Anda di halaman 1dari 70

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS DENGAN SELF


CONFIDENCE PESERTA DIDIK
SMP

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Oleh :

Nama : Anggren Yuka Lensia Sianturi


NPM :17150201
Program Studi : Pendidikan Matematika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2021
Usulan Proposal Penelitian Oleh:

Nama : Anggren Yuka Lensia Sianturi


NPM : 17150201
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul : Hubungsan Antara Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dengan Self Confidence Peserta Didik SMP

Telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diseminarkan.

Pembimbing 1,

Sanggam P. Gultom, S.Si, M.Si

Pembimbing 2,

Drs. Simon M. Panjaitan, M.Pd

Medan, Juni 2021

Ketua Program Studi Pend. Matematika,

Drs. Simon M. Panjaitan, M.Pd


KATA PENGANTAR

Dengan Segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur


kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karuniaNya selalu
melindungi dan menyertai penulis dalam menyusun proposal ini.
Dalam penulisan proposal ini, penulis mengalami banyak hal yang
menjadi kendala dan kesulitan. Namun dengan usaha dan kerja keras penulis serta
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi serta bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada:
1. Bapak Dr. Haposan Siallagan, SH, MH, selaku Rektor Universitas HKBP
Nommensen Medan.
2. Bapak Dr. Mula Sigiro, M.Si., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan.
3. Bapak Sanggam P. Gultom, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Drs. Simon M. Panjaitan, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II dan
sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas HKBP Nommensen Medan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak sepenuhnya sempurna,
dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta pengalaman penulis.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
semua pihak yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih dan semoga Proposal ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

Medan, Juni 2021


Penulis,

Anggren Yuka Lensia Sianturi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................ 4
C. Rumusan Masalah................................................................... 4
D. Batasan Masalah..................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian.................................................................. 5
1. Manfaat Teoritis................................................................. 5
2. Manfaat Praktis.................................................................. 5
G. Batasan Istilah......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6


A. Kajian Teori............................................................................ 6
1. Pemecahan Matematis..................................................... 6
2. Kemampuan Matematis................................................... 6
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis................. 9
4. Indikator Pemecahan Masalah Matematis....................... 9
5. Self Confidence............................................................... 12
6. Materi Aritmatika Sosial................................................. 15
B. Penelitian Yang Relevan......................................................... 18
C. Kerangka berpikir................................................................... 19
D. Hipotesis Penelitian................................................................ 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian……………………………………………... 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………….. 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................................. 22
D. Variabel Penelitian................................................................................................. 23
E. Instrumen Penelitian...............................................................................................23
F. Uji Coba Instrumen................................................................................................ 24
G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................... 27
H. Teknik Analisis Data..............................................................................................29
I. Hipotesis Statistik...................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1. KISI-KISI SOAL UJI COBA POST TEST
2. SOAL UJU COOBA POST TEST

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional yang tertumpu pada Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan memberantas segala

macam kebodohan bangsa Indonesia. Pendidikan merupakan suatu proses untuk

mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan,


nilai, sikap dan keterampilannya. Salah satu ilmu pengetahuan yang menjadi

bagian dari peningkatan pendidikan adalah matematika. Matematika adalah salah

satu ilmu dasar dan mata pelajaran utama khususnya dalam dunia pendidikan.

Menurut Golda S. N. Siregar dan Simon Panjaitan, 2018:65 mengatakan bahwa:

“Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting


dalam dunia pendidikan, karena dengan belajar matematika diharapkan
siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar,
mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif
dan pemecahan masalah”.

Karena hal tersebut sangat penting bagi kehidupan, maka pengajaran

matematika perlu ditingkatkan. Secara lengkap fungsi dan tujuan pendidikan

terangkum dalam Bab 2 Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 (Fokusmedia, 2010)

tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, karena melalui

pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang ada serta menambah

pengetahuan dan mengembangkan kemampuan yang ada didalam dirinya

(Sanggam P. Gultom).

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan sebuah aspek penting

yang harus dimiliki oleh siswa, salah satunya adalah self confidence yang baik,

karena dalam self confidence terdapat indikator-indikator yang dapat

mendukung tujuan tersebut. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan akhir


yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal, informal,

maupun non formal.

Dengan demikian self confidence siswa perlu dimiliki oleh siswa.

Selanjutnya, Pemerintah Indonesia memandang penting pemecahan masalah

dalam pembelajaran matematika, hal ini seperti tertuang dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan dari pembelajaran matematika

berorientasi kepada kemampuan pemecahan masalah matematika. Namun pada

kenyataanya kedua hal di atas masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan oleh

hasil penelitian dari Third International Mathematics and Science Study

(TIMSS) menunjukkan bahwa “self confidence siswa Indonesia masih rendah

yaitu dibawah 30% (TIMSS, 2007: 181)”. Self confidence siswa dalam belajar

matematika menurut TIMSS, yaitu memiliki kemampuan matematika yang baik,

mampu belajar matematika dengan cepat dan pantang menyerah, menunjukan

rasa yakin dengan kemampuan matematika yang dimilikinya, dan memampu

berpikir secara realistis.

Begitu pula dengan tes yang telah diselenggarakan oleh Programme for

International Student Assessment (PISA), prestasi yang dicapai oleh siswa

Indonesia belum memuaskan, sebanyak 49,7% siswa berada pada level terendah

untuk kemampuan pemecahan masalah matematis (Balitbang-Depdiknas, 2007).

Menurut Walgito (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998:37) bahwa:

“Salah satu cara untuk menumbuhkan self confidence adalah dengan


memberikan suasana atau kondisi yang demokratis, yaitu individu
dilatih untuk dapat mengemukakan pendapat kepada pihak lain melalui
interaksi sosial, dilatih berpikir mandiri dan diberi suasana yang aman
sehingga indiviu tidak takut berbuat kesalahan”.
Dari pernyaataan tersebut, agar seorang siswa memiliki self confidence

yang baik, maka guru harus menyusun sebuah pembelajaran dengan suasana yang

kaya akan interaksi baik siswa dengan siswa, atau pun siswa dengan guru. Self

confidence dapat dikembangkan melalui interaksi sosial, di sini siswa dituntut

untuk berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi dan menemukan sendiri

pengetahuan, dan self confidence juga dapat dikembangkan dengan melakukan

pembelajaran yang bersifat rasional dan realistis di dalam kelas, hal ini sejalan

dengan pemecahan masalah. Self confidence yang baik akan memberikan

kesuksesan siswa dalam belajar matematika, karena jika siswa memiliki hal

tersebut, mereka cenderung selalu memperjuangkan keinginannya untuk meraih

suatu prestasi, dengan demikian mereka akan sukses dalam belajar matematika.

Dalam pemecahan masalah yang bersifat kontekstual atau realistik

dijadikan sebagai titik awal dalam pembelajaran, yang kemudian dimanfaatkan

oleh siswa dalam melakukan proses matematisasi dan pengembangan model

matematika. Melalui masalah yang bersifat kontekstual tersebut, siswa dilatih

untuk dapat memecahkan masalah dengan caranya sendiri sekaligus berlatih

memahami cara yang digunakan siswa lain. Kedua kemampuan di atas penting

dimiliki oleh siswa, dalam hal ini peneliti tertarik melihat hubungan antara dua

kemampuan tersebut, yang diharapkan adalah jika terjadi peningkatan pada self

confidence siswa maka terjadi pula peningkatan pada kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik mengadakan

penelitian dengan judul Hubungan Antara Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis dengan Self Confidence Peserta Didik SMP.

B. Identifikasi Masalah

Melihat kepada latar belakang tersebut, maka dapat di identifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Self Confidence siswa Indonesia masih rendah, yaitu dibawah 30% (TIMSS,

2007: 181).

2. Prestasi yang dicapai oleh siswa Indonesia belum memuaskan, sebanyak

49,7% siswa berada pada level terendah untuk kemampuan pemecahan

masalah matematis (Pisa dalam Balitbang-Depdiknas, 2007).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi

fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara

kemampuan pemecahan masalah matematis dengan self confidence peserta

didik?”.

D. Batasan Masalah

Setelah diidentifikasi masalah-masalah berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah di atas, maka penelitian ini hanya membatasi pada hubungan

antara kemampuan pemecahan masalah matematis dengan self confidence peserta

didik.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kemampuan


pemecahan masalah matematis dengan self confidence.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep, tentang hubungan antara

kemampuan pemecahan masalah matematis dengan self confidience.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini cara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan hubungan antara

kemampuan pemecahan masalah matematis dengan self confidience.

G. Batasan Istilah

Untuk menghindari munculnya perbedaan pendapat mengenai hal-hal

yang dimaksudkan dalam penelitian ini maka diberikan batasan istilah sebagai

berikut:

1. Self confidence adalah bersikap tenang karena tidak memiliki keraguan

tentang kemampuan atau pengetahuan.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk

mencari cara metode atau pendekata penyelesaian dengan mengamati lalu

memahami masalah kemudian mencoba dan menduga serta menemukan dan


meninjau kembali.
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemecahan Matematis

Kemampuan Pemcecahan Masalah merupakan suatu upaya yang dilakukan

untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Menurut Sumarno (2008:8)

bahwa “ Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang

ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan”. Menurut Polya dalam

Tambunan (2014:36) bahwa “Pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan

keluar dari suatu kesulitan dalam permasalahan untuk mencapai suatu tujuan yang

tidak segera dapat dicapai”. Menurut Rundik dalam Tambunan (2014:36) bahwa

‘Pemecahan masalah adalah suatu usaha individu menggunakan pengetahuan,

keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari masalah”.

2. Kemampuan Matematis

Pada penelitian ini yang dimaksud kemampuan adalah kesanggupan atau

kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan suatu soal yang bisa

dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya. Pada umumnya kemampuan

matematika merupakan kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam mata

pelajaran matematika. Kemampuan matematika siswa dapat dibedakan kedalam

tiga kategori:

1. Kemampuan Tinggi

a. Memahami soal, dalam memahami soal siswa mampu menuliskan apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan, mampu memahami soal dengan
13

baik serta mampu menjelaskan kembali maksud dari soal.

b. Merencanakan penyelesaian, dalam merencanakan penyelesaian siswa

mampu menggunakan beberapa informasi untuk merencanakan

penyelesaian serta mampu merencanakan langkah – langkah penyelesaian.

c. Melaksanakan penyelesaian, dalam melaksanakan penyelesaian siswa

mampu menggunakan beberapa informasi yang ada untuk menyelesaikan

soal dan memberikan jawaban yang benar.

d. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, dalam memeriksa kembali hasil

yang diperoleh siswa melakukan pengecekan kembali pada proses dan

hasil serta membuat kesimpulan.

2. Kemampuan Sedang

a. Memahami soal, dalam memahami soal siswa mampu menuliskan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan, tidak mampu memahami soal dengan

baik.

b. Merencanakan penyelesaian, dalam merencanakan penyelesaian siswa

mampu menggunakan beberapa informasi untuk merencanakan

penyelesaian tetapi kurang mampu merencanakan langkah – langkah

penyelesaian.

c. Melaksanakan penyelesaian, dalam melaksanakan penyelesaian siswa

mampu menggunakan beberapa informasi yang ada untuk menyelesaikan

soal dan memberikan jawaban yang kurang tepat.

d. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, dalam memeriksa kembali hasil

yang diperoleh siswa melakukan pengecekan kembali pada proses dan hasil
14

serta membuat kesimpulan.

3. Kemampuan Rendah

a. Memahami soal, dalam memahami soal siswa mampu menuliskan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan, tidak mampu memahami soal dengan

baik.

b. Merencanakan penyelesaian, dalam merencanakan penyelesaian siswa

mampu menggunakan beberapa informasi untuk merencanakan

penyelesaian serta kurang mampu merencanakan langkah – langkah

penyelesaian.

c. Melaksanakan penyelesaian, dalam melaksanakan penyelesaian siswa

mampu menggunakan bsatu penggal informasi yang ada untuk

menyelesaikan soal dan memberikan jawaban yang tidak tepat.

d. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, dalam memeriksa kembali hasil

yang diperoleh siswa tidak melakukan pengecekan kembali pada proses dan

hasil serta tidak membuat kesimpulan.

Mengacu pada skala penilaian yang ditetapkan oleh Ratumanan dan

Laurens, maka kategori tingkat kemampuan matematis siswa dikategorikan

kemampuan

rendah jika 0 ≤ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑠 < 65, dikategorikan kemampuan sedang jika 65 ≤ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

𝑡𝑒𝑠 < 80, dikategorikan kemampuan tinggi jika 80 ≤ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑠 < 100.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


15

Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari

masalah karena berhasil atau tidaknya seseorang dalam matematika ditandai

adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut

Damayanti (2018:54) bahwa “Kemampuan pemecahan masalah matematika

adalah suatu kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang dengan menerapkan

pengetahuan menggunakan metode ataupun prosedur matematika dalam upaya

mencari solusi dari suatu kesulitan”. Menurut Montague (2007:125) bahwa

“Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang

kompleks yang disertai sejumlah proses dan strategi”.

Menurut Fadillah (2019:554) bahwa “Kemampuan pemecahan masalah

matematis adalah suatu kognitif yang kompleks, sebagai proses untuk mengatasi

suatu masalah yang ditemuidan untuk menyelesaikan diperlukan sejumlah

strategi”.

Dari beberapa pendapat tersebut kemampuan pemecahan masalah

matematis adalah kemampuan menerapkan langkah-langkah yang digunakan

peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika.

4. Indikator Pemecahan Masalah Matematis

Adapun indikator dari pemecahan masalah menurut Tambunan (2014 : 37)

sebagai berikut :

Tahap I. Memahami Masalah

Suatu pemahaman yang jelas dari suatu masalah adalah penting untuk

memutuskan bagaimana penyelesaian yang sesuai, an bagaimana jawaban dari


16

masalah tersebut.

1. Menyatakan masalah

Kemampuan siswa menyatakan suatu masalah dengan kata-kata sendiri sangat

diperlukan dalam memahami suatu masalah. Sebab bila siswa sudah dapat

menyatakan masalah dengan kata-kata sendiri, maka akan lebih mudah

merencanakan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Dengan

menyatakan kembali masalah tersebut, siswa dapat memfokuskan masalah apa,

informasi yang ada dan apa yang dibutuhkan untuk memperoleh jawabannya.

2. Membuat sketsa gambar atau lainnya

Merupakan hal penting dalam tahap ini adalah untuk menunjukkan masalah

dengan sketsa gambar (bila materi geometri). Hal ini penting karena dari sketsa

gambar siswa akan lebih mudah memahami masalah sebenarnya sehingga

siswa akan dapat merencanakan suatu pemecahan masalah yang ada.

3. Menentukan apa yang ditanya

Pertanyaan penting untuk mengarahkan siswa memahami suatu masalah adalah

Apa yang ditanya didalam soal (apa yang akan dicari)?. Pertanyaan ini

membantu siswa secara khusus memfokuskan untuk memutuskan apa yang

akan dicari.

4. Memahami infornasi yang ada

Dengan beberapa informasi yang ada didalam suatu masalah, siswa perlu

memahami, mempertimbangkan informasi apa yang ada dan informasi

tambahan apa yang diperlukan (bila ada) untuk memecahkan masalah tersebut,

karena itu pertanyaan yang diperlukan dalam hal ini sperti ; informasi apa yang
17

diberikan? (apa yang diketahui?), apakah informasi itu sudah cukup untuk

menyelesaikan yang ditanya?, apa alasanmu?, informasi tambahan apa yang

diperlukan?, (bila ada).

Tahap II. Merencanakan Pemecahan

Bila suatu masalah sudah dipahami, maka Langkah selanjutnya adalah

memikirkan bagaimana mencari jawaban dari masalah tersebut. Pada tahap ini

guru menuntun siswa agar dapat merencanakan syatu pemecahan yang sesuai

untuk menyelesaikam masalah dan membantu siswa memikirkan bagaimana

untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengembangkan suatu cara dalam

memecahkan suatu masalah.

Langkah – Langkah yang dapat dilakukan adalah seperti berikut :

1. Membuat Pemisalan

Membuat pemisalan dengan suatu perubahan dari yang ditanyakan dan

diketahui maupun hal lain yang dianggap perlu. Hal itu akan mempermudah

dalam merencanakan model matematika yang akan digunakan untuk

memecahkan suatu masalah.

2. Membuat Model Matematika.

Tujuan utama dalam merencanakan pemecahan suatu masalah adalah

menentukan model matematika yang sesuai dengan masalah yang akan

diselesaikan. Karena itu guru dalam hal ini mengarahkan siswa untuk dapat

membuat model matematika dari masalah.


18

Tahap III. Melaksanakan Rencana Penyelesaian

Pada tahap ini adalah tujuan utama dari pemecahan suatu masalah, dan

tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari penyelesaian masalah yang

direncanakan tahap.

Tahap IV. Memeriksa Kembali

Suatu Penyelesaian penting diperiksa Kembali, hal ini mengetahui apakah

Langkah-langkah dalam penyelesaian itu sudah benar, apakah hasil yang

diperoleh itu sesuai dengan yang diminta dalam soal.

5. Self Confidence

Definisi self confidence menurut Cambridge Dictionaries Online yaitu

behaving calmly because you have no doubts about your ability or knowledge,

maknanya adalah bersikap tenang karena tidak memiliki keraguan tentang

kemampuan atau pengetahuan.

Pembentuk utama dari self confidence siswa dalam pembelajaran

matematika adalah interaksi siswa baik dengan guru maupun dengan sesama

siswa (Preston, 2007: 214). Guru dan metode pembelajaran yang diterapkannya di

kelas akan berpengaruh langsung pada kepercayaan diri siswa, saat siswa

dihadapkan pada situasi yang menantang dan perasaan yang menyenangkan maka

kepercayaan diri siswa pun akan meningkat. Menurut Ignoffo (dalam Megawati,

2010:3), mengatakan bahwa:

“terdapat beberapa karakteristik yang menggambarkan individu yang


memiliki self confidence yaitu memiliki cara pandang yang positif terhadap diri,
19

yakin dengan kemampuan yang dimiliki, melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dipikirkan, berpikir positif dalam kehidupan, bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan, memiliki potensi dan kemampuan”.

Menurut Hakim (dalam Megawati, 2010:3) mengatakan bahwa:

“beberapa ciri ciri orang yang memiliki self confidence adalah selalu
bersikap tenang dan tidak mudah menyerah, mempunyai potensi dan kemampuan
yang memadai, mampu menetralisasi ketegangan yang muncul pada situasi
tertentu, memiliki kondisi mental dan fisik cukup menunjang penampilan,
memiliki kecerdasan yang cukup, memiliki kemampuan sosialisasi, selalu
bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah, mampu menyesuaikan diri
dan berkomunikasi dalam berbagai situasi”.

Menurut Lauster (dalam Ghufron & Rini, 2011: 35), mengatakan bahwa:

“aspek-aspek kepercayaan diri adalah sebagai berikut: Keyakinan kemampuan

diri, Optimis, Objektif, Bertanggung jawab, Rasional dan realistis”. Berdasarkan

kepada pendapat-pendapat dari para ahli di atas, maka indikator dari pada self

confidence pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Yakin dengan kemampuan

yang dimiliki; Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan; Selalu optimis,

bersikap tenang, dan pantang menyerah; Memiliki kecerdasan yang cukup;

Memiliki kemampuan sosialisasi; Selalu bersikap positif dalam menghadapi

masalah; Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasi;

Selalu berpikiran objektif, rasional dan realistis. Bentuk dari RME dikembangkan

oleh Freudenthal pada tahun 1977. Ide utama dari pendekatan ini adalah siswa

harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (re-invention) ide dan konsep

matematika melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan dunia nyata (real

world) dengan bimbingan orang dewasa dan secara bertahap berkembang menuju

kepemahaman matematika.

a. Aspek - aspek Self Confidence


20

Menurut Lauster (dalam Ghufron & Risnawita, 2012) mengatakan bahwa:

orang yang memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang positif memiliki

aspek – aspek sebagai berikut, yaitu:

1. Keyakinan Kemampuan Diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Ia

mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

2. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan

baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya.

3. Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran

yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya

sendiri.

4. Bertangggung Jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala sesuatu

yang telah menjadi konsekuensinya.

5. Rasional dan Realistis

Rasional dan realistis adalah analisa terhadap sesuatu masalah, sesuatu hal, dan

suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal

dan sesuai dengan kenyataan.

Berdasarkan aspek-aspek diatas, dapat disimpulkan bahwa orang yang

memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang positif dapat dipengaruhi oleh

beberapa aspek, yaitu : keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung


21

jawab, rasional dan realistis.

b. Karakteristik Self Confidence

Menurut Fatimah (2010), mengatakan bahwa ciri atau karakteristik individu

yang mempunyai rasa percaya diri (self confidence) yang proporsional,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian,

pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.

2. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang

lain atau kelompok.

3. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain atau berani menjadi

diri sendiri.

4. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).

5. Memiliki internal locos of control (memandang keberhasilan atau kegagalan,

bergantung pada usaha diri sendri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau

keadaan serta tidak bergantung/mengharapkan bantuan orang lain.

6. Materi Aritmatika Sosial

Dalam kehidupan sehari–hari tidak terlepas dari kegiatan yang berhubungan

dengan aritmetika sosial. Dalam aritmetika sosial akan dibahas tentang kegiatan

perekonomian antara lain : penjualan, pembelian, keuntungan, kerugian, bunga,

pajak, bruto , netto dan tara. Biasanya seorang pedagang membeli barang-barang

dagangan langsung dari pabrik/produsen tertentu dengan harga tertentu pula.


22

Harga tertentu itulah yang disebut dengan harga pembelian. Selanjutnya

pedagang tersebut menjual barang dagangannya dengan harga tertentu pula yang

disebut dengan harga penjualan. Apabila pedagang menjual dagangannya dengan

harga lebih tinggi daripada harga pembelian maka ia memperoleh untung. Namun,

apabila pedagang menjual barang dagangannya dengan harga lebih rendah dari

pada harga pembelian maka mengalami rugi.

Untung jika harga penjualan lebih


tinggi daripada harga pembelian.

Rugi jika harga penjualan lebih


rendah daripada harga pembelian.

Keuntungan = Harga Penjualan –


Harga Pembelian

1) Menentukan Persentase Keuntungan atau Kerugian terhadap harga


pembelian

Kerugian = Harga Pembelian –


Harga Penjualan

Persentase keuntungan =

Persentase kerugian =

HB = Harga Beli

HJ = Harga Jual

R = Rugi

2) Rabat (Diskon), Bruto, Tara dan Netto


23

Rabat/diskon adalah potongan harga. Bruto yaitu berat kotor. Tara yaitu berat

kemasan/bungkus. Netto yaitu berat bersih.

Tara = Bruto - Netto

Tara = Persen Tara x Bruto

3) Bunga Tunggal, Diskon dan Pajak

a. Bunga Tunggal

Suku bunga adalah rasio antara bunga dengan modal untuk satuan waktu

tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun. Bunga tunggal adalah bunga yang

dihitung dari modal asal (pokok simpanan atau pokok pinjaman). Jika suku bunga

p % dan modal asal (M), maka bunga tunggal (b) selama jangka waktu n tahun

dinyatakan sebagai berikut:

b = M x p% x n

b. Diskon

Diskon yaitu potongan harga yang dikenakan pada HE. Diskon merupakan

persentase tertentu dari HE. Rabat yaitu potongan harga yang diberikan karena

membeli barang dalam jumlah banyak.

Diskon = HE - HJ

Jumlah % diskon =
24

HJ = Harga Jual

HE = Harga Ecer

c. Pajak

Pajak adalah potongan wajib yang dibebankan kepada masyarakat yang

dapat berupa pajak penghasilan, pajak produk, pajak tempat dan lain- lain.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang membahas secara spesifik mengenai hubungan

antara kemampuan pemecahan masalah matematis dengan self confidance

memang belum pernah dilakukan, dengan asumsi bahwa peneliti tidak bisa

menemukan penelitian tersebut baik secara fisik maupun dalam bentuk file media.

Namun terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dalam hal variabel

bebas maupun terikatnya.

1. Norman R. Lopez, (2003) dengan judul “An Interactional Approach to

Investigating Individual Creative performance”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa salah satu variabel yang diteliti yaitu kepercayaan diri, memiliki

hubungan dengan tingkat creative performance sebesar 0,56.

2. Rahmat Aziz, (2009) dengan judul “Karakteristik Pribadi Kreatif dan

Kemampuan Menulis Kreatif”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sikap

kreatif (dengan kepercayaan diri sebagai salah satu aspeknya) memiliki


25

hubungan dengan kemampuan menulis kreatif sebesar 0,318 dengan p= 0,014

3. Moh Hifni, (2016) dengan judul “Hubungan Kepercayaan Diri dengan

Kreativitas pada Siswa Kelas VIII SMP 10 Malang”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Variabel kepercayaan diri memiliki korelasi dengan

tingkat kreativitas dengan nilai rxy = 0,398 p = 0,000.

C. Kerangka berpikir

Percaya diri adalah yakin pada kemampuan-kemampuan sendiri, yakin pada

tujuan hidupnya, dan percaya bahwa dengan akal budi orang akan mampu

melaksanakan apa yang mereka inginkan. Orang yang percaya diri mempunyai

harapan-harapan yang realistis, dan mampu menerima diri serta tetap positif

meskipun sebagian dari harapan-harapan itu tidak terpenuhi. Pendapat di atas

diperkuat dengan definisi rasa percaya diri yang dikemukakan

Rasa percaya diri baru muncul setelah seseorang melakukan suatu pekerjaan

secara mahir dan melakukannya dengan cara yang memuaskan hatinya. Percayaan

diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga

individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas

melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan

yang dilakukan, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat

menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat

mengenal kelebihan dan kekurangan diri percaya diri adalah kepercayaan

terhadap kemampuan, kapasitas serta pengambilan keputusan (judgement) yang

terdapat dalam dirinya sendiri.


26

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan maka dapat

disimpulkan percaya diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas

kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas

dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan

bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. Rasa percaya diri

adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pada

diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk

memecahkan masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari hari.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah terdapat hubungan antara pemecahan masalah matematis dengan self

confidience.
27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian korelasi

merupakan suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk

menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau

tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu

objek atau subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel

ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan

dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Penelitian korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang

akan menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:

2. penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak memungkinkan

untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada penelitian

eksperimen.

3. memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam setting atau

lingkungan nyata, dan memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang

signifikan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2021/2022 dikelas VIII SMP.


28

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang

memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Dengan demikian populasi

bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek atau objek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki. Sedangkan pendapat lain, populasi

adalah “Sekelompok subjek baik manusia, gejala, nilai tes ataupun peristiwa.

Pengertian populasi menurut Marzuki adalah keseluruhan bahan atau elemen yang

diselidiki.

Populasi ini bisa berupa manusia, suatu gejala, benda/barang, bahan tulisan

atau apa saja yang dapat membantu atau mendukung penelitian tersebut

“metodologi penelitian kuantitatif” bahwa populasi dapat dibedakan atas populasi

tak hingga dan populasi terbatas. Bagaimanapun terbatasnya populasi hendaknya

diperhitungkan urgensinya bagi kehidupan yang relatif luas. Di samping itu

dikenal pula populasi yang homogen dan heterogen. Kedua jenis pengelompokkan

ini, akan mempunyai makna tersendiri dalam pengambilan sampel.Sehubungan

dengan definisi di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh peserta didik SMP Kelas VIII.

2. Sampel Penelelitian

Menurut Sugiyono sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi”. Riduwan mengatakan bahwa: "sampel adalah bagian dari
29

populasi". Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel penelitian adalah

sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh

populasi. Jadi dalam penelitian ini sampel yang akan diambil hanya satu kelas dari

seluruh kelas VIII SMP.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (x) adalah Pelaksanaan

pembelajaran dengan self convidence atau kepercayaan diri dalam melaksanakan

pembelajaran. Untuk mendapatkan nilai X ini yaitu dengan cara memberikan

angket tentang respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran self confidence.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah kemampuan

pemecahan masalah matematis peserta didik didik SMP. Untuk mendapatkan nilai

Y di ukur dengan menggunakan post-test diakhir pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Riduwan (2015:78) instrumen Penelitian digunakan untuk

mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Jumlah instrumen yang digunakan

tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Apabila variabel penelitiannya ada

tiga, maka jumlah instrumen yang akan digunakan juga tiga. Di sini peneliti

menggunakan dua variabel penelitian maka jumlah instrumen yang digunakan

juga dua. Instrumen penelitian ada yang dibuat oleh peneliti dan ada juga yang

sudah dilakukan oleh para ahli, karena instrumen penelitian ini akan digunakan

untuk melakukan pengukuran uang bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif


30

yang tepat dan akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala yang jelas.

F. Uji Coba Instrumen

Instrumen yang akan disebarkan kepada responden, diuji dahulu untuk

mengetahui apakah instrumen valid dan reliabel atau tidak. Uji coba instrumen

dilakukan, sebagai berikut:

1. Uji Validitas Instrumen

a) Validitas Kusioner

Untuk mengetahui validitas kuesioner dengan menggunakan rumus

K o r e l a s i Pearson Product Moment.

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan :

= Koefisien korelasi

= Jumlah responden

∑ X = Jumlah skor item

∑ Y = Jumlah skor total (seluruh item)

(Sumber: Arikunto, 2012:87)

Selanjutnya, dihitung korelasinya berdasarkan ketentuan bahwa jika

dengan signifikasi 5% dan derajat kebebasan dk = n-2 berarti item


31

(butir soal) dinyatakan valid. Sebaliknya, jika rxy < rtabel maka butir soal tidak

valid.

b) Uji Validitas Soal Uraian

Sedangkan untuk validitas soal uraian kemampuan pemecahan masalah

menggunakan validitas konstrak yaitu dengan meminta pendapat dari ahli

(judgment experts). Sugiono (2015:177) menyatakan, tenaga ahli yang digunakan

umumnya yang telah bergelar doktor sesuai lingkup yang diteliti, dalam hal ini

adalah dosen pembimbing.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan

atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan (Riduwan,

2015:213).

a). Realibitas Kuesioner

Menurut Riduwan (2015:115), pada instrumen reliabilitas kuesioner diuji

dengan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari

reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Keterangan :

= Nilai Reliabilitas

∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item


32

= Varian total

k = Jumlah item

(Sumber: Riduwan, 2015:115)

Hasil perhitungan dari rumus korelasi alpha (r11) dikonsultasikan dengan

dengan nilai Tabel r Product Moment dengan dk = n - 2, dan 𝛼 sebesar 5% atau

0,05, maka kaidah keputusannya sebagai berikut:

Jika rxy > rtabel berarti reliabel sedangkan

Jika rxy < rtabel berarti tidak reliabel

(Sumber: Riduwan, 2015:98)

b). Uji Realibitas Soal Uraian

Menghitung reliabilitas soal uraian dengan menggunakan rumus Alpha berikut

(Arikunto, 2012:122):

Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

∑ 𝜎 =𝑟Jumlah varians skor tiap-tiap item

𝑟
𝜎 = Varians total

Perlu diingat kembali rumus varians yang sudah kita kenal, yaitu:
33

Keterangan :

X = Skor total setiap item

Xi = Jumlah skor total

N = Banyaknya responden

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2015:193) adalah caracara

yang digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kuesioner

Kuesioner menurut Sugiyono (2015:193) merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner

juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah

yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka,

dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau

internet. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui kuesioner,

bermaksud untuk mengungkap dan mendapatkan data mengenai kecerdasan

emosional. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert.

Menurut Riduwan (2015:12) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala

sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
34

peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan

menggunakan skala likert, maka variabel akan diukur dijabarkan menjadi dimensi,

dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi
35

menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.Akhirnya indikator-indikator yang

terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa

pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawab

dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan

dengan kata-kata berikut.

Pernyataan Positif (favorable) Pernyataan Negatif (unfavorable)

Sangat Setuju (SS) = 5 Sangat Setuju (SS) = 1


Setuju (S) = 4 Setuju (S) = 2
Netral (N) = 3 Netral (N) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2 Tidak Setuju (TS) = 4
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Namun dalam skala kepercayaan diri yang peneliti gunakan hanya

menyediakan 4 (empat) alternatif jawaban, yaitu dengan meniadakan jawaban

ragu- ragu/netral, dengan alasan: (1) kategori indecisided, yaitu mempunyai arti

ganda, bisa juga diartikan netral atau ragu-ragu, (2) dengan tersedianya jawaban

di tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban di tengah (central tendency

effect), (3) maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat

kecenderungan pendapat responden ke arah tidak sesuai, sehingga dapat

mengurangi data penelitian yang hilang. Jadi, sistem penilaian skala dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

(a) Item Farorable : ya (b) Item Unfavorable : tidak .

2. Tes
36

Menurut Arikunto (2010:266) untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya

kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Instrumen yang berupa tes ini

dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.

Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah

matematika.

3. Dokumentasi

Menurut Riduwan (2015:77) menyatakan bahwa dokumentasi adalah ditujukan

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku- buku

yang relevan, peraturan-peraturan , laporan kegiatan , foto-foto, film dokumenter,

data yang relevan penelitian. Jadi metode dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat atau mengamati secara

langsung data berupa buku, dokumen atau catatan harian yang berkenaan dengan

masalah yang sedang diteliti. Dalam hal ini peneliti memakai metode dokumentasi

untuk mengumpulkan data mengenai .

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

sejauh mana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika pada siswa kelas VII SMP N 1 Medan. Sugiyono (2015:207)

menyatakan bahwa analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data


37

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Dalam analisis ini peneliti menggunakan rumus korelasi product

moment.

Riduwan (2015:138) menyatakan bahwa kegunaan korelasi pearson

product moment adalah untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas

(X) terhadap variabel terikat (Y) dan data berbentuk interval dan ratio, maka

peneliti menggunakan korelasi pearson product moment untuk mengetahui

pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika.

Berikut rumus korelasi product moment yang diungkapkan Pearson:

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi r product moment

N = Jumlah sampel

∑ 𝑋𝑌 = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

∑𝑋 = Jumlah keseluruhan skor X

∑𝑌 = Jumlah keseluruhan skor Y

(Kasmadi dan Sunariah, 2014:132)

Setelah hasil rxy diketahui, selanjutnya dibandingkan dengan tabel r .

Jika rxy > rtabel Ha diterima


38

Jika rxy < rtabel maka Ha ditolak .

I. Hipotesis Statistik

Analisis ini merupakan jawaban benar atau tidak benar terhadap jawaban

hipotesis yang diajukan. Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini sebagai

berikut:
39

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara self confidience dengan

kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self confidience dengan

kemampuan pemecahan masalah matematika.


40

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T, Martaniah, SM. (1998). Peningkatan kepercayaan diri remaja

melalui konseling kelompok. Jurnal Psikologi. Nomor 6 III 1998.

66-79.

Fokusmedia. (2010). Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem

Pendidikan Nasional). Bandung: Fokusmedia.

Sanggam P. Gultom. 2019. “Model Pembelajaran Inkuiri Berbantu Lembar

Kerja Peserta Didik Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematika”. JURNAL STINDO PROFESIONAL. ISSN : 2443 –

0536, Volume V, Nomor 6, November 2019.

Siregar Golda Sauduran Novatricio & Simon Panjaitan. 2018. “Pengaruh

Bahan Ajar Yang Dirancang Dengan Model Pembelajaran

Pencapaian Konsep Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Mahasiswa UHN”. JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN. ISSN:

2356-2595, Volume-5, Edisi-1, Maret 2018, Halaman 65-75

TIMSS. (2008). TIMSS 2007 International Mathematics Report: Findings

from IEA’s Trends in International Mathematics and Science Study

the Fourth and Eight Grades. Boston: TIMSS & PIRLS

International Study Center.


41

LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Nama Sekolah : SMP Negeri 25 Pekan Baru

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/Satu

Materi Pokok : Aritmatika Sosial

Alokasi Waktu Pertemuan : 5x 40 menit ( 3 pertemuan )

A. Kompetensi Inti

KI-1 : Menghayati dan menghargai ajaran agamayang dianutnya.

KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya

diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI-3: Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan

kejadian tampak mata.

KI-4: Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.


42

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


43

3.11 Menganalisis aritmetika 1.11.1Menjelaskan nilai suatu

sosial (penjualan, pembelian, barang, harga penjualan dan harga

potongan, keuntunganm kerugian, pembelian.

bunga tunggal, presentase, bruto, 1.11.2Menjelaskan presentase

neto, tara). untung dan rugi.

1.11.3Menjelaskan diskon, bruto,

tara dan 62 neto.

1.11.4Menjelaskan bunga tunggal

dan pajak.

4.11 Menyelesaikan permasalahan 4.11.1 Menyelesaikan permaslahan

berkaitan dengan aritmetika sosial tentang nilai suatu barang, harga

(penjualan, pembelian, potongan, penjualan dan harga pembelian.

keuntungan, kerugian, bunga 4.11.2Menyelesaikan permasalahan

tunggal, presentase, bruto, neto, tentang presentase untung dan rugi.

tara). 4.11.3Menyelesaikan permasalahan

tentang diskon, bruto, tara, neto.

4.11.4Menyelesaikan permasalahan

tentang bunga tunggal dan paja

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui proses pembelajaran aritmetika sosial, siswa

memilikipengalaman belajar :
44

1. Terlatih berpikir kritis dan berpikir kreatif;


45

2. Menemukan ilmu pengetahuan dari pemecahan masalah nyata;

3. Mengajak untuk melakukan penelitian dasar dalam membangun


konsep;

4. Terlatih bekerjasama dalam tim untuk menemukan solusi


permasalahan;

5. Terlatih mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka ;

6. Merasakan manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari.

D. Materi Pembelajaran

Pertemuan 1

Nilai Suatu Barang, Harga Penjualan Dan

Pembelian Laba = Harga jual – Harga beli

Rugi = Harga beli – Harga jual .

1. Presentase

Keuntungan

PU = 𝐻𝐽−𝐻𝐵 𝑥

100%
𝐻𝐵

2. Presentase Kerugian

PR = 𝑅
𝐻𝐵 𝑥 100%

Pertemuan 2

Menentukan Bunga , Diskon, Dan Pajak

1. Bunga

Bunga adalah jasa berupa uang yang diberikan oleh pihak


46

peminjam kepada pihak yang meminjamkan modal atas

persetujuan Bersama.

2. Diskon

Diskon merupakan potongan harga yang diberikan penjual

terhadap suatu barang.

3. Pajak
Pajak merupakan besaran nilai suatu barang atau jasa yang

wajib dibayarkan oleh masyarakat kepada pemerintah.

Pertemuan

3 Bruto,

Netto,

Tara

1. Bruto

Bruto merupakan berat dari suatu benda bersama


pembungkusnya.

2. Netto

Netto merupakan berat dari suatu benda tanpa pembungkus

benda tersebut.

3. Tara

Tara merupakan selisih antara bruto dengan netto.

E. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran : Learning Start With A

Question (LSQ) Metode : Ceramah

Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik

F. Alat/Media Pembelajaran

1. Alat dan Bahan : Spidol, Papan Tulis

2. Media : LK

G. Sumber Belajar
Buku siswa kelas VII semester 1

H. Langkah – Langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama : 2 Jam Pelajaran

Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi Waktu


Pendahuluan Komunikasi 10 menit

1. Guru membuka pelajaran dengan

salam.

2. Guru menyiapkan siswa: berdoa dan

mengabsen.

3. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

4. Guru menyampaikan rencana

kegiatan yang akan dilakukan siswa,

yaitu siswa bekerja secara individual

atau kelompok.

Apersepsi

1. Guru memberikan gambaran

tentang pentingnya memahami

aritmetika sosial.

2. Guru mengingatkan kembali peserta

didik materi tentang aritmetika sosial

dan cara menyampaikannya.

Motivasi

1. Memotivasi siswa dengan cara

mengaitkan materi dengan masalah

yang terdapat dalam kehidupan sehari-


hari yang menggunakan konsep

aritmetika sosial.

2. Menyampaikan langkah

pembelajaran dengan Learning Start

With a question.
Inti 1) Guru menentukan materi (nilai 60 menit

suatu barang, harga penjualan,

pembelian dan 60 menit65 presentase

untung dan rugi) yang akan dipelajari.

2) Kemudian guru meminta siswa

membaca materi tersebut.

3) Guru mengelompokkan para siswa

dalam kelompok-kelompok kecil

(beranggotakan 2 orang).

4) Bersama dengan temannya dalam

kelompok kecil bekerjasama

memaknai wacana/mempelajari materi.

5) Siswa diminta memberi tanda pada

bagian materi yang tidak dipahami dan

diminta menyusun suatu pertanyaan.

6) Guru meminta dua kelompok kecil

bergabung menjadi satu kelompok

(beranggotakan 4 orang) untuk


membahas pertanyaan/ poin-poin yang

tidak diketahui yang telah diberi tanda

7) Siswa didalam kelompoknya

diminta untuk menuliskan pertanyaan

tentang materi yang dibaca yang

belum dapat diselesaikan.

8) Guru meminta setiap kelompok

menginventarisasi pertanyaan yang

telah ditulis.

9) Kelompok membacakan pertanyaan

yang belum dapat diselesaikan untuk

ditanggapi kelompok lain.

10) Guru menjelaskan jawaban dari

sisa pertanyaan yang belum terjawab.

Penutup 1) Guru mengarahkan siswa untuk 10 menit

menarik 10 menit66 kesimpulan.

2) Guru memberikan tugas PR

beberapa soal mengenai materi yang

diperoleh.

3) Guru mengakhiri kegiatan belajar

dengan memberikan pesan untuk tetap

belajar.
Pertemuan Kedua : 1 Jam Pelajaran
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan Komunikasi 5 menit

1. Guru membuka pelajaran dengan

salam.

2. Guru menyiapkan siswa: berdoa

dan mengabsen.

3. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

4. Guru menyampaikan rencana

kegiatan yang akan dilakukan siswa,

yaitu siswa bekerja secara individual

atau kelompok.

Apersepsi

1. Guru mengingatkan kembali

peserta didik meteri tentang harga

penjualan dan pembelian, untung dan

rugi, serta presentase untung dan rugi.

Motivasi

1. Mengingatkan materi dengan

masalah yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari yang

menggunakan konsep aritmetika


sosial. 2. Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

Inti 1) Guru menentukan materi (bunga 30 menit

tunggal, diskon, dan pajak) yang akan

dipelajari.

2) Kemudian guru meminta siswa

membaca materi tersebut. Guru

mengelompokkan para siswa dalam

kelompok-kelompok kecil

(beranggotakan 2 orang).

3) Bersama dengan temannya dalam

kelompok kecil bekerjasama

memaknai wacana/mempelajari materi.

4) Siswa diminta memberi tanda pada

bagian materi yang tidak dipahami dan

diminta menyusun suatu pertanyaan.

5) Guru meminta dua kelompok kecil

bergabung menjadi satu kelompok

(beranggotakan 4 orang) untuk

membahas pertanyaan/ poin-poin yang

tidak diketahui yang telah diberi tanda.


6) Siswa didalam kelompoknya

diminta untuk menuliskan pertanyaan

tentang materi yang dibaca yang

belum dapat diselesaikan.

7) Guru meminta setiap kelompok

menginventarisasi pertanyaan yang

telah ditulis.

8) Kelompok membacakan pertanyaan

yang belum dapat diselesaikan untuk

ditanggapi kelompok lain.

9) Guru menjelaskan jawaban dari sisa

pertanyaan yang belum terjawab.

Penutup 1) Guru mengarahkan siswa untuk 5 menit

menarik kesimpulan.

2) Guru meminta siswa

mengumpulkan tugas PR pertemuan

lalu yang diperoleh. 3) Guru

mengakhiri kegiatan belajar dengan

memberikan pesan

untuk tetap belajar.


Pertemuan Ketiga : 2 Jam Pertemuan
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi Waktu
Pendahulua Komunikasi 10 menit
n 1. Guru membuka pelajaran
dengan salam.
2. Guru menyiapkan siswa:
berdoa dan mengabsen.
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
4. Guru menyampaikan
rencana kegiatan yang akan
dilakukan siswa, yaitu siswa
bekerja secara individual atau
kelompok.
Apersepsi
1. Mengingatkan peserta
didik materi tentang
bunga tunggal.
Motivasi
1. Mengingatkan apa saja
masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang menggunakan
konsep perbandingan senilai
dan berbalik nilai.
Inti 1. Guru memberikan 60 menit
penjelasan tentang materi (
Bruto, Tara, Neto) yang
akan dipelajari, siswa harus
menyimaknya secara baik.
2. Guru menanyakan
apakah ada yang belum
paham dengan materinya.
3. Siswa diminta untuk
mengerjakan soal secara
individu
Penutup 1. Siswa diminta
mengumpulkan soal yang
sudah dikerjakan.
2. Guru menanyakan
bagian soal mana yang
menurut siswa sulit.
3. Guru membahas bagian
yang menurut siswa sulit.
4. Guru mengakhiri
kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk
tetap belajar.

I. Penilaian Hasil Belajar


1. Teknik Penilaian : Tes tertulis (Terlampir)
2. Bentuk Instrumen : Uraian

Mengetahui Surakarta, 18
Januari 2019 Guru Mata Pelajaran Pratikan
Pipin Prastyawati, S.Pd Anggren Yuka Lensia
Sianturi NPM :
17150201
KISI-KISI SOAL UJI COBA POST TEST
Jenis Jumlah Nomor

Kompetensi Dasar Indikator Tes Soal Soal

Menganalisis dan  Menghitung Uraian

Menyelesaikan masalah untung, rugi 3 1-3

yang berkaitan dengan  Menghitung


aritmatika sosial persentase Uraian 2 4-5
(penjualan, pembelian, untung/rugi
potongan, keuntungan,
 Menghitung
kerugian)
harga jual/ Uraian 3 6-8

harga beli

Jenis Jumlah Nomor

Kompetensi Dasar Indikator Tes Soal Soal

Menganalisis dan  Menghitung Uraian

Menyelesaikan masalah untung, rugi 3 1-3

yang berkaitan dengan  Menghitung


aritmatika sosial persentase Uraian 2 4-5
(penjualan, pembelian, untung/rugi
potongan, keuntungan,
 Menghitung
kerugian)
harga jual/ Uraian 3 6-8

harga beli
Lampiran 3
SOAL UJI COBA POST TEST
1. Alvin membeli penghapus seharga Rp. 3000,00. Kemudian ia

menjualnya dengan harga Rp. 3.500,00. Tentukanlah apakah Alvin

untung/rugi, dan berapakah untung/ruginya ?

2. Seorang pedagang membeli 50 kg buah jeruk dengan harga Rp.


400.000,00.

Jika pedagang tersebut menjual kembali buah jeruk dengan harga

Rp.10.000,00/kg. Jika 10kg jeruk rusak dan hanya dapat dijual dengan

setengah harga, berapakah keuntungan/rugi yang diperoleh oleh

pedagang tersebut?

3. Ibnu membeli 2 jenis kopi dengan masing-masing sebanyak 20kg

dengan harga Rp. 8000,00/kg, dan 10kg dengan harga

Rp.11.000,00/kg. Kedua jenis kopi tersebut dicampur, kemudian ia

jual dengan harga Rp.15.000,00/kg. Berapakah keuntumgan yang

diperoleh Ibnu?

4. Pak Tono membeli telur sebanya 25kg dengan harga Rp.500.000,00.

Pak Tono menginginkan untung sebesar 20%, maka harga jual

telur/kg adalah…

5. Arif membeli sepatu dengan harga Rp.275.000,00. Karena butuh

uang, arif menjual sepatunya dengan harga Rp.253.000,00. Berapa

persentase kerugian yang dialami Arif ?

6. Ibu karin membeli 30 buah pensil dengan harga Rp.135.000,00.

Kemudian ia menjualnya dengan menginginkan untung sebanyak


Rp.27.000,00. Maka harga jual pensil perbuahnya adalah…

7. Paman membeli sepeda motor bekas dengan harga


Rp.4.750.000,00.

Kemudian sepeda motor tersebut diperbaiki dengan biaya


sebanyak
Rp.1.150.000,00. Jika paman menginginkan untung sebanyak

Rp.750.000,00, berapa harga jual sepeda motor tersebut ?

8. Sebuah sepeda dijual dengan harga R.350.000,00. Dan dari penjuaalan

tersebut diperoleh keuntungan sebanyak Rp. 75.000,00. Berapa harga

awal sepeda tersebut ?


32

Anda mungkin juga menyukai