- tengah masyarakat tempat tinggalnya. 4) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain; Kompetensi sosial dapat dilihat dari kemamuan guru berkomunikasi secara efektif, baik dengan komunitas profesi sendiri maupuan profesi lain. Berkomunikasi akan dianggap efektif jika guru dapat memahami karakteristik sosial dan lingkungannya. Hubungan komunikasi dengan sesama profesi lebih didasarkan pada kebutuhan dan tuntutan yang sama, sehingga komunikasi yang terjalin harus diarahkan pada kepentingan tersebut. Komunikasi yang efektif dengan sesama guru akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal, sehingga terbentuk kualitas kinerja guru. Motivasi kerja dapat terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial di sekitar, selain perubahan yang bersifat fisik. seperti kondisi sarana dan prasarana sekolah. 4. kompetensi profesional Kompetensi profesional guru adalah kemampuan guru dalam menguasai mata pelajaran yang digunakan, dimana didalamnya terdapat penguasaan terhadap rencana pembelajaran, keterkaitan dengan mata pelajaran, dan bahan ajar. Kemampuan yang harus dipenuhi sebagai guru profesional adalah merencanakan program pembelajaran, mengelola pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran. 1) Merencanakan program pembelajaran Perencanaan program pembelajaran memuat tujuan, materi pelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Fungsi perencanaan program pembelajaran adalah sebagai pedoman kegiatan guru dalam mengajar dan pedoman peserta didik dalam kegiatan belajar secara sistematis dan sistemik. Perencanaan program pembelajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan, materi, kegiatan belajar, dan evaluasi. 2) Mengelola pembelajaran Tahap mengelola pembelajaran merupakan lanjutan dari perencanaan program pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pengelolaan pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Di dalam pelaksanaannya, guru perlu mengatur proses pembelajaran agar seluruh potensi peserta didik dapat digali secara optimal. Pengelolaan pembelajaran juga terkait dengan keterampilan guru menciptakan iklim belajar yang kondusif, dan mengendalikannya jika mengganggu dalam pembelajaran. 3) Mengevaluasi pembelajaran Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria, keputusan atau tindakan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik pada tingkat aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun sikapnya (afektif) Perubahan diarahkan pada diri peserta didik secara terencana terhadap ketiga aspek ini.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional