Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

Nama : Rosmawan Sibarani

NIM : 856057923

Prodi : 122/PG PAUD S1 (AKPMM)

Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas

UPBJJ : 12/Medan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

2023.2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah-Nya, yang

menolong dan menuntun penulis untuk menyelesaikan makalah mengenai

": GEOMETRi”

Makalah ini merupakan tugas dalam mata kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah

yang bertujuan untuk memberikan pendekatan belajar dengan pemanfaatan bentuk-bentuk


geometri dalam pembelajaran dan meriview kembali, agar mahasiswa lebih mudah memahami

materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa untuk dapat

mengaitkan suatu materi pembelajaran pada kehidupan sehari-hari.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua individu dan pihak yang

telah memberikan bantuan, fasilitas, masukan, dan dukungan dalam penulisan

makalah ini, sehingga penulis berhasil menyelesaikannya sesuai dengan waktunya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda.

Kendati penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini,

penulis sadar bahwa kemungkinan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pembaca.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang

bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Medan 11 November 2023

Rosmawan Sibarani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 1
3. Tujuan................................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Korespondensi satu-satu.......................................................................................................... 3
2. Ruang Dan Bentuk Geometri................................................................................................... 4
3. Pengukuran..................................................................................................................................... 5
4. Pola..................................................................................................................................................... 6
5. Klasifikasi......................................................................................................................................... 11
6. Perbandingan................................................................................................................................. 13

BAB III PEMBAHASAN MEDIA

1. Media Korespondensi Satu-satu........................................................................................... 17


2. Media Ruang dan Bentuk Geometri.................................................................................... 17
3. Media Pengukuran...................................................................................................................... 18
4. Media Pola...................................................................................................................................... 18
5. Media Klasifikasi.......................................................................................................................... 19
6. Media Perbandingan.................................................................................................................. 19

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan..................................................................................................................................... 20
2. Saran.................................................................................................................................................. 21

DARTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mengingat begitu pentingnya pembelajaran matematika dalam kehidupan, maka sebaiknya


pembelajaran matematika dikenalkan pada anak sedini mungkin. Seperti yang dikemukakan
oleh Lorton dalam Wargo (2004 : 19 ) bahwa pemahaman konsep matematika pada anak
penting dilakukan sedini mungkin sebagai bekal bagi anak dalam memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya. Adapun menurut Roshita (2006: 1) pengenalan konsep matematika sejak batita
diyakini akan membantu memperkuat intelektualitas anak di bangku sekolah

Mengacu pada teori piaget yang menjelaskan bahwa tahap awal anak belajar adalah
melalui hal-hal konkrit, maka dari itu untuk memahami konsep matematika yang
bersifatabstrak, anak memerlukan benda-benda konkrit atau riil sebagai visualisasinya.
Kemampuan matematika anak tersebut meliputi, kemampuan; mengenal angka, geometri,
pengukuran, analisis dan probability (NCTM, Kellough 1996). Ditegaskan pula oleh Takdirotun
(2005) bahwa, mengenalkan matematika sejak usia dini memberi pengaruh yang sangat besar
terhadap berbagai kemampuan matematika anak yaitu, kemampuan mengolah angka dan
kemahiran menggunakan logika.

Kognitif merupakan salah satu aspek yang dapat diasah pada anak usia dini kemampuan
kognitif atau daya nalar. Kognitif adalah suatu proses berpikir individu yaitu kemampuan
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang
dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Susanto, 2012 :
47)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Korespondensi satu satu?


2. Apa itu Bangun Ruang Geometri?
3. Apa itu Pengukuran?
4. Apa itu Pola?
5. Apa itu Klasifikasi?
6. Apa itu Perbandingan?
C. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Ujian Tengah
Semester Mata Kuliah Matematika Anak Usia Dini dan untuk menambah wawasan bagi
pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

1. KORESPONDENSI SATU-SATU

Matematika permulaan(korespondensi satu ke satu) merupakan kemampuan yang dapat


dikuasai oleh seorang anak dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini berkenaan dengan pola-pola, urutan, pengklasifikasian, ukuran,
konsep bilangan, korespondensi satu-satu, konsep bentuk geometri, melakukan estimasi serta
pengolahan data sederhana dengan memanipulasi dan menggunakan media-media kongkrit
sebelum mengoperasikan simbol-simbol abstrak, serta melakukan interaksi melalui bermain.

Kementerian Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini


menyatakan bahwa pengetahuan yang perlu dimiliki anak berkaitan dengan materi matematika
dalam konsep bilangan adalah menghitung atau disebut juga membilang dan
hubungan/korespondensi satu ke satu. Konsep Bilangan adalah dasar matematika. Anak-anak
dikatakan memiliki konsep bilangan apabila mereka mengerti makna sebuah bilangan.
Misalnya, “tiga” dapat dijelaskan oleh anak dengan angka “3”, huruf “[tiga]” dan “tiga benda”.

Matematika permulaan(korespondensi satu ke satu) merupakan kemampuan yang dapat


dikuasai oleh seorang anak dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini berkenaan dengan pola-pola, urutan, pengklasifikasian, ukuran,
konsep bilangan, korespondensi satu-satu, konsep bentuk geometri, melakukan estimasi serta
pengolahan data sederhana dengan memanipulasi dan menggunakan media-media kongkrit
sebelum mengoperasikan simbol-simbol abstrak, serta melakukan interaksi melalui bermain.

Kemampuan klasifikasi dimaksudkan agar anak dapat mengelompokkan benda-benda di


sekitar mereka berdasarkan jenis, fungsi, warna, ataupun bentuknya, seperti anak bermain
mengelompokkan benda-benda berwarna merah dan kuning yang ada dalam
kelas.Korespondensi merupakan suatu kemampuan di mana anak dapat menghubungkan
bendabenda sesuai dengan pasangannya.Kegiatan ini dapat dicontohkan dengan aktivitas
bermain anak saat memasangkan sepatu dengan kaus kaki, sendok dengan piring, ataupun
kursi dengan meja.Mengurutkan pola adalah kemampuan anak mengenal dan mengikuti pola-
pola yang ada di 4 dekatnya secara berurutan.Ketika ada sebuah urutan pola pensil, crayon, dan
kertas, maka setelah kertas anak dapat mengurutkan kembali dengan meletakkan pensil,
crayon dan kertas setelahnya.

Hubungan/korespondensi satu ke satu maksudnya satu dengan satu benda, misalnya satu
anak mendapatkan satu roti. Atau satu angka dengan satu set benda, misalnya satu anak
mendapatkan satu piring, satu sendok, satu garpu, dan satu gelas. Gelman dan Meck (dalam
Smith, 2010: 10), menyatakan bahwa korespondensi satu-satu berarti bahwa ketika
menghitung, setiap objek memiliki satu kata nomor unik. Prinsip stabil berarti bahwa kata-kata
jumlah tersebut harus tetap dalam konteks yang sama setiap dihitung. Prinsip kardinalitas yaitu
mengacu pada nomor terakhir yang dihitung untuk mewakili jumlah total objek dalam satu
kelompok. Prinsip ketidakrelevan bahwa berhitung dapat dilakukan dalam urutan apapun
asalkan semua benda dihitung. Selanjutnya prinsip abstarksi berarti ketika menghitung, semua
keempat prinsip sebelumnya harus diterapkan.

Korespondensi satu-satu dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi atau fungsi yang
memasangkan setiap anggota A pada tepat satu anggota B dan (sebaliknya) memasangkan
setiap anngota B pada tepat setiap anggota A. Dua buah himpunan A dan B disebut
berkorespondensi satu-satu jika setiap anggota A berpasangan dengan tepat satu anggota B
dan setiap anggota B berpasangan dengan tepat satu anggota A. Pada korespondensi satu-satu,
jumlah anggota himpunan A dan B haruslah sama.

2. BANGUN RUANG DAN GEOMETRI

Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, garis, bidang, dan
ruang. Ruang adalah himpunan titiktitik yang dapat membentuk bangunbangun geometri. Garis
adalah himpunan bagian dari ruang yang merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat
khusus. Bidang adalah himpunan-himpunan titik-titik yang terletak pada permukaan datar.
(Negoro, 2003:18). Geometri sebagai salah satu sistem matematika, di dalamnya memiliki
banyak konsep pangkal, mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi, antara lain: titik,
garis, kurva, ataupun bidang. Juga terdapat relasi-relasi pangkal yang tidak didefinisikan,
misalnya: ‘melalui’, ‘terletak pada’, ‘memotong’, dan ‘antara’. (Adjie dan Maulana, 2006 : 310).
Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran geometri di Taman
KanakKanak dimungkinkan untuk diajarkan walaupun harus dengan cara yang lebih kreatif dan
realistik. Geometri dianggap mempunyai banyak aplikasi dalam matematika dan kehidupan 5
nyata, yang juga banyak mengandung unsur problem solving-nya. Tahap pertama anak belajar
geometri adalah topologi. Mereka belum mengenal jarak, kelurusan, dan lainnya. Karena itu
mulai belajar geometri supaya mulai dengan luruslurus, lengkungan, lengkunganlengkungan
tertutup, lengkunganlengkungan terbuka, daerah dalam lengkungan, lengkungan sederhana
dan lainnya. Pembelajaran pengenalan geometri anak diajarkan untuk mengenal beberapa
bentuk seperti lingkaran, bujur sangkar, segitiga, segi lima, belah ketupat dan trapesium,
merupakan awal dari pengenalan bentuk geometri pada saat anak menerapkan kegiatan
pembelajaran mengelompokkan benda. Kegiatan mengenal bentuk geometri dapat dilakukan
dengan mengamati lingkungan sekitar dan mencari bentuk-bentuk yang akan diperkenalkan
pada saat belajar mengenal bentuk dan diperkenalkanlah pada anak bentuk bujur sangkar,
segitiga, lingkaran dan aneka bentuk lainnya, kemudian beri kesempatan anak untuk belajar
mengamati bentuk geometri melalui kegiatan mengelompokkan benda berdasarkan bentuk
geometri yang sama.

Dalam usaha untuk mencapai suatu pemahaman yang benar, maka guru membutuhkan
media dalam pembelajaran matematika khususnya pembelajaran geometri tentang pengenalan
bentuk geometri. Menurut Beaty (1990 : 206) mengungkapkan bahwa konsep bentuk geometri
merupakan modal awal yang penting untuk dipelajari anak.Salah satu kemampuan dalam
perkembangan kognitif anak yaitu anak harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometri
seperti lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang dan segitiga.Adapun menurutseorang ahli
matematika dari Inggris, David George Kendall mendefinisikan "bentuk" sebagai berikut.Bentuk
adalah seluruh informasi geometris yang akan tidak berubah ketika parameter lokasi, skala, dan
rotasinya dirubah. Sedangkan definisi geometri merupakan suatu dasar pemikiran akan bentuk,
mulai dari bentuk yang ada pada alam hingga bentuk yang merupakan suatu arsitektur
(Wikipedia,2011: 1).

3. PENGUKURAN

Pengukuran menurut Suharmanto (2010) pengukuran merupakan "suatu proses atau


kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik". Pengukuran lebih
bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Sedangkan
dalam Gunawan (2012) bahwasannya "pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu
besaran 6 yang diukur denganalat ukur sebagai satuan". Misalnya dalam kegiatan mengukur
meja menggunakan pensil. Satuan dalam pengukuran terbagi menjadi dua yaitu satuan baku
dan satuan tidak baku. Dalam Budiyono (2010) pengertian dari satuan tidak baku adalah satuan
yang tidak ditetapkan sebagai satuan pengukuransecara umum atau secara ilmiah, karena
pengukuran ini tidak dapat dinyatakan dengan jelas atau tidak dapat digunakan untuk
memeriksaketepatan suatu instrumen, dimana mengukurannya menggunakan satuan tidak
baku atau tidak standar. Contohnya : (a) Digit adalah pengukuran yang disesuaikan dengan
lebar sebuah jari, (b) Jengkal adalah pengukuran yang disesuaikan dengan jarak palingpanjang
antara ujung jempol tangan dengan ujung kelingking tangan, (c) Hasta adalah pengukuran yang
disesuaikan ukuran sepanjang lenganbawah dari siku sampai ke ujung jari tengah, (d) Depa
adalah pengukuran yang disesuaikan dengan ukuran sepanjangkedua belah tangan dari ujung
jari tengah kanan sampai ke ujungjaritengah kiri dan (e) Kaki adalah pengukuran yang
disesuaikan ukuran panjang sebuah kaki.
Menurut Sriningsih (2009.65) "pengalaman mengukur bagi anak usia dini didasarkan pada
konservasi panjang dan luas". Kegiatan pengukuran sederhana yang dapat dilakukan anak
diantaranya mengukur tinggi dan berat badannya sendiri, menggunakan berbagai wadah pada
saat bermain pasir dan air untuk memantapkan pemahaman banyak dan sedikit, mengukur
dengan menggunakan alat-alat non standar seperti mengukur tinggi badan menggunakan tali,
mengukur panjang dengan jengkal, langkah dan sebagainya. Copley (2001: 126)
mengatakan"bahwa anak-anak memiliki konsep yang berkaitan dengan mengukur dan
membandingkan hal-hal, maka sikap guru harus memberikan berbagai pengalaman dan
berkomunikasi untuk membantu anak-anak dalam mengeksplorasi dan membayangkan
perbandingan dalam pengukuran"

4. POLA

Metematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan, sebab dalam matematika sering
dicari keseragaman seperti keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep – konsep
tertentu atau model – model yang merupakan representasinya, sehingga dapat dibuat
generalisasinya untuk selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif. Jamaris (2014:
184) berpendapat bahwa pola merupakan susunan dari objek, bentuk, dan bilangan. Pendapat
tersebut lebih jelas lagi dikemukakan oleh Kennedy dan Tipps (2003: 38) yang mengemukakan
bahwa 7 “A pattern is a repeated sequence of objects, events, or ideas, thus patterning is the
activity of placing item in a repeated sequence”. Oleh karena itu, pola bukan hanya aktivitas
menyusun suatu objek tetapi lebih pada mengurutkan objek dalam urutan yang berulang.
Kennedy dan Tipps (2003: 39) menjelaskan lebih lanjut bahwa “Simple patterning activities
encaurage children to find, create extend pattern. Simple patterns having only two elements
that are repeated can be demonstrated in many ways. A pattern of two elements can also be
shown with action sound, and symbols”. Pendapat Kennedy dan Tipps tersebut menjelaskan
bahwa membuat pola sederhana dapat mendorong anak-anak untuk menemukan dan
menciptakan pola yang lebih panjang. Pola sederhana dapat dibentuk dari dua elemen yang
berulang yang ditunjukkan dengan tindakan, suara, dan simbol. Pendapat lain dikemukakan
oleh Smith dan Price (2012: 83) yang menyatakan bahwa “Pattern can described as a systematic
arrangement of numbers or shapes which follows a given rule”. Dalam pendapat Smith dan
Price tersebut dijelaskan bahwa pola dapat dibuat seperti sebuah urutan yang teratur dari
angka dan bentuk dengan mengacu pada aturan tertentu. Liljedahl dalam bukunya Papic (2007:
8) berpendapat juga mengenai mengurutkan pola bahwa the pattern has a cyclic structure that
can be generated by the repeated application of a smaller portion of pattern. Pendapat Liljedahl
di atas menjelaskan bahwa mengurutkan pola diartikan sebagai aplikasi berulang dari sebagian
kecil pola atau pola yang berulang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan mengurutkan pola adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk menyusun
objek, bentuk, bilangan, tindakan, suara maupun simbol yang dilakukan secara berulang dengan
mengacu pada aturan tertentu dan minimal menggunakan dua elemen yang diulang.

Jenis-jenis pola

Ada berbagai macam pola yang terdapat di sekitar anak. Mulai dari pola yang ada pada
mainan anak, pola pada pakaian yang dikenakan anak, dan pola pada barang – barang di sekitar
anak. Smith dan Price (2012: 83) mengungkapkan “Recognising that a sequence of objects
makes a pattern, explaining why, being able to copy, extend and create a new pattern are early
steps towards an understanding of spatial pattern and number patterns, and anappreciation of
the power of algebra”. Pernyataan di atas menyatakan bahwa kemampuan anak dalam
mengenal pola adalah langkah awal anak dalam memahami konsep spasial, bilangan, dan
klasifikasi. Pola - pola terbentuk berdasarkan jenis atau kriteria tertentu. Menurut Smith dan
Price (2012: 83) mengungkapkan bahwa pola ada tiga jenis, yaitu Repeating pattern, Growing
pattern, and symmetrical pattern. Adapun penjelasan dari masing-masing pola tersebut yaitu:
1) Pola Berulang (Repeating Pattern) Pola berulang adalah pola yang diulang-ulang dengan
urutan yang sama. Pengulangan terjadi dalam garis lurus (linear), melingkar atau dalam bentuk
diagonal. Misalnya, pola geometri segiempat – segitiga – lingkaran – segiempat – segitiga -
lingkaran dan seterusnya. Menurut Warren dan Miller (2010: 595), “Thus exploring repeating
patterns can be seen as the precursor to the development of key understandings that are
important to the development of mathematical thinking”. Pernyataan tersebut menandakan
bahwa, menyelidiki pola berulang dapat diartikan sebagai pendahulu untuk mengembangkan
kunci pemahaman yang penting untuk perkembangan matematika. 2) Pola Berkembang
(Growing Pattern) Pola tumbuh adalah pola yang diurutkan berdasarkan bentuk atau angka
yang mengalami kenaikan atau penurunan. Contoh pola tumbuh adalah anak mengurutkan
balok yang pendek ke balok yang lebih tinggi, dari jumlahnya yang sedikit menjadi banyak. 3)
Pola Simetris (Symmetrical Pattern) Pola simetris adalah hasil dari pencerminan dan rotasi dari
suatu benda atau bentuk. Pola simetris dapat dijumpai di alam seperti daun, sayap kupu-kupu.
Dapat juga ditemui pada pola buatan manusia seperti ubin. Pola simetris tidak hanya berupa
bentuk namun juga warna, misal merah – kuning – kuning - merah (ABBA). Warren dan Miller
(2010: 594) mengemukakan dalam penelitiannya “Patterning activities that children commonly
experience in the early years involve repeating patterns and growing patterns”. Kegiatan terkait
kemampuan mengurutkan pola yang sering anak usia dini lakukan adalah melibatkan pola
berulang dan pola berkembang. Anak-anak mengeksplorasi pengulangan sederhana
menggunakan bentuk, warna, gerakan, rasa, dan suara. Biasanya anak diminta untuk menyalin
dan melanjutkan pola dan menemukan unsurunsur yang hilang dalam suatu pola. Berdasarkan
pada pendapat ahli di atas, pada pola-pola tersebut mempunyai beberapa jenis pola yaitu pola
berulang, pola yang berkembang dan pola simetris. Dalam beberapa jenis pola tersebut dapat
diajarkan pada anak usia dini melalui kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak. Jenis
pola yang sering diajarkan pada anak usia dini adala pola berulang dan pola tumbuh. Pada
penelitian ini, pola yang digunakan adalah pola berulang, pola tumbuh/ berkembang dan pola
simetris. Masing – masing kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mengurutkan pola bentuk geometri menggunakan ketiga pola tersebut. Pola berulang misalnya
lingkaran – segitiga – segiempat – segilima - lingkaran – segitiga – segiempat – segilima. Pola
berkembang/ tumbuh yang mengalami 9 kenaikan misalnya mengurutkan segitiga dari yang
paling kecil ke segitiga yang paling besar sedangkan pola berkembang/ tumbuh yang mengalami
penurunan misalnya mengurutkan lingkaran dari yang paling besar ke lingkaran yang paling
kecil. Pola simetris misalnya segiempat – segilima – segilima – segiempat – segiempat –
segilima.

Manfaat mengurutkan pola

Kemampuan untuk mengenal pola akan membantu anak – anak mengembangkan


keterampilan yang bisa dipakai dalam menyortir, menggolongkan, mengidentifikasi bentuk –
bentuk, dan membuat grafik (Seefeldt dan Wasik, 2008: 388). Jamaris (2014: 84) berpendapat
bahwa “Pemahaman terhadap pola membantu anak dalam memahami hubungan – hubungan
yang ada di antara objek, bentuk, dan bilangan yang telah dikombinasikan ke dalam pola – pola
tertentu. Pemahaman terhadap pola dapat berfungsi sebagai kemampuan dasar dalam bidang
matematika, sains, dan aksara. Menurut Smith dan Price (2012: 91) menyatakan pendapatnya
mengenai mandapat dari mengurutkan pola, yaitu : Many activities through which children
explore concepts of pattern lend them selves to more than one aspect of pattern. The children’s
own explorations of sequence and pattern will take them into art, music and movement
experiences as well as more mathematical ones shape and number patterns. The concepts
associated with order, sequence and pattern the valid in all these areas. Pendapat tersebut
menyatakan bahwa konsep pola dapat dipelajari oleh anak – anak melalui kegiatan
mengeksplorasi. Kegiatan eksplorasi tersebut akan membawa anak untuk belajar mengenai seni
yang teratur, musik yang ritmis dan pengalaman gerakan yang dinamis, serta anak dapat belajar
matematis mengenai pola bentuk dan pola bilangan. Mereka juga belajar untuk menggunakan
bahasa matematika pola, seperti sama, tidak sama, sebelumnya, maupun selanjutnya. Selain
itu, konsep pola yang berkaitan dengan keteraturan urutan dapat mengajarkan anak untuk
bersikap teratur dalam semua bidang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai
manfaat mengurutkan pola, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar mengurutkan pola dapat
meningkatkan kemampuan dasar matematika dalam keterampilan mengidentifikasi,
menggolongkan, memahami hubungan antar objek, mengembangkan keteraturan urutan pola
yang dinamis serta mengajarkan kepada anak untuk bersikap teratur dalam semua bidang.

Perkembangan Mengurutkan Pola pada Anak Usia Dini


Perkembangan kemampuan mengurutkan pola telah berkembang dalam diri seseorang
sejak seseorang masih bayi. Kemampuan mengurutkan pola merupakan kemampuan bawaan
yang ada dalam diri anak. Pendapat ini didukung oleh Sarama dan Clement yang menyatakan
bahwa “more recent research concludes that recognition of pattern is innate in young children”
(Smith dan Price, 2012: 85). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penelitian terbaru
mengenai pola juga menyimpulkan bahwa pola merupakan kemampuan bawaan yang ada pada
diri seorang anak yang sudah ada semenjak seseorang masih bayi dan berkembang sejak anak
berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan mengurutkan pola dijelaskan oleh Smith
dan Price (2012: 86) sebagai berikut : 1) Bayi Bayi merupakan tahap paling awal mengenal pola
dalam hidup mereka. Pada awalnya, mereka mengamati dua objek yang terpisah satu sama
lain. Seperti anak tangga dari ranjang mereka, atau penataan furnitur di kamar tidur mereka.
Mereka akan mengenali pola di kain maupun wallpaper kamar mereka, selain itu pola suara
salam sajak, lagu, dan musik yang akrab terdengar oleh telinga mereka. Mereka juga akan
mengenali gerakan – gerakan kebiasaan, seperti pintu yang terbuka diikuti oleh ibu mereka
yang memasuki ruangan, dan kemudian diberi makan. 2) Usia 2 – 3 Tahun Pada usia ini anak
akan mengenali dan menggunakan simetri reflektif, misalnya dalam membangun sebuah
konstruksi dengan balok, mereka mungkin menempatkan satu menara di setiap sisi benteng,
tetapi tidak dapat membalik urutan yang lebih kompleks dari objek, seperti membalikkan
merah, biru, hijau, kuning ke kuning, hijau, biru, merah. Pada usia ini, anak dapat digambarkan
sebagai pra pembuat pola, yaitu anak mulai mendeteksi dan menggunakan pola permainan
mereka secara naluriah dalam kehidupan sehari – hari tetapi tidak memiliki kesadaran untuk
menghasilkan pola secara sadar. 3) Usia 3 – 5 Tahun Pada usia tiga sampai lima tahun, anak –
anak dapat mengenali dan mungkin mulai berbicara tentang pola sederhana. Mereka mulai
membuat pola ketika bermain, tetapi tidak sering menggambarkan apa yang mereka lakukan.
Mereka bereksperimen dengan unsur – unsur dasar dari pola termasuk warna, posisi, dan
bentuk yang dikombinasi dalam memproduksi dan pengulangan. Mereka bereksperimen
dengan menggunakan papan pasak, mereka memulai dengan menggunakan pusat, sudut dan
titik tengah untuk membuat pola simetris. Pada saat yang sama, penguasaan organisasi warna
berkembang sehingga mereka dapat membuat pola sederhana, seperti : a) Membuat rantai
dengan memperhatikan kelompok warna, tetapi dengan jumlah yang masih acak misalnya 3
manik – manik hijau, 5 merah, 4 kuning. b) Membuat rantai 11 dengan kelompok yang sama 3
hijau, 3 merah, 3 kuning. c) Membuat alternatif dua atau lebih warna tetapi dengan jumlah
yang berbeda misalnya 3 merah, 5 kuning, 2 merah, 6 kuning. d) Membuat pola dengan warna
bergantian dan kelompok serupa ukuran misalnya 3 merah, 3 kuning, 3 merah, 3 kuning.
Mereka membuat berbagai macam pola dengan menggunakan benda – benda di sekitar
mereka yaitu manik – manik, papan pasak, ubin, bentuk, dll. Anak – anak terdorong untuk
mendiskusikan kreasi mereka bersama – sama dalam membuat pola. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengurutkan pola pada anak usia ini berkembang
sesuai dengan usia dan tahap kematangan anak. Kemampuan mengurutkan pola berkembang
sejak bayi melalui interaksi dengan lingkungan dan berkembang melalui tahapan – tahapan
yang kemudian akan menjadi suatu kebiasaan sehngga mereka akan mulai memahami pola.
Kemampuan mengurutkan pola sederhana berkembangan dengan baik ketika anak memasuki
usia 5 tahun. Pada usia tersebut, anak mulai dapat membuat pola – pola sederhana dengan
benda – benda yang ada di lingkungannya.

Klasifikasi (Classification)

Klasifikasi adalah kegiatan meletakkan benda-benda ke dalam sebuah kelompok/kelompok


dengan cara memilah (sorting) benda-benda yang memiliki satu atau lebih ciri yang sama atau
menyerupai. Memilah adalah kegiatan yang dilakukan anak pada saat melakukan
pengelompokkan. Memilah melibatkan pemecahan set (perangkat) ke dalam set-set baru yang
cocok dengan anak (penggabungan dan pengelompokkan). Metode klasifikasi / pemilahan
konvensional adalah dengan membagi set umum ke dalam 2 kelompok – pertama : semua
anggota benda yang digolongkan ke dalam properties yang dipilih – kedua : semua anggota
benda yang tidak tergolong property yang dipilih. Ketrampilan memasangkan adalah awal dari
pemilahan. Memilah bukan hanya hubungan 1 – 1 , tetapi melibatkan beberapa benda ke
dalam 1 kelompok. Misalnya ; ( Pekerjaan : pemadam kebakaran ), ( Benda terkait : helm,
selang, mobil pemadam kebakaran, jas, tabung, dan lain-lain). Memilah adalah ketrampilan
dasar dari pola (patterning), grafik (graphing), bangun (geometry) dan pengukuran
(measurement). Bendabenda bisa dipilah atau dikelompokkan bersama berdasarkan pada
atribut – atribut berikut :

a). Warna

b). Bentuk

c). Ukuran (besar/kecil, tebal/tipis, dsb) 12

d). Bahan (kayu, plastic, kertas, dsb)

e). Tekstur (halus/kasar, dsb)

f). Pola (bergaris, bulat-bulat, dsb)

g). Fungsi (alat tulis, pertukangan, dsb)

h). Asosiasi (memasangkan tongkat/lilin, susu/gelas, dsb)

i). Kelompok kelas (mamalia, buah-buahan, dsb)

Contoh pemilahan sehari-hari :


a). Memanggil nama seseorang

b). Mengambil mangkok dari lemari

c). Mengambil uang logam dari dompet

d). Memberikan seseorang obeng

Ketrampilan klasifikasi :

a). Mengamati persamaan dan perbedaan

b). Membuat order (urutan) dan hubungan pada benda-benda /peristiwa-peristiwa yang tidak
berkaitan.

c). Berpikir analitis

d). Berpikir kreatif

e). Mengekspresikan pikiran 10).

Strategi pembelajaran dan kegiatan memilah :

a). Ambil properti yang dapat diamati

b). Perlu memandu anak dalam mendeskripsikan properti ketika awal kegiatan memilah
diperkenalkan.

Kegiatan bermain klasifikasi :

Keterampilan mencocokkan merupakan ketrampilan awal yang diperlukan agar anak dapat
memilah sesuatu yang lebih dari hubungan 1-1 karena banyak yang diklasifikaiskan menjadi 1
kelompok. Ketika anak diperkenalkan dengan kancing beraneka bentuk, warna, dan 13 corak,
anak tahu bagaimana memilah benda yang beragam. Anak perlu belajar memilah dari benda
yang sederhana kemudian ke kompleks. Anak yang bisa melakukan pemilahan dengan baik
akan lebih mudah dalam berpikir. Dalam memilah dibutuhkan ketrampilan berfikir dan analisis
serta fleksibilitas dalam berpikir.Ketika anak menghadapi masalah maka ia akan memiliki
kelenturan/fleksibel sehingga lebih mudah menghadapi segala sesuatu.

a). Level Pemilahan


(1) Usia 3-4 tahun

Level 1 : pemilahan sederhana ke dalam 2 kelompok atau lebih.

• Warna

• Bentuk

• Ukuran

• Tipe/jenis

Level 2 : pemilahan berdasarkan pemberian label pada 2 kelompok atau lebih.

• Besar/kecil

• Kasar/halus

• Keras/lunak

• Tinggi/rendah

Level 3 : pemilahan benda-benda yang tidak menjadi milik satu kelompok.

(2) Usia 4-6 tahun

Level 1 : memilah benda-benda lebih dari 2 kelompok

• Memilah melalui atribut fisik

• Memilah berdasarkan pengetahuan misalnya nama kelompok, bahan-bahan, asosiasi, fungsi,


dsb.

Level 2 : memilah ke dalam 2 kelompok menggunakan kategori yang berbeda.

Level 3 : memilah set yang tumpang tindih dan membuat matrik.

Perbandingan

1. definisi perbandingan

Perbandingan adalah aksi mental membedakan dan menyamakan satu obyek dengan
obyek lain. Untuk membandingkan berarti harus menemukan hubungan antara 2 benda atau 2
14 kelompok, bagaimana mereka sama atau berbeda. Dari sudut pandang perbandingan, kata
“besar” dan “kecil” adalah kata-kata yang mempunyai makna relatif. Perbandingan adalah alat
dasar berpikir dan mengerjakan matematika. Pemahaman tentang bilangan sangat berkaitan
dengan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan meletakkan sesuatu secara berurutan.
Ketika anak membandingkan 2 benda, mereka membandingkan ciri-ciri yang berbeda dari
benda itu. Misalnya : besar vs kecil, tebal vs tipis, dsb. Karena itu, membandingkan 2 benda
sesungguhnya membuat pengukuran informal. Membandingkan 2 kelompok benda melibatkan
pengertian lebih banyak atau lebih sedikit. Misalnya : lebih banyak teddy bear merah daripada
teddy bear biru.
BAB III

PEMBAHASAN MEDIA

A. Media Korespondensi satu-satu

Tema : diriku

Sub tema :anggota tubuh

Permainan : jepit angka

Bahan : kerdus, kertas karton/asturo, ranting kayu, jepitan, benang

Alat : lem, gunting, pensil, penghapus,penggaris

Cara Bermain :

Anak berbaris, mengambil gambar yang ada angka dan menjepit sesuai angka yang
tertera pada gambar, dan setelah di jepit anak sambil berhitung. Setiap anak punya 3 kali
kesempatan main dan setelah itu bergantian

B. Media Ruang Dan Bentuk Geometri

Tema : diriku

Sub tema :anggota tubuh

Permainan : puzzle geometri

Bahan : kertas origami, sterofom, kerdus, kertas karton.

Alat : pengsil, penggaris, lem,gunting,kater

Cara Bermain :

Anak membuat kelompok setiap kelompok 6 orang.

1. Anak mengambil 1 bentuk geometri lingkaran/persegi/persegi panjang dari box


geometri.

2. Setelah mengambil bentuk geometri Anak berlari menuju papan puzzle geometri angota
tubuh dengan menyamakan bentuk dan warna

3. Lalu anak balik lagi berbaris di belakang temannya.


C. Media Pengukuran

Tema : Diriku

Sub Tema : Identitasku

Permainan : Mengukur tinggi badan memakai gambar anak perempuan dan laki laki

Bahan : Benang Bangunan dan Gambar perempuan dan laki laki

Alat : Lem, Double Tip

Cara bermain :

Sebelum kepermainan guru melakukan pembagian kelompok terlebih dahulu, terbagi


menjadi 2 kelompok diantaranya Kelompok Perempuan dan Kelompok Laki-Laki. Setelah
dibagi kelompok, salah satu diantara kelompok mereka ada yang bertugas berbaring untuk
melakukan pengukuran tinggi badannya. setelah itu masing - masing kelompok mengambil
alat dan bahan nya untuk melakukan pengukuran. Pengukurannya itu menggunakan
benang bangunan, jadi benang nya disejajarkan sesuai tinggi badan si anak tersebut lalu
setelah itu tempelkan gambar perempuan (bagi yang kelompok perempuan) / laki-laki (bagi
yang kelompok laki-laki) menggunakan lem atau double tip.

Setelah itu anak anak bisa menghitung gambar yang ada di pengukuran tinggi badan
pada anak yang menggunakan benang

D. Media Pola

Tema : diriku

Sub tema : angota keluarga

Permainan : mengurutkan pola angota keluarga

Bahan : kerdus, kertas sampul mengkilat , gambar angita keluarga

Alat : lem, gunting, pengaris

Cara bermain :

Anak" mencari gambar sesuai urutan pola a, b, c , lalu di trmpelkan ke papan urutan po la
E. Media Klasifikasi

Tema : diriku

Sub tema :pakaian

Permainan : mencocokkan gambar baju dan celana

Bahan : kerdus, kertas karton/asturo, perekat, stick es cream, mata"an

Alat : lem, gunting, pensil, penghapus, penggaris

Cara bermain :

Anak berbaris, mengambil baju dan celana yang sama warnanya dan yg sama ukuran baju
dan celana yg sudah ada di tempel di stik es cream, stelah anak" mangambil baju dan
celana anak" di suruh mencocokkan baju dan celana nya, sebelum anak" mencocokkan
baju nya anak" diminta untuk nyebutin warna dan ukuran baju dan celana nya terlebih
dahulu.

F. Media Perbandingan

Tema : diriku

Sub tema :gender

Permainan : mewarnai dan mengukur tinggi dan pendek

Bahan : kerdus, kertas karton, mata"an,

Alat : lem, gunting, pensil, penghapus,penggaris, crayon

Cara bermain :

Anak" mewarnai pakaian,rambut dan wajah sesuai arahan ibu guru, habis itu mengenal
perbandingan tinggi dan rendah menggunakan gambar.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Matematika permulaan(korespondensi satu ke satu) merupakan kemampuan yang dapat


dikuasai oleh seorang anak dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini berkenaan dengan pola-pola, urutan, pengklasifikasian, ukuran,
konsep bilangan, korespondensi satu-satu, konsep bentuk geometri, melakukan estimasi serta
pengolahan data sederhana dengan memanipulasi dan menggunakan media-media kongkrit
sebelum mengoperasikan simbol-simbol abstrak.

Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, garis, bidang, dan
ruang. Ruang adalah himpunan titiktitik yang dapat membentuk bangunbangun geometri. Garis
adalah himpunan bagian dari ruang yang merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat
khusus.

Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur denganalat


ukur sebagai satuan. Kegiatan pengukuran sederhana yang dapat dilakukan anak diantaranya
mengukur tinggi dan berat badannya sendiri, menggunakan berbagai wadah pada saat bermain
pasir dan air untuk memantapkan pemahaman banyak dan sedikit, mengukur dengan
menggunakan alat-alat non standar seperti mengukur tinggi badan menggunakan tali,
mengukur panjang dengan jengkal, langkah dan sebagainya.

Pola adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk menyusun objek, bentuk, bilangan,
tindakan, suara maupun simbol yang dilakukan secara berulang dengan mengacu pada aturan
tertentu dan minimal menggunakan dua elemen yang diulang. Ada berbagai macam pola yang
terdapat di sekitar anak. Mulai dari pola yang ada pada mainan anak, pola pada pakaian yang
dikenakan anak, dan pola pada barang – barang di sekitar anak.

Klasifikasi adalah kegiatan meletakkan benda-benda ke dalam sebuah kelompok/kelompok


dengan cara memilah (sorting) benda-benda yang memiliki satu atau lebih ciri yang sama atau
menyerupai. Memilah adalah kegiatan yang dilakukan anak pada saat melakukan
pengelompokkan. Memilah melibatkan pemecahan set (perangkat) ke dalam set-set baru yang
cocok dengan anak (penggabungan dan pengelompokkan).

Perbandingan adalah aksi mental membedakan dan menyamakan satu obyek dengan
obyek lain. Untuk membandingkan berarti harus menemukan hubungan antara 2 benda atau 2
kelompok, bagaimana mereka sama atau berbeda. Dari sudut pandang perbandingan, kata
“besar” dan “kecil” adalah kata-kata yang mempunyai makna relatif. Perbandingan adalah alat
dasar berpikir dan mengerjakan matematika. Pemahaman tentang bilangan sangat berkaitan
dengan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan meletakkan sesuatu secara berurutan.
Ketika anak membandingkan 2 benda, mereka membandingkan ciri-ciri yang berbeda dari
benda itu.

B. SARAN

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat memotivasi kami dalam membuat makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Yahya Corbudin, 2008, Belajar Matematika bagi Anak, Jakarta: BPK.


Sri Handayani , Sumarno, Yuli Haryati, 2017, Upaya Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Dalam Memperkenalkan Konsep Pengukuran Anak Usia Dini Melalui
Metode Bermain Peran, Universitas Muhammadiyah Semarang : JKPM VOLUME 4
NOMOR 1 APRIL Nur Asiah Rachmat dan Tati Sumiati, Peningkatan Kemampuan
Mengenal Bentuk Geometri Pada Anak Usia Dini Melalui Permainan Mencari Harta
Karun, UPI Kampus Purwakarta Sriningsih, N. (2009). Pembelajaran Matematika
Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas. Sujiono, Y. (2009). Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks Nurlayli Hasanah dan Hariani Fitrianti,
2018, Early Childhood Education Journal of Indonesia, Universitas Musamus Merauke
, Papua, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai