Anda di halaman 1dari 27

FREE SUBJECTS SYSTEM UNTUK MENCEGAH POTENSI

KESALAHAN SAAT MEMILIH JURUSAN BAGI SISWA SMA

KATEGORI PENDIDIKAN

Laporan Penelitian Ini Disusun dalam Rangka Mengikuti Lomba


Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (KRENOVA) Kota Semarang
Tahun 2022

Disusun oleh:

Desak Putu Atika Widya Paramitha


Aulia Rahmaeta Octaviani

Guru Pembimbing
Tarisno, S.Pd

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3


SEMARANG
2022

i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian inovasi
dengan judul “Free Subjects System untuk Mencegah Potensi Kesalahan saat
Memilih Jurusan Bagi Siswa SMA”. Proposal penelitian ini dibuat dalam rangka
mengikuti Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (KRENOVA) Kota Semarang
Tahun 2022. Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian inovasi ini adalah
untuk mengembangkan inovasi serta ide-ide dalam bidang pendidikan yang akan
berguna untuk kedepannya.

Topik ini diangkat setelah melihat kenyataan bahwa sistem pendidikan kita,
terkhusus dalam hal banyaknya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, sangat
menyita waktu siswa untuk membuat pertimbangan yang matang dalam memilih
jurusan. Seharusnya sekolah menjadi tempat untuk mengembangkan bakat dan
potensi diri, bukan hanya berfokus pada tugas sekolah dari tiap mata pelajaran. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. Yuwana, M.Kom. selaku Kepala SMA Negeri 3 Semarang


2. Tarisno, S.Pd selaku guru pembimbing bidang sains SMA Negeri 3 Semarang
3. Orang tua serta pihak-pihak lain yang telah memberikan dukungan dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian inovasi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian inovasi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
proposal penelitian inovasi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi sempurnanya
laporan penelitian selanjutnya dan terciptanya proposal penelitian inovasi yang lebih
baik lagi.

Semarang, 20 Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................vi
ABSTRAK.....................................................................................vii
1. LATAR BELAKANG.............................................................................1
2. TUJUAN PENELITIAN.........................................................................2
3. MANFAAT PENELITIAN......................................................................3
4. SPESIFIKASI TEKNIS.........................................................................3
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................3
4.2 Metode Penelitian............................................................................3
4.3 Teknik Pengumpulan Data...............................................................4
4.4 Tahapan Penelitian..........................................................................4
4.5 Teknik Analisis Data.........................................................................5
4.5.1 Tipe Data yang Dikumpulkan.........................................................5
4.5.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data.............................................5
4.6 Teknik Penyajian Data.....................................................................6
4.7 Hasil Wawancara.............................................................................6
4.7.1 Via Chat.......................................................................................6
4.7.2 Via Telepon..................................................................................6
4.8 Perolehan Data dari Angket..............................................................7
4.8.1 Tingkat Efektivitas sistem pendidikan saat ini ..............................11
4.8.2 Keunggulan Free Subjects System..............................................12
4.8.3 Mekanisme penerapan Free Subjects System ..............................12
5. Keunggulan Penelitian.....................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................16

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1…………………………………………………………………………………………………………1
Gambar 2….
……………………………………………………………………………………………………..7
Gambar 3….
……………………………………………………………………………………………………..8
Gambar 4…………………………………………………………………………………………………………8
Gambar 5….
……………………………………………………………………………………………………..8
Gambar 6….
……………………………………………………………………………………………………..9
Gambar 7….
……………………………………………………………………………………………………..9
Gambar 8….
……………………………………………………………………………………………………..9
Gambar 9….…………………………………………………………………………………………….
……….9
Gambar 10….
………………………………………………………………………………………………….10
Gambar 11….
………………………………………………………………………………………………….10

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian……………………………………………………………………3
Tabel 2. Tahapan, Target, dan Hasil Penelitian……………………………………………………4
Tabel 3. Bukti Wawancara Via Chat………………………………………………………………….18

vi
Free Subjects System untuk Mencegah Potensi Kesalahan saat Memilih
Jurusan Bagi Siswa SMA
Desak Putu Atika Widya Paramitha1, Aulia Rahmaeta Octaviani2
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Semarang
Email: atikaparamitha2005@gmail.com, aulieta1@gmail.com
ABSTRAK
Kurikulum pendidikan di Indonesia mewajibkan setiap siswa SMA dan sederajat
untuk mempelajari 15-16 mata pelajaran. Hal tersebut menyebabkan banyaknya
beban tugas dan ulangan yang harus dipenuhi oleh siswa sehingga fokus mereka
untuk mendalami apa yang benar-benar mereka sukai menjadi terbagi. Fenomena
ini bisa berdampak serius bagi siswa, terutama saat siswa kelas 12 ingin memilih
jurusan yang sesuai minat mereka untuk kuliah nanti. Oleh karena itu, penulis
memutuskan untuk membuat ide metode belajar yang lebih fleksibel dan adaptif,
yakni “Free Subjects System untuk Mencegah Potensi Kesalahan saat Memilih
Jurusan Bagi Siswa SMA”. Sistem pendidikan ini akan memberikan kebebasan
kepada siswa untuk memilih mata pelajaran yang mereka rasa sesuai dengan bakat
dan minat mereka, kecuali mata pelajaran wajib, seperti matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, PPKN, serta agama. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui jalan terbaik guna membenahi sistem pendidikan di SMA dengan
mengurangi beberapa mata pelajaran, terkecuali mata pelajaran wajib guna
memperkecil kemungkinan siswa salah dalam memilih jurusan saat kuliah. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan
data pada karya tulis ini menggunakan kuesioner melalui angket respon digital
kepada perwakilan pelajar di seluruh Indonesia dan studi literatur dari berbagai
sumber. Dalam pelaksanaan FFS ( Free Subjects System), siswa dibebaskan untuk
memilih minimal 5 mata pelajaran tambahan diluar ilmu wajib yang ada di masing-
masing sekolah saat kegiatan belajar mengajar di hari pertama sekolah
diberlakukan. Hal ini akan melibatkan pihak sekolah terutama guru BK dan siswa.
Kemudian, siswa akan diberikan tes untuk melihat kecenderungan karakter siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok belajar dan sarana-prasarananya akan
disesuaikan dengan fasilitas sekolah.

Kata kunci: Free Subjects System, ilmu wajib, jurusan

vii
1. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu tempat siswa memperoleh pengetahuan
secara formal. Sekolah bukan hanya tempat memperoleh pengetahuan, tetapi
juga tempat bertemu, bermain dan bersenang-senang bagi siswa satu dengan
siswa lainnya, sehingga terjadi interaksi sosial di dalamnya. Sekolah juga
merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan tempat
terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Keberhasilan belajar dapat dilihat
dari efektif atau tidaknya sistem pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
hasil belajar siswa. Menurut Oemar Hamalik (2006), “ Hasil belajar adalah
ketika seseorang telah belajar bahwa perilaku orang tersebut akan berubah,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti”.
Kualitas pembelajaran berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa.
Hasil belajar dikatakan baik atau tinggi apabila pembelajaran yang diberikan
menyenangkan, inovatif, dan mampu menarik perhatian siswa. Sebaliknya
jika pembelajaran yang diberikan oleh guru menimbulkan kebosanan atau
kejenuhan pada siswa maka hasil belajar siswa akan rendah.

Gambar 1 Grafik rendahnya tingkat inovasi pendidikan di Indonesia berdasarkan tingkat inovasi bidang
pendidikan di tingkat Asia Tenggara

Pada tahun 2018 tercatat tingkat inovasi di bidang inovasi pendidikan


di Indonesia termasuk dalam urutan 2 yang terendah se-Asia Tenggara
setelah Kamboja. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam belajar
dan daya kreativitas siswa dalam menuntut ilmu, serta berpotensi tidak dapat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Pembelajaran di sekolah juga harus memperhatikan tingkat keefektifan
bagi siswa didik. Keefektifan bagi setiap orang akan memiliki makna yang
berbeda, disesuaikan sudut pandang dan kebutuhan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001:219), “Keefektifan berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil yang memuaskan ”.
Keefektifan dijadikan pengukur keberhasilan akan suatu kegiatan. Semakin
efektif pembelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah, maka efek serta
kepuasan siswa akan semakin baik.
Tanggung jawab siswa dalam hal pendidikan yang mereka terima
cukup berat, bahkan lebih berat daripada di sebagian besar negara industri.
Faktanya, tidak semua pelajaran yang diajarkan penting untuk masa depan

1
siswa, atau setidaknya untuk kepentingan tertentu. Masih terjadi anak-anak
Indonesia mempelajari sesuatu yang tidak menjadi prioritas atau tidak
disukainya, sedangkan untuk ilmu yang sangat dibutuhkan atau diminati di
kemudian hari harus mengikuti kursus di luar sekolah.
Merencanakan pengetahuan baru tentu bukan ide yang buruk, tetapi
juga perlu diimbangi dengan penilaian tentang pentingnya mata pelajaran
yang ada dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan fisik dan
psikologis siswa. Harus ditegaskan bahwa tidak semua keterampilan perlu
dikuasai oleh setiap individu. Tetapi penting juga untuk mempertimbangkan
semua pelajaran yang didapat selama ini, meskipun tidak semuanya relevan
untuk anak-anak di masa depan.
Sistem pendidikan di Indonesia dominan dengan anak-anak yang harus
mengejar nilai, mendapatkan nilai yang bagus tanpa mementingkan hal yang
lain. Padahal kebutuhan akan komunikasi (pintar berbicara) dengan
lingkungan disekitarnya itu juga penting untuk pergaulan, pertumbuhan, dan
daya kreatifitas siswa dalam berpikir.
Kebijakan di bidang pendidikan yang berlaku saat ini dapat
mengancam munculnya generasi yang “hilang arah” dalam mengenali diri
mereka sendiri. Menurut ahli Educational Psychologist dari Integrity
Development Flexibility (IDF), Irene Guntur menyebutkan bahwa sebanyak
87% mahasiswa di Indonesia salah jurusan. Data tersebut menunjukan angka
yang sangat tinggi dan dapat menjadi indikator belum efektifnya
pembelajaran yang diadakan di sekolah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
khusus.
Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini dirancang untuk menjawab
permasalahan penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data pada karya tulis ini
menggunakan kuesioner melalui angket respon digital dan studi literatur.
Sumber data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yaitu data
yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner atau angket respon. Data
sekunder pada karya tulis ini yaitu data yang diperoleh dari bahan bacaan
atau penelitian lain yang membahas terkait permasalahan terkait banyaknya
mata pelajaran disekolah dan presentase siswa yang merasa salah jurusan.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja SMA/MA/SMK. Teknik penarikan
sampel menggunakan metode secara acak (random sampling).
Teknik analisis data yang digunakan dalam menjelaskan fenomena
dalam karya tulis ini adalah teknik analisis statistik deskriptif.

2. Tujuan Penelitian
1) Menganalisis penyebab dan dampak dari banyaknya mata pelajaran di
sekolah terhadap kesiapan diri siswa SMA dalam menentukan jurusan
kuliah.
2) Mengetahui tingkat efektivitas sistem pendidikan pada siswa tingkat SMA
saat ini bila dibandingkan dengan Free Subjects System.
3) Membuat ide mekanisme kerja Free Subjects System dan respon dari
siswa SMA terhadap inovasi ini.

2
3. Manfaat Penelitian
1) Dapat menganalisis dampak dan pengaruh dari banyaknya mata pelajaran
di sekolah terhadap kesiapan diri siswa SMA dalam menentukan jurusan
kuliah.
2) Dapat mengukur tinggkat efektivitas sistem pendidikan pada siswa tingkat
SMA saat ini bila dibandingkan dengan Free Subjects System.
3) Mengetahui mekanisme kerja Free Subjects System dan respon dari siswa
SMA terhadap inovasi ini.

4. Spesifikasi Teknis
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui angket yang disebarkan secara daring melalui grup-
grup siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 3 Semarang. Penelitian ini dilakukan
selama 12 hari pada bulan Juni. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian disusun
berdasarkan jadwal pada tabel berikut:

Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian di Bulan Juni 2022


Kegiatan Tanggal
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Studi literatur
Diskusi desain
penelitian
Konsultasi
dengan guru
pembimbing
Wawancara
online
Pembuatan
angket
Penyebaran
angket
Pengumpulan
dan analisis
data angket
Penyusunan
laporan
penelitian
Revisi

4.2 Metode Penelitian


Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, metode ini dipilih
karena bertujuan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data
hasil penelitian tersebut. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang mendeskripsikan fakta yang ada, baik itu yang masih
terjadi sekarang atau yang terjadi pada waktu yang lalu dengan pendekatan
kualitatif. Sumber data terbagi menjadi dua macam, yaitu sumber data primer dan
3
sumber data sekunder. Instrumen yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data yaitu pedoman angket dan pedoman wawancara, serta literatur dari berbagai
sumber. Sedangkan analisis data menggunakan empat tahap yaitu pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini,
peneliti berusaha memahami bagaimana efektivitas sistem pendidikan di Indonesia
yang diterapkan SMA di Indonesia, terkhusus pada kebijakan waktu pembagian
mata pelajaran yang berdampak pada potensi siswa untuk salah mengambil jurusan.

4.3 Teknik Pengumpulan Data


Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
1) Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mengkaji literatur berupa jurnal, artikel, dan
makalah, yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
2) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan serta komentar dari
siswa terkait sistem pembelajaran dengan 15-16 mata pelajaran di sekolah
secara daring via chat dan telepon.
3) Angket
Penyebaran angket dilakukan dengan menggunakan google form yang
dibagikan untuk mengetahui respon dari siswa SMA Negeri 3 Semarang

4.4 Tahapan Penelitian


Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini untuk memperoleh gambaran hasil yang
sesuai pada setiap tahapan disajikan sebagai berikut:

Tabel 2. Tahapan, Target, dan Hasil Penelitian


Tahap 1 Hasil Tahap 1
Studi literatur Diperoleh hasil berupa informasi
Kegiatan: Mencari informasi dari berbagai terkait sistem pendidikan
sumber, seperti jurnal, artikel, dan makalah Indonesia yang memberatkan
yang relevan dengan sistem pendidikan para siswa; pendapat para
Indonesia yang diterapkan di SMA Negeri 3 pengamat pendidikan tentang
Semarang. Setelah itu data-data dikumpulkan berat dan kakunya pendidikan di
kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam Indonesia; data tingginya angka
desain penelitian yang akan diambil. salah jurusan di Indonesia.

Tahap 2 Hasil Tahap 2

4
Diskusi desain penelitian dan konsultasi Diperoleh hasil berupa inovasi
dengan guru pembimbing sistem pendidikan yang
Kegiatan: Membahas tentang konsep membebaskan siswa untuk
perencanaan ke depan dan ide untuk memilih mata pelajaran yang
menyelesaikan masalah terkait banyaknya digemari dan sesuai dengan
mata pelajaran di Indonesia guna menekan bakat serta minat mereka
angka kesalahan saat memilih jurusan. dengan pengecualian terhadap
ilmu wajib, yang disebut Free
Subjects System.

Tahap 3 Hasil Tahap 3


Membuat mekanisme kerja dari inovasi Diperoleh hasil pihak-pihak
FFS penting yang perlu mengambil
Kegiatan: Menentukan langkah-langkah dalam andil, seperti siswa, orang tua,
menerapkan ide Free Subject System di guru BK, serta perangkat
lingkungan sekolah. sekolah pada bidang kurikulum.

Tahap 4 Hasil Tahap 4


Wawancara dan penyebaran angket Diperoleh hasil sebanyak 4 siswa
Kegiatan: Menyebarkan angket melalui google SMA Negeri 3 Semarang dari
form kepada siswa SMA melalui grup dan chat wawancara via chat dan telepon,
pribadi. Siswa diminta untuk mengisi respon serta sebanyak 70 responden
terhadap sistem kurikurum Indonesia, serta untuk penyebaran angket yang
melakukan wawancara kepada 4 siswa SMA disebarkan melalui google form.
Negeri 3 Semarang melalui sambungan telepon
dan chat.
Tahap 5 Hasil Tahap 5
Pengolahan data Diperoleh hasil para responden,
Kegiatan: Mengumpulkan data dan mengolah lebih dominan, merasa terbebani
data yang diperoleh untuk dianalisis tanggapan akan banyaknya mata pelajaran
responden atau siswa. yang di berikan di sekolah
terkecuali ilmu wajib. Dari 70
responden terdapat 65,7%
setuju akan ide penelitian yang
kami usulkan.

4.5 Teknik Analisis Data


4.5.1Tipe Data yang Dikumpulkan
Data yang diperoleh terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
mencakup penyebaran angket dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari bahan
bacaan atau penelitian lain yang membahas terkait permasalahan terlalu banyaknya
mata pelajaran disekolah dan presentase siswa yang merasa salah jurusan.
4.5.2Tipe Pengolahan dan Analisis Data
Data penelitian dikumpulkan dan dianalisis secara kuantitatif dengan menyebarkan
angket, serta wawancara melalui sambungan telepon dan chat dengan 4 siswa didik

5
SMA Negeri 3 Semarang. Dari penelitian ini data akan dianalisis dan diolah untuk
menemukan tingkat efektivitas dari inovasi Free Subjects System untuk membenahi
sistem pendidikan tingkat SMA.

4.6 Teknik Penyajian Data


Data penelitian disajikan dalam bentuk table dan grafik, serta dilengkapi dengan
penjelasan agar dapat mendeskripsikan jawaban subjek penelitian dengan runtut,
lengkap, dan jelas disertai dengan dokumentasi wawancara yang dilakukan dengan
cara online melalui chat dan telepon. Teknik tersebut bertujuan untuk memudahkan
peneliti dalam menganalisis data dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

4.7 Hasil Wawancara


4.7.1Via Chat
Dilakukan wawancara via chat pada 3 siswa kelas 12 SMA Negeri 3 Semarang pada
tanggal 20 Juni 2022, dan diperoleh data sebagai berikut:
 Sebagian besar siswa merasa mata pelajaran yang dibebankan kepada terlalu
memberatkan dan mengganggu proses pengembangan potensi diri mereka.
 Waktu yang mereka habiskan sebagian besar hanya terfokus pada
pengerjaan tugas bukan untuk mendalami minat mereka, bukan juga untuk
mengembangkan hard dan soft skill seperti yang dicita-citakan dalam
kurikulum merdeka belajar.
 Mereka setuju jika ada pengurangan mata pelajaran terkecuali ilmu wajib di
sekolah.
4.7.2Via Telepon
Dilakukan wawancara via telepon pada seorang siswi atas nama Kamiliya Ranandy
Putri kelas 12 SMA Negeri 3 Semarang dan juga seorang penyanyi pada tanggal 20
Juni 2022, dan diperoleh data sebagai berikut:

“Kalo dibilang kebanyakan sih, gimana ya, kan memang umum di semua SMA kan
memang pelajarannya itu ya. Jadi, kalo menurutku pribadi sih iya (kebanyakan), tapi
itu udah jadi kewajiban aku jadi siswa gitu loh, jadi yaudah diterima aja sih. Tapi
jujur iya kebanyakan, hehe, kalo buat aku.”
“Pasti sih keteteran sih, (kalo banyak tugas yang deadline-nya mepet), tapi kalo
udah kayak gitu mesti aku, lebih itu sih, milih (mata pelajaran) yang lebih aku
prioritasin itu yang mana. Misal, aku kan anak MIPA nih, misal kalo ada banyak
tugas gitu, nah aku tuh prioritasin dulu loh kalo ada matematika yaudah aku kerjain
matematika dulu atau IPA dulu atau biologi atau apapun. Gitu sih aku .”
“Mapel yang paling berpengaruh menurutku … biologi sih. Aku lebih suka biologi dari
maple yang lain gitu.”
“Kalo caraku ngejadwal itu semua udah bener sih, Insyaallah nggak (mengganggu
aktivitas di luar) ya. Maksudnya kan di sini kan posisiku jadi pelajar nih, jadi aku
prioritasin dulu tugas sekolah baru yang lain-lainnya, kek gitu. Jadi, kalo ngeganggu
sih Insyaallah nggak ya, udah aku jadwalin bener-bener .”
“Ohh kalo kayak gitu, semisal sekolah ngadain sistem kayak (Free Subjects System)
gitu aku merasa kebantu banget sih. Karena kan, apa ya, mapel-mapel tambahan
kayak gitu kan, kalo semisal kita bisa milih tu kayak, misal kalo ada tugas gitu kan
karena kalo kita bisa milih mapelnya itu jadi lebih teringankan gitu loh, Tik .”

6
Keterangan
Dari wawancara online via telepon dengan pertanyaan yang serupa didapatkan
bahwa:
 Siswi merasa keberatan dengan banyaknya mata pelajaran yang diterapkan di
sekolah.
 Siswi harus pintar untuk membagi skala prioritas mata pelajaran yang
ditugaskan jika waktu pengumpulannya berdekatan.
 Siswi setuju dan merasa terbantu jika ada kebijakan yang bisa membebaskan
siswa dalam memilih mata pelajaran yang mereka prioritaskan.

Catatan:
Wawancara dilakukan secara acak dan tanpa adanya paksaan, serta atas
persetujuan dari siswa yang bersangkutan.
Penjelasan yang diambil dari data angket respon, wawancara daring, dan
studi literatur, diperoleh bahwa banyak pihak yang kontra dengan kebijakan mata
pelajaran yang ditetapkan pada sekolah-sekolah saat ini. Setiap anak memiliki
prioritas masing-masing terhadap mata pelajaran yang mereka lebih suka untuk
didalami. Hal ini memerlukan perhatian khusus dan tentunya solusi yang tepat.
Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk membuat ide metode gaya
belajar baru untuk mengurangi ketidakefektifan dari metode peraturan pembagian
mata pelajaran yang ada di SMA Negeri 3 Semarang yang bernama Free Subjects
System. Inovasi ini memberikan metode belajar yang bisa menyesuaikan minat dan
bakat siswa.
4.8 Perolehan Data dari Angket
Dalam menentukan gagasan, kami membuat angket respon untuk mendapatkan
data primer dari penelitian kami. Berdasarkan respon dari angket yang telah kami
buat, ada sebanyak 70 responden yang memberikan pendapatnya. Berikut adalah
hasil yang diperoleh:

Gambar 2. Data kelas responden

Sebanyak 65,7% atau 46 siswa adalah responden yang sedang duduk di kelas 12, sedangkan
34,3% lainnya adalah siswa kelas 11.

7
Gambar 3. Pendapat responden terkait banyak atau tidaknya mata pelajaran di SMA 3 Semarang

Gambar 4. Data responden terkait beban mereka terhadap mata pelajaran di SMA 3 Semarang

Dari kedua grafik di atas, ada sebanyak 44 responden atau 62,9 % dari siswa
yang mengisi angket setuju jika mata pelajaran yang diajarkan di SMA Negeri 3
Semarang terlalu banyak dan 47,1% atau 33 orang berpendapat kalau itu
membebani mereka.

Gambar 5. Data pendapat responden terhadap ada tidaknya mata pelajaran yang kurang diminati

Sebanyak 58 responden atau 82,9% siswa berpendapat bahwa mata


pelajaran yang diajarkan di sekolah ada yang dirasa kurang mereka minati. Hal ini
disebabkan oleh adanya mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bakat mereka,
namun mereka tetap diberikan tuntutan untuk mempelajarinya dengan alasan itu
adalah kewajiban mereka. Padahal, waktu yang mereka habiskan untuk mempelajari
mata pelajaran di luar bakat mereka itu bisa digunakan untuk mempertimbangkan
jurusan yang paling sesuai untuk mereka.

8
Gambar 6. Data relevansi mata pelajaran yang ada pada kehidupan sehari-hari

Gambar 7. Data efektivitas cara belajar di SMA 3 Semarang

Gambar 8. Persetujuan siswa jika diberlakukan pembebasan mata pelajaran terkecuali ilmu wajib

Gambar 9. Pendapat siswa terkait pengurangan mata pelajaran terkecuali ilmu wajib

Pada grafik 1.6 diperoleh data 47,1% siswa atau sebanyak 33 responden
merasa jika cara belajar yang diterapkan di SMA Negeri 3 Semarang belum efektif.
Sebanyak 6 responden lainnya beranggapan kalau tetapan aturan cara belajar yang
ada di SMA Negeri 3 Semarang lumayan efektif, namun masih ada beberapa hal
yang perlu dibenahi. Ketidakefektifan ini berdampak pada tingkat relevansi atau
implementasi ilmu yang didapat dari mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

9
Data angket menunjukkan angka yang hampir seimbang dari relevan tidaknya mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah kepada siswa. Keseimbangan ini mengacu pada
pengaruh pola pikir dan kemampuan manajemen waktu yang diperoleh oleh siswa
selama belajar. Banyak dari mereka berpendapat kalau ilmu yang didapat di sekolah
tidak semua langsung bisa dilihat secara jelas dalam kehidupan nyata, namun
kemampuan motorik dan ketajaman berpikir, serta kemampuan manajemen waktu
yang mereka dapatkan dapatkan di sekolah diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-harilah yang berdampak besar. Di sisi lain mereka akan lebih senang jika daya
berpikir kritis itu bisa dimanfaatkan lebih dalam dalam bidang yang mereka gemari.

Gambar 10. Grafik beban tugas dalam waktu yang bersamaan dari guru

Dari 70 responden tersebut, ada sebanyak 52 siswa atau 74,3% diantaranya


menganggap bahwa masih ada guru yang terlalu membebani siswa dengan tugas
yang banyak dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut tentunya adalah imbas dari
banyaknya mata pelajaran yang ada.

Gambar 11. Persetujuan siswa jika diberlakukan pembebasan mata pelajaran terkecuali ilmu wajib

Berdasarkan grafik diatas terdapat 65,7% dari 70 responden yang merasa


lebih semangat dalam belajar apabila siswa dibebaskan dalam memilih mata
pelajaran yang mereka sukai, namun juga masih terdapat 32,9% dari 70 responden
yang masih ragu akan kemungkinan semangat siswa dalam belajar ketika diberi
pilihan mengenai pembebasan memilih mata pelajaran di sekolah. Bisa kita lihat dari
presentase angka keraguan responden terhadap sistem Free Subjects System ini
adalah salah satu indikasi bahwa siswa tidak dilatih untuk berpendapat secara lugas
dan tegas.
Dari perolehan data angket di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
siswa merasa terbebani dengan banyaknya mata pelajaran yang ada di SMA Negeri
3 Semarang dan dari semua mata pelajaran itu, banyak yang kurang sesuai dengan

10
bakat serta minat mereka. Efektivitas gaya belajar yang ada di SMA Negeri 3
Semarang juga menjadi terpengaruh. Banyak siswa yang kurang menikmati momen
mereka dalam belajar (melihat data angket tentang beban siswa dalam mengerjakan
tugas), dan tentunya hal itu akan sangat menghambat kecakapan, kreatifitas,
kemandirian, kesehatan mental, dan kemampuan siswa dalam berdemokrasi serta
berpendapat sesuai yang dicita-citakan dalam undang-undang. Mereka hanya
terfokus pada peningkatan nilai di rapor dan ulangan daripada pengembangan skill
dan passion mereka untuk bersiap menempuh dunia perkuliahan. Hal ini tentunya
harus mendapatkan perhatian khusus, sebab kualitas sumber daya manusia manusia
di generasi selanjunya ditentukan dari kualitas pendidikan saat ini.
4.8.1Tingkat efektivitas sistem pendidikan saat ini
Mengacu pada pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang fungsi
dan tujuan pendidikan Nasional, pendidikan nasional itu memiliki fungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Jika kita berkaca pada sistem pembelajaran dan penetapan kebijakan
kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini, belum ada yang seratus persen dapat
memenuhi tujuan dalam undang-undang itu.
Mengacu pada gagasan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantoro,
berpendapat kalau “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan tumbuhnya budi
pekerti, pikiran dan tubuh”. Semua harapan itu bisa tumbuh jika siswa menikmati
proses dalam belajar.
Seorang pengamat pendidikan, sekaligus Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia
periode 2016-2021, Muhammad Ramli Rahim, berpendapat kalau jumlah mata
pelajaran di jenjang SMA (16 mata pelajaran) terlalu berat bagi siswa dan tidak
efektif. Menurut Ramli, kurikulum pendidikan yang terlalu berat ini arahnya tidak
jelas. Pendekatan yang dilakukan pemerintah pun dinilai semakin tidak jelas. Karena
itu, ia meminta agar kurikulum diubah menjadi lebih fleksibel. " Karena tingkat
perubahaan zaman terlalu cepat. Kalau dulu puluhan tahun atau ratusan tahun baru
berubah, sekarang lima sampai 10 tahun saja berubah signifikan. Kalau begitu-
begitu saja ya tidak bisa," ujar Muhammad Ramli. Muhammad Ramli setuju jika
pemerintah mengurangi mata pelajaran, terkhusus pada jenjang SMA cukup enam
mata pelajaran, dan tidak ada penjurusan IPA dan IPS lagi. Kemudian selebihnya
adalah ekstrakurikuler atau mata pelajaran pilihan. Ia juga mempertanyakan modal
yang akan dimiliki siswa setelah lulus sekolah jika mata pelajaran yang diterapkan di
sekolah masih sangat banyak.
Dilihat dari dampaknya terhadap potensi salah jurusan, angka survei yang
ada menunjukkan angka yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil survei Indonesia
Career Center Network pada 2017, sebanyak 71% pekerja Indonesia memiliki karier
yang berbeda dengan jurusan sewaktu kuliah. Ini adalah imbas dari 87% mahasiswa
Indonesia yang merasa salah jurusan. Siswa seakan tidak diberikan kebebasan
untuk berekspresi dan berpendapat, serta memilih apa yang mereka inginkan.

11
Terbatasnya waktu yang diberikan pada siswa untuk menimbang jurusan akibat
beban tugas, ditambah dengan tuntutan orang tua, semakin memperbesar potensi
melonjaknya presentase salah jurusan ini.
Dari pendapat pengamat pendidikan, sistem perundang-undangan, survei
terkait, dan didukung oleh data-data dari angket pada poin sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari
kata efektif.
4.8.2Keunggulan Free Subjects System
Free Subjects System adalah sistem yang menjadi gambaran bagi siswa
terhadap dinamisme yang luar biasa di dunia ini. Setiap hal dan setiap peluang perlu
dilihat dengan jeli. Sistem belajar ini akan melatih pihak-pihak terkait untuk keluar
dari pola kerja pendidikan yang kuno dan beralih ke sistem yang lebih adaptif dan
inovatif.
Perlu keberanian dan kesiapan yang cukup untuk menerapkan sistem ini
dengan efektif, serta kesadaran penuh terhadap apa yang dibutuhkan dalam dunia
perkuliahan, bahkan dunia kerja. Jika kita melihat sistem pendidikan sekarang, siswa
seolah didikte terhadap pola pikir dan pola kerja orang-orang di zaman dahulu.
Orang zaman dahulu pergi ke sekolah dan menerima apa saja mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru. Hal ini karena terbatasnya fasilitas sekolah dan fasilitas guru
dalam mengajar yang memaksa siswa menerima apapun yang disediakan.
Namun zaman sudah berubah, kesempatan untuk berdemokrasi dan
berpendapat sudah luar biasa terbuka, termasuk untuk siswa. Free Subjects System
ini akan melatih keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat dan menghargai
pendapat orang lain, dalam hal ini adalah orang tua dan nasihat dari guru BK.
Pengembangan fasilitas sekolah dan standarisasi pendidikan guru dalam
kesiapan mereka mengajar di sekolah-sekolah juga sudah jauh lebih baik. Hal ini
tentunya akan sangat menguntungkan semua pihak, belajar untuk adaptif dan
kreatif. Tidak bisa dipungkiri bahwa fasilitas sekolah adalah faktor penunjang
penting dalam kesiapan menuntut ilmu. Oleh karena itu, pemerataan pembangunan
di semua sekolah SMA harus menjadi perhatian khusus pemerintah, terutama dinas
pendidikan dan kementerian pendidikan.
Jadi, dapat disimpulkan nilai tambah dari sistem pembelajaran ini adalah
sebagai berikut:
 Memberikan ruang bagi semua pihak untuk berkembang dan
berekspresi.
 Merubah pola pendidikan lama yang tidak dinamis terhadap
perubahan.
 Melatih keberanian siswa untuk berekspresi dan berpendapat.
 Menjadi sistem yang mempermudah pemerintah dalam mengadakan
evaluasi pendidikan, karena melibatkan siswa secara langsung.
 Melatih semua pihak untuk berpemikiran ke depan secara terstruktur.
 Melatih siswa untuk jeli melihat segala potensi di dalam diri mereka.
 Membuat pemerintah, terkhusus di bidang pendidikan yang akan
melakukan pengembangan fasilitas pembangunan menjadi lebih jelas
targetnya.

12
4.8.3Mekanisme penerapan Free Subjects System
Penerapan Free Subjects System di sekolah perlu melibatkan siswa, orang
tua, serta pihak sekolah, terutama guru BK dan perangkat sekolah pada bidang
kurikulum. Setiap pihak yang dilibatkan haruslah memiliki kedewasaan dan kemauan
untuk belajar yang tinggi. Dalam artian, orang tua harus bisa menerima keinginan
anaknya untuk memilih mata pelajaran yang mereka rasa sesuai dengan
kemampuan mereka, dan mengesampingkan ego mereka. Siswa harus tetap terbuka
dalam menerima saran dari orang tua dengan pertimbangan hasil tes dari guru BK
(penjelasan terkait sistem tes akan dijelaskan pada poin satu di mekanisme
penerapan FFS di bawah). Peran guru juga tidak kalah pentingnya. Guru yang
direkrut dalam sistem belajar baru ini haruslah guru yang memiliki akreditasi yang
baik dan selalu siap menghadapi perubahan. Pihak sekolah dan pemerintah juga
harus mempersiapkan diri untuk membuat kebijakan dan pengembangan fasilitas
yang terus mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan sekolah.
Berikut adalah mekanisme penerapan Free Subjects System:
1. Pada minggu pertama tahun ajaran baru, siswa akan diberikan sosialisasi
terkait Free Subjects System di sekolah.
2. Siswa akan diberikan suatu tes untuk mengetahui minat dan bakat mereka.
3. Setelah hasil tes keluar, maka guru BK akan memberikan bimbingan
mengenai bidang studi yang akan dipilih sesuai dengan hasil tes yang ada.
4. Guru BK akan mendiskusikan hasil tes dengan pilihan bidang studi yang dipilih
siswa dengan orang tua mereka.
5. Setelah semua pihak memberikan kesepakatan, maka sekolah akan mengatur
jadwal dan menyesuaikannya dengan fasilitas yang dimiliki sekolah.
6. Akan diadakan evaluasi setiap bulannya untuk melihat efektivitas dari sistem
pembelajaran ini, dan melihat kemungkinan siswa tertarik pada bidang
pelajaran selain yang mereka sudah tetapkan, sehingga siswa akan
berkembang dengan baik.
Soal-soal tes untuk mengetahui minat dan bakat siswa haruslah berstandar
nasional, yang dalam pembuatan soalnya perlu melibatkan pihak kementerian,
perwakilan sekolah, guru BK, serta seorang ahli psikologi. Kehadiran seorang ahli
psikologi ini ditujukan untuk mempertimbangkan aspek psikologis dan kesiapan usia
siswa dalam menghadapi soal-soal yang diberikan. Karena mungkin saja soal-soal,
yang jika diberikan tanpa dampingan dari para ahli dalam pembuatannya bisa
memberatkan siswa dan membuat mereka merasa semakin sulit menentukan pilihan
mata pelajaran dan jurusan.
Setelah hasil tes keluar, orang tua siswa, guru BK, dan siswa akan mengadakan
pertemuan secara intens untuk membahas rencana kedepan bagi siswa. Dalam
kegiatan diskusi ini diperlukan keterbukaan pikiran dari semua pihak dan kemauan
untuk menerima keputusan akhir berdasarkan hasil pertimbangan tes.
Setelah pembagian kelompok belajar di luar mata pelajaran wajib dan
pembelajaran berlangsung, nilai dari evaluasi ini akan mempengaruhi posisi mereka
untuk tetap berada atau tidaknya mereka dalam kelompok belajar mata pelajaran
tertentu. Karena, tidak menutup kemungkinan siswa salah mengenali potensi diri
mereka atau merasa lebih cocok dengan mata pelajaran yang lain (diluar mata
pelajaran yang mereka ambil). Jika hal itu terjadi, maka pihak sekolah dan guru BK

13
harus berkomunikasi kembali dengan siswa serta orang tua atau wali siswa terkait
pengenalan potensi diri yang mengacu pada pemilihan jurusan siswa saat awal
melalukan tes pada poin ke dua.
Dikarenakan sistem ini adalah sistem yang baru dan sifatnya dinamis, maka
sekolah perlu melakukan pengawasan secara intens dari segala aspek. Dari segi
kapabilitas guru, sekolah harus melakukan sosialisasi dan pelatihan, serta
pengawasan kepada guru dalam melakukan penilaian terhadap sikap dan
kemampuan akademis siswa. Bagi siswa, harus pintar-pintar memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengenali diri, mengenali hal-hal yang mereka butuhkan, dan
tentunya untuk tetap terbuka terhadap perubahan yang positif.
Ada kemungkinan juga siswa tetap mengalami perubahan, baik itu dari segi
minat dan jurusan mereka. Peluang mereka untuk tetap berada di kelompok belajar
tertentu namun ingin bergabung juga dengan kelompok belajar yang lain masih
tetap ada. Perubahan tersebut bisa semakin positif atau semakin negatif. Dikatakan
semakin positif apabila mata pelajaran yang mereka ambil sesuai dengan jurusan
yang mereka ambil sejak awal, dan semakin negatif jika mata pelajaran yang
mereka ambil tidak sesuai dengan pilihan jurusan mereka. Jika semakin negatif,
maka jurusan awal yang dipilih siswa perlu dipertimbangkan kembali oleh siswa
dengan bantuan guru BK dan orang tua.
Perlu diingat, bahwa sistem ini tidak hanya diharapkan agar siswa mampu
menikmati masa belajar mereka, tapi juga pendidikan karakter mereka. Jangan
sampai karena mereka berada di “zona aman”, mereka tidak mempelajari
kemampuan untuk bersosialisasi dan menerima ilmu lain selain yang mereka dalami
di sekolah. Dunia ini bersifat dinamis dan penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena
itu, program lanjutan dari Free Subjects System ini adalah penguatan karakter
siswa.
Program lanjutan tersebut berupa memberikan ruang interaksi bagi siswa setiap
bulannya untuk saling bertukar pikiran. Aktivitas yang dapat memicu mereka untuk
saling bertukar pikiran adalah dengan mengadakan kegiatan unjuk bakat dan
prestasi di hadapan teman-teman satu sekolah. Setiap kelompok belajar bidang
mata pelajaran, di luar mata pelajaran wajib, diberikan kesempatan untuk
menampilkan progam kerja ataupun ujuk bakat yang bakat meningkatkan
kepercayaan diri mereka dan kemampuan mereka untuk bersosialisasi.

5. Keunggulan Penelitian
1) Belum ada penelitian yang memberikan pembahasan mendalam terkait ide
pengurangan mata pelajaran di sekolah sampai saat ini.
2) Penelitian ini dilakukan terhadap pelajar dari siswa SMA Negeri 3 Semarang
yang sudah terjamin kapabilitas dan daya pikir dari siswanya.
3) Merupakan penelitian yang actual.
4) Penelitian ini dapat menjadi solusi terhadap beratnya tanggungan tugas bagi
siswa dalam belajar di sekolah.
5) Penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam beraspirasi
untuk mencapai kualitan pendidikan yang lebih baik.
6) Ide dari penelitian ini dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar,
menemuan dan mengembangkan potensi di dalam diri mereka.

14
7) Penelitian ini menjadi cara mewujudkan misi kurikulum Merdeka Belajar yang
idenya langsung dari aspirasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Indozone. 2020. Kurikulum Indonesia Terlalu Berat dan Kaku.
https://www.indozone.id/news/aPspV0/pengamat-pendidikan-kurikulum-
indonesia-terlalu-berat-dan-kaku/read-all. Diakses pada 18 Juni 2022.
Rohman, Moh Agus.2018. Kejenuhan Belajar Pada Siswa di Sekolah Dasar Full Day
School. http://digilib.uinsby.ac.id/24406/3/Moh%20Agus
%20Rohman_B07212059. pdf. Diakses pada 18 Juni 2022.
Nadia, Asma. 2016. Kurangi Jam Sekolah dan Mata Pelajaran.
https://www.republika.co.id/berita/obsx90319/kurangi-jam-sekolah-dan-
mata-pelajaran. Diakses pada 19 Juni 2022.
PPIK. 2012. Beban Mata Pelajaran Siswa Terlalu Banyak.
https://yudharta.ac.id/2012/02/beban-mata-pelajaran-siswa-terlalu-banyak/.
Diakses pada 24 Juni 2022.
Tugu Jogja. 2019. Sekolah yang Gemar Berkompetisi dan Tak Fleksibel akan Punah
Ditelan Perubahan. https://kumparan.com/tugujogja/sekolah-yang-gemar-
berkompetisi-dan-tak-fleksibel-akan-punah-ditelan-perubahan-
1546753797996825140. Diakses Pada 24 Juni 2022.
Kumparan. 2021. Tujuan Pendidikan Nasional Menurut Undang-Undang No. 20
Tahun 2003. https://www.kai.or.id/berita/18532/tujuan-pendidikan-nasional-
menurut-undang-undang-no-20-tahun-2003.html#:~:text=Menurut%20UU
%20No.%2020%20Tahun%202003%20pasal%201,nasional%20Indonesia
%20dan%20tanggap%20terhadap%20tuntutan%20perubahan%20zaman.
%E2%80%9D. Diakses pada 26 Juni 2022.
Zulfikar, Fahri. 2021. 87 Persen Mahasiswa RI Merasa Salah Jurusan, Apa Sebabnya?
. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5828770/87-persen-mahasiswa-ri-
merasa-salah-jurusan-apa-sebabnya. Diakses pada 28 Juni 2022
Khairunnisa, Salma Fauziah. 2022. Marak di Kalangan Mahasiswa, Ini Penyebab
Fenomena Salah Jurusan Kuliah. https://goodside.id/article/penyebab-
fenomena-salah-jurusan-pWUEF. Diakses pada 27 Juni 2022.

15
Kompasiana. 2014. Efektifitas Pendidikan di Indonesia.
https://www.kompasiana.com/anikmah/54f3873b7455137a2b6c7a02/efektifit
as-pendidikan-di-indonesia. Diakses pada 28 Juni 2022

LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Kartu Pelajar

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup


Nama Lengkap Desak Putu Atika Widya Paramitha
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan Pelajar
Alamat Jl. Taman Wologito No. 8B RT 001 RW 01
Kelurahan Kembangarum, Kecamatan
Semarang Barat, Kota Semarang, Provinsi
Jawa Tengah
Email Atikaparamitha2005@gamil.com
No. HP 087754162994

Nama Lengkap Aulia Rahmaeta Octaviani


Jenis Kelamin Perempuan

16
Pekerjaan Pelajar
Alamat Dk. Bambankerep RT 01 RW 04,
kedungpani, Mijen, kota Semarang
Email Aulieta1@gmail.com
No. HP 089524066060

17
Lampiran 3. Surat

18
Lampiran 4. Bukti Wawancara Via Chat

Tabel 3. Bukti Wawancara Via Chat


Nama Kelas Bukti
Riska 12
Rahma

Jasmine 12
Aura C.

19
Bintang 12
Asa

20

Anda mungkin juga menyukai