NIM : 856057923
UPBJJ : 12/Medan
UNIVERSITAS TERBUKA
2023.2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah-Nya, yang
": GEOMETRi”
Makalah ini merupakan tugas dalam mata kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua individu dan pihak yang
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda.
Kendati penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini,
penulis sadar bahwa kemungkinan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pembaca.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang
Rosmawan Sibarani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 1
3. Tujuan................................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Korespondensi satu-satu.......................................................................................................... 3
2. Ruang Dan Bentuk Geometri................................................................................................... 4
3. Pengukuran..................................................................................................................................... 5
4. Pola..................................................................................................................................................... 6
5. Klasifikasi......................................................................................................................................... 11
6. Perbandingan................................................................................................................................. 13
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan..................................................................................................................................... 20
2. Saran.................................................................................................................................................. 21
DARTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mengacu pada teori piaget yang menjelaskan bahwa tahap awal anak belajar adalah
melalui hal-hal konkrit, maka dari itu untuk memahami konsep matematika yang
bersifatabstrak, anak memerlukan benda-benda konkrit atau riil sebagai visualisasinya.
Kemampuan matematika anak tersebut meliputi, kemampuan; mengenal angka, geometri,
pengukuran, analisis dan probability (NCTM, Kellough 1996). Ditegaskan pula oleh Takdirotun
(2005) bahwa, mengenalkan matematika sejak usia dini memberi pengaruh yang sangat besar
terhadap berbagai kemampuan matematika anak yaitu, kemampuan mengolah angka dan
kemahiran menggunakan logika.
Kognitif merupakan salah satu aspek yang dapat diasah pada anak usia dini kemampuan
kognitif atau daya nalar. Kognitif adalah suatu proses berpikir individu yaitu kemampuan
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang
dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Susanto, 2012 :
47)
B. RUMUSAN MASALAH
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Ujian Tengah
Semester Mata Kuliah Matematika Anak Usia Dini dan untuk menambah wawasan bagi
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KORESPONDENSI SATU-SATU
Hubungan/korespondensi satu ke satu maksudnya satu dengan satu benda, misalnya satu
anak mendapatkan satu roti. Atau satu angka dengan satu set benda, misalnya satu anak
mendapatkan satu piring, satu sendok, satu garpu, dan satu gelas. Gelman dan Meck (dalam
Smith, 2010: 10), menyatakan bahwa korespondensi satu-satu berarti bahwa ketika
menghitung, setiap objek memiliki satu kata nomor unik. Prinsip stabil berarti bahwa kata-kata
jumlah tersebut harus tetap dalam konteks yang sama setiap dihitung. Prinsip kardinalitas yaitu
mengacu pada nomor terakhir yang dihitung untuk mewakili jumlah total objek dalam satu
kelompok. Prinsip ketidakrelevan bahwa berhitung dapat dilakukan dalam urutan apapun
asalkan semua benda dihitung. Selanjutnya prinsip abstarksi berarti ketika menghitung, semua
keempat prinsip sebelumnya harus diterapkan.
Korespondensi satu-satu dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi atau fungsi yang
memasangkan setiap anggota A pada tepat satu anggota B dan (sebaliknya) memasangkan
setiap anngota B pada tepat setiap anggota A. Dua buah himpunan A dan B disebut
berkorespondensi satu-satu jika setiap anggota A berpasangan dengan tepat satu anggota B
dan setiap anggota B berpasangan dengan tepat satu anggota A. Pada korespondensi satu-satu,
jumlah anggota himpunan A dan B haruslah sama.
Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, garis, bidang, dan
ruang. Ruang adalah himpunan titiktitik yang dapat membentuk bangunbangun geometri. Garis
adalah himpunan bagian dari ruang yang merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat
khusus. Bidang adalah himpunan-himpunan titik-titik yang terletak pada permukaan datar.
(Negoro, 2003:18). Geometri sebagai salah satu sistem matematika, di dalamnya memiliki
banyak konsep pangkal, mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi, antara lain: titik,
garis, kurva, ataupun bidang. Juga terdapat relasi-relasi pangkal yang tidak didefinisikan,
misalnya: ‘melalui’, ‘terletak pada’, ‘memotong’, dan ‘antara’. (Adjie dan Maulana, 2006 : 310).
Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran geometri di Taman
KanakKanak dimungkinkan untuk diajarkan walaupun harus dengan cara yang lebih kreatif dan
realistik. Geometri dianggap mempunyai banyak aplikasi dalam matematika dan kehidupan 5
nyata, yang juga banyak mengandung unsur problem solving-nya. Tahap pertama anak belajar
geometri adalah topologi. Mereka belum mengenal jarak, kelurusan, dan lainnya. Karena itu
mulai belajar geometri supaya mulai dengan luruslurus, lengkungan, lengkunganlengkungan
tertutup, lengkunganlengkungan terbuka, daerah dalam lengkungan, lengkungan sederhana
dan lainnya. Pembelajaran pengenalan geometri anak diajarkan untuk mengenal beberapa
bentuk seperti lingkaran, bujur sangkar, segitiga, segi lima, belah ketupat dan trapesium,
merupakan awal dari pengenalan bentuk geometri pada saat anak menerapkan kegiatan
pembelajaran mengelompokkan benda. Kegiatan mengenal bentuk geometri dapat dilakukan
dengan mengamati lingkungan sekitar dan mencari bentuk-bentuk yang akan diperkenalkan
pada saat belajar mengenal bentuk dan diperkenalkanlah pada anak bentuk bujur sangkar,
segitiga, lingkaran dan aneka bentuk lainnya, kemudian beri kesempatan anak untuk belajar
mengamati bentuk geometri melalui kegiatan mengelompokkan benda berdasarkan bentuk
geometri yang sama.
Dalam usaha untuk mencapai suatu pemahaman yang benar, maka guru membutuhkan
media dalam pembelajaran matematika khususnya pembelajaran geometri tentang pengenalan
bentuk geometri. Menurut Beaty (1990 : 206) mengungkapkan bahwa konsep bentuk geometri
merupakan modal awal yang penting untuk dipelajari anak.Salah satu kemampuan dalam
perkembangan kognitif anak yaitu anak harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometri
seperti lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang dan segitiga.Adapun menurutseorang ahli
matematika dari Inggris, David George Kendall mendefinisikan "bentuk" sebagai berikut.Bentuk
adalah seluruh informasi geometris yang akan tidak berubah ketika parameter lokasi, skala, dan
rotasinya dirubah. Sedangkan definisi geometri merupakan suatu dasar pemikiran akan bentuk,
mulai dari bentuk yang ada pada alam hingga bentuk yang merupakan suatu arsitektur
(Wikipedia,2011: 1).
3. PENGUKURAN
4. POLA
Metematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan, sebab dalam matematika sering
dicari keseragaman seperti keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep – konsep
tertentu atau model – model yang merupakan representasinya, sehingga dapat dibuat
generalisasinya untuk selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif. Jamaris (2014:
184) berpendapat bahwa pola merupakan susunan dari objek, bentuk, dan bilangan. Pendapat
tersebut lebih jelas lagi dikemukakan oleh Kennedy dan Tipps (2003: 38) yang mengemukakan
bahwa 7 “A pattern is a repeated sequence of objects, events, or ideas, thus patterning is the
activity of placing item in a repeated sequence”. Oleh karena itu, pola bukan hanya aktivitas
menyusun suatu objek tetapi lebih pada mengurutkan objek dalam urutan yang berulang.
Kennedy dan Tipps (2003: 39) menjelaskan lebih lanjut bahwa “Simple patterning activities
encaurage children to find, create extend pattern. Simple patterns having only two elements
that are repeated can be demonstrated in many ways. A pattern of two elements can also be
shown with action sound, and symbols”. Pendapat Kennedy dan Tipps tersebut menjelaskan
bahwa membuat pola sederhana dapat mendorong anak-anak untuk menemukan dan
menciptakan pola yang lebih panjang. Pola sederhana dapat dibentuk dari dua elemen yang
berulang yang ditunjukkan dengan tindakan, suara, dan simbol. Pendapat lain dikemukakan
oleh Smith dan Price (2012: 83) yang menyatakan bahwa “Pattern can described as a systematic
arrangement of numbers or shapes which follows a given rule”. Dalam pendapat Smith dan
Price tersebut dijelaskan bahwa pola dapat dibuat seperti sebuah urutan yang teratur dari
angka dan bentuk dengan mengacu pada aturan tertentu. Liljedahl dalam bukunya Papic (2007:
8) berpendapat juga mengenai mengurutkan pola bahwa the pattern has a cyclic structure that
can be generated by the repeated application of a smaller portion of pattern. Pendapat Liljedahl
di atas menjelaskan bahwa mengurutkan pola diartikan sebagai aplikasi berulang dari sebagian
kecil pola atau pola yang berulang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan mengurutkan pola adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk menyusun
objek, bentuk, bilangan, tindakan, suara maupun simbol yang dilakukan secara berulang dengan
mengacu pada aturan tertentu dan minimal menggunakan dua elemen yang diulang.
Jenis-jenis pola
Ada berbagai macam pola yang terdapat di sekitar anak. Mulai dari pola yang ada pada
mainan anak, pola pada pakaian yang dikenakan anak, dan pola pada barang – barang di sekitar
anak. Smith dan Price (2012: 83) mengungkapkan “Recognising that a sequence of objects
makes a pattern, explaining why, being able to copy, extend and create a new pattern are early
steps towards an understanding of spatial pattern and number patterns, and anappreciation of
the power of algebra”. Pernyataan di atas menyatakan bahwa kemampuan anak dalam
mengenal pola adalah langkah awal anak dalam memahami konsep spasial, bilangan, dan
klasifikasi. Pola - pola terbentuk berdasarkan jenis atau kriteria tertentu. Menurut Smith dan
Price (2012: 83) mengungkapkan bahwa pola ada tiga jenis, yaitu Repeating pattern, Growing
pattern, and symmetrical pattern. Adapun penjelasan dari masing-masing pola tersebut yaitu:
1) Pola Berulang (Repeating Pattern) Pola berulang adalah pola yang diulang-ulang dengan
urutan yang sama. Pengulangan terjadi dalam garis lurus (linear), melingkar atau dalam bentuk
diagonal. Misalnya, pola geometri segiempat – segitiga – lingkaran – segiempat – segitiga -
lingkaran dan seterusnya. Menurut Warren dan Miller (2010: 595), “Thus exploring repeating
patterns can be seen as the precursor to the development of key understandings that are
important to the development of mathematical thinking”. Pernyataan tersebut menandakan
bahwa, menyelidiki pola berulang dapat diartikan sebagai pendahulu untuk mengembangkan
kunci pemahaman yang penting untuk perkembangan matematika. 2) Pola Berkembang
(Growing Pattern) Pola tumbuh adalah pola yang diurutkan berdasarkan bentuk atau angka
yang mengalami kenaikan atau penurunan. Contoh pola tumbuh adalah anak mengurutkan
balok yang pendek ke balok yang lebih tinggi, dari jumlahnya yang sedikit menjadi banyak. 3)
Pola Simetris (Symmetrical Pattern) Pola simetris adalah hasil dari pencerminan dan rotasi dari
suatu benda atau bentuk. Pola simetris dapat dijumpai di alam seperti daun, sayap kupu-kupu.
Dapat juga ditemui pada pola buatan manusia seperti ubin. Pola simetris tidak hanya berupa
bentuk namun juga warna, misal merah – kuning – kuning - merah (ABBA). Warren dan Miller
(2010: 594) mengemukakan dalam penelitiannya “Patterning activities that children commonly
experience in the early years involve repeating patterns and growing patterns”. Kegiatan terkait
kemampuan mengurutkan pola yang sering anak usia dini lakukan adalah melibatkan pola
berulang dan pola berkembang. Anak-anak mengeksplorasi pengulangan sederhana
menggunakan bentuk, warna, gerakan, rasa, dan suara. Biasanya anak diminta untuk menyalin
dan melanjutkan pola dan menemukan unsurunsur yang hilang dalam suatu pola. Berdasarkan
pada pendapat ahli di atas, pada pola-pola tersebut mempunyai beberapa jenis pola yaitu pola
berulang, pola yang berkembang dan pola simetris. Dalam beberapa jenis pola tersebut dapat
diajarkan pada anak usia dini melalui kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak. Jenis
pola yang sering diajarkan pada anak usia dini adala pola berulang dan pola tumbuh. Pada
penelitian ini, pola yang digunakan adalah pola berulang, pola tumbuh/ berkembang dan pola
simetris. Masing – masing kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mengurutkan pola bentuk geometri menggunakan ketiga pola tersebut. Pola berulang misalnya
lingkaran – segitiga – segiempat – segilima - lingkaran – segitiga – segiempat – segilima. Pola
berkembang/ tumbuh yang mengalami 9 kenaikan misalnya mengurutkan segitiga dari yang
paling kecil ke segitiga yang paling besar sedangkan pola berkembang/ tumbuh yang mengalami
penurunan misalnya mengurutkan lingkaran dari yang paling besar ke lingkaran yang paling
kecil. Pola simetris misalnya segiempat – segilima – segilima – segiempat – segiempat –
segilima.
Klasifikasi (Classification)
a). Warna
b). Bentuk
Ketrampilan klasifikasi :
b). Membuat order (urutan) dan hubungan pada benda-benda /peristiwa-peristiwa yang tidak
berkaitan.
b). Perlu memandu anak dalam mendeskripsikan properti ketika awal kegiatan memilah
diperkenalkan.
Keterampilan mencocokkan merupakan ketrampilan awal yang diperlukan agar anak dapat
memilah sesuatu yang lebih dari hubungan 1-1 karena banyak yang diklasifikaiskan menjadi 1
kelompok. Ketika anak diperkenalkan dengan kancing beraneka bentuk, warna, dan 13 corak,
anak tahu bagaimana memilah benda yang beragam. Anak perlu belajar memilah dari benda
yang sederhana kemudian ke kompleks. Anak yang bisa melakukan pemilahan dengan baik
akan lebih mudah dalam berpikir. Dalam memilah dibutuhkan ketrampilan berfikir dan analisis
serta fleksibilitas dalam berpikir.Ketika anak menghadapi masalah maka ia akan memiliki
kelenturan/fleksibel sehingga lebih mudah menghadapi segala sesuatu.
• Warna
• Bentuk
• Ukuran
• Tipe/jenis
• Besar/kecil
• Kasar/halus
• Keras/lunak
• Tinggi/rendah
Perbandingan
1. definisi perbandingan
Perbandingan adalah aksi mental membedakan dan menyamakan satu obyek dengan
obyek lain. Untuk membandingkan berarti harus menemukan hubungan antara 2 benda atau 2
14 kelompok, bagaimana mereka sama atau berbeda. Dari sudut pandang perbandingan, kata
“besar” dan “kecil” adalah kata-kata yang mempunyai makna relatif. Perbandingan adalah alat
dasar berpikir dan mengerjakan matematika. Pemahaman tentang bilangan sangat berkaitan
dengan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan meletakkan sesuatu secara berurutan.
Ketika anak membandingkan 2 benda, mereka membandingkan ciri-ciri yang berbeda dari
benda itu. Misalnya : besar vs kecil, tebal vs tipis, dsb. Karena itu, membandingkan 2 benda
sesungguhnya membuat pengukuran informal. Membandingkan 2 kelompok benda melibatkan
pengertian lebih banyak atau lebih sedikit. Misalnya : lebih banyak teddy bear merah daripada
teddy bear biru.
BAB III
PEMBAHASAN MEDIA
Tema : diriku
Cara Bermain :
Anak berbaris, mengambil gambar yang ada angka dan menjepit sesuai angka yang
tertera pada gambar, dan setelah di jepit anak sambil berhitung. Setiap anak punya 3 kali
kesempatan main dan setelah itu bergantian
Tema : diriku
Cara Bermain :
2. Setelah mengambil bentuk geometri Anak berlari menuju papan puzzle geometri angota
tubuh dengan menyamakan bentuk dan warna
Tema : Diriku
Permainan : Mengukur tinggi badan memakai gambar anak perempuan dan laki laki
Cara bermain :
Setelah itu anak anak bisa menghitung gambar yang ada di pengukuran tinggi badan
pada anak yang menggunakan benang
D. Media Pola
Tema : diriku
Cara bermain :
Anak" mencari gambar sesuai urutan pola a, b, c , lalu di trmpelkan ke papan urutan po la
E. Media Klasifikasi
Tema : diriku
Cara bermain :
Anak berbaris, mengambil baju dan celana yang sama warnanya dan yg sama ukuran baju
dan celana yg sudah ada di tempel di stik es cream, stelah anak" mangambil baju dan
celana anak" di suruh mencocokkan baju dan celana nya, sebelum anak" mencocokkan
baju nya anak" diminta untuk nyebutin warna dan ukuran baju dan celana nya terlebih
dahulu.
F. Media Perbandingan
Tema : diriku
Cara bermain :
Anak" mewarnai pakaian,rambut dan wajah sesuai arahan ibu guru, habis itu mengenal
perbandingan tinggi dan rendah menggunakan gambar.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, garis, bidang, dan
ruang. Ruang adalah himpunan titiktitik yang dapat membentuk bangunbangun geometri. Garis
adalah himpunan bagian dari ruang yang merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat
khusus.
Pola adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk menyusun objek, bentuk, bilangan,
tindakan, suara maupun simbol yang dilakukan secara berulang dengan mengacu pada aturan
tertentu dan minimal menggunakan dua elemen yang diulang. Ada berbagai macam pola yang
terdapat di sekitar anak. Mulai dari pola yang ada pada mainan anak, pola pada pakaian yang
dikenakan anak, dan pola pada barang – barang di sekitar anak.
Perbandingan adalah aksi mental membedakan dan menyamakan satu obyek dengan
obyek lain. Untuk membandingkan berarti harus menemukan hubungan antara 2 benda atau 2
kelompok, bagaimana mereka sama atau berbeda. Dari sudut pandang perbandingan, kata
“besar” dan “kecil” adalah kata-kata yang mempunyai makna relatif. Perbandingan adalah alat
dasar berpikir dan mengerjakan matematika. Pemahaman tentang bilangan sangat berkaitan
dengan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan meletakkan sesuatu secara berurutan.
Ketika anak membandingkan 2 benda, mereka membandingkan ciri-ciri yang berbeda dari
benda itu.
B. SARAN
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat memotivasi kami dalam membuat makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA