Anda di halaman 1dari 70

PENGEMBANGAN E-MODULE KIMIA BERBASIS LITERASI SAINS

DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PADA

MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

PROPOSAL TESIS

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Romarta Gultom

3336167940

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, hanya dengan izin dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal tesis ini. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal
tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, dorongan dan kemudahan
yang diberikan dari beberapa pihak.

Penulis mengcapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tigginya


kepada Dr. Muktiningsih Nurjayadi selaku Pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran dan ketulusan dalam membimbing, mengarahkan dan mendorong
peneliti untuk menyelesaikan tesis ini. Dr. Imam Santoso, M.Si selaku
Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini dan Dr. Afrizal, M.Si selaku Kaprodi
Magister Pendidikan Kimia yang telah membimbing dan mendorong peneliti
untuk menyelesaikan tesis ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian tesis ini, karena tesis ini
bukan semata mata hasil kerja keras penulis sendiri. Akhirnya penulis berharap
hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.

Jakarta, Januari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
A. Latar Belakang..............................................................................................6
B. Indentifikasi Masalah..................................................................................10
C. Batasan Masalah.........................................................................................11
D. Rumusan Masalah.......................................................................................11
E. Tujuan Penelitian........................................................................................12
F. Manfaat Penelitian......................................................................................12
BAB II....................................................................................................................14
KAJIAN TEORI....................................................................................................14
A. Tinjauan Pustaka.........................................................................................14
1. Penelitian Pengembangan........................................................................14
2. Bahan Ajar...............................................................................................19
3. Modul......................................................................................................20
4. Literasi Sains..............................................................................................30
5. Model Pembelajaran................................................................................33
6. Karakteristik Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit....................37
B. Penelitian Relevan.......................................................................................39
BAB III..................................................................................................................41
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................41
A. Tujuan Penelitian........................................................................................41
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................41
C. Subyek Penelitian........................................................................................42
D. Karakteristik Modul dan Media yang dikembangkan.................................43
E. Metode penelitian........................................................................................43
F. Prosedur Penelitian.....................................................................................43
G. Instrumen Penelitian...................................................................................46
H. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................47
I. Teknik Analisis Data...................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Modul Elektronik dengan Modul Cetak.................................22


Tabel 2. Konteks aplikasi sains PISA....................................................................27
Tabel 3. Tahapan-Tahapan Model PBL.................................................................30
Tabel 4. Prosedur Penelitian..................................................................................38
Tabel 5. Interpretasi Deskriptif dengan Skala Penilaian........................................43
Tabel 6. Interpretasi Deskriptif Kualitas dengan Skala Penilaian.........................43
Tabel 7. Tabel Kategori Reliabilitas......................................................................44
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Taksonomi Bloom.............................................................................54


Lampiran 2. Kisi Kisi Instrumen Analisis Pendahuluan dan Kebutuhan Siswa....55
Lampiran 3. Kuesioner Analisis Pendahuluan Dan Kebutuhan Siswa..................57
Lampiran 4. Kisi Kisi Instrumen Analisis Pendahuluan Dan Kebutuhan Guru....62
Lampiran 5. Kuesioner Analisis Pendahuluan Dan Kebutuhan Guru...................64
Lampiran 6. Draft E-Module Draft E-Module.......................................................69
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu saluran yang dapat mengungkapkan gagasan

dan nilai-nilai baru, serta memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan

masyarakat. Kualitas pendidikan suatu negara sangat mempengaruhi

perkembangan kemajuan di negara tersebut . Menurut John Dewey “Pendidikan

adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara

intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”. Pendidikan

mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan zaman di

era globalisasi. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan manusia yang

memiliki kemampuan bersaing dan menghadapi permasalahan-permasalahan di

era globalisasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

dengan meningkatkan kualitas pembelajaran baik berupa pemilihan strategi

belajar, media pembelajaran dan sumber belajar. Selain itu kemampuan yang

dimiliki oleh siswa juga harus dikembangkan, bukan saja hanya mampu dalam

menyelesaikan soal-soal yang bersifat mengingat melainkan mampu untuk

meganalisis, mengevaluasi atau bahkan mencipta. Salah satu hal yang perlu

dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan

kemampuan literasi.

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains. Pembelajaran sains akan

lebih bermakna jika siswa memiliki kemampuan literasi sains yang baik. Menurut

6
PISA-OEDC (2015) menyatakan bahwa “Scientific literacy is the ability to

engage with science-related issues, and with the ideas of science, as a reflective

citizen”. Kemampuan literasi sains seorang siswa membutuhkan kompetensi

untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang

penyelidikan ilmiah, dan menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah. Survei

hasil PISA yang mengukur aspek kemampuan literasi siswa oleh Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD) yang dimulai tahun 2000

menempatkan Indonesia pada posisi 39 dari 41 negara, tahun 2006 posisi 50 dari

57 negara, tahun 2009 pada posisi 61 dari 65 negara, dan 2012 pada posisi 64 dari

65 negara dan 2015 pada posisi 63 dari 70 negara. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan literasi sains siswa di Indonesia masih sangat mengkhawatirkan

untuk mampu bersaing dalam tantangan abad 21.

Sumber belajar menjadi salah satu factor yang dapat meningkatkan

kemampuan literasi sains siswa. Penggunaan sumber belajar yang tepat dalam

proses pembelajaran dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami

konsep pembelajaran serta mengembangkan kemampuan literasi sains siswa.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilaksanakan di SMA DON

BOSCO I dan SMA Negeri 11 Tangerang Selatan terhadap 80 siswa diperoleh

data bahwa penggunaan buku menjadi salah satu sumber belajar siswa dalam

pembelajaran kimia.

Hasil yang diperoleh dalam analisis kebutuhan ini menunjukkan bahwa 80

% siswa menyatakan buku pelajaran kimia yang digunakan sebagai sumber

belajar sulit untuk dipahami karena penggunaan bahasa yang sulit dimengerti.
Selain itu dalam buku pelajaran kimia yang digunakan siswa, tidak

menghubungkan konsep dalam pembelajaran terhadap fenomena-fenomena kimia

dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu langkah untuk

mengembangkan literasi sains siswa. Buku pelajaran kimia yang digunakan siswa

belum memberikan pemecahan masalah yang mampu mengembangkan literasi

sains siswa. Berdasarkan hasil obsservasi tersebut siswa membutuhkan bahan ajar

yang lebih mudah dipahami serta mampu mengembangkan kemampuan literasi

sains siswa.

Sesuai dengan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan, 60 % siswa

menyatakan bahwa materi larutan eletrolit dan non elektrolit sulit untuk dipahami

yaitu pada reaksi ionisasi larutan dan proses daya hantar listrik oleh larutan.

Kesulitan dalam pemahaman materi tersebut dikarenakan siswa hanya

menghafalkan teori tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. Kemudian 70%

siswa menyatakan bahwa dalam pembelajaran tidak diperoleh pembelajaran yang

berbasis literasi sains yang menghubungkan pembelajaran dengan fenomena-

fenomena sains.

Berdasarkan pernyataan siswa dalam hasil analisis kebutuhan, bahan

pembelajaran yang menarik untuk digunakan adalah dengan penggunaan bahasa

yang mudah dipahami dan dimengerti sehingga siswa tidak akan bingung atau

rumit dalam mempelajari kimia serta keterkaitan konsep yang dipelajari dengan

kehidupan sehari-hari dan pemecahan masalah yang mampu mengembangkan

kemampuan literasi sains siswa. Selain itu siswa juga menginginkan terdapat

gambar-gambar penunjang materi serta kegiatan praktikum. Siswa menyukai


metode pengajaran menggunakan bahan ajar yang menstimulus siswa untuk

menghubungkan konsep sains dalam menyelesaikan permasalahan sains yang

dihadapi. E-module menjadi salah satu bahan ajar yang dapat memenuhi

kebutuhan siswa dalam pembelajaran.

E-Module yang akan dikembangkan oleh penulis menggunakan aplikasi

pageflip 3 dimensi berbentuk flipbook, yang merupakan hasil pengembangan dari

e-Module sebelumnya yang sudah ada dengan hanya berbentuk 2 dimensi. Siswa

dalam menggunakan e-Module ini dibutuhkan laptop atau komputer. Berdasarkan

analisis teknologi dari penyebaran kuesioner analisis kebutuhan siswa terhadap

siswa bahwa seluruhnya siswa mempunyai laptop, dengan demikian memudahkan

penggunaan e-Module kimia.

Selain sumber belajar pemilihan metode dalam pengajaran serta

penggunaan modul dapat meningkatkan kemudahan siswa dalam memahami

konsep serta mengembangkan kemampuan literasi. Problem-based learning (PBL)

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dengan metode

pedagogis yang paling inovatif yang pernah diimplementasikan di pendidikan.

Efektivitasnya dalam memfasilitasi pemecahan masalah siswa dan kemampuan

belajar mandiri. Problem-based learning merupakan metode pembelajaran yang

mengawali pembelajaran siswa dengan menciptakan kebutuhan memecahkan

masalah yang otentik , selama pemecahan proses masalah , siswa membangun

pengetahuan konten dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

serta kemampuan belajar mandiri saat bekerja solusi untuk masalah (Hung.dkk,

2014).
Berdasarkan latar belakang di atas , peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul " Pengembangan E-Module Kimia Berbasis Literasi

Sains dengan Pendekatan Problem Based Learning Pada Materi Larutan

Elektrolit Dan Non Elektrolit ”

B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan berikut sebagai

berikut:

1. Apakah bahan ajar yang berupa E-modul berbasis literasi sains dengan

pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada materi kimia tersedia di

SMA ?

2. Apa saja faktor yang mendorong penulis untuk mengembangkan eModule

kimia berbasis literasi sains dengan pendekatan Problem Based Learning

(PBL) di SMA ?

3. Apakah e-Module kimia berbasis literasi sains dengan pendekatan

Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan sebagai sumber belajar

siswa ?

4. Apakah e-Module kimia berbasis literasi sains dengan pendekatan

Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan dalam pembelajaran

kimia di kelas X khususnya pada materi reaksi larutan elektrolit dan non

elektrolit ?

5. Apakah bahan ajar yang berupa E-modul berbasis literasi sains dengan

pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada materi kimia dapat


menambah pemahaman dan kemampuan literasi siswa pada materi larutan

elektrolit dan non elektrolit?

6. Bagaimana mengembangkan e-Module kimia pada materi larutan elektrolit

dan non elektrolit berbasis literasi sains dengan pendekatan Problem

Based Learning (PBL) di kelas X sebagai sumber belajar siswa ?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan, penelitian ini

dibatasi pada pengembangan dan penerapan e-Module kimia berbasis literasi

sains dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada materi larutan

elektrolit dan non elektrolit untuk siswa SMA kelas X, dengan tampilan flipbook

dan disebarluaskan melalui flaskdisk atau dropbox, yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan literasi sains siswa dalam pembelajaran kimia.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, serta batasan masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. E-Module kimia berbasis literasi sains dengan pendekatan Problem

Based Learning (PBL) pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

seperti apakah memenuhi syarat sebagai sumber belajar untuk siswa

SMA kelas X?
2. Bagaimana efektivitas penerapan e-Module kimia berbasis literasi sains

dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada materi larutan

elektrolit dan non elektrolit untuk mengembangkan kemampuan literasi

sains siswa SMA kelas X?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menghasilkan E-Module kimia berbasis literasi sains dengan pendekatan

Problem Based Learning (PBL) pada materi larutan elektrolit dan non

elektrolit sebagai sumber belajar untuk siswa SMA kelas X

2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan e-Module kimia berbasis literasi

sains dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada materi

larutan elektrolit dan non elektrolit untuk mengembangkan kemampuan

literasi sains siswa SMA kelas X

F. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi siswa, yaitu:

a. Dapat menggunakan e-Module dalam pembelajaran kimia di sekolah

maupun secara mandiri

b. Memudahkan siswa dalam memahami konsep pembelajaran serta

keterkaitan konsep terhadap fenomena-fenomena kimia

c. Menumbuhkan motivasi pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran


d. Mengembangkan kemampuan literasi sains siswa melalui pemecahan

masalah

2. Manfaat bagi guru, yaitu:

a. Memudahkan guru dalam mengajarkan materi larutan elektrolit dan

non elektrolit

b. Menambah wawasan mengembangkan inovasi dalam pembelajaran

serta pengembangan lierasi sains siswa

3. Manfaat bagi sekolah, yaitu:

a. Mendapatkan e-modul pembelajaran kimia yang telah disusun peneliti

b. Memotivasi guru-guru untuk mengembangkan bahan aja yang menarik

dan memudahkan siswa dalam memahami konsep

4. Manfaat Bagi Peneliti

a. Menambah kreatifitas dalam pembuatan e-Module kimia

b. Mengaplikasikan penggunaan teknologi dengan e-Module sebagai

sumber belajar dalam pembelajaran kimia


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Pengembangan

a. Pengertian Pengembangan

Pengembangan didefinisikan sebagai aplikasi sistematis dari pengetahuan

atau pemahaman, diarahkan pada produksi bahan yang bermanfaat, perangkat, dan

sistem atau metode, termasuk desain, pengembangan dan peningkatan prioritas

serta proses baru untuk memenuhi persyaratan tertentu (Nusa, 2011:70).

Pengertian ini menekankan pada hasil dari kegiatan mengembangkan sesuatu

yang tidak hanya berbentuk benda tetapi bisa juga dalam berbagai hal.

Seels dan Richey mengartikan pengembangan merupakan proses

penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Akhir dari proses

pengembangan akan menghasilkan sebuah produk di mana sebelumnya proses

pembuatan produk tersebut diawali dengan proses desain (Seels,1994: 35).

Kemudian Richey and Klein (2007:1) juga mendefinisikan pengembangan seperti

kutipan berikut:

“The systematic study of design, development and evaluation processes

with the aim of establishing an empirical basis for the creation of

instructional and non instructional products and tools and new or

enhanced models that govern their development. “

14
Kutipan tersebut mengartikan bahwa pengembangan adalah sebuah studi

sistematis untuk mendesain disertai dengan evaluasi dengan tujuan membuat

dasar empiris untuk menciptakan produk instruksional maupun non instruksional

baru atau meningkatkan pengembangan yang sudah ada.

Dari hasil analisis tersebut, dapat diambil makna bahwa pengembangan

merupakan satu bagian dari pembelajaran. Dalam pembelajaran diperlukan

adanya pengembangan baik dalam prosesnya ataupun material pendukung yang

harus terus ditingkatkan kualitasnya agar tetap dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Pengertian Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (Research and Development) didefenisikan

sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan

untuk mencari, menemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan,

menghasilkan, menguji keeefektifan produk, model/strategi/cara, jasa, prosedur

tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisie n, produktif, dan bermakna.

Research and Development diarahkan untuk mencari kebaruan dan keunggulan.

(Nusa, 2013).

Menurut Borg & Gall bahwa (1989: 772) model penelitian dan

pengembangan dalam bidang pendidikan didefinisikan sebagai “a process used to

develop and validate educational product”. Langkah-langkah dalam proses ini

memperlihatkan bentuk pengulangan atau siklus berdasarkan kajian temuan

penelitian kemudian dikembangkan suatu produk, mengembangkan produk


berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan

latar belakang dimana produk itu akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap

hasil yang diperoleh dari uji coba lapangan sampai pada akhirnya diperoleh suatu

model (sebagai produk) yang dapat digunakan untuk memperbaiki output.

Berdasarkan pada kesamaan pendapat-pendapat tersebut, dapat dipahami

bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan menghasilkan suatu produk, memvalidasi, dan menguji

keefektifan produk yang telah ada sebelumnya serta menyempurnakan produk

sesuai dengan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan

Menurut Borg dan Gall (dalam Nusa, 2013: 120-121) menjelaskan bahwa

langkah-langkah penelitian dan pengembangan, terdapat 10 tahapan penelitian dan

pengembangan yaitu:

1. Penelitian Pendahuluan dan Pengumpulan data (Research and information

collecting)

Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk

mengumpulkan informasi berupa kajian pustaka, pengamatan kelas,

identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan

merangkum permasalahan.
2. Perencanaan (Planning)

Melakukan perancanaan berupa identifikasi dan definisi

keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji

ahli atau uji coba pada skala kecil atau expert judgement.

3. Pengembangan produk awal (Develop preliminary form of product)

Pengembangan produk awal yang mencakup penyiapan bahan-

bahan pembelajaran, handbook dan alat-alat evaluasi. Pada tahap ini,

penulis menyiapkan bahan-bahan pendukung pengembangan produk,

seperti membuat isi materi, membuat evaluasi, mencari video dan gambar

pendukung, dan lain-lain.

4. Uji lapangan awal (Preliminary field testing)

Pada tahap ini penulis melakukan uji lapangan awal dari hasil awal

produk yang telah dikembangkan. Pada tahap ini, penulis akan

mendapatkan saran-saran dan masukan untuk perbaikan produk dari hasil

uji validasi para ahli materi dan bahasa, ahli media pembelajaran, serta

guru kimia.

5. Revisi hasil uji lapangan awal (Main product revision)

Tahap ini diperoleh informasi kualitatif tentang program atau

produk yang dikembangkan. Penulis melakukan revisi atau perbaikan dari

masukan yang telah didapatkan.

6. Uji coba lapangan utama (Main field testing)

Setelah produk berhasil direvisi, penulis kembali melakukan uji

coba lapangan utama kepada siswa dan guru dengan skala kecil. Pada
tahap ini, penulis akan mendapatkan saran-saran dan masukan untuk

penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan

7. Revisi produk uji coba lapangan utama (Operational product revision)

Revisi produk dikerjakan berdasarkan hasil uji coba lapangan

utama. Hasil uji coba lapangan utama dengan melibatkan siswa dan guru

skala kecil. Dimaksudkan untuk menentukan keberhasilkan produk dalam

pencapaian tujuan dan mengumpulkan informasi.

8. Uji lapangan operasional (Operational field testing)

Setelah produk berhasil direvisi, kemudian kembali melakukan uji

coba lapangan operasional kepada siswa dan guru dengan skala besar.

Pada tahap ini, penulis akan mendapatkan saran-saran dan masukan untuk

penyempurnaan produk hasil uji lapangan operasional.

9. Revisi produk akhir (Final product revision)

Melakukan revisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam

uji coba lapangan.

10. Desiminasi dan implementasi Produk

Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan

dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerja

sama dengan penerbit untuk sosialisai produk untuk komersial, dan

memantau distribusi dan control kualitas.


2. Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar

Hamdani (2011) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar

yaitu sebagai berikut :

a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa

berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis

b. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan/ atau teks yang diperlukan oleh

guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran

c. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik

tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang

memungkinkan siswa untuk belajar

Prastowo (2010) mengemukakan bahan ajar adalah segala bahan yang

disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi dasar

yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran

dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat

materi berisi informasi atau teks yang disusun secara sistematis digunakan oleh

guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga tercipta

suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.


b. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar

Prastowo (2010) mengemukakan tujuan pembuatan bahan ajar ada empat

yaitu :

1. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu

2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar sehingga mencegah

timbulnya rasa bosan pada peserta didik

3. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran

4. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

3. Modul
a. Pengertian Modul

Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berupa cetakan. Modul

pembelajaran biasanya biasanya di gunakan dalam perkuliahan perguruan tinggi

dengan pembelajaran jarak jauh, (bukan tatap muka). Ada beberapa pengertian

tentang modul, antara lain sebagai berikut :

1. Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisimateri,

metode, batasan – batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan

belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara

sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan

dan dapat digunakan secara mandiri.

2. Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan

kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk keperluan proses

pembelajaran tertentu; sebuah kompetisi atau subkompetisi yang

dikemas dalam satu modul secara utuh (self contained), mampu


membelajarkan diri sendiri atau dapat di gunakan untuk belajar secara

mandiri (self instructional). Penggunaan modul tidak bergantung pada

media lain, memberikan kesempatan mahasiswa untuk berlatih dan

memberikan rangkuman, memberikan kesempatan melakukan test

sendiri (self test), danmengakomodasi kesulitan mahasiswa dengan

memberikan tindak lanjut dan umpan balik.

Dengan memerhatikan kedua pengertian tentang modul diatas, kita dapat

menyimpulkan bahwa Modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis

atau cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode,

tujuan pembelajaran berdasarkan kompetisi dasar atau indikator pencapaian

kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan

yang disajikan dalam modul tersebut. Hamdani (2011).

b. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Modul

Salah satu tujuan penyusunan modul adalah menyediakan bahan ajar yang

sesuaidengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan

mahasiswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan

karakteristik siswa, serta setting ataulatar belakang lingkungan sosialnya.

Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa

maupun dari kepentingan guru.

Bagi siswa, modul bermanfaat antara lain:

1. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri;


2. Belajar menjadi lebih menarik, karena dapat di pelajari di luar

kelas dan di luar jam pelajaran;

3. Berkesempatan mengekspresikan cara – cara belajar yang sesuai

dengan kemampuan dan minatnya;

4. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan

mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul;

5. Mampu membelajarkan diri sendiri;

6. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung

dengan lingkungan dan sumber belajar lainya.

Bagi guru penyusunan modul bermanfaat karena :

1. Mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks;

2. Memperluas wawasan karena disusun menggunakan berbagai

referensi;

3. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis

bahan ajar;

4. Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa

karena pembelajarantidak harus berjalan secara tatap muka.

5. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan

diterbitkan Hamdani (2011).


c. Prinsip – prinsip Penyusunan Modul Pembelajaran

Sebagaimana bahan ajar yang lain, penyusunan modul hendaknya

memerhatikan berbagai prinsip yangmembuat modul tersebut dapat

memenuhi tujuan penyusunannya. Menurut hamdani (2011) prinsip yang

harus dikembangkan antara lain :

1. Disusun dari materi yang mudah untuk memahami yang lebih sulit

dan dari yang konkret untuk memahami yang yang semikonkret

dan abstrak;

2. Menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman;

3. Umpan balik yang positif akan memberikan penguatan pada siswa;

4. Memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat menentukan

keberhasilan belajar;

5. Latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri.

d. Alur Penyusunan Modul

Sebelum menyusun modul, guru harus melakukan identifikasi

terhadap kompetisi dasar yang akan di belajarkan. Selain itu, guru juga

melakukan identifikasi terhadap indikator – indikator pencapaian

kompetensi yang terdapat dalam silabus yang telah disusun. Menurtut

Hamdani (2011) penyusunan sebuah modul pembelajaran diawali dengan

urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Menetapkan judul modul yang akan disusun

2. Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainnya.


3. Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar, melakukan

kajian terhadap materi pembelajarannya, serta merancang bentuk

kegiatan pembelajaranyang sesuai.

4. Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan merancang

bentuk dan jenis penilaian yang akan disajikan.

e. Format Modul

Agar dapat menghasilkan modul pembelajaran yang mampu

memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul

perlu dirancang sebaik mungkin sehingga tujuan pembelajaran yang

direncanakan dapat tercapai. Format sebuah modul menurut Hamdani

(2011).meliputi :

1. Halaman sampul yang berisi judul pokok bahasan dan logo. Halaman

sampul juga berisi nama penulis, nama mata pelajaran, dan

keterangan yang dianggap perlu ditambahkan

2. Pokok bahasan, berisi seperti yang tertulis pada standar kompetensi

3. Pengantar berisi kedudukan modul dalam suatu mata pelajaran,

ruang lingkup materi modul, serta kaitan antar pokok bahasan dan

sub-sub pokok bahasan

4. Kompetensi dasar dikutip dari standar isi (kurikulum). Satu

kompetensi dasar biasanya dirancang menjadi beberapa kegiatan

belajar, tergantung pada keluasan dan kedalaman materi

5. Kompetensi dasar dikutip dari standar isi kurikulum, satu kompetensi

dasar biasanya dibuat untuk satu kegiatan belajar


6. Tujuan pembelajaran yaitu merupakan rumusan gambaran tentang

kemampuan tertentu yang harus dicapai oleh siswa setelah

menyelesaikan pengalaman belajar tertentu

7. Kegiatan belajar, dalam satu modul biasanya terdiri dari satu sampai

tiga kegiatan belajar atau bahkan lebih, sesuai dengan silabus dan

RPP

8. Judul kegiatan belajar ditulis secara singkat, tetapi menggambarkan

keseluruhan isi materi pembelajaran

9. Uraian dan contoh, pada bagian ini sebelum menuliskan uraian dan

contoh harus ditulis judul dan sub unit kecil terlebih dahulu. Uraian

materi ditulis dengan bahasa sederhana, tetapi tidak mengurangi

substansi materi, uraian disampaikan dalam bentuk bertutur sehingga

memberi kesan seolah-olah guru berada di depan siswa. Contoh juga

harus disertakan secara lengkap dan jelas sehingga dapat membantu

siswa dalam memahami materi

10. Latihan yang ada di dalam modul merupakan alat untuk menguji

kemampuan siswa. Saat siswa mengerjakan tugas dan soal-soal

dalam latihan, siswa dapat mengukur seberapa besar kemampuannya

menguasai pokok-pokok materi. Hendaknya latihan juga disertai

dengan petunjuk-petunjuk praktis dan jelas

11. Bagian rangkuman ditulis pokok-pokok materi yang telah disajikan

dalam uraian dan contoh


12. Test formatif dibuat untuk mengukur kemajuan belajar siswa dalam

satu unit pembelajaran. Test formatif biasanya dibuat dalam bentuk

objektif (benar salah, pilihan ganda, isian/melengkapi kalimat,

menjodohkan atau memasangkan sesuatu)

13. Umpan balik dan tindak lanjut yaitu memberikan rumus yang dapat

digunakan untuk memaknai pencapaian hasil belajar siswa sehingga

dapat diberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus digunakan

14. Kunci jawaban diberikan pada halaman yang berbeda dengan

maksud agar siswa dapat mengukur kemampuan sendiri

15. Daftar pustaka mencantumkan daftar kepustakaan yang dijadikan

sumber dalam penyusunan modul

f. Modul Elektronik atau e-Module

Dalam dunia pendidikan, pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi tersebut dalam pembelajaran dikenal dengan istilah elearning.

Menurut Sugianto (2013: 102), e-Module atau dalam bahasa Indonesia

disebut dengan modul elektronik merupakan sebuah bentuk penyajian

bahan belajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit

pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang

disajikan ke dalam format elektronik. Modul elektronik dilengkapi dengan

materi-materi sesuai dengan silabus yang ditampilkan melalui media

elektronik serta berfungsi untuk mempermudah dalam proses

pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak

membosankan.
e-Module dapat diimplementasikan sebagai sumber belajar mandiri yang

dapat membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi dan pemahamannya. e-

Module dapat menyajikan informasi secara terstruktur dan menarik. Selain itu,

dengan menggunakan e-Module proses pembelajaran tidak lagi bergantung pada

instruktur atau pendidik sebagai satu-satunya sumber informasi.

Berdasarkan pengertian mengenai modul dan e-Module tersebut, terlihat

bahwa tidak ada perbedaan prinsip pengembangan antara modul konvensional

(cetak) dengan modul elektronik. Perbedaan hanya terdapat pada format penyajian

secara fisik saja, sedangkan komponen-komponen penyusun modul tersebut tidak

memiliki perbedaan. Modul elektronik mengadaptasi komponen-komponen yang

terdapat di dalam modul cetak pada umumnya.

Berikut ini merupakan perbandingan yang akan membedakan antara

modul cetak dengan modul elektronik dari segi penyajian fisiknya :

Tabel 1. Perbedaan Modul Elektronik dengan Modul Cetak

Modul Elektronik Modul Cetak


Tampilannya menggunakan monitor Tampilannya berupa kumpulan kertas
atau layar komputer. yang berisi informasi tercetak, dijilid,
dan diberi cover
Lebih praktis untuk dibawa Jika semakin banyak jumlah
kemanamana, tidak perduli berapa halamannya maka akan semakin tebal
banyak modul yang disimpan dan dan semakin besar pula ukurannya,
dibawa tidak akan memberatkan kita serta semakin berat. Hal ini akan
dalam membawanya. merepotkan kita dalam membawanya.
Menggunakan CD, USB Flashdisk Tidak menggunakan CD atau memory
sebagai medium penyimpanan datanya. card sebagai medium penyimpanan
datanya.
Biaya produksinya lebih murah Biaya produksinya jauh lebih mahal,
dibandingkan dengan modul cetak. terlebih lagi jika menggunakan banyak
warna.
Modul Elektronik Modul Cetak
Menggunakan sumber daya berupa Cukup praktis, tidak membutuhkan
tenaga listrik dan komputer atau sumber daya khusus untuk
notebook untuk mengoperasikannya menggunakannya
Tahan lama dan tidak lapuk dimakan Daya tahan kertas terbatas oleh waktu,
waktu. semakin lama warna kertas akan
memudar dan lapuk
Dapat dilengkapi dengan audio dan Tidak dapat dilengkapi dengan audio
video dalam satu bundle penyajiannya. dan video dalam satu bundle
penyajiannya.
Pada tiap kegiatan belajar dapat Tidak dapat diberikan password, siswa
diberikan kata kunci atau password bebas mempelajari setiap kegiatan
yang berguna untuk mengunci kegiatan belajar. Sehingga terdapat sedikit
belajar. Siswa harus menguasai satu kelemahan dalam kontrol jenjang
kegiatan belajar sebelum melanjutkan kompetensi yang harus diperoleh
ke kegiatan belajar selanjutnya. pemelajar.

g. Karakteristik e-Modul

Sebagai media pembelajaran yang digunakan oleh siswa untuk mengatasi

masalah belajar, sebuah modul harus memiliki karakteristik. Karakteristik tersebut

diadopsi dari media modul cetak, hal tersebut dilakukan karena karakteristik

modul cetak masilh relavan jika diterapkan pada e-Modul. Anwar (2010:23)

menyatakan bahwa karakteristik modul sebagai berikut:

1) Self instructional (siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak

tergantung pada pihak lain). Maksudnya adalah siswa dianggap dapat

mandiri dalam mempelajari pelajaran dengan memperoleh bantuan

yang minimal dari pihak guru.

2) Self contained (seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi

yang dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh). Maksudnya adalah


isi di dalam modul memuat seluruh materi (ada materi, LKS, Evaluasi)

dari satu kompetensi yang harus dipelajari siswa.

3) Stand alone (modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media

lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain).

Maksudnya adalah dalam penggunaan modul dapat digunakan sendiri

sebagai media lengkap tanpa menggunakan media lainnya sebagai

pelengkap.

4) Adaptif (modul hendaknya memiki daya adaptif yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi). Maksudnya adalah modul

disesuaikan dengan karakterisktik siswa.

5) User friendly (modul hendaknya memenuhi kaidah akrab/bersahabat

dengan pemakainya).

6) Konsistensi (konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak).

Maksudnya adalah dalam penulisan huruf, penggunaan spasi, dan

pengaturan tata letak antara satu dengan yang lain harus sama dan

seimbang. Karakteristik modul di atas merupakan karakteristik dari

modul cetak, namun perincian karakteristik tersebut dapat

diaplikasikan dalam e- Modul. Dari beberapa pendapat di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya sebuah e-Modul memiliki

karakteristik dapat dipelajari di manapun dan kapanpun oleh siswa,

siswa tidak bergantung pada orang lain (self instructional), e-Modul

memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dalam proses kegiatan

belajar mengajar.
4. Literasi Sains
Literasi sains berasal dari dua kata yaitu literasi dan sains. Literasi berasal

dari Bahasa Inggris yaitu literacy yang berarti melek huruf atau gerakan

pemberantasan buta huruf. Sedangkan istilah sains juga berasal dari Bahasa

Inggris science yang berarti ilmu pengetahuan. Menurut KBBI, sains merupakan

pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji

coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang

diselidiki, dipelajari, dsb. Menurut Pusat Perbukuan, sains adalah salah satu mata

pelajaran utama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, khususnya Pendidikan

Dasar.

Menurut Science for all American (AAAS, 1993) dalam Sakkar (2012),

literasi sains merupakan kemampuan (ability) memahami konsep dan prinsip sains

(concept and principle of science) serta mempunyai kemampuan berpikir ilmiah

untuk memecahkan masalah sehari-hari kaitannya dengan sains. Berdasarkan

National Research Council (1996), literasi sains sangat penting karena untuk

memahami suatu ilmu sains dibutuhkan pemahaman pribadi dan minat agar

manfaat dimiliki oleh setiap orang.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD, 2003)

mengemukakan bahwa literasi sains merupakan kapasitas untuk menggunakan

pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan

berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari

perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. Literasi sains memiliki empat

kategori yang terkandung di dalamnya dan keempat kategori tersebut saling


terkait. Menurut Wilkinson (Collete and Chiapetta, 1989), literasi sains

melibatkan pemahaman pengetahuan alam yang kuat dan bagaimana ilmu

pengetahuan, teknologi dan masyarakat saling terkait serta mempengaruhi satu

dengan yang lain, sama baiknya dengan sikap positif kepada nilai ilmu

pengetahuan dan teknologi

Menurut PISA (2015) kemampuan literasi sains seorang siswa

membutuhkan kompetensi untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah,

mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, dan menginterpretasikan data

dan bukti secara ilmiah. PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam

pengukurannya, yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains.

1) Konten Sains

Pada dimensi konten sains siswa perlu mengangkap sejumlah

konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu

dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. Hal

tersebut merupakan gagasan besar pemersatu yang membantu menjelaskan

aspek-aspek lingkungan fisik. PISA mengajukan pertanyaan pertanyaan

yang mempersatukan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan

antariksa.

2) Proses Sains

PISA mengases kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan

pemahaman ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari, menafsirkan

dan memperlakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu,


yakni: (i) mengenali pertanyaan ilmiah; (ii) mengidentifikasi bukti; (iii)

menarik kesimpulan; (iv) mengkomunikasikan kesimpulan; dan (v)

menunjukkan pemahaman konsep ilmiah. Proses sains merujuk pada

proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau

memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti

serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis

pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti

apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal

kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada.

3) Konteks Sains

Konteks sains dalam PISA lebih ditekankan pada kehidupan

sehari-hari daripada kelas atau laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-

bentuk literasi lainnya, konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam

kehidupan secara umum seperti terhadap kepedulian pribadi. Pertanyaan-

pertanyaan dalam PISA 2000 dikelompokkan menjadi tiga area tempat

sains diterapkan, yaitu: (i) kehidupan dan kesehatan; (ii) bumi dan

lingkungan; serta (iii) teknologi. Masalah dan isu sains dalam bidang

bidang tersebut dapat terkait pada anak sebagai individu, bagian dari

masyarakat, dan warga dunia. Situasi nyata yang menjadi konteks aplikasi

sains dalam PISA tidak secara khusus diangkat dari materi yang dipelajari

di sekolah, melainkan diangkat dari kehidupan sehari-hari, sebagaimana

digambarkan pada Tabel 2.


Tabel 2. Konteks aplikasi sains PISA

Relevansi Bidang Aplikasi


Kehidupan dan Bumi dan
Teknologi
Kesehatan Lingkungan

Bioteknologi
 Kesehatan, penyakit,
 Pencemaran 
Penggunaan
dan gizi
 Pembentukan material dan
 Pemeliharaan dan
pembuangan
dan perusakan
keberlanjutan spesies
tanah sampah
 Kesalingbergantunga
 Cuaca dan Penggunaan
n antara sistem fisik
iklim energi
dan sistem biologis
 Transportasi
Berdasarkan pemaparan diatas literasi sains dapat diartikan sebagai

pemahaman seseorang mengenai konsep dan proses sains yang akan

memungkinkan untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang

dimilikinya dan terlibat dalam isu sains yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari.

5. Model Pembelajaran

a. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan masalah

kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok, strategi ini

pada intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik terbiasa dalam

pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari

informasi, membuat artefak sebagai laporan mereka. Kemudian temuan itu,

mereka dapat berbagi dengan teman lainnya (Yamin, 2013).

Menurut Kemdikbud (2013) langkah-langkah operasional dalam proses

pembelajaran PBL adalah sebagai berikut:


1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan

skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan

agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan

mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik

melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok

menggunakan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara

bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif

pendapat.

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang

sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel

tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar

dalam bidang yang relevan.

Tahap investigasi memiliki 2 tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik

mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan

permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi yang

dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan

informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.


4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam

langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya

peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi

capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.

Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik

berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

5) Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan

(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap

penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran

yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester

(UTS), kuis, PR, dokumen dan laporan.

Selanjutnya Rusmono (2012) juga memaparkan tahapan-tahapan

pembelajaran PBL, dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 3. Tahapan-Tahapan Model PBl

FASE-FASE PERILAKU GURU PERILAKU SISWA


Fase 1  Menjelaskan tujuan  Mendengarkan penjelasan
Orientasi pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran dan
peserta didik logistik yang dibutuhkan. logistik yang dibutuhkan.
kepada  Memotivasi peserta didik untuk  Termotivasi untuk terlibat
masalah terlibat aktif dalam pemecahan aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih. masalah yang dipilih oleh
guru.
Fase 2 Membantu peserta didik Mendefinisikan dan
Mengorganisas mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
ikan peserta mengorganisasikan tugas belajar belajar yang berhubungan
didik yang berhubungan dengan masalah dengan masalah tersebut.
tersebut.
FASE-FASE PERILAKU GURU PERILAKU SISWA
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk Mengumpulkan informasi yang
Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
penyelidikan sesuai, melaksanakan eksperimen eksperimen untuk
individu dan untuk mendapatkan penjelasan dan mendapatkan penjelasan dan
kelompok pemecahan masalah. pemecahan masalah
Fase 4 Membantu peserta didik dalam Merencanakan dan
Mengembangk merencanakan dan menyiapkan menyiapkan karya yang sesuai
an dan karya yang sesuai seperti laporan, seperti laporan, model dan
menyajikan model dan berbagi tugas dengan berbagi tugas dengan teman.
hasil karya teman.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang Melakukan presentasi hasil
Menganalisa materi yang telah kerja kelompok.
dan dipelajari/meminta kelompok
mengevaluasi presentasi hasil kerja.
proses
pemecahan
masalah

b. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Sanjaya (2006) mengemukakan sebagai suatu strategi pembelajaran,

strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan,

diantaranya: (1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk

lebih memahami isi pelajaran, (2) Pemecahan masalah dapat menantang

kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan

baru bagi siswa, (3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa, (4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nyata, (5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka

lakukan, (6) Melalui pemecahan masalah, siswa dapat melihat bahwa setiap mata

pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, (7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan

disukai siswa, (8) Pemecahan maslaah dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk berpikir kritis, (9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata,

(10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus

belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Di samping keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga

memiliki kelemahan diantaranya : (1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau

tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, (2) Keberhasilan

strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk

persiapan, (3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka

ingin pelajari.

6. Karakteristik Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


a. Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit

Konsep-konsep penting dalam materi larutan elektrolit dan non elektrolit

adalah kemampuan mengion suatu senyawa dalam larutan dapat menghantarkan

listrik. Berdasarkan daya hantar listrik , larutan terbagi menjadi tiga baian yaitu

larutan elektrolit kuat,lemah dan non elektrolit. Untuk setiap senyawa yang

terionisasi sempurna dapat menghantarkan listrik dan merupakan larutan elektrolit

kuat. Untuk setiap senyawa yang terionisasi sebagian dapat menghantarkan listrik

dan merupakan larutan elektrolit lemah. Untuk setiap senyawa yang tidak
terionisasi tidak dapat menghantarkan listrik dan merupakan larutan non

elektrolit. Selain itu untuk mengidentifikasi keelektrolitan larutan dapat diuji

dengan daya hantar listrik.

b. Analisis materi larutan elektrolit dan non elektrolit pada kurikulum

Berdasarkan karakteristik ilmu kimia, (Treagust, dkk., 2003)

mengklasifikasikan representasi kimia dalam level representasi makroskopik,

mikroskopik dan simbolik. Segala sesuatu gejala kimia yang disadari, atau

teramati panca indra merupakan fenomena pada level representasi makroskopik.

Proses kimia yang teramati secara makroskopik dapat dijelaskan berdasarkan

sifat, bentuk, perubahan, dan interaksi dari partikel-partikel mikroskopik seperti

molekul, atom atau elektron. Representasi mikroskopik kimia merujuk pada sifat

dasar, perubahan dan gerakan molekul-molekul yang digunakan untuk

menjelaskan sifat dari senyawa atau fenomena alam. Representasi kimia pada

level simbolik meliputi gambar, aljabar, model fisik dan bentuk komputasi seperti

rumus kimia, persamaan reaksi, grafik, mekanisme reaksi dan lain-lain.

Dalam penelitian ini materi yang diambil adalah larutan aselektrolit dan

non elektrolit yang merupakan materi kimia kelas X pada semester genap (dua).

Setiap materi selalu memiliki karakteristik yang dapat dianalisis berdasarkan

taksonomi Bloom. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah guru untuk

menentukan model pembelajaran yang baik sesuai dengan karakteristik materi

yang diajarkan. Materi larutan elektrolit dan non elektrolit terdiri dari konseptual,

factual, dan procedural.


B. Penelitian Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh:

1. Katrin Vaino (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Stimulating

students’ intrinsic motivation for learning chemistry through the use of

context-based learning modules” menerapkan pendekatan pengajaran baru

dengan menggunakan modul berbasis konteks dirancang khusus untuk

merangsang motivasi intrinsik siswa dalam belajar kimia. Dalam

penelitian tersebut ditemukan bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran

kimia menggunakan modul secara signifikan lebih tinggi dibandingkan

dengan pelajaran kimia sebelumnya.

2. Michae (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Moving an in-class

module online: a case study for chemistry” mengimplementasikan

pembelajaran kimia menggunakan module secara online selama empat

tahun terakhir untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam

belajar kimia. Dan module online tersebut dapat mempermudah siswa dan

menambah ketertarikan siswa dalam mempelajari kimia.

3. Tugce Gunter (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “The Effects of

Problem‐Based Learning (PBL) on the Academic Achievement of Students

Studying ‘Electrochemistry’ meneliti pengaruh pembelajaran berbasis

masalah (PBL) terhadap prestasi akademik siswa dalam belajar

'Elektrokimia' dalam mata kuliah Kimia Analitik.Dalam penelitian ini

diperoleh kesimpulan bahwa siswa dalam kelompok eksperimen yang


menerapkan model PBL lebih mampu memahami topik pembelajaran

dibandingkan dengan siswa di kelompok control

4. Ceyhan Cigdemoglu (2015) dalam penelitannya yang berjudul “ Improving

students’ Chemical Literacy Levels On Thermochemical And Thermodynamics

Concepts Through A Context-Based Approach” meneliti tentang untuk pengaruh

pendekatan berbasis konteks (CBA) terhadap pada siswa untuk meningkatkan

kemampuan literasi siswa pada konsep termodinamika dan hasinya menunjukkan

bahwa siswa yang dibelajarkan dengan kontekstual akan meningkatkan

kemampuan literasinya, seperti halnya dalam modul yang ini akan disusun dalam

penelitian ini akan disusun dengan fakta-fakta yang kontekstual sehingga

menambah iterasi untuk siswa.

5. Diana (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan E-Module

Berbasis Problem-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis dan Mengurangi Miskonsepsi pada Materi Ekologi Siswa

Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015”

menyatakan bahwa penerapan e-module berbasis Problem-Based Learning

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X

MIPA 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Selain itu,

e-module berbasis Problem-Based Learning dapat mengurangi

miskonsepsi pada materi ekologi peserta didik kelas X MIPA 1 SMA

Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan e-module kimia berbasis

literasi sains dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada materi

larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X tahun ajaran 2017-2018 dan

mengetahui tingkat keefektifan penggunaan e-module dalam proses

pembelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

a. Analisis pendahuluan dan kebutuhan di SMA Don Bosco I Kelapa Gading

Jakarta dan SMA Negeri 11 Tangerang Selatan

b. Uji validasi para ahli di Universitas Negeri Jakarta dan SMA Negeri 11

Tangerang Selatan, SMA Don Bosco Kelapa Gading Jakarta

c. Uji coba e-Module kepada guru di SMA Don Bosco Kelapa Gading

Jakarta , dan SMA Negeri 11 Tangerang Selatan,

d. Uji coba e-Module kepada siswa di SMA Don Bosco Kelapa Gading

Jakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Waktu

penelitian dimulai dari November 2017 hingga Juli 2018. Pada tahap analisis

pendahuluan dan kebutuhan dilakukan pada November dan Desember 2017,

perencanaan pada Desember 2017, pengembangan e-Module pada Januari hingga

41
Maret 2018, uji validasi para ahli dan revisi pada Maret hingga April 2018, uji

coba skala kecil dan revisi pada April hingga Mei 2018, uji coba skala besar dan

revisi pada Mei hingga Juni 2018, serta penulisan laporan pada Juli 2018.

C. Subyek Penelitian
1. Analisis pendahuluan dan kebutuhan

Subjek penelitian pada tahap analisis pendahuluan dan kebutuhan adalah

sebanyak 72 siswa dan 3 guru kimia SMA.

2. Validasi oleh para ahli

Subjek penelitian pada tahap validasi materi dan bahasa adalah 2 dosen

kimia UNJ dan 2 guru kimia SMA Don Bosco II Pulomas

3. Uji coba e-modul

a. Uji coba skala kecil

Subjek penelitian 30 orang siswa SMA Don Bosco I kelas X IPA ,

2 orang guru SMAN 11 Tangerang Selatan, 1 orang guru SMA

Yakobus Kelapa Gading

b. Uji coba skala besar

Subjek penelitian 36 orang siswa SMAN 11 Tangerang Selatan

kelas X IPA , 30 orang siswa SMA Don Bosco II Pulomas Kelas X

IPA, 1 orang guru SMAN 11 Tangerang Selatan, 2 orang guru

SMAN Don Bosco II Pulomas , 1 orang guru SMA Marie Joseph

Kelapa Gading

4. Implementasi pada proses pembelajaran

Subjek penelitian siswa SMA Don Bosco I Kelapa Gading kelas X IPA
D. Karakteristik Modul dan Media yang dikembangkan
Modul yang akan dikembangkan pada penelitian ini bahan ajar elektronik

menggunakan aplikasi 3D pageflip yang disesuaikan dengan perkembangan dan

kebutuhan siswa terhadap pembelajaran kimia pada kurikulum 2013 juga

paradigma pembelajaran abad 21. Modul ini akan dibuat dengan bahasa yang

sederhana dilengkapi dengan gambar, kajian lingkungan kontekstual, tingkat

kesulitan teratur, pengembangan karakter, proyek praktikum, pengembangan

literasi dan struktur konsepnya jelas.

E. Metode penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Tahapan-tahapan yang digunakan

mengacu pada konsep menurut Borg and Gall. Menurut Borg and Gall (1989:

782) educational research and development is process used to develop and

validate educational product atau dapat diartikan bahwa penelitian pengembangan

pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan

memvalidasi produk pendidikan.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini mengacu pada tahapan menurut Borg and Gall.

Adapun tahap penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan

Gall yaitu (1) Penelitian awal dan pengumpulan informasi, (2) Perencanaan, (3)

Pengembangan e-Module awal, (4) Uji validasi eModule para ahli, (5) Revisi e-

Module uji validasi, (6) Uji coba pada skala kecil, (7) Revisi e-Module uji skala
kecil, (8) Uji coba pada skala besar, (9) Revisi e-Module akhir, (10) Desiminasi

dan implementasi Produk

Tabel 4. Prosedur Penelitian

No Tahapan Tujuan Kegiatan Perangkat


1 Penelitian  Mengetahui  Menganalisis  Instrumen
awal dan kebutuhan dan kebutuhan siswa analisis
pengumpulan kendala siswa dan guru pendahuluan
informasi maupun guru dalam  Melakukan studi dan
pembelajaran kimia pustaka dan literature kebutuhan
 Mengetahui saran tentang E-Module guru serta
dan pendapat siswa pembelajaran kimia siswa
dalam pembuatan  Kuesioner
e-Module untuk analisis
pembelajaran kimia pendahuluan
dan
kebutuhan
guru dan
siswa
2 Perencanaan  Menghasilkan  Menyusun materi  Silabus
draft desain dan instrumen kimia kelas
modul penelitian konten X
 Menghasilkan modul yang kurikulum
instrumen disajikan dalam e- 2013
penelitian Module  Buku-buku
 Merancang draft penunjang
modul materi
 Membuat instrumen  Aplikasi
penelitian yang
digunaka
3 Pengembang  Menghasilkan  Memilih aplikasi  Rancangan
an E-Module rancangan e- yang digunakan e- Module
Awal Module  Membuat e- kimia
pembelajaran kimia Module kimia pada  Aplikasi
sesuai dengan hasil materi reaksi yang dapat
analisis kebutuhan redoks berbasis menunjang
 Menghasilkan literasi sains pembuatan
eModule dengan pendekatan e-Module
pembelajaran kimia PBL kimia
untuk materi
larutan elektrolit
dan non elektrolit
sesuai kurikulum
No Tahapan Tujuan Kegiatan Perangkat
4 Uji Validasi Memperoleh informasi Menganalisis dan Instrumen:
Para Ahli berupa perbaikan, mengolah data dari hasil kuesioner
saran, dan kritik kuesioner para ahli validasi ahli
konstruktif untuk materi, bahasa,
evaluasi dan revisi e- dan media.
Module kimia
5 Revisi Hasil Menghasilkan e- Penyempurnaan e- Aplikasi yang
Uji Validasi Module kimia sesuai Module sesuai hasil dapat menunjang
hasil uji validasi evaluasi dari para ahli pembuatan e-
Module kimia
6 Uji Coba Memperoleh informasi Menganalisis dan Instrumen:
Skala Kecil berupa perbaikan, mengolah data dari kuesioner uji
pendapat, saran, dan hasil kuesioner guru dan coba siswa dan
kritik dari siswa dan siswa skala kecil guru skala kecil
guru skala kecil, serta
revisi e-Module kimia
7 Revisi Hasil Menghasilkan e- Penyempurnaan e- Aplikasi yang
Uji Coba Module kimia sesuai Module sesuai hasil dapat menunjang
Skala Kecil hasil uji coba skala evaluasi dari guru dan pembuatan
kecil siswa skala kecil eModule kimia
8 Uji Coba Memperoleh informasi Menganalisis dan Instrumen:
Skala Besar berupa perbaikan, mengolah data dari hasil kuesioner uji
pendapat, saran, dan kuesioner guru dan coba siswa dan
kritik dari siswa dan siswa skala besar guru skala besar
guru skala besar, serta
revisi e-Module kimia
9 Revisi Hasil Menghasilkan produk  Mengolah dan E-Module kimia
Uji Skala eModule sesuai pada materi
menganalisis hasil
Besar dengan saran dan larutan elektrolit
uji coba skala besar
komentar yang  Melakukan dan non
diperoleh berdasarkan elektrolit
perbaikan eModule
uji coba skala besar berbasis literasi
dan menulis laporan
akhir dengan
pendekatan
Problem Based
Learning
10 Desiminasi Memantau distribusi Mengimplementasikan E-Module kimia
dan dan control kualitas e- dan menyebarluaskan pada materi
implementasi Module produk e-module larutan elektrolit
Produk dan non
elektrolit
berbasis literasi
dengan
pendekatan PBL
Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan

dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerja

sama dengan penerbit untuk sosialisai produk untuk komersial, dan

memantau distribusi dan control kualitas.

G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Analisis Pendahuluan (Guru dan Siswa)

Instrumen ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan yang ditujukan

kepada siswa maupun guru. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

kondisi pemahaman siswa terhadap materi larutan elektrolit dan non

elektrolit dan upaya-upaya yang telah dilakukan guru dalam

pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit sehingga akan

memaparkan kendala/kesulitan yang dialami siswa dan guru. Kisi-kisi

dan deskripsi, serta hasil kuesioner analisis pendahuluan siswa dan

guru terlampir pada lampiran 1.a dan lampiran 1.b.

2. Instrumen Analisis Kebutuhan (Guru dan Siswa)

Instrumen ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan yang ditujukan

kepada siswa maupun guru. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

kebutuhan siswa dalam pembelajaran kimia dan mengetahui apakah

sumber belajar berupa e-Module dibutuhkan oleh siswa dan guru.

Instrumen ini juga merupakan bahan referensi untuk langkah

berikutnya. Kisi-kisi dan deskripsi, serta hasil kuesioner analisis

kebutuhan siswa dan guru terlampir pada lampiran 1.a dan lampiran

1.b.
3. Instrumen Uji Validasi oleh Para Ahli (Ahli Materi, Bahasa, dan

Media)

Instrumen ini berupa kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui

kualitas e-Module yang dibuat. Pada instrumen ini akan dinilai oleh

para ahli yaitu ahli materi dan bahasa, serta ahli media (kegrafikaan).

Instrumen yang digunakan merupakan adopsi dari instrumen penilaian

buku pelajaran kimia oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan

(Puskurbuk) pada tahun 2014.

4. Instrumen Uji Coba Kepada Siswa dan Guru Instrumen ini

diperuntukkan bagi para siswa dan guru sebagai objek yang akan

menggunakan e-Module ini. Instrumen yang digunakan dalam uji coba

kepada siswa dan guru merupakan adopsi dari instrumen penilaian

buku pelajaran kimia oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan

(Puskurbuk) pada tahun 2014. Indikator uji coba e-Module untuk

materi larutan elektrolit dan non elektrolit ini, yaitu: (1) kesesuaian

materi dengan kurikulum 2013; (2) kejelasan isi modul; (3) fungsi soal

sebagai alat evaluasi; (4) penggunaan bahasa; (5) desain tampilan

H. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data pada penelitian ini berupa:

1. Data E-Module

Data e-Module diperoleh dari proses pembuatan e-Module hingga

selesai pembuatan e-Module tersebut. Data yang diperoleh berupa

analisis hambatan dan pendukung selama pembuatan e-Module.


2. Data Proses

Data proses diperoleh dari:

a. Uji Validasi oleh Para Ahli Penilaian atas kesesuaian alat dengan

tujuan yang ingin dicapai, desain e-Module yang dibuat. Data ini dapat

digunakan untuk merevisi e-Module sebelum dilakukan uji coba ke

siswa SMK. Data diperoleh dari instrumen validasi yang diisi oleh

dosen ahli media, materi, dan bahasa.

b. Uji Coba Guru Penilaian atas kesesuaian e-Module dengan tujuan

yang ingin dicapai, desain e-Module yang dibuat. Data ini dapat

digunakan untuk merevisi e- yang berisikan keyakinan siswa

memahami materi dan rasa ingin tahu siswa yang tumbuh setelah

menggunakan e-Module.

I. Teknik Analisis Data


Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung

persentase dari jawaban kuesioner atau instrumen uji coba yang digunakan, yaitu

meliputi instrumen uji kelayakan oleh para ahli, uji coba oleh guru kimia, dan uji

coba oleh siswa. Skala penilaian yang digunakan dalam instrumen penelitian ini

menggunakan 10 tingkatan, seperti pada Tabel berikut.

Tabel 5. Interpretasi Deskriptif dengan Skala Penilaian

Kurang Kurang Baik Baik sekali


sekali
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Data yang terkumpul diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan

jumlah yang diharapkan dan diperoleh presentase (Sugiyono, 2015: 137) atau

dapat ditulis dengan rumus :

Jumlah skor yang diperoleh


Persentase Kelayakan= x 100%
Jumlah skor maksimal

Hasil perhitungan persentase kelayakan dikategorikan sesuai dengan

interpretasi menggunakan skala penilaian seperti pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Interpretasi Deskriptif Kualitas dengan Skala Penilaian


Persentase Interpretasi
0% - 29% Kurang Sekali

30% - 59% Kurang Baik

60% - 89% Baik

90% - 100% Baik Sekali

Data hasil penilaian para ahli yang diperoleh akan diuji reliabilitas antar

rater. Reliabilitas ini mengacu pada konsistensi evaluasi dari 2 atau lebih penilai

terhadap e-Module yang sama. Tujuan uji reliabilitas untuk mengetahui

kekonsistensian antar rater dalam menilai standar kontekstual. Pengujian

reliabilitas antar rater menggunakan Intraclass Correlation Coeficient (ICC).

Kesepakatan antar rater dapat dicapai apabila tiap rater mempunyai pandangan

terhadap apa yang dinilai. Uji statistik yang digunakan untuk menghitung

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji Hoyt dengan rumus:

RJKB−RJKE
r=
RJKB
Keterangan: :

r :Reliabilitas kesesuaian antar rater

RJKB :Rata-rata jumlah Kuadrat Baris

RJKE :Rata-rata jumlah Kuadrat Error

Tabel 7. Tabel Kategori Reliabilitas

Nilai Reliabilitas Kesepakatan

0.0 – 0.20 Buruk

0.21 – 0.40 Kurang dari sedang

0.41 – 0.60 Sedang

0.61 – 0.80 Baik

0.81 – 1.00 Sangat Baik


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori
UPI. Bandung.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1989. Educational Research: An In troduction.
NewYork: Longman Inc.
Cigdemoglu,Ceyhan & Geban,Omer. Improving Students’ Chemical Literacy
Level on Thermochemical and Thermodynamics Concepts through
Context-Based Approach. Chemistry Education Research and Practice,
2015
Gunter,Tugce & Alpat, Sibel. The Effects  of Problem‐Based  Learning  (PBL) on 
the Academic  Achievement of Students Studying ‘Electrochemistry.
Chemistry Education Research and Practice, 2013
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mangajar. Pustaka Setia: Medan.

Nina, Diana. 2015. Penerapan E-Module Berbasis Problem-Based Learning


untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Mengurangi
Miskonsepsi pada Materi Ekologi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
OECD. 2015. PISA 2015 Assessment and Analytical Framework Science,
Reading, Mathematic And Financial Literacy. Paris: OECD

OECD. (2015). Draft Science Framework. Paris: OECD

OECD. 2004. Learning for Tomorrow’s World – First Result from PISA 2003.
Paris: OECD.
Prastowo, (2010), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, UNY Press,
Yogyakarta.

Putra, Nusa. Research & Development, Penelitian dan Pengembangan: Suatu


Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Richey, R. C & Klein, J. D. Design and Development Research Methods,

Strategies, and Issues. New Jersey: Lawrence Erlbaum Association, 2007.

51
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu
Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Ghalia
Indonesia

Sarkar, M & C. Deborah. 2012. Bangladeshi Science Teachers’ Perspectives of


Scientific Literacy and Teaching Practices. International Journal of
Science Education (2014) 12:1117 – 1141.

Seels & Richey, R. C. Instructional Technology : The Defenition and Domain of


the Field. Washington, DC, 1994.
Seery, Michael. Moving An In-Class Module Online: A Case Study For
Chemistry. Chemistry Education Research and Practice, 2011.

Sugianto, Dony dkk. 2013. Modul Virtual: Multimedia Flipbook Teknik Dasar
Digital. Jurnal INVOTEC, 11(2).

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Vaino,katrin; Holbrook,Jack &Rannikmae Miia . Stimulating Students’ Intrinsic


Motivation For Learning Chemistry Through The Use Of Context-Based
Learning Modules. Chemistry Education Research and Practice, 2012.

Wilkinson, J. 1999. A Quantitive Analysis of Physics Textbooks for Scientific


Literacy Themes. Journal of Research in Science Education, 29(3), 385-
399.

Yamin, Martinis., (2013), Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, GP


Press Group, Jakarta.
LAMPIRAN

53
Lampiran 1. Taksonomi Bloom
Materi dan Indikator Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

No Sub Materi Indikator


1. Sifat larutan Elektrolit dan Non  Membedakan sifat dan jenis larutan
Elektrolit elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan
daya hantar listrik.
 Merancang Percobaan daya hantar listrik
pada berbagai larutan untuk
mengelompokkan larutan eletrolit dan
non elektrolit
2 Larutan Eletrolit kuat dan Larutan Membedakan larutan elektrolit lemah dan
Eletrolit lemah elektrolit kuat
3 Persamaan reaksi ionisasi larutan Menuliskan persamaan reaksi ionisasi dari
elektrolit suatu larutan elektrolit

Matriks Taksonomi Bloom

Mengingat Memahami Memakai Menganalisis Menilai Mencipta


Faktual 1
Konseptual 1,2 3
Prosedural 1
Metakogniti
f
Lampiran 2. Kisi Kisi Instrumen Analisis Pendahuluan dan Kebutuhan
Siswa
No
No Aspek Indikator Butir
Soal
Ketertarikan terhadap materi larutan elektrolit dan non
1
elektrolit
Proses Kesulitan memahami konsep dan materi larutan
1 2
Pembelajaran elektrolit dan non elektrolit
Bagian yang mana siswa mengalami kesulitan dalam
3
mempelajari materi larutan elektrolit dan non elektrolit
Intensitas penggunaan buku pelajaran 4
Pemahaman materi larutan elektrolit dan non elektrolit
5
2 Sumber pada buku pelajaran
Belajar Ketertarikan terhadap buku pelajaran 6
Fenomena-fenomina kimia pada buku pelajaran 7,8
Kebutuhan bahan ajar lain selain buku pelajaran 9
Pengetahuan tentang modul 10
Pemanfaatan modul sebagai bahan ajar 11,12
3 Modul
Ketertarikan dalam membaca modul 13
Pemahaman materi pembelajaran pada modul 14
4 Modul Pengetahuan tentang modul elektronik 15
Elektronik Pemanfaatan modul elektronik sebagai bahan ajar 16,17
Dukungan media belajar mandiri berupa modul
18
elektronik
Konten modul elektronik yang diinginkan 20
Adanya lembar kegiatan praktikum 21
Adanya pengembangan literasi sains 22,23,24
Adanya fakta yang ada di kehidupan sehari-hari 25
Adanya lembar kegiatan siswa 26, 27
Adanya video simulasi 28
Adanya daftar istilah 29
5 Fasilitas Fasilitas pendukung belajar mandiri yang dimiliki 19
No
No Aspek Indikator Butir
Soal
Pengunaan foto, gambar, warna pada modul 30
6 Desain modul
Ukuran dan jenis huruf 31
Bahasa dan Bahasa yang digunakan sudah memenuhi kaidah EYD 32
7
Isi modul Bahasa mudah dimengerti 33
Saran dan masukan kebutuhan siswa dalam modul
30
elektronik
8 Saran
Saran dan masukan ketertarikan siswa dalam membaca
35
modul
Lampiran 3. Kuesioner Analisis Pendahuluan Dan Kebutuhan Siswa
Siswa/i yang saya banggakan, sebagai upaya untuk mewujudkan produk yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan anda di kelas, saya membutuhkan informasi terkait
dengan sumber belajar yang dibutuhkan. Saya berharap informasi yang anda berikan
sesuai dengan keadaan anda, karena ketepatan informasi yang saya terima berpengaruh
terhadap produk yang akan saya buat sekaligus menentukan terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan akan sumber belajar kimia yang dapat mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan anda dalam pembelajaran kimia. Atas bantuan dan kerjasamanya saya
ucapkan terima kasih.

Petunjuk :

1. Isilah biodata anda pada kolom yang telah disediakan.


2. Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda
3. Beberapa istilah penting
 Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh siswa, agar dapat belajar mandiri, sehingga
penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa guru
 Modul elektronik merupakan sebuah bentuk penyajian bahan belajar
mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran
terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang disajikan ke
dalam format elektroni
 Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains,
mengkomunikasikan sains baik secara lisan dan tertulis, serta
menerapkan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sehingga
pada akhirnya diperoleh keputusan yang berdasarkan pertimbangan sains
Biodata Responden

Nama :

Kelas :

Asal Sekolah :

NO Pertanyaan Ya Tidak
1 Menurut Anda, apakah Anda tertarik pada materi larutan elektolit dan
non elektrolit?
2 Menurut Anda, apakah materi larutan elektolit dan non elektrolit sulit
dipahami?
3 Menurut Anda, pada materi pokok larutan elektolit dan non elektrolit dibawah ini, sub materi
pokok mana yang sulit Anda pahami? (jawaban boleh lebih dari satu)
(….)Sifat larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
(….)Larutan Eletrolit kuat dan Larutan Eletrolit lemah
(….)Persamaan reaksi ionisasi larutan elektrolit
(….) ………………....................................................
4 Apakah buku pelajaran kimia yang anda gunakan sering anda abaca?
5 Menurut anda, apakah buku pelajaran kimia yang digunakan
memudahkan anda dalam mempelajari materi larutan elektrolit dan non
elektrolit?
6 Menurut Anda, apakah buku pelajaran kimia yang digunakan menarik
untuk dibaca?
7 Menurut anda, apakah buku pelajaran kimia yang digunakan
menjelaskan tentang fenomena-fenomena kimia yang berhubungan
dengan materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dipelajari?
8 Menurut anda, apakah buku pelajaran kimia yang digunakan
memudahkan anda untuk menganalisis masalah- masalah kimia terkait
larutan elektrolit dan non elektrolit yang terjadi disekitar anda?
9 Menurut anda, apakah dibutuhkan bahan ajar lain selain buku pelajaran
yang digunakan untuk memahami materi larutan elektrolit dan non
elektrolit?
10 Apakah Anda mengetahui tentang modul pembelajaran?
NO Pertanyaan Ya Tidak
11 Apakah Anda pernah menggunakan modul pembelajaran sebagai bahan
belajar lain?
12 Apakah guru kimia anda pernah menggunakan modul sebagai bahan
pembelajaran kimia khususnya pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit?
13 Menurut Anda, apakah modul pembelajaran yang pernah Anda gunakan
menarik untuk dibaca?
14 Apakah anda kesulitan dalam memahami materi pelajaran pada modul?
15 Apakah anda mengetahui tentang modul elektronik pembelajaran?
16 Menurut anda, apakah modul elektronik yang pernah anda gunakan
menarik untuk dibaca?
17 Menurut anda, apakah pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
perlu digunakan bahan ajar berupa modul elektronik yang telah
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran kimia di kelas?
18 Jika dibuat modul elektronik kimia sebagai bahan pembelajaran yang
dapat membantu pemahaman Anda, apakah Anda tertarik untuk
mempelajarinya secara mandiri?
19 Fasilitas apa sajakah yang Anda miliki di rumah untuk menunjang pembelajaran mandiri?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
(….....) Internet (WiFi, Modem, Bolt, dll)
(….....) Komputer
(….....) Laptop
(….....) Tablet
(….....) Printer
(….....) Smartphone
20 Setelah bahan pembelajaran mandiri berupa modul elektronik kimia akan diterapkan,
tampilan seperti apakah yang anda harapkan? (Boleh memilih lebih dari satu)
A. (…..) menampilkan animasi (gambar)
B. (…..) tampilan menarik
C. (…..) materinya singkat dan padat
D.(…..) memudahkan anda untuk memahami konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
E. (…..) memiliki contoh- contoh soal yang disertai dengan penjelasan jawaban
NO Pertanyaan Ya Tidak
21 Apakah modul elektronik lebih menarik jika disajikan dengan panduan
kegiatan praktikum?
22 Apakah anda mengetahui tentang literasi sains?
23 Apakah anda pernah menerapkan konsep literasi sains dalam
pembelajaran kimia?
24 Apakah guru anda pernah menerapkan konsep literasi sains dalam
pembelajaran kimia?
25 Apakah modul elektronik lebih menarik jika disajikan dengan fakta
yang ada di kehidupan sehari-hari?
26 Apakah anda membutuhkan modul elektronik yang memuat latihan
soal?
27 Apakah anda membutuhkan konfirmasi jawaban dari soal latihan
tersebut?
28 Apakah anda membutuhkan video simulasi mengenai materi larutan
elektrolit dan non elektrolit?
29 Apakah anda membutuhkan daftar istilah penting pada bagian akhir
modul elektronik?
30 Menurut anda, selain latihan soal, konfirmasi jawaban, video simulasi, dan daftar istilah, apa
saja yang anda butuhkan pada modul elektronik tentang larutan elektrolit dan non elektrolit?
1. …………………………………………………………………..
2. …………………………………………………………………..
3. …………………………………………………………………..
4. …………………………………………………………………..
5. …………………………………………………………………..

31 Apakah penggunaan foto, gambar dan warna membuat modul


elektronik menjadi lebih menarik?
32 Apakah ketepatan ukuran dan jenis huruf mempengaruhi ketertarikan
anda membaca modul?
33 Apakah modul elektronik lebih menarik jika disajikan dengan bahasa
yang sudah memenuhi kaidah EYD?
NO Pertanyaan Ya Tidak
34 Apakah modul elektronik lebih menarik jika disajikan dengan bahasa
yang mudah dipahami?
35 Menurut anda, selain penggunaan foto, gambar, ketepatan ukuran dan jenis huruf, bahasa
sesuai EYD dan mudah dipahami, apa saja yang harus ditambahkan pada modul elektronik
tentang larutan elektrolit dan non elektrolit untuk menambah ketertarikan anda membaca
modul?
1. …………………………………………………………………………………………
.
2. …………………………………………………………………………………………
.
3. …………………………………………………………………………………………
.
4. …………………………………………………………………………………………
.
5. …………………………………………………………………………………………
.

Terima kasih atas ketersediaan Anda mengisi kuesioner ini


Lampiran 4. Kisi Kisi Instrumen Analisis Pendahuluan Dan Kebutuhan
Guru
No Aspek Indikator No. Butir
Soal
1 Proses Pandangan guru terhadap ketertarikan siswa 1
Pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit
Pandangan guru terhadap kesulitan siswa 2
dalam memahami materi larutan elektrolit dan
non elektrolit
Bagian yang mana siswa mengalami kesulitan 3
dalam mempelajari materi larutan elektrolit
dan non elektrolit
Metode yang digunakan guru dalam 4
memberikan pembelajaran larutan elektrolit
dan non elektrolit
2 Sumber Belajar Penggunaan bahan ajar 5
Pemahaman siswa pada materi larutan 6
elektrolit dan non elektrolit menggunakan
buku pelajaran
Fenomena-fenomina kimia pada buku 7,8
pelajaran
Pandangan guru terhadap ketertarikan siswa 9
pada buku pelajaran
Kebutuhan bahan ajar lain selain buku 10
pelajaran

3 Modul Pengetahuan tentang modul 11


Pemanfaatan modul sebagai bahan ajar 12
Ketertarikan dalam menggunakan modul 13
pembelajaran
Pandangan guru terhadap pemahaman siswa 14
dalam penggunaan modul pembelajaran
4 Modul Elektronik Pengetahuan tentang modul elektronik 15
Pemanfaatan modul elektronik sebagai bahan 16,17
ajar
Dukungan media belajar mandiri berupa 18
modul elektronik
Konten modul elektronik yang diinginkan 19
Adanya lembar kegiatan praktikum 20
Konsep literasi sains dalam pembelajaran 21,22
kimia
Adanya fakta yang ada di kehidupan sehari – 23
hari
Adanya lembar kegiatan siswa 24, 25
Adanya video simulasi 26
Adanya daftar istilah 27
5 Design modul Pengunaan foto, gambar, warna pada modul 29
Ukuran dan jenis huruf 30
6 Bahasa dan Isi Bahasa yang digunakan sudah memenuhi 31
modul kaidah EYD
Bahasa mudah dimengerti 32
Saran dan masukan ketertarikan siswa dalam 33
membaca modul
7 Saran Saran dan masukan kebutuhan siswa dalam 28
modul elektronik
Saran dan masukan ketertarikan siswa dalam 33
membaca modul
Lampiran 5. Kuesioner Analisis Pendahuluan Dan Kebutuhan Guru
Bapak/Ibu yang saya hormati, izinkan saya meminta waktu Bapak/Ibu untuk
mengisi kuesioner tentang sumber belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit. Saya bermaksud mengembangkan modul elektronik pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit untuk kimia SMA kelas X. Sebagai upaya mewujudkan
produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan Bapak/ Ibu beserta siswa di lapangan,
saya membutuhkan informasi terkait sumber belajar kimia yang dibutuhkan siswa.
Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai sumber belajar
kimia di SMA dalam rangka penyusunan tesis dan pengembangan modul elektronik.

Saya berharap informasi yang Bapak/Ibu berikan sesuai dengan keadaan


Bapak/Ibu, karena ketepatan informasi yang saya terima berpengaruh terhadap produk
yang akan saya buat sekaligus menentukan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan akan
sumber belajar kimia yang dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan siswa
dalam pembelajaran kimia. Untuk itu saya mohon kerjasama Bapak/Ibu berkenan
menjawab pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner ini. Atas bantuan dan
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih

Petunjuk :

1. Isilah biodata anda pada kolom yang telah disediakan.


2. Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda
3. Beberapa istilah penting
 Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh siswa, agar dapat belajar mandiri, sehingga
penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa guru
 Modul elektronik merupakan sebuah bentuk penyajian bahan belajar
mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran
terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang disajikan ke
dalam format elektronik
 Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains,
mengkomunikasikan sains baik secara lisan dan tertulis, serta
menerapkan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sehingga
pada akhirnya diperoleh keputusan yang berdasarkan pertimbangan sains
 Biodata Responden
Jenis Kelamin : L / P (lingkari salah satu)

Identitas Sekolah :

Mengajar dikelas :

Pengalaman Mengajar : ……Tahun

Tanggal Pengisian :

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Menurut Bapak/ Ibu, Apakah siswa tertarik pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit?
2 Menurut Bapak/ Ibu, Apakah siswa mengalami kesulitan
mempelajari materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
3 Menurut Bapak/ Ibu, pada materi pokok larutan elektolit dan non elektrolit dibawah ini, sub
materi pokok mana yang sulit siswa pahami? (jawaban boleh lebih dari satu)

(….)Sifat larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


(….)Larutan Eletrolit kuat dan Larutan Eletrolit lemah
(….)Persamaan reaksi ionisasi larutan elektrolit
(….) …………….......................................................
4 Metode pembelajaran seperti apa yang biasanya Bapak/ Ibu gunakan dalam memberikan
pembelajaran Larutan elektrolit dan non elektrolit?
(….) Ceramah
(….) Diskusi
(….) Praktikum
(….) ……………....................
5 Pada pelaksanaan pembelajaran kimia apakah Bapak/Ibu hanya
menggunakan buku pegangan siswa sebagai bahan ajar?
6 Menurut Bapak/Ibu, Apakah buku pegangan siswa tersebut telah
memenuhi untuk memahami konsep Elektrolit dan non elektrolit
bagi siswa?

7 Menurut Bapak/Ibu, Apakah siswa tertarik untuk membaca buku


pegangan yang digunakan?
No Pertanyaan Ya Tidak
8 Menurut Bapak/Ibu, apakah buku pelajaran kimia yang digunakan
menjelaskan tentang fenomena-fenomena kimia yang berhubungan
dengan materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dipelajari?
9 Menurut Bapak/Ibu, apakah buku pelajaran kimia yang digunakan
memudahkan siswa untuk menganalisis masalah- masalah kimia
terkait materi larutan elektrolit dan non elektroli yang terjadi
disekitar siswa?
10 Menurut Bapak/Ibu, Apakah dibutuhkan bahan ajar lain selain buku
pelajaran?
11 Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang modul pembelajaran?
12 Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan modul pembelajaran
sebagai bahan ajar lain?
13 Apakah Bapak/Ibu tertarik dengan penggunaan modul pembelajaran?
14 Menurut Bapak /Ibu, Apakah penggunaan modul pembelajaran dapat
membuat siswa memahami materi larutan elektrolit dan non
elektrolit?
15 Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang modul elektronik
pembelajaran?

16 Menurut Bapak/Ibu, Apakah modul elektronik yang sudah ada


menarik untuk dibaca?
17 Menurut Bapak/Ibu, Apakah materi larutan elektrolit dan non
elektrolit perlu digunakan bahan ajar berupa modul elektronik?
18 Menurut Bapak/Ibu, Apakah modul elektronik dapat membuat siswa
belajar mandiri
19 Jika bapak ibu menggunakan modul elektronik, tampilan seperti apakah yang Bapak/Ibu
harapkan? (Boleh memilih lebih dari satu)
A. (…..) menampilkan animasi (gambar)
B. (…..) tampilan menarik
C. (…..) materinya singkat dan padat
D.(…..) memudahkan anda untuk memahami konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
E. (…..) memiliki contoh- contoh soal yang disertai dengan penjelasan jawaban
No Pertanyaan Ya Tidak
20 Menurut Bapak/Ibu, Apakah modul elektronik lebih menarik jika
disajikan dengan panduan kegiatan praktikum?
21 Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang literasi sains?
22 Apakah Bapak/Ibu pernah menerapkan konsep literasi sains dalam
pembelajaran kimia?
23 Menurut Bapak/Ibu, Apakah modul elektronik lebih menarik jika
disajikan dengan fakta yang ada di kehidupan sehari-hari?
24 Menurut Bapak/Ibu, Apakah pada modul elektronik dibutuhkan
latihan soal untuk siswa?
25 Menurut Bapak/Ibu, Apakah siswa membutuhkan konfirmasi
jawaban dari soal latihan tersebut?
26 Menurut Bapak/Ibu, Apakah pada modul elektronik dibutuhkan video
simulasi mengenai materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
27 Menurut Bapak/Ibu, Apakah pada modul elektronik dibutuhkan
daftar istilah penting pada bagian akhir modul elektronik?
28 Menurut Bapak/Ibu, selain latihan soal, konfirmasi jawaban, video simulasi, dan daftar istilah,
apa saja yang dibutuhkan siswa pada modul elektronik tentang larutan elektrolit dan non
elektrolit?
1. …………………………………………………………………..
2. …………………………………………………………………..
3. …………………………………………………………………..
4. …………………………………………………………………..
5. …………………………………………………………………..

29 Menurut Bapak/Ibu, Apakah penggunaan foto, gambar dan warna


membuat modul elektronik menjadi lebih menarik?
30 Menurut Bapak/Ibu, Apakah ketepatan ukuran dan jenis huruf
mempengaruhi ketertarikan siswa untuk membaca modul?
31 Menurut Bapak/Ibu, Apakah modul elektronik lebih menarik jika
disajikan bahasa sudah memenuhi kaidah EYD?
32 Menurut Bapak/Ibu, Apakah modul elektronik lebih menarik jika
disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami?
33 Menurut Bapak/Ibu, selain penggunaan foto, gambar, ketepatan ukuran dan jenis huruf, bahasa
sesuai EYD dan mudah dipahami, apa saja yang harus ditambahkan pada modul elektronik
tentang larutan elektrolit dan non elektrolit untuk mempengaruhi ketertarikan siswa membaca
modul?
1. ………………………………………………………………………………………….
2. ………………………………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………………………………….
4. ………………………………………………………………………………………….
5. …………………………………………………………………………………………
Terima kasih atas ketersediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini
Lampiran 6. Draft E-Module Draft E-Module

Cover Petunjuk
Penggunaan e-
Module

Kata Pengantar

Daftar Isi

Peta Kompetensi Isi


& Silabus
( Materi, Rangkuman, Contoh, Latihan
Soal, Analisis Masalah berbasis literasi,
Lembar praktikum, Video, gambar dan
animasi, Tes formatif, Kunci jawaban)

Daftar Pustaka

Glosarium

Anda mungkin juga menyukai