Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

Dosen Pengampu:

Nursalam, S.Pd, M.Si.

Oleh:
KELOMPOK 6

 Masniati (20700121007)
 Harma (2070012017)
 Dini Aprilia (20700121024)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah “Pendidikan
Karakter Siswa dalam Matematika” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Nursalam S.Pd, M.Si pada mata kuliah Filsafat Matematika. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan terkait dengan
“Matematika dan Pendidikan Karakter” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nursalam S.Pd, M.Si. Selaku
dosen pada mata kuliah Filsafat Matematika yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Samata, 17 Mei 2022

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 4
A. Pengertian Matematika dan Pendidikan Karakter.............................................4
B. Strategi pendidikan karakter......................................................................................... 6
C. Prinsif Pengembangan Karakter................................................................................... 7
D. Tujuan Pendidikan Karakter.......................................................................................... 8
E. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter.................................................................................... 9
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter
..................................................................................................................................................................11
G. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika..............................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 16
B. Saran.......................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakter merupakan fondasi utama dalam membangun sebuah bangsa yang
besar. Untuk menjadi bangsa yang besar diperlukan sebuah proses yang
melibatkan banyak pihak. Pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis
dalam membentuk karakter bangsa. Karena dengan pendidikan kualitas sumber
daya manusia sebagai penggerak roda pembangunan bangsa dapat ditingkatkan.

Tanpa pendidikan yang berkualitas sangat tidak mungkin tujuan


pembangunan nasional dari suatu negara dapat tercapai dengan baik. pendidikan
yang pertama dan paling utama bermula dari keluarga, karena seorang anak mulai
mengenal lingkungan pertamanya adalah keluarga.

Sehingga kebiasaan dalam keluarga merupakan input dalam pembentukan


kepribadian. Kepribadiaan seseorang ini lambat laun akan membentuk suatu
karakter. Pendidikan sangat erat sekali kaitannya dengan pembentukan karakter,
apabila karakter yang dibangun oleh setiap keluarga dapat dilakukan dengan baik
maka karakter bangsa ini akan terbangun pula dengan baik. Oleh karena itu peran
keluarga dalam pendidikan karakter sangatlah penting dan menjadikan
pendidikan anak sebagai fokus perhatiannya. Dengan demikian karakter
merupakan sifat alami seseorang dalam merespons keadaan atau masalah
seharihari dengan tingkah laku yang baik. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Aristoteles, bahwa karakter sangat berkaitan erat dengan
“habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.

Lingkungan sekolah merupakan institusi pendidikan yang sangat penting


perananya dalam mewujudkan tujuan pembangunan bangsa ini. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional) Bab II Pasal 3: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

1
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter sangat
penting dan juga menjadi solusi untuk mengatasi masalah degradasi moral yang
tengah menimpa bangsa ini. Pengembangan Pendidikan budaya dan karakter
secara terintegrasi dalam proses pembelajaran berupa pengenalan nilainilai
melalui fasilitas yang diperolehnya secara sadar akan pentingnya nilai-nilai dalam
kehidupan, dan penginternalisas ian nilai-nilai ke dalam tingkah laku siswa sehari-
hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar
kelas pada semua mata pelajaran. . Hal tersebut tercantum dalam Panduan
Pendidikan Karakter (Kementrian Pendidikan nasional., 2011) Matematika
merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua peserta didik dari
Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas, dalam proses
pembelajarannya harus dapat melahirkan karakter matematika yang sangat
bermanfaat terhadap pembentukan karakter bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari matematika dan pendidikan karakter ?
2. Apa saja strategi pendidikan karakter ?
3. Apa saja prinsip pendidikan karakter ?
4. Apa tujuan dari pendidikan karakter?
5. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter?
7. Apa saja pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari matematika dan
pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui dan memahami strategi pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari pendidikan karakter.
5. Untuk memgetahui dan memahami nilai-nilai pendidikan karakter.

2
6. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan karakter?
7. Untuk mengetahui dan memahami pendidikan karakter dalam
pembelajaran matematika.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Matematika dan Pendidikan Karakter


1. Pengertian matematika
Secara bahasa, matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno
(mathema) yang berati pengetahuan, pemikiran, pengkajian, dan
pembelajaran. Sebelumnya disebut pula ilmu Hisab yang berarti bidang
ilmu yang mencakup studi tentang topik-topik seperti bilangan
(Aritmatika dan Teori Bilangan), rumus dan struktur terkait Aljabar,
bangun dan ruang tempat mereka berada (Geometri), dan besaran serta
perubahannya (Kalkulus dan Analisis).
Sedangkan ada beberapa para ahli yang berpendapat, sebangai
berikut:
a) Jhonson dan Rising (1972), “Matematika adalah pola pikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,
jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih
berupa bahasa simbol mengenai ide daripada bunyi”.
b) Yansen Marpaung, matematika adalah ilmu yang dalam
perkembangannya penggunanya menganut metode deduksi.
c) Kline (1973), matematika itu bukanlah pengetahuan mneyendiri
yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Matematika umbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh
karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.
d) Suwarsono, matematika adalah ilmu yang memiliki sifat yang khas
yaitu: objek bersifat abstrak, menggunakan lambang-lambang yang
tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan proses
berfikir yang dibatasi oleh aturan-atran yang ketat.
e) James (1976), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

4
bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi
kedalam tiga bidang , yaitu aljabar , analisis dengan geometri.
f) Susilo , matematik adalah bukannlah sekedar kumpulan angka,
simbol, dan rumus yang tidak ada kaitannya dengan duni nyata.
g) Suherman (2003) , matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara
berfikir dan mengelola logika, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif.
h) Abdurrahman (2002), matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berfikir.
i) Andi Hakim Nasution , matematika adalah ilmu struktur, urutan
(order) dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan,
pengukuran, dan penggambaran bentuk objek.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan
keterampilan. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti,
tabiat dan watak. Karakter inilah yang membedakan antara individu satu
dengan individu lain di dunia ini. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Timothy Wibowo).
Meskipun individu tersebut lahir bersama, waktu hampir bersamaan, wajah
hampir sama, dan sebagainya. Pasti antar individu tersebut memiliki
karakter yang berbeda. Namun, secara garis besar, karakter dibagi menjadi
dua, karakter yang baik dan karakter yang buruk.
Karakter menurut Alwisol (2008: 8) diartikan sebagai gambaran tentang
tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara
eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meski demikian, baik

5
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditunjukkan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif permanen serta
menuntun, mengarahkan dan mengorganisasikan aktivitas individu. Jadi
istilah karakter berkenaan dengan personality (kepribadian) seseorang.
Seseorang bisa disebut orang berkarakter (a person of character) apabila
perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi insan kami.
Pendidikan karakter adalah salah satu jawaban untuk menyeimbangkan
dampak buruk globalisasi yang telah menggerus nilainilai tradisional yang
sudah lama kita sepakati sebagai norma dan tata susila.
Menurut dokumen Desain Induk Pendidikan Karakter terbitan
kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
mengambil keputusan yang baik, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Dalam pendidikan karakter di sekolah semua komponen harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

B. Strategi pendidikan karakter


Guru adalah manusia yang paling tepat dan selalu mempunyai kesempatan
untuk melakukan perubahan perilaku dan cara berpikir anak manusia
(murid), baik secara gradual maupun secara radikal, melalui aktivitas
pendidikan. Guru diamanatkan bukan hanya oleh orang tua murid, tetapi juga

6
oleh undang-undang untuk melakukan upaya-upaya yang terbaik bagi
perkembangan kognetif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Di tangan
gurulah harapan perubahan tingkah laku manusia kearah yang lebih baik
dialamatkan.
Menurut Amka Abdul Aziz (2012, 197), strategi pendidikan karakter yang
paling sederhana adalah :
a. Melalui figur Pendidikan karakter membutuhkan contoh berupa figur
(sosok) berupa manusia sempurna. Manusia yang sempurna dengan
seluruh potensi kemanusiaannya.
b. Melalui keteladanan Pendidikan karakter melalui keteladanan berupa
orang-orang yang katakatanya sesuai dengan perbuatannya.
c. Melalui Pendidikan Berkesinambungan Proses pendidikan kita bukan
hanya sekedar tranformasi nilai-nilai, bukan pula transfer pengetahuan,
tetapi lebih merupakan proses panjang yang semua elemen bangsa
harus ikut terlibat secara aktif dalam aktivitas pendidikan.
d. Melalui Kegiatan Intrakurikuler Pendidkan karakter di sekolah melalui
kegiatan intrakurikuler artinya setiap bidang pelajaran harus selalu
bermuatan pendidikan karakter.
e. Melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan karakter dapat juga
diselipkan melalui ekstrakurikuler dengan mengambil nilai-nlai
karakter seperti kejujuran, disiplin, kasih sayang, kerja keras, kerja
cerdas dan sebagainya.
C. Prinsif Pengembangan Karakter
Menurut Lickona (2010), bahwa pendidikan karakter harus didasarkan
pada sebelas prinsip berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter,
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku,
c. Menggunakan pendekatan tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter,
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian,
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

7
perilaku yang baik,
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua pserta didik, membangun
karakter mereka dan membantu mereka untuk meraih sukses,
g. Mengusahakan tumbuhnya motovasi diri pada peserta didik,
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
nilai dasar yang sama,
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter,
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter, dan
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-
guru karakter, dan menifestasi karakter positif dalam kehidupan
peserta didik.
D. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai dalam
diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai
kebebasan individu. Selain itu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada terbentuknya pendidikan karakter
dan akhlak mulia yang utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar
konpetensi lulus (Asmani, 2001: 42-43).
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggara dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pendidikan karakter atau akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar
kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi, serta menpersonalisasi nilai-nilai karakter
dan akhlak mulia serta terwujud dalam prilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkat institusi mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi prilaku, tradisi, kebiasaan

8
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh semua warga sekolah,
serta masyarakat disekitar sekolah. budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut dimata masyarakat luas.
E. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai karakter berdasarkan kajian agama, norma-norma sosial,
peraturan atau hukum, etika akademis, dan prinsip-prinsip HAM, telah
terindefikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama
yaitu, nilai-nilai prilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungannya, serta kebangsaan
(Aqib dan Sujak, 2011: 6-8).
Berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan dan
dikembangkan pada siswa (Pemerintah nomor 23 tahun 2006):
1. Religius, yaitu ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah
sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup
rukun dan berdampingan.
2. Jujur, yaitu sikap yang mencerminkan kesatuanantara pengetahuan,
perkataan, dan perbuatan sehingga menjadi orang yang bersangkutan
sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3. Toleransi, yaitu sikap dan prilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,
etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara
sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan
tersebut.
4. Disiplin, yaitu kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tat tertib yang berlaku.
5. Kerja keras, yaitu prilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan,
pekerjaan, dan lain-lain secara sebaik-baiknya.
6. Kreatif, yaitu sikap dan prilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu
menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik dari sebelumnya.

9
7. Mandiri, yaitu sikap dan prilaku yang tidak tergantung dari orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas dan persoalan
8. Demokratis, yaitu sikap dan prilaku yang mencerminkan persamaan hak
dan kewajiban secara adil dengan merata antara dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yaitu cara berpikir, sikap, dan prilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingin tahuan dalam segala hal yang
dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan dan nasionalisme, yaitu sikap dan tindakan yang
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi atau individu.
11. Cinta tanah air, yaitu sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12. Menghargai prestasi, yaitu sikap terbuka terhadap prestasi orang lain
dan mengakui kekurangan bangsa sendiri tanpa mengurasi semangat
betprestasi yang lebig tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yaiyu sikap dan tindakan
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santai sehingga terapai
kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, dan aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam
komunitas atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca, yaitu kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi,
baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya, sehingga
menimbulkan kebijakan bagi dirinya sendiri.
16. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupa menjaga
dan melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yaitu sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang dalam

10
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri
sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter
Zubaedi (2012), mengutarakan beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:
a. Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan, perbuatan manusia dimotivasi
oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.
b. Adat dan kebiasaan
Adan adan kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain
sebagainya.
c. Keturunan
Secara langsung maupun tidak langsung faktor keturunan sangat
mempengaruhi terbentuknya karakter seseorang. Secara alami sifat
dan karakter seseorang akan diturunkan orang tua melalui sel-sel
sperma ayah dan sel telur ibu.
d. Lingkungan
Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam
terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor
lingkungan dimana seseorang berada.
Keempat faktor tersebut harus berjalan beriringan dan saling berkaitan
demi terbentuknya pendidikan karakter yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.
G. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika
Secara umum tujuan pendidikan digolongkan ke dalam tiga domain, yaitu
domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif menunjukkan tujuan
pendidikan yang terarah pada kemampuan kemampuan intelektual,
kemampuan berfikir maupun kecerdasan yang dicapai.
Domain afektif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada
kemampuankemampuan bersikap dalam menghadapi realitas atau masalah-

11
masalah yang muncul disekitarnya. Domain psikomotor menunjukkan tujuan
pendidikan yang terarah kepada keterampilan-keterampilan, khusus untuk
pembelajaran matematika pengertian keterampilan dapat diartikan
keterampilan bersifat fisik, misalnya melukis suatu bangun, juga termasuk
keterampilan melakukan algoritma-algoritma tertentu yang hanya terdapat
dalam pikiran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, ketiga domain tersebut sebenarnya
tidak berdiri sendiri melainkan menyatu. Namun, apabila tidak benar-benar
dirancang atau tidak masuk dalam rancangan pembelajaran, dapat saja dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi terabaikan.
Apabila kita merujuk kembali tujuan pembelajaran matematika
(Sumarmo, 2011), yaitu:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
c. Memecahkan masalah,
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Dapat dikatakan bahwa butir-butir (1) sampai dengan (4) dalam rumusan
tujuan pembelajaran matematika di atas menggambarkan kompetensi atau
kemampuan berpikir matematik (ranah kognitif), sedang butir (5)
menggambarkan ranah afektif yang harus dimiliki siswa yang belajar
matematika.
Kenyataannya dalam praktek pendidikan kita, justru tujuan kognitif inilah
yang sangat diutamakan. Kiranya mudah dimengerti kalau hasil pendidikan di

12
Indonesia sangat mungkin mencapai kecerdasan yang tinggi, tetapi tidak
menunjukkan sikap-sikap (karakter) yang diharapkan dalam pergaulan
sehari-hari.
Menurut Bishop (dalam Nyimas Aisyah, 2011), ada tiga kategori nilai dalam
pembelajaran matematika, yaitu;
a. Nilai pendidikan umum, yaitu nilai-nilai yang terkait dengan akhlak,
agama, budaya, disiplin, ekonomi, etika, moral, pribadi, sosial,
kemasyarakatan, kerohanian, manajemen, administrasi, hukum,
kesehatan, dan lingkungan.
b. Nilai matematika, yaitu nilai-nilai yang terkait dengan
rasionalisme/objektifitas, control/kemajuan, dan keterbukaan.
c. Nilai pendidikan matematika. Yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan
ketepatan, kejelasan, hipotesis, konsisten, kreatif, sistematis, bekerja
efisien, fleksibel, terbuka, persisten, dan bekerja efektif.
Nilai-nilai tersebut dapat ditumbuhkembangkan melalui pelaksanaan
proses belajar mengajar matematika dan disampaikan oleh guru melalui
interaksi guru serta siswa.
Menurut Hardi Suyitno (2011), suasana dalam kelas, aturan-aturan dan
prosedur administratif, bahasa yang digunakan guru dan siswa, serta model
pembelajaran (bersifat kolaboratif atau kompetitif) akan melahirkan nilai-
nilai. Oleh karena itu, guru harus memastikan pesanpesan atas nilai yang akan
ditanamkan kepada siswa. Nilai-nilai tersebut dinyatakan dalam proses belajar
mengajar sehari-hari dan bahan ajar matematika dapat digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai yang diarahkan kepada masalah-masalah sosial,
moral, politik, dan sebagainya.
Matematika merupakan suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-
bagian yang sangat dikenal (sederhana) menuju ke arah yang tak dikenal. Arah
yang lebih dikenal itu tersusun baik, secara bertahap menuju ke arah yang
rumit (kompleks), dari bilangan bulat ke bilangan pecahan, dari bilangan real ke
bilangan kompleks; dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral,
serta menuju ke matematika yang lebih tinggi.
Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan

13
dengan ide, proses, dan penalaran. Dengan bernalar anak bisa bisa
membedakan ini baik atau buruk, bermanfaat atau tidak. Bahkan dengan
bernalar anak bisa mengambil tindakan dari permasalahan yang ada. Dengan
demikian tahap demi tahap perkembangan karakter anak mulai terbentuk. Dan
matematika berguna untuk kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan, dan
industri. Karena itu, ia (matematika) memberikan suatu daya, alat komunikasi
yang singkat dan tidak ambigius dan alat untuk mendeskripsikan dan
memprediksi. Serta matematika adalah dasar untuk memudahkan belajar
bidang studi lain. Dengan kata lain, orang yang mahir dengan matematika akan
mudah mempelajari pelajaran lain.
Setiap orang memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis
dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berhitung,
menghitung isi dan berat, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan
menafsirkan data, menggunakan kalkulator dan komputer dan sebagainya.
Selain itu, matematika dapat membantu memahami bidang studi lain seperti
fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya.
Bagi para orang tua matematika dapat digunakan dalam berdagang dan
berbelanja, dapat berkomunikasi melalui tulisan/gambar seperti membaca
grafik dan persentase, dapat membuat catatan-catatan dengan angka, dan lain-
lain. Kalau diperhatikan pada berbagai media massa, seringkali informasi
disajikan dalam bentuk persen, tabel, bahkan dalam bentuk diagram. Dengan
demikian, agar orang dapat memperoleh informasi yang benar dari apa yang
dibacanya itu, mereka harus memiliki pengetahuan mengenai persen, cara
membaca tabel, dan juga diagram.
Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya pengetahuan semakin
berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu
memiliki manusiamanusia yang pandai teknologi. Untuk keperluan ini tentunya
mereka perlu belajar matematika sekolah terlebih dahulu, karena matematika
memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan teknologi itu
sendiri. Tanpa bantuan matematika tidak mungkin terjadi perkembangan
teknologi seperti sekarang ini, taat asas, disiplin, keseimbangan, kreatif dan
inovatif.

14
Matematika yang selama ini hanya dimaknai sebagai mata pelajaran biasa
disekolah, sebenarnya bisa jadi sarana membangun karakter siswa, selain itu
dalam pembelajaran metematika mengandung nilainilai pendidikan karakter
yakni konsistensi.
Dengan demikian, pendidikan karakter dapat merubah seseorang yang
sebelumnya menjadi beban masyarakat menjadi individu yang lebih berguna
untuk masyarakat disekitarnya. Dengan kata lain, jika kita ingin berubah suatu
negeri, ubahlah karakter manusianya terlebih dahulu. Karakter tidak dapat
dibentuk dengan cara mudah dan murah. Dengan mengalami ujian dan
penderitaan jiwa karakter dikuatkan, visi dijernihkan, dan sukses diraih.
“anda tidak akan menemukan cara biasa untuk membentuk karakter anak,
namun yang anda temukan adalah cara yang bersahabat dan mudah dicerna
oleh siapapun sehingga dapat mengaplikasikannya dengan cepat”.
Jelas bahwa matematika sekolah mempunyai peranan yang sangat penting
baik bagi siswa supaya punya bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap
serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya supaya dapat hidup layak,
untuk kemajuan negaranya, dan untuk matematika itu sendiri dalam rangka
melestarikan dan mengembangkannya

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut :

a. Pendidikan karakter adalah salah satu jawaban untuk menyeimbangkan


dampak buruk globalisasi yang telah menguras nilai-nilai menggerus nilai-
nilai tradisional yang sudah lama kita sepakati sebagai norma dan tata
susila. Sedangkan, matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada bunyi.
b. Pendidikan karakter mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai dalam
diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih
menghargai kebebasan individu. Selain itu meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
terbentuknya pendidikan karakter dan akhlak mulia yang utuh, terpadu,
dan seimbang sesuai dengan standar konpetensi lulus.
c. Nilai-nilai pendidikan karakter adalah religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan dan nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter yaitu,
naluri, adat dan kebiasaan, keturunan, dan lingkungan.
e. Kemampuan-kemampuan yang dapat diperoleh dari belajar matematika
antara lain adalah: 1)Kemampuan berhitung 2) Kemampuan mengamati
dan membayangkan bangun-bangun geometri dan sifatkeruangannya. 3)
kemampuan melakukan berbagai macam pengukuran, misalnya panjang,
luas,volume, berat, dan waktu. 4) Kemampuan mengamati, mengorganisasi,

16
mendeskripsikan, menyajikan, dan menganalisis data. 5) Kemampuan
mengamati pola atau struktur dari suatu situasi. 6) Kemampuan untuk
membedakan hal-hal yang relevan dan hal-hal yang tidak relevan pada
suatu masalah. 7) Kemampuan untuk membuat prediksi atau perkiraan
tentang sesuatu halberdasarkan data-data yang ada. 8) Kemampuan
menalar secara logis, termasuk kemampuan mendeteksi adanyakontradiksi
pada suatu penalaran. 9) Kemampuan berpikir dan bertindak secara
konsisten dan kreatif. 10) Kemampuan berpikir dan bertindak secara
mandiri (independen) berdasarkan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. 11) Kemampuan memecahkan masalah dalam
berbagai situasi.

B. Saran
a. Para pengajar, termasuk pengajar matematika, sebagai agen pembelajaran
sekaligus agen perubahan, dapat menjadi guru-guru terbaik bagi peserta
didiknya. Untuk itu, guru dituntut menjadi sumber inspirasi sekaligus
menjadi inspirator bagi mereka.
b. Nilai-nilai pendidikan karakter pada hakekatnya tidak hanya diberikan
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, namun secara tidak
langsung nilai-nilai pendidikan karakter tersebut telah tersirat dalam setiap
mata pelajaran. Sebaiknya setiap guru menyisipkan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam setiap Rencana Proses Pembelajaran dan
mengimplementasikannya dalam setiap proses pembelajaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com>mediaPDF
https://www.trigonalmedia.com/2014/11/pengertian-matematika-menurut-
para-ahli.hml?m=1
Walson. 2006. Psokologi Kepribadian. Malang: UMM.
Amka Abdul Aziz (2012). Guru Profesional Berkarakter. Banjarmasin, Cempaka
Putih.

Bishop, A.J., Stieg Melin-Olsen, and Joop van Dormole, (1991). Mtematical
Knowledge: Its Growth Though Teaching. Dodecht: Kluwer Academic
Publishers,

Departemen Pendidikan Nasional. (2003), Undang-Undang No. 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidian Nasional.

Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,


http://www.depdiknas.go.id

Lickona, T. (2010). Character Education: The Return of Character Education. Dalam:


A Set of Articles about Character Education. Yogyakarta: Character Eduaction
Program. Yogyakarta state University.

Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual,


Emosional,

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Masa Kini


Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

http://goldenmathematic.blogspot.com/2012/01/matematika-dalm-
pembentukan-karakter.html

http://pirdauslpmp.wordpress.com/2011/05/28/tantangan-dan-peluang-
pembelajaran-matematika-dalam-upaya-turut-membangun-budaya-dan-
karakter-bangsa/

http://www.academia.edu/3177937/Kontribusi_Pendidikan_Matematika-
Dalam_Pembentukan_Karakter_Siswa

http://www.scribd.com/doc/35703345/
Pembelajaran_Matematika_Untuk_Membangun_Karakter_Bangsa

18
https://id.m.wikipedia.org>wikiMatematika -Wikipedia Bahasa Indonesia,
ensiklopedia Bebas

Aqib, Zainal dan Sujak. 2001. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bndung:
Yrama Widya.

Arikunto. Suharsimi. 2002. Prosedur Peneliti, Suatu Pendidikan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Arikunto. Suharsimi. 2002. Prosedur Peneliti Suatu Pendidikan Prakter, Ed Revisi V,


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asmani, J., M., (2011), Buku Panduan Internasional Pendidikan Karakter di Sekolah,
Yogyakarta: DIVA Press.

Rahayu, Masriyah dan Endah. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta:


Departeman Pendidikan Nasional Universitas Terbuka.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika 1.


Semarang: FMIPA UNNES.

Zubaedi, (2012), Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan aplikasinya dalam


lembaga pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syah, Muhammad,. 2001, Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudrajad, Akhmad. 2010, Tentang Pendidikan Katrakter. Yogyakarta: Paramitra.

Kemendiknas, 2010b. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.


Jakarta: Kemendiknas.

19

Anda mungkin juga menyukai