Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat fundamental
terutama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
pembangunan
Mutu pendidikan diartikan sebagai hasil bejalar siswa tidak cukup
jika hanya diukur dengan standar lokal atau nasional saja melainkan juga
berdasarkan standar global . Dengan demikian, bangsa yang berhasil adalah
bangsa yang berpendidikan dengan mutu yang tinggi sesuai dengan
standar global tersebut.
Berdasarkan hasil Laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terbaru untuk tahun 2013, Indonesia berada di peringkat 108 dari 187 negara
yang dinilai. Indonesia memiliki langkah yang tepat dalam meningkatkan
indeks pembangunan manusia yaitu melalui pendidikan
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk mengubah tingkah
laku seseorang dalam bentuk edukasi dengan menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran, pembentukan moral latihan berdemokrasi, mengembangkan
potensi belajar untuk pengembangkan potensi diri, menyelamatkan
lingkungan dan menyiapkan generasi peneru yang lebih baik.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab
atas kelangsungan pembentukan individu baik kemampuan akademis,
pembentukan watak ataupun life skill peserta didik.
Hasil penelitian Supriyadi seperti dikutip dalam Mulyasa menyatakan
bahwa 34 % pada negara berkembang dan 36 % pada negara industri prestasi
belajar siswa ditentukan oleh guru sebagai pelaksana pendidikan. Guru
mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan
pembangunan nasional, khususnya dalam bidang pendidikan. Peran dan

1
fungsi guru sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah,
guru bukan hanya berperan sebagai transfer knowledge tetapi guru juga
berperan mentransfer nilai.
Guru adalah faktor yang dominan oleh karena itulah lembaga harus
berusaha mempersiapkan guru sebagai tenaga pendidik yang kompeten
menguasai berbagai ilmu dan teknologi agar mampu berperan dalam
kemajuan bangsa dan negara serta pendidikan. Peran guru dalam proses
belajar mengajar belum dapat digantikan olehmesin, radio, tape corder
maupun oleh komputer yang modern sekalipun artinya sehebat apapun
teknologi, peran guru masih tetap dibutuhkan. Guru adalah jabatan
professional mungkin semua orang dapat menyampaikan ilmu tetapi tidak
semua orang bisa menjadi guru, Nabi Muhammad SAW mempertegas
perihal tersebut dalam hadistnya, Rosululloh bersabda yang diriwayatkan
oleh Bukhori sebagai berikut,
“ Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggu saat
kehancurannya” (HR. Bukhari).
Guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam
kaitannya dengan proses belajar mengajar, guru memiliki peran yang sangat
penting dalam menentukan kuantitas dan kualitan pengajaran yang
dilaksanakan yang pada akhirnya berperan dalam mengkatkan mutu
pendidikan nasional. Guru berperan sebagai pengelola pembelajaran,
bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pengajaran dengan baik dan
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan
menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Guru yang mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tuntutan
seperti yang diuraikan diatas disebut sebagai guru yang memiliki
kompetensi, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu
kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata

2
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Kemahiran
merancang, melaksanakan dan menilai tugas sebagai guru yang meliputi
penguasaan ilmu dan teknologi adalah bagian dari kemampuan professional
seorang guru. Kompetensi yang kedua adalah kompetensi personal yang
meliputi etika, moral, pengabdian, kemampuan sosial dan spiritual;
kompetensi ketiga adalah kompetensi pedagigik yang meliputi kemampuan
pengelolaan pembelajaran dengan indiator menguasai karakteristik peserta
didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan
memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip
kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik; merancang
pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan
teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi
yang dipilih; melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar
( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif;
merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil
evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar (mastery level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran
untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum;
mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik. Kompetensi yang keempat
adalah kompetensi sosial yang meliputi kemampuan dalam berkomunikasi

3
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik dan tenaga
kependidikan, orang tua wali dan masyarakat sekitar.
Sejalan dengan kompetensi yang diuraikan tersebut Stanford University
mengembangkan kemampuan mengajar yang dikenal dengan STCAG
(Stanford Teacher Competence Appraisal Guide). Kemampuan mengajar tersebut
digolongkan ke dalam empat kelompok yang meliputi: (1) kelompok
kemampuan merencanakan pengajaran, (2) kelompok kemampuan
penampilan mengajar, (3) kemampuan mengevaluasl hasil belajar, dan (4)
kemampuan profesionalitas dan kemasyarakatan.
Demikian juga dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG)
disebutkan 5 kemampuan pokok guru yaitu kemampuan untuk: (1)
merumuskan indikator keberhasilan belajar, (2) memilih dan
mengorganisasikan materi, (3) memilih sumber belajar, (4) memilih mengajar
dan (5) melakukan penilaian. Tampak jelas bahwa pada semua profil
kemampuan tersebut selalu mencantumkan dan mempersyaratkan
kemampuan tenaga pengajar untuk mengevaluasi hasil belajar, sebab
kemampuan mengevaluasi hasil belajar memang merupakan kemampuan
dasar yang mutlak dimiliki oleh tenaga pengajar.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah
mengevaluasi siswa melalui penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil
belajar siswa merupakan kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa selama
mengikuti proses pembelajaran yang menuhi prinsip bermakna
(meaningfulness), transparansi atau keterbukaan (expicitness), adil (fairness).
Kemampuan kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru seperti
tersebut di atas, tertuang dalam perangkat pelajaran yang dinamakan dengan
administrasi guru, yang merupakan perangkat dokumen 2 dari kurikulum
sekolah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

4
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran baik akademik ataupun non
akademik untuk mencapai tujuan pendidikan yang meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh karena itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum yang digunakan di SMAN 26 Kabupaten Tangerang adalah
kurikulum 2013 dan KTSP dengan mata pelajaran TIK merupakan pelajaran
wajib untuk siswa. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki
manfaat yang begitu luas terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Melalui
TIK, guru dan siswa dapat mengoptimalkan potensi pendidikan yang ada
sehingga tujuan pendidikan yang telah direncanakan bisa segera tercapai.
TIK memberikan kontribusi positif terhadap dunia pendidikan. Teknologi
informasi dan dalam dunia pendidikan memiliki peranan yang besar sebagai
sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standar kompetensi,
sistem administrasi dan pendukung keputusan sebagai infrastruktur.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
pesat saat ini, praktisi pendidikan mulai mengarahkan ujian atau tes
berpindah ke sistem komputerisasi untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan. Untuk itu, perlu dikembangkan media evaluasi menggunakan
teknologi untuk menunjang proses penilaian hasil belajar siswa yang selama
ini dilakukan secara konvensional atau berbasis kertas.
Data penilaian siswa yang dikumpulkan guru melalui prosedur dan
alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
atau indikator-indikator yang telah ditentukan untuk dinilai. Alat penilaian
hasil belajar dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini
dimana penilaian hasil belajar siswa akan lebih cepat menggunakan mesin
(komputerisasi), menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi), dan
komunikasi dilakukan dari mana saja dan kapan saja.

5
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 26 kab. Tangerang
diketahui bahwa guru di sekolah belum mengoptimalkan pemanfaatan
sarana media TIK secara maksimal. Sarana dan prasarana laboratorium
komputer yang tersedia di sekolah sudah memadai 70 unit komputer yang
siap digunakan untuk siswa dalam menunjang proses pembelajaran. Jumlah
tersebut tentunya cukup untuk digunakan seluruh siswa dalam satu kelas
mulai dari proses pembelajaran hingga pengambilan nilai oleh guru sebagai
penilaian hasil belajar dan evaluasi hasil belajar siswa secara keseluruhan.
Sehubungan dengan hal di atas, Berdasarkan hasil pengamatan
penulis yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah di SMAN 26
Kabupaten Tangerang menunjukan bahwa guru masih banyak yang belum
biasa menggunakan komputer dalam proses belajar mengajar apalagi dalam
proses penilaian hasil belajar siswa. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh
terhadap peningkatan mutu sekolah, oleh karena itu perlu dilakukan suatu
tindakan untuk membina dan meningkatkan kinerja guru melalui suatu
penelitian tindakan sekolah dengan judul : " Peningkatan Keterampilan IT
Guru Dalam menyusun perangkat Penlaian Hasil Belajar Siswa Melalui
Supervisi Akademik Kepala Sekolah”

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan guru dalam menyusun perangkat
penilaian berbasis IT ?
2. Bagimana kemampuan kepala sekolah dalam membina guru
menyusun perangkat penialian berbasis IT ?
3. Bagaimana model perangkat penilaian dalam meningkatkan
efektivitas dan peningkatan mutu sekolah dengan berbasis IT?
4. Bagaimana respon guru terhadap pembinaan kepala sekolah
dalam menyusun perangkat penilaian berbasis IT ?

6
5. Bagaimana efektivitas pembinaan kepala sekolah dalam
membina guru menyusun perangkat penilaian berbasis IT?
6. Bagaimana kemampuan guru menyusun perangkat
penilaian berbasis IT dalam upaya meningkatkan capaian mutu?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah


Dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini penulis
batasi dengan rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan ketrampilan IT guru dalam menyusun
perangkat penilaian di SMAN 26 Kabupaten Tangerang tahun pelajaran
2014/2015 ?
2. Bagaimana efektivitas pembinaan kepala sekolah melalui supervisi
klinis dalam meningkatkan ketrampilan IT guru dalam menyusun
perangkat penilaian di SMAN 26 Kabupaten Tangerang tahun pelajaran
2014/2015 ?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian jni adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan ketrampilan IT guru dalam menyusun perangkat penilaian
melalui supervisi klinis kepala sekolah di SMAN 26 Kabupaten Tangerang
tahun pelajaran 2014/2015.
2. Efektivitas pembinaan kepala sekolah melalui supervisi klinis dalam
meningkatkan ketrampilan IT guru dalam menyusun perangkat penilaian
di SMAN 26 Kabupaten Tangerang tahun pelajaran 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian
lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam

7
usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar
mengajar, khususnya dalam pembinaan / supervisi kepala sekolah.
2. Dapat dipertimbangkan dalam melaksanakan pembinaan kepada guru di
bidang yang lain terutama dalam meningkatkan kinerja guru.
3. Memberikan kemudahan bagi guru dalam meningkatkan kinerjanya
melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah terutama dalam menyusun
perangkat penilaian berbasis IT.
4. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan strategi pelatihan bagi
guru dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
5. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka
memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah yang dapat disampaikan
dalam pembinaan guru atau pun kesempatan lain bahwa pembinaan /
supervisi kepala sekolah dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan
kinerja guru menyusun perangkat penilaian berbasis IT sehingga
peningkatan capaian mutu sekolah dapat dicapai.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


1. Pengertian Penilaian
Nuryani (2012: 150), mengatakan mengenai penilaian atau pengukuran hasil
belajar sering dikaitkan dengan penialaian formatif dan penilaian sumatif, sementara
penilaian  yang melibatkan proses belajar dikenal sebagai asesmen.

8
Surapranata, dkk. (2012: 3) berpendapat bahwa penilaian merupakan proses
menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang
profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi
tentang peserta didik.
Penilaian dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai evaluasi
(evaluation) dan asesmen (assessment), evaluasi merupakan penilaian
program pendidikan secara menyeluruh melalui rangkaian kegiatan yang
diawali dengan menelaah komponen-komponen dan saling keterkaitannya
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sedangkan asesmen
merupakan bagian dari evaluasi karena merupakan penilaian sebagian
komponen yang menyangkut penilaian hasil belajar yang berhubungan
dengan komponen kompetensi lulusan dan penguasaan substansi serta
penggunaannya. 
Penilaian merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah sesuatu yang
telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum melalui
suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.
Tujuan penilaian adalah
1) untuk memberikan informasi kemajuan hasil belajar siswa secara
individu dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang
dilakukan;
2) informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar
mengajar lebih lanjut; informasi yang dapat digunakan guru untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa;
3) memberikan motivasi belajar siswa, menginformasikan kemauannya
agar terangsang untuk melakukan usaha perbaikan;
4) memberi informasi tentang semua aspek kemajuan siswa; dan
5) memberi bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan
sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.

2. Hasil Belajar

9
Hasil belajar menurut Hamalik adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri sendiri seseorang yang dapat diamati dan diukur
bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Sedangkan Mulyasa mengartikan hasil belajar sebagai prestasi
belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dan
derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus
dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai
wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.
Hasil belajar menurut Sudjana adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
belajar merupakan kemampuan-kemampuan dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya yang mencakup aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik yang dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi dengan
tujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan
tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Maka dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya
adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan
perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotorik.
3. Alat Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) mengutarakan bahwa alat-alat yang digunakan dalam
melakukan penilaian hasil belajar adalah tes dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari
siswa. Tes dikategorikan menjadi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif.

10
i. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendisukusikan,
membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Tes uraian dibedakan menjadi BUO dan BUNO.
ii. Tes objektif dibagi lagi menjadi beberapa bentuk soal, yaitu bentuk
soal benar-salah, bentuk soal menjodohkan dan bentuk soal pilihan
ganda.
Penilaian hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh factor intern
yaitu diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi), motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, dan
faktor fisik dan psikis sedangkan factor ekternal dapat berupa ukuran kelas,
suasana belajar (termasuk di dalamnya guru), fasilitas dan sumber belajar
yang tersedia. 
B. Tinjauan tentang Media Computer

Komputer adalah perangkat elektronik serbaguna yang dapat diprogram


untuk berbagai keperluan. Saat ini, hampir tidak ada satupun kantor yang
tidak memiliki komputer. Komputer digunakan untuk menulis surat, membuat
laporan, membuat rencana anggaran, dan sebagainya. Bahkan, beberapa kantor
menggunakannya untuk mengirim dan menerima faksimili, mengirim dan
menerima email surat elektronik, dan menggunakannya sebagai sarana
pengambilan dan penyajian informasi. Berdasarkan bentuk dan ukurannya,
saat ini dikenal:
i. Komputer desktop, yakni komputer yang dirancang untuk diletakkan di atas
meja. Pada komputer jenis ini, keyboard, layar monitor, dan boks prosesor
(CPU, central processing unit) merupakan bagian-bagian yang terpisah;
ii. Komputer laptop, yakni komputer yang bentuknya jauh lebih kecil dari
komputer desktop yang bagian-bagiannya (keyboard, monitor, boks CPU)
menyatu sehingga menjadi lebih ringkas. Komputer jenis ini biasanya

11
lebih mahal harganya karena menggunakan layar monitor jenis LCD (liquid
crystal display). Ukuran komputer laptop juga ada berbagai macam, misalnya
notebook (yang ukurannya setara dengan kertas A4) atau subnotebook (yang
lebih kecil daripada komputer notebook), Dalam sistem komputer, sering
disebut istilah-istilah perangkat kera (hardware), perangkat lunak (software),
dan brainware. Hardware atau perangkat keras adalah perangkat komputer
yang secara fisik dapat dilihat atau diraba. Prosesor, memori, monitor, CD
(compact disk) drive, dan sebagainya, adalah perangkat keras. Perangkat
lunak atau software adalah perangkat komputer yang keberadaannya dapat
ditunjukkan oleh sistem komputer tetapi secara fisik tidak kasat mata.
Sistem operasi, program aplikasi, dan data, adalah perangkat lunak. Sistem
operasi adalah program komputer yang mengatur komunikasi serta lalu
lintas data di dalam sistem komputer dan dengan perangkat lain yang
terpasang pada sistem komputer.
Program aplikasi adalah program komputer yang dirancang untuk
menjalankan tugas tertentu (misalnyamengatur pengetikan dokumen,
mengolah gambar, dan sebagainya). Contoh program aplikasi antara lain:
Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft PowerPoint, Norto Antivirus, dan
sebagainya. Brainware adalah sebutan untuk manusia yang berperan sebagai
pemrogram ataupun pengguna komputer. Sistem operasi komputer adalah
program dasar yang hams ada di dalam komputer, dan dijalankan segera
setelah tombol ON diaktifkan. Pada masa komputer masih dalam fase awal
perkembangannya, yakni saat pengoperasian komputer dilakukan dengan
perintah perintah yang baru diketikkan melalui papan-ketik (keyboard),
komputer merupakan perangkat yang sulit dioperasikan oleh orang awam,
Sistem operasi berbasis perintah (atau dikenal juga sebagai sistem operasi
berbasis teks) yang terkenal antara lain adalah MS-DOS (Microsoft Disk
Operating System). Beberapa versi MSDOS muncul di pasaran sebelum akhirnya
muncul sistem operasi berbasis grafts. Salah satu sistem operasi berbasis grafts
adalah Windows yang dibuat oleh Microsoft Corporation. Windows XP, yang

12
kita gunakan untuk latihan ini, adalah salah satu versi Windows yang
dipasarkan pertama kali pada tahun 2001. Selain Windows, sistem operasi
berbasis grafts lainnya antara lain adalah Linux Ubuntu dan MacOS.
Beberapa aspek penting yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
mengembangkan perangkat penilaian hasil belajar berbasis TIK ini didasarkan
pada nilai praktis, ekonomis, dan kemudahan dalam pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, teknik
tes tertulis yang awalnya menggunakan alat dan cara yang konvensional yaitu
menggunakan kertas dan alat tulis serta manusia dalam pengoperasiannya
mulai terbantukan dengan komputer serta alat-alat TIK lainnya. Sebuah inovasi
diperlukan dalam melakukan penilaian hasil belajar menggunakan alat evaluasi
atau penilaian berbasis TIK sebagai penerapan TIK dalam bidang pendidkan
sehingga dapat meningkatkan kualitas evaluasi hasil belajar siswa di sekolah
tersebut. Manfaat yang dapat diambil dari penggunaan TIK menurut (Munir,
2008), diataranya adalah:
(1) Komputer bisa melakukan pekerjaan dalam waktu yang singkat dan cepat,
(2) dapat melakukan pekerjaan yang berulang secara konsisten,
(3) dapat melakukan pekerjaan secara tepat dan memperkecil human error,
(4) dengan kecepatan, kekonsistenan dan ketepatan, maka kita dapat
memperkirakan bahwa keputusan yang dihasilkannya dapat dipercaya
dan hasil yang sama bisa diperoleh berulang kali,
(5) meningkatkan produktivitas dan kreativitas.
Penilaian hasil belajar dengan memanfaatkan TIK dapat memberikan
berbagai kemudahan dalam proses penilaian hasil belajar, salah satu
diantaranya dengan pengembangan tes hasil belajar berbasis TIK
menggunakan Quiz Creator. Melalui pengembangan tes hasil belajar tersebut,
proses penilaian hasil belajar siswa dapat dilakukan tanpa menggunakan
kertas (paperless) sehingga dapat menghemat biaya penggandaan soal,
ekonomis, praktis, mudah, ramah lingkungan, akurat dan efisien. Hal ini sesuai

13
dengan prinsip penilaian yang dikemukakan oleh (Mardapi, 2012) yaitu akurat,
ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.
Masalah lain yang dihadapi guru adalah masalah koreksi jawaban siswa
yang dilakukan secara manual membutuhkan waktu yang cukup lama
sehingga penilaian siswa tersebut tidak dapat langsung diketahui hasilnya.
Koreksi jawaban siswa yang dilakukan secara manual juga berpotensi terjadi
human error. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu yang dapat melakukan
koreksi jawaban siswa melalui komputerisasi sehingga guru tidak perlu
melakukan koreksi jawaban siswa secara manual, sehingga nilai hasil belajar
siswa dapat diketahui pada saat siswa selesai mengerjakan keseluruhan soal
pada tes penilaian hasil belajar tersebut.
Masalah lain yang timbul dari pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa
adalah tindakan siswa yang mencontek jawaban temannya. Berbagai upaya
perlu dilakukan untuk meminimalisir kecurangan tersebut, termasuk
mengawasi proses pelaksanaan tes secara ketat, walaupun demikian tindakan
mencontek masih dilakukan oleh siswa dengan bertanya temannya atau
melihat jawaban temannya maka sistem penilaian dikembangkan yang
menggunakan software Quiz Creator tersebut, butir soal dapat diacak secara
otomatis oleh sistem software, sehingga nomor soal yang dikerjakan siswa
berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal ini dapat mencegah dan
meminimalisir peluang kecurangan yang dilakukan siswa melalui tindakan
mencontek teman. Soft-ware Quiz Creator sebagai alternatif solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi guru. Soal yang tersaji dalam instrumen penilaian
berbasis TIK menggunakan software Quiz Creator ini berupa tes pilihan ganda
(multiple choise) dengan lima opsi jawaban dan soal isian singkat.
C. Supervisi
a. Supervisi pendidikan
Supervisi dalam pengertian tradisional ialah pekerjaan inspeksi melihat dari
atas, mengawasi dalam arti mencari kesalahan dengan tujuan untuk
diperbaiki. Kegiatan supervisi bersifat ilmiah yaitu :

14
(1) sistematis, dilaksanakan secara teratur, berencana dan secara terus -
menerus,
(2) obyektif, dalam pengertian ini adalah data yang didapat berdasarkan
observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi,
(3) menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses
pembelajaran.
Pengertian lain mengenai supervisi adalah merupakan kegiatan
pembinaan pada personil sekolah pada umumnya dan guru pada
khususnya, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Supervisi dalam
hal ini dilakukan pada komponen siswa, guru, kurikulum, prasarana
pendidikan, pengelolaan dan lingkungan sekolah. Sebagai dampak dari
meningkatnya kualitas pembelajaran, maka diharapkan meningkat pula
prestasi belajar siswa dan itu berarti meningkat pula kualitas lulusan
sekolah itu. (Arikunto,2004 ).
Pelaksanaan suvervisi atau pengawasan sangat diperlukan dalam program
pendidikan untuk keefektifan program terebut. Oleh karena itu, supervisi haruslah
meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan. Jadi, fungsi supervisi yang terpenting menentukan
kondisi-kondisi/syarat-syarat apakah yang diperlukan dan memnuhi
/mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan itu.
b. Supervisi klinis
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap
perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap
penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Secara umum tujuan supervisi klinis untuk :
1. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap
pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.

15
2. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran.
3. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
yang muncul dalam proses pembelajaran
4. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah
yang ditemukan dalam proses pembelajaran
5. Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari
keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan
keterampilan tersebut.
2. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa
keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses
pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan
mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3)
keterampilan dalam proses pembelajaran.
3. Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2)
keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi
keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan
untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama
dan pengalaman masa lampau.
c. Supervisi Kepala Sekolah
Agar peranan guru dalam kaitan dengan tugas mendidik dapat berhasil
dengan baik, maka guru perlu mengadakan pembinaan dengan cara
disupervisi oleh kepala sekolah. Fungsi kepala sekolah antara lain
memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap guru maupun staf
tata usaha agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik., dalam arti
tugas itu dapat berhasil secara efektif. Usaha dan kegiatan membimbing
guru meliputi bimbingan di dalam kelas seperti metode penyampaian,

16
cara mengajar, hubungan siswa dengan guru, dan proses belajar
mengajar, evaluasi proses belajar mengajar, bimbingan di luar kelas
meliputi teknik membuat satuan pelajaran, menulis dan mereview
satuan pelajaran, pengembangan proses instrumen laporan, dan
kepribadian guru. Tanggung jawab seorang supervisor adalah
mengusahakan agar guru itu mau melaksanakan tanggungjawabnya
atau tugasnya sesuai dengan persyaratan - persyaratan pekerjaan yang
telah ditetapkan. Tugas kepala sekolah adalah membantu guru dalam
pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, pembinaan dan
peningkatan sikap personal dan sikap profesional. Peran kepala sekolah
harus mampu menggerakkan guru dan staf tata usaha untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Ada perbedaan karakteristik
antara peran kepala sekolah dengan peran lainya, Sergiovani ( dalam
Atmodiaso dan Totosiswanto, 1991) merinci: (1) sangat kuat kaitannya
dengan tugas - tugas seorang ahli (expert), (2) Perlunya hidup dalam
dunia dan berbicara dalam dua bahasa dan ( 3 ) keterbatasan dan
kekuasaan.
Dalam hubungan tuntutan keahlian ( expert) dapat dijelaskan bahwa
seorang supervisor diharapkan ahli di bidang pendidikan dan tugas - tugas
seorang supervisor sangat menonjol dalam kaitannya dengan fungsi - fungsi:
(1) kurikulum dan tujuan mengajar, ( 2 ) isi program pendidikan, koordinasi
dan wawasan (3) alternatif dan pilihan (4) kurikulum dan inovasi mengajar
(5) pola - pola pengelompokan dan penjadwalan (6) pelayanan dan
perencanaan unit (7) evaluasi dan memilih bahan belajar (8) struktur
pengetahuan (9) pola guru dan pengaruh siswa di kelas (10) gaya mengajar,
metode dan prosedur (11) iklim beljar di kelas (12) guru, siswa dan evaluasi
program dan ( 13 ) pengembangan kurikulum dan menghadapi evaluasi
pendidikan. Karaktenstik kedua seorang supervisor ada dalam dua dunia
yaitu dunia guru dan dunia administrasi. Dengan demikian maka ia harus
mempergunakan dua bahasa yaitu bahasa guru dan bahasa administrator.

17
Karaktenstik ketiga adalah terbatasnya kekuasaan yang dimiliki.
Langkah - langkah yang dapat diambiJ oleh kepala sekolah harus sistematis
dan pragmatis, yang benkut: (1) Tahap penemuan pendahuluan (planning
conference ) tahap ini meliputi: saling mengerti yang mendalam ( mutually
understanding ), suasana akrab (intimizad), menumbuhkan rasa saling percaya,
tentukan jenis yang akan dikontrol, pergunakan instrumen yang tepat (2)
tahap pengamatan (observation classroom); guru melaksanakan komponen -
komponen yang dikontrol, kepala sekolah melakukan analisis pendahuluan,
bertanya tentang perasaan dan kesan umum kepada guru ketika diamati,
mereview target yang telah disepakati, menunjukkan data hasil supervisi,
bersama - sama menafsirkan data yang ditunjuk pengawas, bersama - sama
menyimpulkan data berusaha memperbaiki hal - hal yang perlu ditingkatkan.
Syarat yang harus dimiliki oleh kepala sekolah harus memiliki kelebihan
(super) dari orang yang dikontrolnya walaupun relatif. Syarat - syarat itu
diantaranya : (1) menguasai hal ihwal supervisi (2) objektif dalam melakukan
supervisi (3) komprehensif (berwawasan luas) (4) teliti dalam melakukan
tindakan (5) sistematis dalam bekerja (6) siap melayani guru yang dikontrol,
(7) sabar menghadapi permasalahan dengan terus berupaya memecahkannya
(8) kooperatif, mampu bekerja sama dengan guru yang dokontrol (9) percaya
diri (self confident) (10) mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat,
dan (11) humoris (Boyd dalam Atmodiwiro dan Tatosiswanto, 1991),
Sedangkan syarat guru yang dikontrol menurut Boyd ( dalam Atmodiwiryo
dan Tatosiswanto, 1991 ) ialah sebagai berikut: (1) kesediaan dan terbuka
( open minded) (2) objektif dalam melihat permasalahan (3) berfikir dalam
melihat permasalahaan (4) mempunyai motivasi untuk berprestasi (5)
berwawasan luas dan (6) kesiapan untuk dibantu/dikontrol.
Pada penelitian ini supervisi yang dimaksud adalah kegiatan kepala sekolah
sebagai peneliti dalam memberikan bimbingan teknis terhadap tugas pokok
guru dalam meningkatkan kemampuan penyusunan perangkat penilaian
hasil belajar siswa.

18
F. Hipotesis Tindakan
Dari urajan tersebut di atas,maka hipotesis tindakan dajam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Ketrampilan menggunakan TIK dalam menyusun perangkat
penilaian hasil belajar siswa ditingkatkan melalui supervisi klinis kepala
sekolah di SMAN 26 Kabupaten Tangerang tahun pelajaran 2014/2015.
2. Pembinaan kepala sekolah melalui supervisi klinis efektif dalam
meningkatkan ketrampilan menggunakan TIK dalam menyusun perangkat
penilaian hasil belajar siswa ditingkatkan melalui supervisi klinis kepala
sekolah di SMAN 26 Kabupaten Tangerang tahun pelajaran 2014/2015.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Guru SMAN 26 Kabupaten Tangerang
Tahun Pelajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah dengan pendekatan
deskriftif kualitatif dan kuantitatif, teknik ini digunakan untuk menganalisa
data yang bersifat kuantitatif atau data yang tidak dapat direalisasikan dengan
angka sedangkan untuk lebih valid dilakukan pengambilan data kualitatif
melalui wawancara dan observasi lapangan.
Jumlah dan nama guru di SMAN 26 Kabupaten Tangerang yang menjadi
obyek dalam penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut:

TABEL 3.1
JUMLAH GURU PNS DI SMAN 26 KABUPATEN TANGERANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
No Responden Guru Matpel Alamat
1 Drs. Nasir Sosiologi Keresek
2 Kudari, SPd, MM Bahasa Indonesia Klebet Kemiri

20
3 Dra. Sinta Simatupang, MM PKn Kemiri
4 Dedi Ruskendi, SP, MSi Ekonomi Mauk
5 Aswi Nurhaedi, SPd, MM PKn Kemiri
6 Tuti Alawiyah, SPd, MM PAI Cadas TNG
7 Imron Rosadi, Sag PAI Rajeg
8 Kholilul Rohman SPd Matematika Mauk

Keterangan : Sumber Data Kabupaten Tangerang.


B. Setting Penelitian
1. PTS akan dilakukan pada Guru SMAN 26 Kabupaten Tangerang tahun
pelajaran 2014/2015.
2. Jumlah Guru SMAN 26 Kab. Tangerang yang di supervisi sebanyak 8 Orang
guru, semuanya guru Tetap/PNS .
3. PTS dilakukan pada guru melalui supervisi klinis Kepala sekolah.

C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakan dalam Semester Genap tahun pelajaran 2014/2015.
3. Lama penelitian 4 pekan efektif dilaksanakan mulai bulan 08 Januari - 21
Februari 2014.
Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang
meliputi; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Rancangan
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS ) menurut (Arikunto,Suharsimi,2007;74)
adalah seperti gambar berikut:

Permasalahan Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I

Permasalahan Pengamatan/
baru hasil Pengumpulan data I
Refleksi
refleksi

Perencanaan tindakan
21 II Pelaksanaan tindakan II

Apabila
belum Refleksi II
Pengumpulan data II

Dilanjutkan
Ke siklus
berikutnya

Gambar: 3.1 Alur Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS )

1. Perencanaan
Tahapan ini berupa rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan.
Pada PTS di mana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam
tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya.
Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan
tindakan dengan peneliti yang akan mengamad proses jalannya tindakan.
Hal tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan pengamatan yang dilakukan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, raneangan tindakan tersebut tentu saja sebejumnya telah
dilatih kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di
dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus
dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.

3. Pengamatan atau observasi


Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi,
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

22
Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti)
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan format observasi / penilaian yang telah
tersusun, termasuk juga pengmatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa.

4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secaja menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dalam PTS mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan, Jika terdapat masalah dari
proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus
berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan
pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi ( Hopkins, 1993).

D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian Tindakan Sekolah ini variabel yang akan diteliti adalah
Peningkatan ketrampilan menggunakan IT dalam menyusun administrasi guru
melalui supervisi klinis kepala sekolah di SMAN 26 Kabupaten Tangerang
tahun pelajaran 2014/2015.
Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan : Peningkatan ketrampilan IT guru dalam menyusun
perangkat penilaian hasil belajar siswa di Kabupaten
Tangerang.
Variabel Tindakan : Pembinaan melalui Supervisi klinis kepala sekolah.
Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari:

23
1. Meningkatkan kinerja guru dalam menyusn perangkat penilaian hasil
belajar siswa.
2. Peningkatan kinerja guru dalam menyusun perangkat penilaian hasil
belajar siswa melalui supervisi klinis kepala sekolah.
3. Peningkatan kinerja guru dalam menyusun perangkat penilaian hasil
belajar siswa untuk peningkatan capaian mutu sekolah
4. Keefektifan pembinaan melalui supervisi klinis kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru.

Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut:


1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan sekolah
5. Kesesuaian pembinaan yang diberikan
6. Tingkat efektifitas pembinaan melalui supervisi klinis kepala sekolah
7. Kemampuan meningkatkan kinerja guru dalam menyusun perangkat
penilaian hasil belajar siswa melalui pembinaan kepala sekolah.

E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


1. Sumber Data:
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu:
1. Guru : Diperoleh data tentang peningkatan ketrampilan
guru dalam menyusunperangkat penilaian hasil
belajar siswa dengan menggunakan IT.

2. Kepala Sekolah : Diperoleh data tentang pembinaan kepala Sekolah


sekolah melalui supervisi akademis.

2. Teknik Pengumpulan Data :

24
Dalam Pengumpulan data menggunakan Qbservasi dan Tes.

F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap
sudah berhasil apabila terjadi peningkatan kinerja guru dalam mengolah
perangkat penilaian mencapai 85 % ( Sekolah yang diteliti ) telah mencapai
ketuntasan dengan nilai rata rata 75, berarti telah memenuhi harapan ideal
seperti yang disyaratkan dalam manajemen berbasis sekolah ( MBS ) dengan
standar ideal minimal 75.

G. Teknik Analisis Data


Dalam analisis data, teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan
ketrampilan guru dalam menyusun perangkat penilaian berbasis IT dengan
menggunakan prosentase ( %).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran hasil
penelitian secara; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.

H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Berikut disajikan rencanakan kegiatan Penelitian yang akan dilaksanakan
mulai tanggal, 08 Januari - 28 Februari 2014 ( 6 Minggu efektif) yang dibuat
dalam bentuk gambar diagram ( gant chart) sebagai berikut:
N Waktu ( Minggu ) Ke,….
Rencana Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6
1 Persiapan X

Menyusun Konsep Pelaksanaan X

Menyepakati Jadwal dan X


Tugas
Menyusun Instrumen X

25
2 Pelaksanaan

Menyiapkan kelas dan alat X

Melakukan Tindakan Siklus I X X

Melakukan Tindakan Siklus II X X

Melakukan Tindakan Siklus III X X

3 Menyusun Laporan

Menyusun Konsep Laporan X X

Perbaikan Laporan X

Penggandaan Hasil Penelitian X

26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian


1. Perencanaan Tindakan
Penelitian tindakan ini menggunakan mode! pembinaan kepala sekolah
melalui supervisi akademis.
Tujuan yang diharapkan pada pembinaan pertama kepala sekolah melalui
supervisi klinis ini adalah menjelaskan kepada guru dalam rangka
peningkatan ketrampilan guru dalam menyusun administrasi pembelajaran
dengan menggunakan IT.
Agar dapat tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai kepala
sekolah melakukan pembinaan kepada guru dengan langkah–langkah
sebagai berikut:
a) Menyusun instrumen penilaian sesuai dengan standar pengelolaan
pendidikan. ( 8 standar isi pendidikan),
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada guru
d) Melaksanakan tindakan sekolah melalui supervisi klinis kepala sekolah.
e) Melakukan refleksi pada siklus pertama
f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasarkan refleksi
siklus pertama
g) Melaksanakan pembinaan melalui supervisi klinis kepala sekolah,
h) pada siklus kedua

27
i) Melakukan Observasi
j) Melakukan refleksi pada siklus kedua
k) Menyusun strategi pembinaan melalui supervisi klinis kepala sekolah
pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua
l) Melaksanakan pembinaan melalui supervisi klinis kepala sekolah pada
siklus ketiga
m) Melakukan Observasi
n) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
o) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan kepengawasan dalam penelitian dilakukan 3 siklus
yang terdiri dari tiga kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60 menit.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 08 Januari 2014 dan
pertemuan kedua pada tanggal 22 Januari 2014, pertemuan ketiga 05
Februari 2014. Penelitian tindakan kepengawasan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur rencana pembinaan dan skenario pembelajaran.

Pelaksanaan Kegiatan Persiklus


SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan berupa
perencanaan pembinaan, pelaksanaan pembinaan yang sudah
distandarisasi dan alat-alat pembinaan lain yang mendukung.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 08 Januari 2014 tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 8
orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pendamping instruktur
IT. Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana pembinaan

28
melalui Supervisi klinis kepala sekolah, yang telah dipersiapkan, dan
dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
kegiatan pembelajaran. Pada akhir pembinaan diberi tes uji coba I
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan ketrampilan guru dalam
menyusun perangkat penilaian berbasis IT yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I, adalah seperti pada label
berikut:
Tabel 4.1
Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Ketrampilan IT Guru Dalam
Menyusun Perangkat Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Drs. Nasir 45 
2 Kudari, SPd, MM 45 
3 Dra. Sinta Simatupang, MM 50 
4 Dedi Ruskendi, SP, MSi 50 
5 Aswi Nurhaedi, SPd, MM 45 
6 Tuti Alawiyah, SPd, MM 65 
7 Imron Rosadi, Sag 55 
8 Kholilul Rohman SPd 65 
Jumlah Total 420
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok Guru 800

Ketrangan;
Jumlah Guru yang tuntas : 3 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 5 Orang
Sekolah : belum tuntas

29
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan melalui
supervisi klinis kepala sekolah diperoleh nilai rate-rate nilai adalah 37,5%
atau ada 3 orang dari 8 guru. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara keseluruhan belum tuntas, karena guru yang
memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 37,5% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %.
Hal ini disebabkan karena guru masih merasa baru dan belum mengerti
apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan
pembinaan melalui supervisi akademis.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dan hasil
pengamatan sebagai berikut:
(1) Kepala Sekolah belum maksimal dalam memotivasi guru dan dalam
menyampaikan tujuan pembinaan
(2) Kepala Sekolah belum maksimal dalam pengelolaan waktu.
(3) Guru kurang begitu antusias selama pembinaan berlangsung.
d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus
berikutnya.
(1) Kepala Sekolah perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan
lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru
diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
(2) Kepala Sekolah perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan
(3) Kepala Sekolah harus lebih terampil dan bersemangat dalam
memotivasi guru sehingga guru bisa lebih antusias,
SIKLUS II

30
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yan terdiri
dari rencana pembinaan 2, uji coba IT II dan alat-alat pembinaan lain
yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 22 Januari 2014 tahun pelajaran 2014/2015. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai Kepala Sekolah, Adapun proses pembinaan
mengacu pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada
siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak
terulang lagi pada siklus II. Penelitian tindakan kepengawasan ini
dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembinaan dan
pelaksanaan pembinaan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam melakukan pembinaan,
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2:
Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Ketrampilan IT Guru Dalam
Menyusun Perangkat Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Drs. Nasir 55 
2 Kudari, SPd, MM 55 
3 Dra. Sinta Simatupang, MM 65 
4 Dedi Ruskendi, SP, MSi 80 
5 Aswi Nurhaedi, SPd, MM 75 
6 Tuti Alawiyah, SPd, MM 75 
7 Imron Rosadi, Sag 65 
8 Kholilul Rohman SPd 75 

31
Jumlah Total 545
Skor Maksimum Individu 100
Skot Maksimum Kelompok Guru 800

Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 6 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 2 Orang
Sekolah : belum tuntas.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata yang diperoleh guru adalah
68,125 % dan peningkatan ketrampilan guru dalam menyusun
perangkat penilaian dengan menggunakan IT atau dari 8 orang guru
baru 6 orang yang sudah tuntas atau 68,125 % . Hasil ini menunjukkan
bahwa pada siklus II ini hasil pembinaan melalui supervisi klinis kepala
sekolah telah mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan ketrampilan guru ini karena kepala sekolah telah
menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan akan diadakan
penilaian sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi
untuk meningkatkan kinerjanya selain itu para guru juga sudah mulai
mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh kepala sekolah
melalui supervisi akademis.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi kepala sekolah
2) Membimbing guru dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan
program sekolah, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan

32
Pelaksanaan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat kekurangan
kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus
III antara lain:
(1) Kepala Sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru
hendaknya dapat membuat para guru termotivasi dalam
menyusun perangkat penilaian.
(2) Kepala Sekolah harus lebih dekat dengan guru sehlngga tidak ada
perasaan takut/malu dalam dm guru teratama dalam bertanya
tentang masalah yang dihadapi oleh sekolah.
(3) Kenala Sekolah harus lebih sabar dalam melakukan pembinaan
kepada guru terutama dalam merumuskan kesimpulan /
menemukan konsep.
(4) Kepala Sekolah harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga
kegiatan pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan.
(5) Kepala Sekolah sebaiknya menambah lebih banyak contoh-contoh
perangkat penilaian hasil belajar siswa dengan format-format yang
sudah di standardisasi oleh Departemen Pendidikan Nasional,
dalam hal ini Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) baik
di Tingkat Provinsi maupun tingkat Pusat.

SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang
berkaitan dengan peningkatan ketrampilan IT guru dalam menyusun
perangkat penilaian hasil belajar siswa sebanyak 3, soal uji coba 3 dan
alat-alat pembinaan lainnya yang mendukung.

b) Tahap kegiatan dan pengamatan

33
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus III dilaksanakan pada
tanggal 05 Februari 2014 di SMAN 26 Kabupaten Tangerang tahun
pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 8 orang guru. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun proses pembinaaan mengacu
pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi
pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
proses pembelajaran berlangsung.
Pada akhir proses pembinaan diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan
ketrampilannya dalam menyusun perangkat penilaian berbsis IT yang
telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.
Adapun data basil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3:
Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Ketrampilan IT Guru Dalam
Menyusun Perangkat Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III

Keterangan
No Nama Skor
Tuntas Tidak Tuntas
1 Drs. Nasir 75 
2 Kudari, SPd, MM 80 
3 Dra. Sinta Simatupang, MM 80 
4 Dedi Ruskendi, SP, MSi 90 
5 Aswi Nurhaedi, SPd, MM 85 
6 Tuti Alawiyah, SPd, MM 90 
7 Imron Rosadi, Sag 85 
8 Kholilul Rohman SPd 85 
Jumlah Total 670
Skor Maksimum Individu 100
Skot Maksimum Kelompok Guru 800

34
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 8
Jumlah Guru yang belum tuntas : - Orang
Sekolah : Sudah tuntas.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar
83,75 % dan dari 8 orang guru semuanya sudah mencapai ketuntasan
meningkatkan ketrampilannya dalam menyusun perangkat penilaian
dengan menggunakan IT, Maka secara kelompok ketuntasan telah
mencapai 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan
hasil pembinaan pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kepala sekolah dalam menerapkan pembinaan melalui
supervisi kepala sekolah sehingga guru menjadi lebih memahami
tugasnya masing masing dan dapat meningkatkan ketrampilannya. Di
samping kepala sekolah, dan guru dalam merencanakan dan menyusun
perangkat penilaian hasil belajar siswa.
Hasil analisa data dari 3 siklus tindakan dapat digambarkan pada
diagram hubungan antara ketuntasan hasil penilaian keterampilan IT
pada guru dengan jumlah guru PNS yang dijadikan responden dalam
penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

Diagram 4.1
Ketuntasan keterampilan IT guru PNS di SMAN 26 Kab. Tangerang

35
9
8
7
6
5 siklus I
4 Siklus II
3 siklus III
2
1
0
tuntas belum tuntas

c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses pembinaan melalui
supervisi akademis, Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan
sebagai berikut:
(1) Selama proses pembinaan kepala sekolah telah melaksanakan
semua pembinaan dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek
yang belum sempurna, tetapi percentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif
selama proses pembinaan berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil pembinaan kepala sekolah melalui supervisi kepala akolah
pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III kepala sekolah telah melaksanakan pembinaan dengan
baik dan dilihat dari peningkatan kinerja guru pelaksanaan pembinaan
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya
adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya melalui

36
supervisi klinis kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru
sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan secara umum dapat tercapai.

B. Analisis Hasil Kegiatan


Setelah dilakukan tindakan sekolah pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel: 4.4
Analisis Hasil Tes Tentang Pembinaan Kepala Sekolah Melalui Supervisi
klinis dalam Meningkatkan Ketrampilan Guru dalam menyusun perangkat
penilaian hasil belajar siswa dengan IT

Skor Skor
Skor
sebelum sebelum
sebelum
No Nama Tindaka Tindaka
Tindakan
n n
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Drs. Nasir 45 55 75
2 Kudari, SPd, MM 45 55 80
3 Dra. Sinta Simatupang, MM 50 65 80
4 Dedi Ruskendi, SP, MSi 50 80 90
5 Aswi Nurhaedi, SPd, MM 45 75 85
6 Tuti Alawiyah, SPd, MM 65 75 90
7 Imron Rosadi, Sag 55 65 85
8 Kholilul Rohman SPd 65 75 85
Jumlah Total 420 545 670
Skor Maksimum Individu 100 100 100
Skot Maksimum Kelompok Guru 800 800 800

Analisis Data Deskriptif Kuantitatif


1. Pencapaian Peningkatan ketrampilan guru sebelum diberi tindakan
420
= x 100 % = 52 ,5 %
800

37
2. Peningkatan ketrampilan guru dalam menyusun perangkat penilaian hasil
belajar siswa setelah diberi tindakan melalui melaluu supervisi akademis
545
= x 100% = 68 ,125 %
800
3. Peningkatan ketrampilan guru dalam menyusun perangkat penilaian
hasil belajar siswa setelah diberi tindakan melalui Supervisi Akademis
670
= x 100 % = 83,75 %
800
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
1. Terjadi peningkatan ketrampilan guru dalam menyusun perangkat
penilaian setelah diberi tindakan melalui Supervisi klinis kepala sekolah;
52,5 % menjadi 68,125 % ada kenaikan sebesar = 15,625 %
2. Dari sebelum pembinaan (siklus 1) dan setelah pembinaan oleh kepala
sekolah sampai dengan ( siklus 2 ) 52,5 % menjadi 68,125 %, dan siklus ke 3
juga mengalami kenaikan menjadi; 83,75 – 68,125 = 15.625 %
3. Rata-rata peningkatan kinerja guru dalam menyusun perangkat penilaian
sebelum diberi pembinaan 15,625% naik menjadi 100%.
4. Dari Pembinaan pada siklus 2 dan setelah pembinaan melalui Supervisi
klinis kepala sekolah ( siklus 2 ) 68,125 % menjadi 83,75 % berarti ada
peningkatan ketrampilan guru dalam menyusun perangkat penilaian hasil
belajar siswa berbasis IT sebanyak 83,75 % -68,125 % =15,625 %.

Refleksi dan Temuan


Berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang telah dilakukan kepala sekolah
kepada guru melalui supervisi akademis, maka hasil observasi nilai, dapat
dikatakan sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama kegiatan pembinaan belum berhasil karena dalam
pembinaan kepala sekolah masih terlihat guru belum begitu antusias
karena mereka masih menganggap pembinaan kepala sekolah tersebut
merupakan tugas barn yang diembannya;

38
b. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi klinis kepala sekolah dalam
hat peningkatan ketrampilan guru dalam menyusu perangkat penilaian
belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas.
c. Mungkin karena proses pembinaan melalui supervisi klinis baru
mereka laksanakan sehingga guru merasa kaku dalam menerapkannya.
d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan
buktinya pada pertemuan kedua proses pembinaan kepala sekolah berjalan
baik, semua guru aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses,
semua guru antusias untuk mengikutinya dan telah mencapai ketuntasan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Peningkatan Ketrampilan Guru dalam menyusun perangkat
penilaian:
Melalui basil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui
Supervisia Akademis Kepala Sekolah memiliki dampak positif dalam
meningkatkan ketrampilan guru, hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman guru terhadap pembinaan yang disampaikan
kepala sekolah ( Ketrampilan menyusun perangkat penilaian hasil belajar
siswa meningkat dari siklus I, II, dan II ) yaitu masing-masing 52,5 %; 68,125
%; 83,75 % secara kelompok dikatakan tuntas/meningkat karena sudah
mencapai ketuntasan.
2. Kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan ketrampilan guru dalam
menyusun perangkat penilaian hasil belajar siswa;
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam meningkatkan
ketrampilannya dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap capaian mutu sekolah yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata guru pada setiap siklus.
3. Aktivitas kepala sekolah dan guru dalam Pembinaan melalui Supervisi
klinis Kepala Sekolah ;

39
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas kepala sekolah dan guru yang
paling dominan dalam kegiatan pembinaan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan
kepala sekolah, dan diskusi antar guru dan kepala sekolah, Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif. Sedangkan
untuk aktivitas kepala sekolah selama pembinaan telah melaksanakan
langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi klinis dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membuat dan merencanakan program penilaian, melaksanakan, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di
atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan kinerja guru dalam
menyusun perangkat penilaian melalui supervisi klinis kepala sekolah hasil-
nya cukup baik. Hal itu tampak pada pertemuan dari 8 orang guru yang ada
pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 52,5 % meningkat
menjadi 68,125 % pada siklus 2 siklus ke 3 meningkatan menjadi 83,75 %.
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan kepala sekolah melalui supervisi
klinis kepala sekolah efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan
ketrampilan guru dalam menyusun perangkat penilaian, yang berarti proses
pembinaan kepala sekolah lebih berhasil dan dapat meningkatkan capaian
mutu sekolah khususnya di SMAN 26 Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran
2014/2015, oleh karena itu diharapkan kepada para kepala sekolah dapat
melaksanakan pembinaan melalui supervisi klinis kepala sekolah secara
berkelanjutan.
Berdasarkan Permen No 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah,
dapat meningkatkan kinerja guru, serta dapat mengorganisasikan sekolah
kearah perubahan yang diinginkan telah mencapai 83,75 % ketercapaiannya,
maka kinerja guru dalam menyusun perangkat penilaian dengan diterapkan
pembinaan melalui supervisi klinis kepala sekolah tersebut dikatakan efektif.
Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan di atas dapat diterima.

40
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pembinaan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan ketrampilan guru
dalam menyusun perangkat peilaian hasil belajar siswa melalui supervisi
klinis menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putaran (Siklus ).

41
2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa seluruh guru
melalui supervisi klinis kepala sekolah ini menunjukan peningkatan pada
tiap-tiap putarannya.
3. Aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui penerapan
supervisi klinis kepala sekolah bermanfaat dan dapat membantu guru
untuk lebih mudah memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga
peningkatan ketrampilan IT guru dalam menyusun perangkat peilaian hasil
belajar siswa di sekolah dapat berjalan baik, dan dengan demikian
peningkatan capaian mutu sekolah dapat ditingkatkan.

B. Saran - Saran
1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang
mengembangkan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat
menggambarkan peningkatan kinerja guru dengan baik sehingga mutu
pendidikan dapat ditingkatkan.
2. Pembinaan kepala sekolah melalui penerapan supervisi akademis
diperlukan perhatian penuh dan disiplin yang tinggi pada setiap langkah
pembinaan,dan perencanaan yang matang misalnya dalam pengalokasian
waktu dan pemilihan konsep yang sesuai.
3. Kepada guru diharapkan selalu mengikuti perkembangan jaman, terutama
dengan membaca hasil karya para akhli sehingga tidak ketinggalan dengan
daerah lain, dalam meningkatkan mutu pendidikan, sebagai tanggung
jawab bersama memajukan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Asyid, Harun dan Mansur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima
Mardapi, D. 2012. Pengukuran penilaian dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Litera.

42
Mukhtar. 2011. Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi
(Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.
Munir, T. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Alfabeta.
Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Shabri, H. A. 2005. Strategi belajar mengajar micro teaching. Jakarta: Quantum
Teaching.
Santrock, J. W. 2004. Educational psychology. Second edition. New York: McGraw
Hill.

Suryabrata, S. 2001. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan…………………………………………………………………..i
Kata Pengantar……………………………………………………………………….ii
Daftar Tabel………………………………………………………………………….iii
Daftar grafik…………………………………………………………………………iv
Daftar lampiran………………………………………………………………………v
Daftar Isi……………………………………………………………………………..vi
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………...1
1.1. Latar belakang ………………………………………………………………..1
1.2. Mmm
1.3. Mmm
1.4. Mmm
1.5. Mmm
Bab 2
2.1. Mmm

43
2.2. Mm
2.3. M
2.4. Mmm
Bab III
3.1. Mmm
3.2. Mmm
3.3. Mmm
Bab IV
4.1. Mmm
4.2. Mmm
4.3. Mm
Bab V
5.1. mmm

DAFTAR TABEL

Tabel 1………………
Tabel 2

44
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1

45
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

46
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1….
Lampiran 2
Lampiran 3

47

Anda mungkin juga menyukai