Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

“RANCANGAN TES HASIL BELAJAR”

Oleh:
KELOMPOK III
3B PENDIDIKAN MATEMATIKA

GUSTI PUTU ARYA ARIMBAWA 1913011045


KADEK GITA CAHYANI 1913011046
PUTU WIA ROSITA DEWI 1913011047
NI LUH GEDE KUSUMASARI 1913011049
SURYA GEMILANG 1913011067

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala berkat dan rahmat-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Rancangan Tes Hasil Belajar”. Makalah ini disusun sebagai wujud
partisipasi penulis dalam mata kuliah Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran serta
sebagai suatu hasil pemikiran sederhana dari penulis dalam menyusun makalah.
Adapun berbagai pihak yang telah membantu melancarkan penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Melalui kata pengantar ini, penulis
sampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak – pihak
tersebut, antara lain:
1. Ibu Dr. Dra. Gst. Ayu Mahayukti, M.Si., selaku dosen pengampu mata
kuliah Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran yang telah menuntun kami
dengan berbagai masukan – masukan yang telah disampaikan selama proses
pembuatan makalah ini.
2. Ibu Made Juniantari, S.Pd., M. Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran yang telah menuntun kami dengan
memberikan berbagai masukan bilamana terdapat kendala selama proses
pembuatan makalah ini.
3. Rekan – rekan mahasiswa atau mahasiswi, khususnya dari kelas 3B
Pendidikan Matematika yang telah memberikan dukungan agar makalah ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang diselesaikan ini masih jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan guna menyempurnakan makalah ini dan sebagai pertimbangan dalam
pembuatan makalah dikemudian hari. Walau demikian, penulis berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Singaraja, 8 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan. ...............................................................................2
BAB II. KAJIAN TEORI ..................................................................................... 3
2.1 Taksonomi ..........................................................................................3
2.2.1 Definisi Taksonomi Bloom .......................................................3
2.2 Kisi-Kisi ..............................................................................................3
2.2.1 Definisi Kisi-Kisi ......................................................................3
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Kisi Kisi ......................................................4
2.2.3 Syarat-Syarat Pembuatan Kisi-Kisi ...........................................4
BAB III. PEMBAHASAN .................................................................................... 5
3.1 Tujuan Intruksional .............................................................................5
3.2 Klasifikasi Tujuan Pendidikan dalam
Taksonomi Bloom...............................................................................5
3.2.1 Ranah Kognitif ..........................................................................5
3.2.2 Ranah Afektif ..........................................................................11
3.2.3 Ranah Psikomotorik ................................................................14
3.3 Penyusunan Kisi-Kisi. ......................................................................18
3.3.1 Membuat Kisi-Kisi dalam
Langkah-Langkah Penyusunan Tes.........................................18
3.3.2 Membuat Kisi-Kisi dalam
Langkah-Langkah Penyusunan Non Tes .................................19
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................ 22
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22
4.2 Saran ................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif. ................................................8


Tabel 3.2 Kata Kerja Operasional Ranah Afektif .................................................13
Tabel 3.3 Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik .......................................16
Tabel 3.4 Format Kisi – Kisi Penulisan Soal Tes..................................................19
Tabel 3.5 Format Kisi Kisi Penulisan Soal Non-Tes ............................................19
Tabel 3.6 Contoh Soal Minat Belajar Matematika ................................................20
Tabel 3.7 Contoh Tes Minat ..................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pendidikan selalu menjadi perhatian penting di negeri ini. Dunia
pendidikan memiliki peram dan andil penting dalam melahirkan generasi-
generasi muda yang memiliki sumber daya manusia yang baik. Pendidikan
diharapkan dapat mencerdaskan generasi bangsa dan membangun bangsa
menjadi lebih baik.
Pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat
berperan dalam upaya memajukan bangsa dan Negara.Melalui pendidikan
potensi masyarakat dapat ditingkatkan dan dikembangkan seutuhnya, baik
sosial, spiritual, intelektual, maupun kemampuan propesional. Termaktub di
dalam rumusan muqadimah UUD 1945, Pasal 28 ayat 1 UUD 1945, Pasal 31
UUD 1945, dan Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 dinyatakan dengan tegas bahwa pelaksanaan pendidikan
berorientasi pada tujuan pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta tanggung jawab (Sholeh,1989)
Dalam pendidikan ada komponen yang tidak pernah lepas sebagai tolak
ukur. Salah satunya adalah tes. Tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek.Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa
kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya.Bentuk tes yang
digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes subjektif.
Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung
kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes.Jadi
kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir
soal.Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.Dengan
demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon peserta tes
sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.Karena sifatnya
yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia, tetapi dapat
dilakukan dengan mesin, misalnya mesin scanner.Dengan demikian skor
hasil tes dapat dilakukan secara objektif.
Saat ini kualitas dan kuantitas pendidikan masih merupakan suatu
masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem
pendidikan nasional.Kedua masalah ini memang merupakan problem disetiap
negara, termasuk di Negara maju sekalipun.Mengingat pendidikan berkenaan
dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat
bergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

1
keberhasilan pendidikan adalah pelaksana pendidikan yaitu guru-guru
menjadi fasilitator dalam lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas
kelangsungan anakdidiknya, ia harus mengontrol anak didiknya selama
pengajaran berlangsung.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1.2.1 Bagaimana peran tujuan instruksional dalam rancangan tes hasil
belajar?
1.2.2 Bagaimana peran ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik
dalam rancangan tes hasil belajar?
1.2.3 Bagaimana peranan kisi-kisi dalam rancangan tes hasil belajar?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tjuan dalam makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui peran tujuan instruksional dalam rancangan tes hasil
belajar?
1.3.2 Mengetahui peran ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik
dalam rancangan tes hasil belajar?
1.3.3 Mengetahui peranan kisi-kisi dalam rancangan tes hasil belajar?

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat untuk Penulis
Penulis dapat manambah wawasannya dan memberikan pengalaman
dalam membuat sebuah makalah, serta lebih memahami mengenai
rancangan tes hasil belajar.
1.4.2 Manfaat untuk Pembaca
Pembaca dapat memahami dan mengerti rancangan tes hasil belajar,
serta bagi calon-calon pendidik dapat dijadikan sebagai bahan untuk
dapat menjadi seorang guru yang profesional.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan
dan nomos yang berarti ilmu pengetahuan (Yaumi, 2013). Taksonomi adalah
sistem klasifikasi (Santrock, 2007). Taksonomi berarti klasifikasi berhierarki
dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti
ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi. Taksonomi merupakan suatu tipe
sistem klasifikasai yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal
yang digolongkan-golongkan dalam sistematika itu.
2.1.1 Definisi Taksonomi Bloom
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh
Benjamin S. Bloom., seorang psikolog bidang pendidikan beserta
dengan kawan-kawannya. Pada tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy
of Educational Objective Cognitive Domain”, dan pada tahu 1964
terbitlah karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective
Domain”, dan karyaya yang berjudul “Handbook on Formative and
Summatie Evaluation of Student Learning” pada tahun 1971 serta
karyanya yang lain “Developing Talent in Young People” (1985).
Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan
menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor
dan setiap ranah tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hierarkinya (Winkel, 1987).
Beberapa istilah lain yang juga meggambarkan hal yang sama
dengan ketiga domain tersebut yang secara konvensional telah lama
dikenal taksonomi tujuan pendidikan yang terdiri atas aspek cipta, rasa,
dan karsa. (Idris dan Jamal, 1992). Selain itu, juga dikenal istilah
penalaran, penghayatan dan pengamalan.

2.2 Kisi-Kisi
2.2.1 Definisi Kisi-Kisi
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria
tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi
juga dapat diartikan test blue-print atau table of specification
merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian
materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki
oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan
jumlah soal (Suhasimi, 2007:185).

3
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Kisi Kisi
Kisi – kisi bertujuan untuk membuatkan sebuah ruang lingkup
materi dan menjadi petunjuk dalam pembuatan soal.
1. Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun
Pedoman penulisan soal meurupakan aspek tepenting ketika guru
hendak memberikan soal kepada siswa, pedoman tersebut akan
menjadi acuan bagi guru dalam penulisan soal sehingga akan
memudahkan dalam pembuatan soal.
2. Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan tes.
Tes merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan
peserta didik dalam pembelajaran yang disampaikan, guru dalam
mengevalusi peserta didik akan memberikan soal tes evaluasi
yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan pencapaian evalusi
terhadap pembelajaran tertenu. Dalam pembuatan soal yang
menggunakan kisi-kisi, penulis akan menghasilkan soal-soal
yang sesuai dengan tujuan tes.
3. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal
yang relatif sama, dari segi tingkat kedalamannyas segi cakupan
materi yang ditanyakan.Penulisan kisi-kisi berfungsi untuk
menselaraskan perangkat soal, sehingga hal ini juga akan
mempermudah dalam proses evaluasi.
2.2.3 Syarat-Syarat Pembuatan Kisi-Kisi
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi
yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah
dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tujuan Instruksional


Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan
dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa. Jika ditinjau dari taraf pengelolaan pendidikan, tujuan instruksional
ternyata masuk ke dalam organisasi mikro karena mencakup kesatuan bidang
studi tertentu yang menjadi pokok bahasan seperti tercantum pada bagan
hubungan hierarkis antara berbagai tujuan pendidikan sekolah.
Robert F. Magner (Dalam Suparman, 1993) mendefinisikan tujuan
instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan
David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu
pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan
serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan
instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan
atau keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Dalam
Suparman (1993) disebutkan dua tahapan perumusan tujuan instruksional
yang meliputi:
a. Menyebutkan “pelaku (audience), misalkan dalam ruang lingkup
pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas adalah peserta
didik (siswa) dan ruang lingkup pendidikan tinggi adalah mahasiswa.
b. Menyebutkan kompetisi atau perilaku akhir yang diharapkan dapat
dilakukan peserta didik dengan menggunakan kata kerja operasional.

3.2 Klasifikasi Tujuan Pendidikan dalam Taksonomi Bloom


Ditinjau dari jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa, tujuan
instruksional dapat dibagi atas tiga ranah yaitu sebagai berikut:
3.2.1 Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak.
Artinya, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk ke
dalam ranah kognitif. (Sudaryono, 2012). Berikut penjelasan dari
masing-masing tingkatan ranah kognitif berdasarkan Taksonomi
Bloom Revisi (dalam Gunawan dan Palupi, 2008).
a. Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan
dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat
merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses

5
pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan
pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini
dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang
jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali
berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang
berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir,
alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali
(recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan
pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
b. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan
komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan
(comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang
siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota
dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal
dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian
ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan
merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau
lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan
satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.
c. Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan
atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan
dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge).
Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing)
dan mengimplementasikan (implementing). Menjalankan
prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan
masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah
mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan
pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau
masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini
maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan
terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat
untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan
erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan

6
menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu,
dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan
menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui.
Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu
melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut
pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing
bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik
permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan.
d. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan
dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan
mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari
tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan
permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis
kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di
sekolah-sekolah. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif
memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan
(organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa
menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan
membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan
mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan
alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan
menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau
situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat
menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan
memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan
koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal
pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi
unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan,
kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang
sesuai dari informasi yang telah diberikan.
e. Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri
oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif
serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Evaluasi meliputi
mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten
atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan

7
dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan
maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana
suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada
penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan
standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir
kritis.
f. Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-
unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang
koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu
produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi
bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan di
sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan
menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.
Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif
lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti,
menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi
yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan
siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru. Menciptakan
meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi
(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif
hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan
dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir
kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi
berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan metakognisi.
Adapun Kata Kerja Operasional (KKO) untuk ranah kognitif
sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
DIMENSI KKO
MENGINGAT (C1) Menemukenali (identifikasi)
Mengetahui… misalnya: istilah, Mengingat kembali
fakta, aturan, urutan, metoda. Membaca
Menyebutkan
Melafalkan/melafazkan
Menuliskan
Menghafal
Menyusun daftar

8
DIMENSI KKO
Menggarisbawahi
Menjodohkan
Memilih
Memberi definisi
Menyatakan
Dll.
MEMAHAMI (C2) Menjelaskan
Menerjemahkan, Menafsirkan, Mengartikan
Memperkirakan, Menentukan ... Menginterpretasikan
misalnya: metode, prosedur. Menceritakan
Memahami ... misalnya: konsep, Menampilkan
kaidah, prinsip, kaitan antara, Memberi contoh
fakta, isi pokok. Merangkum
Mengartikan, Menyimpulkan
Menginterpretasikan ... misalnya: Membandingkan
tabel, grafik, bagan. Mengklasifikasikan
Menunjukkan
Menguraikan
Membedakan/Menyadur
Meramalkan
Memperkirakan
Menerangkan
Menggantikan
Menarik kesimpulan
Meringkas
Mengembangkan
Membuktikan
Dll.
MENERAPKAN (C3) Melaksanakan
Memecahkan masalah, Membuat Mengimplementasikan
bagan/grafik, Menggunakan … Menggunakan
misalnya: metoda, prosedur, Mengonsepkan
konsep, kaidah, prinsip. Menentukan
Memproseskan
Mendemonstrasikan
Menghitung
Menghubungkan
Melakukan
Membuktikan
Menghasilkan

9
DIMENSI KKO
Memperagakan
Melengkapi
Menyesuaikan
Menemukan
Dll.
MENGANALISIS (C4) Mendiferensiasikan
Mengenali kesalahan Mengorganisasikan
Memberikan ... misalnya: fakta- Mengatribusikan
fakta. Mendiagnosis
Menganalisis ... misalnya: Memerinci
struktur, bagian, hubungan. Menelaah
Mendeteksi
Mengaitkan
Memecahkan
Menguraikan
Memisahkan
Menyeleksi
Memilih
Membandingkan
Mempertentangkan
Menguraikan
Membagi
Membuat diagram
Mendistribusikan
Menganalisis
Memilah-milah
Menerima pendapat
Dll.
MENGEVALUASI (C5) Mengecek
Menilai berdasarkan norma Mengkritik
internal ... misalnya: hasil karya, Membuktikan
mutu karangan, dll. Mempertahankan
Memvalidasi
Mendukung
Memproyeksikan
Memperbandingkan
Menyimpulkan
Mengkritik
Menilai
Mengevaluasi

10
DIMENSI KKO
Memberi saran
Memberi argumentasi
Menafsirkan
Merekomendasi
Memutuskan
Dll.
MENCIPTAKAN (C6) Membangun
Menghasilkan ... misalnya: Merencanakan
klasifikasi, karangan, teori. Memproduksi
Menyusun .... misalnya: laporan, Mengkombinasikan
rencana, skema, program, Merangcang
proposal. Merekonstruksi
Membuat
Menciptakan
Mengabstraksi
Mengkategorikan
Mengkombinasikan
Mengarang
Merancang
Menciptakan
Mendesain
Menyusun kembali
Merangkaikan
Menyimpulkan
Membuat pola
Dll.

3.2.1 Ranah Afektif


Taksonomi untuk daerah afektif awalnya dikembangkan oleh
David R. Krathwohl dan kawan-kawan (1974) dalam buku Taxonomy
of Educational Objectives: Affectives Domain. Ranah afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tamapak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku,
seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam
mengikuti pelajaran, dan penghargaan atau rasa hormatnya terhadap
guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini oleh Krathwohl (1974) dan
kawan-kawan ditaksonomi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a. Receiving (menerima)
Receiving maksudnya kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk

11
masalah, situasi, gejala, dan lain - lain. Pada jenjang ini peserta
didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang
diajarkan kepada mereka. Contoh hasil belajar afektif jenjang
receiving, misalnya pesera didik menyadari bahwa disiplin wajib
ditegakkan, sifat malas harus dihindari.
b. Responding (menanggapi)
Responding mengandung arti adanya partisipasi. Jadi,
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam
kejadian tertentu dan membuat reaksi terhadap kejadian tersebut.
Jenjang ini setingkat lebih tinggi dari jenjang receiving.
Contohnya peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari
lebih jauh atau menggali lebih banyak lagi tentang matematika.
c. Valuing (menilai/menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek,
sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan dengan proses
belajar mengajar, peserta didik tidak hanya menerima nilai yang
diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai
konsep, yaitu baik atau buruk. Contohnya hasil belajar afektif
jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat dari pesera
didik untuk disiplin, baik di sekolah, di rumah, maupun di
masyarakat.
d. Organization (mengorganisasikan)
Organization (mengorganisasikan) artinya mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih
universal. Mengatur atau mengorganisasikan termasuk
didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Contohnya peserta
didik mendukung penegakan disiplin nasional yang dicanangkan
oleh presiden.
e. Characterization by a Value or Value Complex Organization
(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Maksudnya adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki
sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang cukup lama, sehingga membentuk karakteriktik. Contohnya,
peserta didik menjadikan perintah Tuhan sebagai pegangan hidup
dalam hal yang menyangkut kedisiplinan (Sudijono, 2009).

12
Adapun Kata Kerja Operasional (KKO) untuk ranah afektif
sebagai berikut.
Tabel 3.2 Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
DIMENSI KKO
MENERIMA (A1) Menanyakan
Menunjukkan … misalnya: Memilih
kesadaran, kemauan, perhatian. Mengikuti
Mengakui ......, misalnya: Menjawab
perbedaan, kepentingan. Melanjutkan
Memberi
Menyatakan
Menempatkan
Dll.
MERESPON (A2) Melaksanakan
Mematuhi ... misalnya.: peraturan, Membantu
tuntutan, perintah. Menawarkan diri
Berperan aktif ... misalnya: di Menyambut
laboratorium, dalam diskusi, Menolong
dalam kelompok, dalam Mendatangi
organisasi, dalam kegiatan. Melaporkan
Menyumbangkan
Menyesuaikan diri
Berlatih
Menampilkan
Membawakan
Mendiskusikan
Menyatakan setuju
Mempraktekkan
Dll.
MENGHARGAI (A3) Menunjukkan
Menerima suatu nilai, Melaksanakan
menyukai, menyepakati. Menyatakan pendapat
Menghargai ... misalnya: karya Mengambil prakarsa
seni, sumbangan ilmu, pendapt, Mengikuti
gagasan dan saran Memilih
Ikut serta
Menggabungkan diri
Mengundang
Mengusulkan
Membedakan
Membimbing

13
DIMENSI KKO
Membenarkan
Menolak
Mengajak
Dll.
MENGORGANISASIKAN (A4) Merumuskan
Membentuk sistem nilai. Berpegang pada
Menangkap relasi antar nilai. Mengintegrasikan
Bertanggungjawab. Menghubungkan
Mengintegrasikan nilai. Mengaitkan
Menyusun
Mengubah
Melengkapi
Menyempurnakan
Menyesuaikan
Menyamakan
Mengatur
Memperbandingkan
Mempertahankan
Memodifikasi
Mengorganisasi
Mengkoordinir
Merangkai
Dll.
KARAKTERISASI MENURUT Bertindak
NILAI (A5) Menyatakan
Menunjukkan ... misalnya: Memperhatikan
kepercayaan diri, disiplin Melayani
pribadi, kesadaran moral. Membuktikan
Mempertimbangkan. Menunjukkan
Melibatkan diri. Bertahan
Mempertimbangkan
Mempersoalkan
Dll.

3.2.2 Ranah Psikomotorik


Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Aspek psikomotorik manusia
pada dasarnya merupakan aspek keterampilan dalam mempraktekkan
sebuah konsep yang telah dipahami dan dihayati. Menurut R.H. Dave

14
(dalam Fitriyana, 2017), bahwa aspek psikomotor manusia ini terdiri
dari tujuan perilaku sebagai berikut:
a. Imitasi (meniru)
Mengamati dan memolakan perilaku seperti yang pernah
dilakukan orang lain. Kinerja dapat berkualitas rendah. Contoh:
menyalin karya seni, melaksanakan suatu keterampilan sambil
melihat demonstrasi.
b. Manipulasi
Mampu melaksanaka tindakan tertentu dengan mengingat atau
mengikuti perintah/prosedur. Contoh: mampu melakukan
keterampilannya sendiri setelah membaca suatu pelajaran atau
memperoleh pelajaran.
c. Presisi
Menghaluskan, menjadi lebih tepat. Melakukan suatu
keterampilan dengan ketepatan yang tinggi. Contoh: mengerjakan
dan mengerjakan ulang sesuatu. Melaksanakan keterampilan atau
suatu tugas dengan tanpa bantuan. Mendemonstrasikan suatu
tugas di hadapan pemula.
d. Artikulasi
Mengoordinasikan dan mengadaptasikan sederetan kegiatan
untuk meraih keselarasan dan konsistensi internal. Contoh:
mengombinasikan sederetan keterampilan untuk menghasilkan
suatu vidio yang melibatkan musik, drama, warna, suara, dan
lain-lain.
e. Naturalisasi
Menguasai kinerja tinngkat tinggi sehingga terjadi alamiah tanpa
harus berpikir lebih jauh tentang hal tersebut. Contoh: manuver
sebuah mobil dalam suatu area parkir yang sudah penuh.
Kemudian dikembangkan lagi oleh Simpson (1966) yang
memberikan tujuh jenjang psikomotor yang bersifat hierarkis.
Tingkatan ranah psikomotor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu
gerakan.
b. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c. Respons Terpimpin (Guided Response)
Tahapan awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks,
termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga
tampil dengan meyakinkan dan cakap.

15
e. Respons Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari
pola-pola gerakan yang kompleks.
f. Penyesuaian (Adaptations)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi.
g. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi,
kondisi atau permasalahan tertentu.
Adapun Kata Kerja Operasioanal (KKO) dari ranah psikomotorik
adalah:
Tabel 3.3 Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik
DIMENSI KKO
MENIRU (P1) Menyalin
Menafsirkan rangsangan Mengikuti
(stimulus). Kepekaan terhadap Mereplikasi
rangsangan. Mengulangi
Mematuhi
Membedakan
Mempersiapkan
Menirukan
Menunjukkan
Dll.
MANIPULASI (P2) Membuat kembali
Menyiapkan diri secara Membangun
fisik. Melakukan,
Melaksanakan,
Menerapkan
Mengawali
Bereaksi
Mempersiapkan
Memprakarsai
Menanggapi
Mempertunjukkan
Menggunakan
Menerapkan
Dll.
PRESISI (P3) Menunjukkan
Berkonsentrasi untuk Melengkapi
menghasilkan ketepatan Menunjukkan,
Menyempurnakan

16
DIMENSI KKO
Mengkalibrasi
Mengendalikan
Mempraktekkan
Memainkan
Mengerjakan
Membuat
Mencoba’
Memposisikan
Dll.
ARTIKULASI (P4) Membangun
Mengkaikan berbagai Mengatasi
ketrampilan. Bekerja Menggabungkan
berdasarkan pola Koordinat,
Mengintegrasikan
Beradaptasi
Mengembangkan
Merumuskan,
Memodifikasi
Memasang
Membongkar
Merangkaikan
Menggabungkan
Mempolakan
Dll.
NATURALISASI (P5) Mendesain
Menghasilkan karya cipta. Menentukan
Melakukan sesuatu dengan Mengelola
ketepatan tinggi Menciptakan
Membangun
Membuat
Menciptamenghasilkan
karya
Mengoperasikan
Melakukan
Melaksananakan
Mengerjakan
Menggunakan
Memainkan
Mengatasi
Menyelesaikan, dan lain-lain

17
3.3 Penyusunan Kisi-Kisi
3.3.3 Membuat Kisi-Kisi dalam Langkah-Langkah Penyusunan Tes
Kisi-kisi tes juga dikenal dengan istilah blue-print, lay-out, atau
tabel spesifikasi. Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal
yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara
proporsional dan menghasilkan butir-butir tes sesuai dengan tujuan tes.
Agar item-item atau butir-butir tes mecakup keseluruhan materi (pokok
bahasan atau sub pokok bahasan) secara proporsional maka sebelum
menulis butir-butir tes, terlebih dahulu harus membuat kisi-kisi sebagai
pedoman. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik,
maka penulis soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat
soal yang relatif sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan
materi yang ditanyakan.
Menurut Riyana (2011) dengan adanya berbagai variasi kisi-kisi
yang disajikan, kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
1) Mewakili isu kurikulum yang akan diujikan.
2) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.
3) Soal - soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indikator dan
bentuk soal yang ditetapkan.
Sebuah kisi-kisi, memuat nomor butir dan jumlah yang harus
dibuat untuk setiap bentuk soal, untuk setiap pokok bahasan dan untuk
setiap aspek kemampuan yang ingin diukur. Tabel spesifikasi atau kisi-
kisi soal atau blue print adalah sebuah tabel analisis yang didalamnya
dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang
dikehendaki oleh tester. Pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi
dengan angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang
akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk objektif. Tabel
spesifikasi memuat informasi-informasi yang berhubungan dengan
butir-butir soal tes yang akan disusun, seperti bagian-bagian dari materi
pelajaran yang akan diukur (diteskan), taraf kompetensi yang akan
diungkap, banyaknya butir soal untuk masing-masing bagian dan
keseluruhan tes, taraf kesukaran masing-masing soal dan sebagainya.
Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis sekolah : ………………………
Jumlah soal : ………………………
Mata pelajaran : ………………………
Bentuk soal/tes : ………………………
Kurikulum : ………………………
Penyusun :
1. …………………
2. …………………

18
Alokasi waktu : ………………………
Tabel 3.4 Format Kisi – Kisi Penulisan Soal Tes
Standar Kompetensi Kls/ Materi Indikator Nomor
No.
Kompetensi Dasar smt pokok soal soal

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan
pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak
diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.
3.3.4 Membuat Kisi-Kisi dalam Langkah-Langkah Penyusunan Non-
Tes
Dalam kisi-kisi non-tes umumnya berisi dimensi indikator,
jumlah butir soal per indikator, dan nomor butir. Formatnya seperti
berikut ini.
Tabel 3.5 Format Kisi Kisi Penulisan Soal Non-Tes
Jumlah Soal Per Indikator
Nomor
No Dimensi Indikator Pernyataan Pernyataan Soal
Positif Negatif

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus


mengetahui terlebih dahulu validitas kontruksnya yang
disusun/dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan
teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau mencari
informasi lain yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang
dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak
mengerjakan tes ini (instrument non-tes) tidak perlu mempersiapkan/
belajar materi yang hendak diteskan terlebih dahulu seperti pada tes
prestasi belajar.
Berikut merupakan contoh penulisan kisi-kisi non-tes:
Berikut contoh gambaran kisi‐kisi dan soal minat belajar Matematika.

19
Tabel 3.6 Contoh Gambaran Kisi – Kisi

No Dimensi Indikator Nomor Soal

1 Kesukaan Gairah 8, 13
Inisiatif 16, 17
2 Ketertarikan Responsif 10, 15, 20
Kesegeraan 2, 6, 9
3 Perhatian Konsentrasi 7, 19
Ketelitian 3, 10
4 Keterlibatan Kemauan 4, 5
Keuletan 1, 18
Kerja keras 12, 14

Keterangan: Nomor yang bergaris bawah adalah untuk pernyataan positif.


Contoh soalnya seperti berikut:
Tabel 3.6 Contoh Soal Minat Belajar Matematika
No. PERNYATAAN SS S KK J TP
1. ........................
2. Saya segera mengerjakan PR
18. Matematika sebelum datang
pekerjaan yang lain.
Saya asyik dengan pikiran sendiri
19 ketika guru menerangkan
matematika di kelas.
Saya suka mempelajari buku
20. matematika.
..........................
Keterangan:
SS = sangat sering J = jarang
S = sering, TP = tidak pernah
KK = kadang‐kadang
Perhatikan contoh tes minat lainnya berikut ini.
Tabel 3.7 Contoh Tes Minat
Pernyataan
No Dimensi Indikator Jumlah
Positif Negatif
1 Memiliki Rasa Ingin 1,12,15 3 4
Sikap Tahu
2 menghargai Memiliki Perhatian 2,7 4, 9 4
kegunaan dalam belajar
3 matematika Memiliki minat 8,11, 18 6 4
mempelajari

20
Pernyataan
No Dimensi Indikator Jumlah
Positif Negatif
4 Memiliki sikap ulet 10,13, 5 4
17
5 Memiliki rasa percaya 14,19 16, 20 4
diri dalam pemecahan
masalah
Jumlah 20

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, adapun kesimpulan yang dapat
kami ambil sebagai “Rancangan Tes Hasil Belajar” adalah sebagai berikut:
1. Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan
dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam Suparman (1993) disebutkan dua tahapan
perumusan tujuan instruksional yang meliputi menyebutkan pelaku
(audience) dan menyebutkan kompetisi atau perilaku akhir.
2. Ditinjau dari jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa, tujuan
instruksional dapat dibagi atas tiga ranah yaitu ranah kognitif yang
merupakan ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya
yang menyangkut aktifitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif yang
terdiri dari mengingat (remember), memahami/mengerti (understand),
menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate),
dan menciptakan (create). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tamapak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya
terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran,
dan penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru, dan sebagainya
yang terdiri atas receiving (menerima), responding (menanggapi),
valuing (menilai/menghargai), organization (mengorganisasikan), dan
characterization by a value or value complex organization
(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai). Sedangkan ranah
psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu yang terdiri dari imitasi (meniru), manipulasi, presisi,
artikulasi, dan naturalisasi,
3. Peranan kisi-kisi dalam rancangan tes hasil belajar yakni kisi-kisi tes
juga dikenal dengan istilah blue-print, lay-out, atau tabel spesifikasi.
Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam
arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional dan
menghasilkan butir-butir tes sesuai dengan tujuan tes. Sedangkan dalam
kisi-kisi non-tes umumnya berisi dimensi indikator, jumlah butir soal
per indikator, dan nomor butir.

22
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan melalui makalah ini yaitu:
1. Bagi Pendidik
Seorang pendidik diharapkan mampu untuk menerapkan rancangan tes
hasil belajar ini dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas. Pendidik
juga diharapkan untuk memiliki persiapan yang baik guna menerapkan
rancangan tes hasil belajar ini. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui
seberapa jauh peserta didik memahami suatu materi, sehingga peserta
didik lebih termotivasi untuk lebih meningkatkan kualitas yang mereka
miliki.
2. Bagi Peserta Didik
Peserta didik diharapkan untuk dapat mengetahui dan menerapkan tiga
ranah dalam taksonomi bloom seperti ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik dalam kegiatan pembelajaran di kelas, selain itu agar
peserta didik lebih memanfaatkan kisi-kisi dalam proses pembelajaran
sehingga nantinya akan didapat hasil belajar yang optimal.

23
DAFTAR PUSTAKA

Muliono, P D. 2010. Pengkukuran Dalam Bidang Pendidikan Penulis. Jakarta.


Grasindo.
Hamzah B. Uno. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Idris, Zahara, Jamal, Lisma. 1992. Pengantar Pendidikan I. Jakarta: Grasindo.
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, Sinar Baru, Bandung, 1989. hal. 2
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. Jakarta: Kencana.
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2013, hal. 17
Suparman, Atwi. 1993. Desain Instruksional. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi
Depdikbud
Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
LAMPIRAN
KUMPULAN SOAL
1. Ranah pembelajaran yang dicirakan dengan adanya perubahan dalam
berbagai tingkah laku peserta didik pada saat mengikuti kegiatan
pembelajaran adalah…
a. Psikomotorik
b. Problem Solving
c. Kognitif
d. Afektif
e. Filosofis
2. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang meliputi keerampilan manusia
dalam mempraktekkan dan menghayati sebuah konsep. Berikut ini, yang
termasuk ranah psikomotorin adalah, kecuali…
a. Mengorganisasi
b. Artikulasi
c. Manipulasi
d. Presisi
e. Imitasi
3. Format yang memuat kriteria soal, yang berfungsi untuk menselaraskan
perangkat soal sehingga memudahkan proses evaluasi adalah definisi dari…
a. Taksonomi bloom
b. Ranah kognitif
c. Tujuan pendidikan
d. Tujuan instruksional
e. Kisi-kisi
4. Tahapan yang dijalani manusia untuk mengawali proses pembelajaran
keterampilan kyang kompleks seperri imitasi dan gerakan mencoba adalah
tahap….dalam ranah psikomotorik.
a. Mekanisme
b. Kemampuan berpikir kritis
c. Respons terpimpin
d. Meningkatkan rasa ingin tahu
e. Respon tampak yang kompleks
5. Untuk dapat membandingkan dengan merujuk pada identifikasi persamaan
serta perbedaan dari dua atau lebih kejadian, permasalahan, atau situasi,
individu harus mencapai tingkatan ranah kognitif yaitu…
a. Memahami
b. Mengingat
c. Mengembangkan
d. Menganalisis
e. Mengevaluasi
6. Manakah pasangan ranah pembelajaran dan kata kerja operasional (KKO)
yang tepat…
a. Afektif Menyebutkan

b. Kognitif Menginterpretasikan

c. Kognitif Menanyakan

d. Afektif Membedakan

e. Psikomotorik Mengintegrasikan

7. Terdapat tujuh jenjang dalam tingkatan ranah psikomotor bersifat hierarkis


yang dikembangkan oleh Simpson pada tahun 1966. Tujuh jenjang tersebut
adalah….
a. Imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, naturalisasi, persepsi, kesiapan,
dan respons terpimpin.
b. Persepsi, kesiapan, mekanisme, respons terpimpin, respons tampak
yang kompleks, penyesuaian, dan penciptaan.
c. Mekanisme, respons terpimpin, kesiapan, persepsi, penciptaan, imitasi,
respons tampak yang kompleks, dan penyesuaian.
d. Presisi, imitasi, manipulasi, menanggapi, naturalisasi, persepsi,
kesiapan, dan respons terpimpin.
e. Menerima, menanggapi, menilai, menghargai, mengorganisasikan,
manipulasi, presisi, dan persepsi.
8. Tujuan instruksional menurut Robert F. Magner adalah sebagai tujuan
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai
dengan…
a. Keterampilan
b. Sikap
c. Etika perilaku
d. Kompetensi
e. Kemampuan berpikir
9. Berdasarkan penuturan Benjamin S. Bloom, tujuan pendidikan
diklasifikasikan menjadi beberapa wilayah sebagai berikut:
1) Ranah abstrak
2) Ranah pembelajaran
3) Ranah kognitif
4) Ranah formal
5) Ranah psikomotorik
6) Ranah Afektif
Wilayah yang berlandaskan tiga tingkatan/level tersebut, diantaranya
adalah…
a. 1,2, dan 5
b. 2.3. dan 4
c. 1, 4. Dan 4
d. 3,5, dan 6
e. 1,2, dan 6
10. Berikut adalah KKO Taksonomi Bloom pada tataran level kognitif, kecuali…
a. Remembering
b. Understanding
c. Creativity
d. Evaluating
e. Analyzing

Kunci Jawaban:
1. D
2. A
3. E
4. C
5. A
6. B
7. B
8. D
9. D
10. C

Anda mungkin juga menyukai