Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................................5
1.6 Definisi Operasional............................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................................7
2.1 Aktivitas Belajar Peserta Didik............................................................................7
2.2 Model Problem-Based Learning (PBL)..............................................................7
2.3 Etnomatematika.................................................................................................13
2.4 Hipotesis Tindakan............................................................................................15
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................................16
3.1 Bentuk Penelitian...............................................................................................16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................18
3.3 Subjek Penelitian...............................................................................................18
3.4 Instrumen Penelitian..........................................................................................19
3.4.1 Perangkat pembelajaran...........................................................................19
3.4.2 Silabus.....................................................................................................19
3.4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..............................................19
3.4.4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).......................................................19
3.5 Instrumen Pengumpulan Data............................................................................19
3.5.1 Lembar Pengamatan................................................................................20
3.5.2 Tes Hasil Belajar.....................................................................................20
3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................20
3.6.1 Teknik Pengamatan.................................................................................20
3.6.2 Teknik Tes Hasil Belajar.........................................................................20
3.7 Teknik Analisis Data.........................................................................................21
3.7.1 Analisis Data Kualitatif...........................................................................21
3.7.2 Analisis Data Kuantitatif.........................................................................21
3.7.3 Analisis Ketercapaian KKM....................................................................21
3.7.4 Analisis Rata-Rata (Mean) Hasil Belajar.................................................22
3.8 Kriteria Keberhasilan Tindakan.........................................................................23
3.8.1 Terjadi Perbaikan Proses Pembelajaran...................................................23
3.8.2 Terjadinya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik............24
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................................25
4.1 Simpulan............................................................................................................25
4.2 Saran..................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
LAMPIRAN.........................................................................................................................29
DAFTAR GAMBAR
Gambar.3. Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK............................................16
Gambar i. Sesi Wawancara bersama Ibu Kunalfi Reza Luthfiana, S. Pd..................31
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah sebuah instrumen penting untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Kualitas suatu bangsa terletak pada pendidikannya. Sekaya
apapun sumber daya alam suatu bangsa, apabila tidak dilengkapi dengan sumber daya
manusia yang berkualitas hanyalah sebuah negara yang terbelakang dan miskin.
Dengan demikian melalui pendidikan pendidikan maka akan tercipta manusia-
manusia yang unggul yang akan membangun bangsa dan negerinya. Pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang
menyatakan: “Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab”. Menurut BSNP (Sa’ada, 2016: 2)
menuliskan bahwa kurikulum dapat dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya. Dengan demikian, mempelajari budaya sendiri harus lebih
diutamakan, yang mana pemerintah setempat mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan pendidikan sesuai dengan budaya di daerahnya.
Pendidikan Indonesia memiliki peran yang sangat penting sehingga dalam
prinsip penyelenggara pendidikan haruslah dapat memberikan keteladanan,
membangun kemajuan serta dapat mengembangkan kreativitas peserta didik. Salah
satu yang memegang peran penting dalam pendidikan adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting dan mempunyai
peranan penting dalam dunia pendidikan, karena pelajaran matematika merupakan
sarana yang dapat digunakan untuk dapat peserta didik berpikir secara ilmiah. Selain
itu matematika adalah salah satu pelajaran penentu kelulusan peserta didik. Oleh
karena itu, guru harus mampu menerapkan metode, strategi atau cara yang
memungkinkan peserta didik dapat menguasai matematika yang baik. Penerapan
strategi yang tepat akan mempengaruhi hasil dalam pembelajaran mereka.
Dengan demikian hasil belajar merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai
dalam proses pembelajaran, untuk mencapai hasil belajar yang baik diperlukan
pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membangun pengetahuan secara optimal. Namun sampai saat ini
kenyataan menunjukkan bahwa masih terdapat peserta didik yang kurang terlibat
secara aktif baik perorangan maupun berbagi pengetahuan sesama teman dalam
membangun pengetahuannya. Secara umum mereka hanya menunggu informasi dari
gurunya.
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan pada tanggal 3 Januari 2023
dengan guru mata pelajaran matematika SMP YLPI Pekanbaru yaitu ibu Kunalfi
Reza Luthfiana, S. Pd, diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Ketika guru mengajukan pertanyaan, peserta didik diam dan hanya 1 atau 2
mampu menjawab pertanyaan dari guru.
b. Keaktifan peserta didik pada saat proses pembelajaran masih kurang. Hanya
beberapa peserta didik yang memberikan respons jika guru memberikan
pertanyaan dan ketika guru memberikan latihan soal-soal yang sedikit
berbeda dengan contoh soal, kenyataannya masih banyak peserta didik yang
bingung dan tidak bisa mengerjakan soal tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh guru adalah metode PBL, metode ceramah, dan
metode diskusi (tanya jawab). Akan tetapi, pada metode PBL gagal
diterapkan. Guru pun menggunakan metode ceramah dan diskusi.
d. Minimnya motivasi belajar peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari beberapa
peserta didik yang sebenarnya mencapai kkm pada saat ujian diadakan.
e. Proses pembelajaran belum pernah menyelipkan nilai-nilai budaya melayu
Riau. Tetapi guru lebih sering menghubungkan pembelajaran matematika
yang ada dengan kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajaran juga
diselingi dengan game matematika. Tetapi guru sudah mengenal tentang
Etnomatematika.
f. RPP yang digunakan tidak pernah memasukkan unsur budaya Riau
khususnya Masjid Agung An-Nur.
g. LKPD yang digunakan tidak ada yang berbasis budaya Riau khususnya
Masjid Agung An-Nur.
Kegiatan proses pembelajaran di atas membuat peserta didik yang pasif tidak
tidak terlibat dalam membangun kemampuan belajarnya. Pentingnya penguasaan
matematika oleh peserta didik, maka guru perlu berupaya meningkat hasil belajar
matematika. Oleh karena itu dalam memecahkan permasalahan di atas, peneliti
melihat perlu adanya penerapan suatu sistem belajar yang melibatkan peran peserta
didik secara aktif dalam pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik. Salah satu alternatif untuk membangun peran aktif peserta didik dalam
mengembangkan pengetahuan adalah dengan menerapkan model Problem-Based
Learning (PBL). PBL ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
secara mandiri dalam menyelesaikan masalah. Menurut Royani (2016:128) dalam
PBL, peserta didik diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas pendidikan yang
sedang mereka jalani dan guru ikut serta mengarahkan dalam proses pembelajaran.
Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak terlalu bergantung kepada guru. PBL
mampu membentuk peserta didik lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya PBL ini guru akan berkurang keaktifannya. Menurut Darta (2020) PBL
merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan level
berpikir tinggi yang diorientasikan pada masalah, termasuk belajar bagaimana belajar
yang sesungguhnya. Diharapkan dengan adanya pembelajaran ini, peserta didik dapat
meningkatkan minat belajar dan proses berpikir melalui proses abstraksi, idealisasi,
dan generalisasi tentang objek Geometris. Menambah minat peserta didik
dikarenakan pembelajaran matematika yang berkaitan dengan budaya sehari-hari
peserta didik.
Riau adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai Tanah Melayu.
Namun, pada masa kini, budaya Melayu berangsur-angsur menghilang karena
tumbuhnya budaya pendatang dan menggantikan budaya lokal. Tentu saja pelestarian
budaya Melayu menjadi fokus Pemprov Riau. Pelestarian budaya melayu tidak
sebatas pengembalian aset budaya yang ada pada masa lalu. Suatu bentuk upaya
pemerintah daerah untuk melestarikan budaya Melayu Riau dengan memasukkan
unsur budaya ke dalam mata pelajaran sekolah atau pendidikan. Selama ini hanya
karya seni yang mengandung unsur budaya. Akibatnya, peserta didik masih kurang
memahami budaya lokal. Oleh karena itu, guru mata pelajaran apa pun di sekolah
atau pendidikan harus inovatif dan kreatif, tidak hanya dalam seni, tetapi juga dalam
mengintegrasikan gagasan atau nilai budaya lokal yang hebat ke dalam mata
pelajaran yang mereka pelajari. Salah satu mata pelajaran yang dapat digunakan di
sekolah atau pendidikan adalah matematika. Guru matematika harus memasukkan
nilai-nilai atau gagasan budaya lokal Riau ke dalam pendidikannya.
Berdasarkan survey peneliti di Masjid Agung An-Nur Pekanbaru, ternyata
terdapat bangunan dan benda-benda yang dapat digunakan untuk pembelajaran
matematika di sekolah. Hal ini menarik untuk diperkenalkan kepada peserta didik di
dalam proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin menerapkan model Problem-
Based Learning (PBL) berbasis budaya di Masjid Agung An-Nur. Hal ini menjadi
acuan agar memotivasi peserta didik untuk lebih giat lagi dan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika sekaligus mengetahui budaya Riau. Maka Peneliti memilih
judul penelitian “Penerapan Model Problem-Based Learning Berbasis
Etnomatematika Masjid Agung An-Nur Pekanbaru untuk Meningkatkan
Aktivitas Peserta Didik pada Materi Bangun Datar Kelas VII SMP YLPI
Pekanbaru”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran
Problem-Based Learning (PBL) berbasis Etnomatematika dapat meningkatkan
aktivitas peserta didik pada materi bangun datar?”

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang
diteliti yakni lebih berfokus pada PBL berbasis Etnomatematika Masjid Agung An-
Nur Pekanbaru untuk meningkatkan aktivitas peserta didik pada materi bangun datar.

1.4 Tujuan Penelitian


Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah “Untuk meningkatkan aktivitas peserta didik pada materi bangun datar dengan
penggunaan model pembelajaran PBL berbasis Etnomatematika Masjid Agung An-
Nur Pekanbaru”.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi Peserta Didik
Diharapkan melalui penerapan model pembelajaran PBL berbasis
Etnomatematika dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, melatih peserta
didik berinteraksi, berdiskusi dalam proses pembelajaran guna meningkatkan
aktivitas peserta didik pada materi bangun datar.
b. Bagi Guru
Mendapatkan pengalaman langsung melaksanakan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan profesi guru
serta dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang diterapkan di
kelas.
c. Bagi Sekolah
Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam rangka menindaklanjuti
penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.

1.6 Definisi Operasional


Untuk menghindari kesalahan pemikiran maka diperlukan adanya penegasan
dalam istilah terkait dengan judul tentang variable-variabel yang digunakan dalam
penelitian. Penegasan istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) adalah model yang
melibatkan peserta didik dalam lima fase, yaitu:
1) Fase 1, mengorientasikan peserta didik pada masalah.
2) Fase 2, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
3) Fase 3, membimbing pengalaman individu atau kelompok.
4) Fase 4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
5) Fase 5, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
b. Etnomatematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara matematika
dan budaya suatu masyarakat yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan
memperoleh pengetahuan lebih terhadap keterkaitan antara matematika dan
budaya.
c. Bangun datar adalah benda atau bidang datar atau rata dan hanya memiliki dua
ukuran (dua dimensi). Penamaan bangun datar disesuaikan dengan jumlah sisi
dan titik sudutnya serta sifat-sifat khas yang dimilikinya. Bangun datar dapat
mengalami transformasi, yaitu perubahan letak atau bentuk dari sebuah
bangunan datar, dengan cara diputar (rotasi), digeser (translasi), dicerminkan
(refleksi), dan diperbesar atau diperkecil (dilatasi) (Amalia & Wahyudi, 2019:
226).
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Aktivitas Belajar Peserta Didik
Berbuat untuk merubah tingkah laku melalui perbuatan adalah prinsip dari
belajar. Ada atau tidaknya belajar dicerminkan dari ada atau tidaknya aktivitas.
Tanpa ada aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi. Sehingga dalam interaksi belajar-
mengajar aktivitas merupakan prinsip yang penting. Menurut Sardiman (2014:100)
aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani maupun psikis. Aktivitas ini
berarti dua perbuatan yang terkait. Perbuatan ini dapat menghasilkan belajar yang
optimal apabila antara perbuatan jasmani seperti peserta didik yang sedang membaca
dan perbuatan psikis seperti peserta didik berpikir tentang sesuatu, itu seimbang dan
sebaliknya.
Mirdanda (2019: 8) berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah usaha
pembentukan diri melalui kegiatan yang dilaksanakan secara fisik, mental, maupun
emosional guna memperoleh keberhasilan dan manfaat dari suatu kegiatan yang
difasilitasi pendidik maupun peserta didik.
Ismoyo (2021:19) menjelaskan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang
dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Peneliti dapat menyimpulkan dari beberapa sumber di atas bahwa aktivitas
belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh komponen yang ada di
pembelajaran dengan proses kontak fisik, mental, maupun emosional untuk mencapai
suatu goals dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

2.2 Model Problem-Based Learning (PBL)


Shoimin (dalam Trygu 2020: 56) mengatakan bahwa PBL adalah model
pembelajaran yang diarahkan oleh suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Hamdayama (dalam Trygu 2020: 56) menambahkan bahwa “Model pembelajaran
berbasis masalah, dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”.
Aryanti (2020: 9) menyatakan PBL adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar, dengan membangun cara berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan
masalah, serta mengkonstruksi pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.
Mahendradhani (2021: 12) berpendapat bahwa PBL adalah model pembelajaran
yang menghadapkan peserta didik pada permasalahan-permasalahan di dunia nyata
melalui masalah-masalah yang diberikan peserta didik menganalisis jawaban-
jawaban yang sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan dan
mengembangkan pengetahuan peserta didik menjadi wawasan yang lebih kritis dan
luas lagi.
Menurut beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas mengenai PBL,
peneliti berpendapat bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran dimana peserta
didik diberi permasalahan yang familiar di sekitar mereka pada awal pembelajaran
dengan membangun pola pikir kritis dan kreatif untuk memecahkan permasalahan
tersebut dengan jawaban yang sesuai dengan materi pada pembelajaran. Dengan
adanya PBL ini, peserta didik dituntut aktif dengan kerjasama yang bertujuan untuk
mengasah kemampuan problem solve (penyelesaian masalah) dari cara mereka
mengumpulkan dan menganalisis data yang akhirnya dapat menemukan solusi dalam
memecahkan permasalahan tersebut.
PBL memiliki karakteristik yang mana menjadi sebuah ciri khas dari model
pembelajaran ini. Min Liu (dalam Shoimin, 2014: 130) berpendapat bahwa ada 5
karakteridtik dari Problem-Based Learning, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Learning is student centered
Proses pembelajaran PBL lebih menitik beratkan kepada peserta didik dan
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan adalah masalah yang otentik sehingga peserta didik
lebih memahami masalah tersebut.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam pemecahan masalah mungkin peserta didik mengetahui dan
memahami pengetahuan prasyaratnya sehingga mereka dituntut mencari
sendiri melalui sumber baik buku atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small group
Agar terjadi tukar pikiran dalam usaha mengembangkan pengetahuan PBL
dilaksanakan dalam kelompok kecil.
e. Teacher act as facilitator
Dalam pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator. Meskipun
demikian guru harus memantau perkembangan aktivitas peserta didik dan
mendorong mereka agar mencapai target yang dikehendaki.
Berdasarkan karakteristik tersebut, PBL memiliki tujuan. Menurut Smith (dalam
Nurbaiti, 22: 2022) tujuan PBL ada beberapa sebagai berikut:
a. Meningkatkan kecakapan pemecahan masalah.
b. Peserta didik lebih mudah mengingat.
c. Meningkatkan pemahaman peserta didik.
d. Meningkatkan pengetahuan yang relevan dengan dunia praktik.
e. Mendorong pemikiran peserta didik.
f. Membangun kemampuan kepemimpinan dan kerjasama.
g. Meningkatkan kecakapan belajar.
h. Meningkatkan motivasi peserta didik.
Alrahlah (dalam Yustina & Mahadi, 2021: 3) menjelaskan bahwa adanya
kelebihan dalam model PBL ini sebagai berikut.
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b. Memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan yang berbasis
kebutuhan dunia kerja.
c. Memfasilitasi integrasi pada kurikulum inti.
d. Motivasi belajar lebih tinggi karena peserta didik lebih dominan selama
proses pembelajaran.
e. Mendorong pembelajaran yang mendalam.
f. Mengarah pada pendekatan konstruktivis.
Menyambung perkataan Alrahlah (dalam Yustina & Mahadi, 2021: 4), dalam
kelebihan ada juga kekurangan. Berikut adalah kekurangan dari model PBL.
a. Penerapan model ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
b. Terdapat kelompok yang cepat dan lambat dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru.
c. Terdapat kesulitan dalam menerapkan PBL dikarenakan kemampuan peserta
didik yang berbeda-beda.
d. Penerapan model ini membutuhkan peralatan yang banyak dan cukup rumit.
e. Akan sulit memberikan penilaian pada masing-masing peserta didik.
PBL mempunyai sintaks/langkah-langkah dalam pembelajaran. Peneliti
mengambil referensi dari pendapat Hosnan dalam Nurbaiti (2022: 23)
mengemukakan ada 5 fase yang perlu dilakukan untuk menerapkan PBL. Fase-fase
tersebut merupakan tahap-tahap praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
dengan PBL. Berikut adalah tabel yang menjelaskan fase-fase tersebut.

Tabel 2.1 Sintaks Problem-Based Learning


Fase Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Fase I: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Orientasi Peserta sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru
Didik pada memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
Masalah aktivitas pemecahan masalah yang dipilh atau
ditentukan
Fase II: Guru membantu peserta didik untuk
Mengorganisasi mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas
Peserta Didik untuk belajar yang berhubungan dengan masalah yang
Belajar sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
Fase III: Guru mendorong peserta didik untuk
Membimbing mengunpulkan informasi yang sesuai dan
Pengalaman melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
Individual atau kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan
Kelompok masalah.
Fase IV: Guru membantu peserta didik untuk berbagi
Mengembangkan tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya
dan Menyajikan yang sesuai hasil pemecahan masalah dalam
Hasil Karya bentuk laporan, vidio atau model.
Fase V: Guru membantu peserta didik untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap proses
Mengevaluasi pemecahan masalah yang dilakukan.
Proses Pemecahan
Masalah.
Sumber: Nurbaiti (2022: 23)

Melalui tahapan PBL, pelaksanaan secara sistematis dapat mengembangkan


kemampuan peserta didik dalam memecahkan permasalahan dan dapat menguasai
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar (KD). Tahapan tersebut dapat
diintegrasikan dengan aktivitas-aktivitas pendekatan saintifik dengan karakteristik
pembelajaran dalam kurikulum.
Penerapan model PBL berdasarkan fase-fase tersebut dibagi menjadi 3 tahap
yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Adapun deskripsi
aktivitas pembelajaran pada setiap tahap tersebut sebagai berikut:
a. Tahap Pendahuluan
Fase 1 : Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.
1. Guru mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan cara memberikan salam, mengajak peserta didik berdo’a sebelum
pembelajaran dimulai dan menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dengan
menanyakan kabar, mengecek kehadiran dan meminta peserta didik untuk
menyiapkan peralatan alat tulis untuk mengikuti pembelajaran.
2. Guru memberikan apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir
kritis peserta didik, dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang
telah dipelajari sebelumnya dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari.
3. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa materi yang akan
dipelajari tidak hanya berguna untuk ilmu matematika saja tetapi juga berguna
untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan
memberikan motivasi tersebut diharapkan peserta didik terdorong untuk
mengikuti pembelajaran secara aktif.
4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan
pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar yang dipilih.
b. Tahap Kegiatan Inti
Fase 2 : Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.
1. Guru mengelompokkan peserta didik dalam kelompok yang telah ditentukan.
2. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada tiap kelompok
yang berisikan masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah serta
meminta peserta didik bekerja sama untuk menyelesaikan masalah.
3. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membaca buku
atau referensi lain untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah
yang diberikan.
Fase 3 : Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
4. Guru membimbing peserta didik untuk menemukan pemecahan masalah yang
ada di LKPD.
5. Memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila
mengalami kesulitan dan kurang paham mengenai permasalahan yang ada di
LKPD.
6. Guru meminta setiap kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan dalam bentuk laporan hasil kerja.
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
7. Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk menyajikan hasil kerja
dari permasalahan yang diberikan.
8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan
memberi pendapat terhadap presentasi kelompok.
c. Tahap Penutup
Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
9. Guru membimbing peserta didik untuk melakukan analisis terhadap
pemecahan masalah terkait masalah yang diberikan.
10. Guru bersama peserta didik mengevaluasi pemecahan masalah yang telah
disajikan oleh kelompok dan guru memberikan arahan yang tepat terhadap
pemecahan masalah yang diberikan.
11. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
12. Guru memberikan evaluasi setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
13. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari untuk pertemuan
selanjutnya.
14. Guru menutup dan meninggalkan ruangan kelas dengan mengucapkan salam.

2.3 Etnomatematika
Pada lingkungan masyarakat modern saat ini, matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang sangat penting di sekolah. Namun, melakukan pembelajaran
matematika dan memberikan ilmu pengetahuan pada peserta didik dengan optimal
merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Hal yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan daya nalar peserta didik melalui pembelajaran matematika berbasis
budaya yang juga dikenal sebagai istilah etnomatematika (Sulaiman, 2019: 62).
D’Ambrosio pada tahun 1985 memperkenalkan suatu istilah etnomatematika. Ia
menggunakan istilah tersebut untuk menyebutkan suatu matematika yang berbeda
dengan matematika sekolah. Menurut D’Ambrosio dalam Rosa, M & Oray. D. C.
secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang
mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos,
dan symbol. Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui,
memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur,
mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan, akhiran “tics” berasal dari techne,
dan bermakna seperti teknik (Nasryah & Rahman, 2019: 1-2).
Berdasarkan definisi tersebut, menurut Nasryah & Rahman (2019: 5),
etnomatematika juga dapat diartikan sebagai matematika yang dipraktikkan oleh
kelompok budaya seperti masyarakat perkotaan dan perdesaan, kelompok buruh,
anak-anak dari kelompok usia tertentu, masyarakat adat, dan lainnya.
Marsigit (2016) dalam penelitian Rohayati, dkk (2017: 2) berpendapat bahwa
Etnomatematika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana
matematika diadaptasi dari sebuah budaya dan berfungsi untuk mengekspresikan
hubungan antara budaya dan matematika. Menurut Suripah, dkk (2021:29)
etnomatematika merupakan ilmu yang diterapkan untuk memahami matematika yang
diadaptasi berdasarkan budaya masyarakat tertentu. Wahyuni, dkk (2013: 116)
menyatakan bahwa Etnomatematika merupakan jembatan matematika dengan
budaya, etnomatematika mengakui adanya cara-cara berbeda dalam melakukan
matematika dengan aktivitas masyarakat.
Sumber-sumber yang telah dipaparkan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
Etnomatematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara matematika dan
budaya suatu masyarakat yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan memperoleh
pengetahuan lebih terhadap keterkaitan antara matematika dan budaya.
Etnomatematika merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran matematika. Etnomatematika adalah ilmu yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana matematika disesuaikan dengan suatu budaya.
Etnomatematika menggunakan budaya yang ada di sekitar peserta didik dalam
pembelajaran matematika. Hal tersebut merupakan salah satu cara yang dianggap
dapat menjadikan pembelajaran matematika lebih kontekstual sehingga peserta didik
merasa bahwa matematika dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Etnomatematika menyediakan lingkungan pengajaran yang membuat pembelajaran
lebih memotivasi dan lebih baik sehingga peserta didik memiliki minat yang besar
untuk belajar matematika. Etnomatematika yang digunakan dan berkembang di
masyarakat dan sesuai dengan budaya yang melingkupi peserta didik dapat dijadikan
sebagai pusat proses pengajaran. Pendapat ini didukung oleh berbagai penelitian
yang menunjukkan bahwa etnomatematika berdampak positif terhadap pembelajaran
matematika. Pembelajaran matematika yang menerapkan budaya Melayu dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada konsep
bilangan, pecahan, dan geometri. Selain itu, etnomatematika menghadirkan situasi
baru; pembelajaran matematika dilakukan tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di
luar kelas dengan berinteraksi dengan budaya setempat (Fitrianawati, dkk. 2020: 2).
Abi (2016: 5) dalam tulisannya mengatakan walaupun semua bentuk
etnomatematika secara umum dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran tetapi jika
tidak dikemas secara baik justru membuat proses pembelajaran matematika menjadi
terhambat. Maka dari itu perlu adanya penelitian yang lanjut dan juga lebih
mendalam untuk membahas konsep-konsep matematika dalam sebuah kebudayaan,
adanya pengembangan bahan ajar berbasis etnomatematika yang berikutnya diukur
tingkat miskonsepsinya dalam pembelajaran.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan, maka hipotesis yang
digunakan dalam penelitian adalah Model Problem-Based Learning (PBL) dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan aktivitas peserta didik pada
materi bangun datar.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu
untuk memperbaiki proses belajar di kelas. (Muslich, 2012: 14). Dengan
melaksanakan tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru dapat menemukan
solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam empat langkah utama
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Empat langkah
yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sering disebut
dengan istilah siklus.
Adapun siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada penelitian ini dimodifikasi
dari Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2014: 16) sebagai berikut:
Gambar.3.i Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK
Pada saat melakukan penelitian, peneliti melakukan refleksi awal yaitu: mencari
kekurangan dan hambatan yang terjadi di kelas tersebut dan menemukan tindakan
yang sesuai seperti yang telah dikemukakan pada pendahuluan. Setelah itu akan
dilakukan perencanaan. Masing-masing tahap pada siklus dalam penelitian berisikan:
a. Perencanaan
Tahap perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap ini peneliti
mempersiapkan materi pokok kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membentuk kelompok, mengembangkan silabus, LKPD,
mempersiapkan Ulangan Harian (UH) 1 dan 2, mempersiapkan lembar pengamatan,
mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan dan semua yang diperlukan
dalam penelitian.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahapan pelaksanaan tindakan harus diupayakan sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dilakukan pada proses
pembelajaran secara terstruktur mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Dalam tahap ini rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Problem-Based Learning (PBL) dalam pembelajaran kooperatif akan diterapkan.
c. Pengamatan
Pengamatan ditujukan untuk memantau proses yang terkait dengan perilaku
peserta didik, perilaku guru, dan interaksi antara guru dengan peserta didik, serta hal-
hal penting lainnya. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas, interaksi, dan
kemajuan belajar peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, agar dapat melihat tindakan apa
saja yang harus diperbaiki dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning (PBL). Pengamatan
bertujuan untuk mengamati apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar
tindakan yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yaitu mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan, kelebihan dan kekurangan dari proses pembelajaran yang
dilakukan. Refleksi dilakukan setelah tindakan berakhir yang merupakan perenungan
kembali atas dampak dari proses pembelajaran yang dilakukan. Dengan cara ini
peneliti dapat melihat kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan, serta
hasil refleksi ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk merencanakan tindakan baru
pada siklus yang kedua.
Pelaksanaan siklus kedua juga dilakukan dalam 4 kali pertemuan atau 8 jam
pelajaran dengan alokasi waktu 4x45 menit. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus
kedua ini relatif sama dengan siklus pertama, dengan memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada pada siklus pertama berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan
siklus pertama.
Yang menjadi fokus utama dalam siklus kedua ini adalah mengupayakan
semaksimal mungkin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Problem-
Based Learning (PBL) dengan baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat
meningkat. Kemudian peserta didik yang kurang aktif pada siklus pertama
diupayakan jalan keluarnya supaya aktif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP YLPI Pekanbaru pada semester genap
tahun ajaran 2022/2023. Adapun jadwal dan kegiatan penelitian di kelas VII SMP
YLPI Pekanbaruakan menyusul.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP YLPI Pekanbaru
tahun ajaran 2022/2023 yang berjumlah 35 orang. Pada kelas VII 1 berjumlah 17
orang (10 orang laki-laki dan 7 orang perempuan), kelas VII 2 berjumlah 18 orang
(11 orang laki-laki dan 7 orang perempuan).

3.4 Instrumen Penelitian


3.4.1 Perangkat pembelajaran
Adapun perangkat pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini
terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD).
3.4.2 Silabus
Silabus disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian
kompetensi. Silabus juga dapat diartikan sebagai perencanaan kegiatan
kegiatan pembelajaran pada satu mata pembelajaran selama waktu satu
semester atau satu tahun.
3.4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program
perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
untuk setiap kali pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dalam penelitian ini disusun dengan memperhatikan langkah-langkah pada
model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning (PBL).
3.4.4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) memuat sekumpulan kegiatan
mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan
pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator
pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data aktivitas peserta didik
dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang hasil belajar matematika
peserta didik setelah proses pembelajaran. Alat pengumpulan data pada penelitian ini
berupa lembar pengamatan dan tes hasil belajar.
3.5.1 Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan disusun berdasarkan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Problem-Based Learning (PBL) dalam pembelajaran kooperatif
yang diisi setiap pertemuan. Lembar pengamatan bertujuan untuk mengamati
aktivitas peserta didik dan interaksi peserta didik dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung yang mengacu pada langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning (PBL).
3.5.2 Tes Hasil Belajar
Data tentang hasil belajar matematika peserta didik dikumpulkan melalui tes
hasil belajar matematika. Data hasil belajar matematika peserta didik
dikumpulkan dengan melakukan ulangan harian yang dilakukan pada akhir
siklus. Ulangan Harian (UH) dilakukan sebanyak dua kali yaitu Ulangan Harian
(UH) 1 dan Ulangan Harian (UH) 2.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


3.6.1 Teknik Pengamatan
Teknik pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas
peserta didik dan guru selama proses pembelajaran. Dalam penelitian ini
diperlukan lembar pengamatan tentang aktivitas guru dan peserta didik.
Pengamat mengamati guru dan peserta didik sesuai dengan tuntutan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tersedia dalam lembar pengamatan.
Pengamatan dilakukan setiap kali pertemuan selama pelaksanaan pembelajaran
dengan cara mengisi lembar pengamatan, sehingga dapat diketahui hal-hal yang
masih perlu diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.
3.6.2 Teknik Tes Hasil Belajar
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar peserta
didik. Tes hasil belajar dilakukan dalam bentuk evaluasi ulangan harian yang
dilakukan pada akhir siklus. Pelaksanaan Ulangan Harian (UH) dilakukan dua
kali. Tes pertama dilakukan 3 kali pertemuan, dan tes kedua dilakukan setelah 3
pertemuan berikutnya. Data yang dikumpulkan berupa nilai dari tes yang
dilakukan pada setiap siklus. Skor perolehan tersebut menjadi data hasil belajar
peserta didik.

3.7 Teknik Analisis Data


Data yang sudah diperoleh melalui lembar pengamatan dan tes hasil belajar
matematika kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif,
dengan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan data tentang aktivitas guru dan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Analisis data kuantitatif bertujuan untuk melihat hasil
belajar peserta didik secara individu.
3.7.1 Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif dapat dilihat melalui lembar aktivitas guru dan peserta didik
diperoleh dari pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan
melihat kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun
pengamatan hasil dari pengamatan tersebut terdapat kekurangan atau
ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tindakan, maka dilakukan perencanaan ulang
untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya.
3.7.2 Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif pada penelitian ini dilihat dari skor dasar, Ulangan
Harian (UH) 1 dan Ulangan Harian (UH) 2 yang dianalisis untuk melihat
peningkatan hasil belajar peserta didik yang mencapai KKM sesuai yang
ditetapkan sekolah yaitu 80, rata-rata (mean), nilai perkembangan dan
penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar
matematika peserta didik pada materi bangun datar setelah dilakukan tindakan.
3.7.3 Analisis Ketercapaian KKM
Analisis tentang ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan
persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor dasar dengan
jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada tes hasil belajar matematika
setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based
Learning (PBL) dalam pembelajaran kooperatif yaitu Ulangan Harian (UH) 1
dan Ulangan Harian (UH) 2. Rezeki (2013: 59) mengatakan untuk menentukan
ketercapaian KKM dapat dilakukan dengan menentukan ketuntasan individu dan
persentase ketuntasan klasikal. Ketuntasan individu dapat dihitung dengan rumus
berikut:

ss
KI = ×100
SMI

Keterangan:
KI : Ketentuan Individu
SS : Skor Hasil Belajar Peserta Didik
SMI : Skor Maksimal Ideal
Sedangkan persentase ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
JST
KK = × 100 (Rezeki, 2013: 59)
JS
Keterangan:
KK : Persentase Ketuntasan Klasikal
JST : Jumlah Peserta Didik yang Tuntas
JS : Jumlah Peserta Didik Keseluruhan
Peserta didik dikatakan tuntas secara individual pada penelitian ini apabila
peserta didik mencapai kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau memperoleh
nilai ≥ 80. Kemudian persentase ketuntasan klasikal sebelum tindakan, pada
siklus I dan siklus II dibandingkan. Apabila terjadi peningkatan maka dikatakan
tindakan berhasil.
3.7.4 Analisis Rata-Rata (Mean) Hasil Belajar
Peningkatan hasil belajar peserta didik pada penelitian ini dapat dilihat dari
rata-rata hasil belajar peserta didik. Analisis ini dilakukan dengan cara
membandingkan rata-rata hasil belajar peserta didik sebelum tindakan (skor
dasar) dan setelah tindakan (UH 1 dan UH 2). Apabila rata-rata hasil belajar
peserta didik pada Ulangan Harian (UH) 2 meningkat dari skor dasar dan rata-
rata hasil belajar matematika pada Ulangan Harian (UH) 1, dengan demikian
maka hasil belajar peserta didik meningkat. Rumus yang digunakan untuk
menghitung rata-rata adalah:

X=
∑X (Setyosari, 2012:
N
236)
Keterangan:
X : Nilai yang Diperoleh Individu
N : Banyaknya Individu

3.8 Kriteria Keberhasilan Tindakan


Keberhasil pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu apabila dalam
pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Problem-Based Learning (PBL) lebih baik dari pada sebelum menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning (PBL) di dalam kelas. Secara
singkatnya yaitu adanya peningkatan dalam proses pembelajaran saat digunakannya
model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning (PBL) di kelas.
3.8.1 Terjadi Perbaikan Proses Pembelajaran
Perbaikan proses pembelajaran dilihat berdasarkan hasil refleksi terhadap
proses pembelajaran yang diperoleh melalui lembar pengamatan aktivitas guru
dan peserta didik. Artinya apabila proses pembelajaran yang dilakukan semakin
baik dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning (PBL) Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik.
Peningkatan hasil belajar matematika peserta didik dapat dilihat dari analisis
ketercapaian KKM dan rata-rata hasil belajar matematika peserta didik, yaitu
dengan membandingkan nilai dasar dengan nilai peserta didik setelah tindakan.
Apabila terjadi peningkatan maka tindakan dikatakan berhasil, dan persentase
peserta didik yang tuntas meningkat dari sebelum dilaksanakan tindakan.
3.8.2 Terjadinya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat juga melalui Ulangan
Harian (UH) 1 dan Ulangan Harian (UH) 2. Hal ini dapat diketahui dari jumlah
peserta didik yang mendapatkan nilai terendah hingga nilai tertinggi yang
meningkat pada Ulangan Harian (UH) 1 dan Ulangan Harian (UH) 2.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dengan pemaparan permasalahan yang di temukan di lapangan dan disertai
dengan alternatif penyelesaiannya, dapat di simpulkan bahwa permasalahan yang
menghambat keefektifan pelaksanaan pembelajaran di SMP YLPI Pekanbaru ialah
kurangnya daya tarik peserta didik terhadap mata pelajaran matematika dan hal ini
penyebab peserta didik kurang memiliki motivasi dan keaktifan dalam proses
pembelajaran.

4.2 Saran
Idealnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai
dengan apa yang di harapkan oleh peserta didik dan juga sesuai dengan kondisi
peserta didik.

Mengetahui Pekanbaru, 04 Januari 2023


Bidang Kurikulum Guru Mata Pelajaran

ULLY YULIETA RAMBE, S. Ag KUNALFI REZA LUTHFIANA, S. Pd


NIP. 17 01 06 633
Diperiksa dan Disetujui:
Kepala Sekolah/Kepala Tata Usaha

SRI RAMA YANTI, S. Si, Gr


NIP. 10 03 06 388

DAFTAR PUSTAKA
Abi, Alfonsa M. 2016. Integrasi Etnomatematika dalam Kurikulum Matematika
Sekolah. Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia. Vol 1, No. 1, Hlm 1-6.
Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fitrianawati, Sintawati, Marsigit, Retnowati. 2020. Pedagogical content knowledge of
mathematics student-teacher in developing ethnomathematics-based lesson
plans. Ethnomathematics Journal. Vol 7, No. 1, Hlm 1-12.
Hamalik, O. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ismoyo, Tejo. 2021. Monograf Implementasi Model Pakem Berbantuan Multimedia
untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Buddha (PAB).Solok: Penerbit Insan Cendikia Mandiri.
Koentjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Jakarta: Akasara Baru.
Kurniawan, D. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik. Bandung: Alfabeta.
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda karya.
Mirdanda Arsyi. 2019. Mengelola Aktivitas Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Kalimantan Barat: PGRI Kalbar danYudha English Gallery.
Muslich, Masnur. 2012. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rezeki, Sri; dkk. 2013. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif. Jurnal Matematika. Vol 3, No. 2,
Hlm 53-63.
Royani & Saufi, M. 2016. Problem Based Learning: Solusi Pembelajaran Matematika
yang Pasif. Jurnal Pendidikan Matematika (Volume 2 Nomor 2).
Sa’ada, Y. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Berbasis Cerita Rakyat
Melayu Riau di Sekolah Dasar. Skripsi . FKIP UIR. Pekanbaru
Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Depok: PT Raja grafindo
Persada.
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovativ dalam Kurikulum
2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rhineka
Cipta.
Suripah, Marsigit, Rusli. 2021. Ethnomathematics: Exploration Of Mathematical
Concepts In Riau Malay special food. Math Didactic: Jurnal Pendidikan
Matematika, 7(1), 28-38.
Suyono & Hariyanto. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Wahyuni A, Ayu Aji W.T, Budiman S. 2013. Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa. Prosiding.

---------------------------

Amalia & Wahyudi. 2019. Matematika 4. Depok: Dar el lim Awiad. Matematika 4
(Ebook) - Google Books
Aryanti. 2020. Inovasi Pembelajaran Matematika Di SD (Problem Based Learning
Berbasis Scaffolding, Pemodelan Dan Komunikasi Matematis). Sleman:
Penerbit Deepublish. Inovasi Pembelajaran Matematika Di SD (Problem Based
Learning Berbasis Scaf... - Google Books
Darta, I. K. 2020. Upaya meningkatkan hasil belajar fisika melalui model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Marga. Indonesian Journal of Educational Development,
1(2), 229-239. https://zenodo.org/record/4003999. Diakses 15 Juli 2022.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di Arti kata akulturasi -
KamusBesar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 20 Juli 2022.
Mahendradhani, Gusti Ayu Agung Riesa. 2021. Problem-Based Learning di Masa
Pandemi. Bali: Nilacakra. Problem-Based Learning di Masa Pandemi - Google
Books
Nurbaiti. 2022. Pembelajaran Matematika berbasis Problem Based Learning.
Pekalongan: Penerbit NEM. Pembelajaran Matematika berbasis Problem Based
Learning - Google Books
Nurbaiti.2022. Pembelajaran Matematika berbasis Problem Based Learning.
Pekalongan: Penerbit NEM.Pembelajaran Matematika berbasis Problem Based
Learning - Google Books
Sulaiman, Herri. 2019. Aktivitas Matematika Berbasis Budaya Pada Masyarakat
Pesisir Di Pasar Ikan Gebang Kabupaten Cirebon. MaPan : Jurnal Matematika
dan Pembelajaran. Vol 7, No. 1, Hlm 61-73.
https://doi.org/10.24252/mapan.2019v7n1a5
Trygu. 2020. Studi Literatur Problem Based Learning untuk masalah Motivasi bagi
siswa dalam Belajar Matematika. Tuban: Spasi Media. Studi Literatur Problem
Based Learning untuk masalah Motivasi bagi siswa da... - Google Books
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional [Online]. Tersedia di
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-20-tahun-2003. Diakses
15 Juli 2022.
Yustina & Mahadi, Imam. 2021. Problem Based Learning (PBL) Berbasis Higher
Order Thinking (HOTS) Melalui E-Learning. Klaten: Penerbit Lakeisha.
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS HIGHER ORDER
THINKING (HOTS) MELALUI ... - Google Books
LAMPIRAN
A. Hasil Wawancara

Adapun hasil yang saya dapatkan pada wawancara kepada ibu Kunalfi Reza
Luthfiana, S. Pd pada Selasa, 3 Januari 2023 adalah sebagai berikut.
1. Kelas berapa saja yang ibu ajar selama tahun ajaran ini?
Jawaban: “Saat ini saya mengajar pada kelas VII dan VIII.”
2. Untuk di kelas yang ibu ajar ada berapa siswa di dalamnya?
Jawaban: “Untuk kelas VII 1 ada 17 siswa, kelas VII 2 ada 18 siswa, pada kelas
VIII 1 ada 14 siswa dan VIII 2 ada 15 siswa.”
3. Saat ini berapa KKM pada mata pelajaran matematika?
Jawaban: “KKM saat ini adalah 80”
4. Dengan KKM yang ibu tentukan, apakah siswa mampu mencapai atau melebihi
nilai tersebu?
Jawaban: “Beberapa siswa mampu mencapai maupun melebihi nilai KKM yang
telah ditentukan. Tetapi, sebagian besar siswa sebenarnya belum bisa mencapai
KKM tersebut.”
5. Pada saat ini, kurikulum apa yang ibu gunakan?
Jawaban: “Kurikulum yang saat ini saya gunakan adalah kurikulum 2013
Revisi.”
6. Metode seperti apa yang ibugunakan pada proses pembelajaran?
Jawaban: “Metode yang saat ini saya terapkan pada pembelajaran adalah
metode PBL, metode ceramah, metode diskusi (tanya jawab).”
7. Dengan metode yang ibu terapkan, apakah proses pembelajaran dapat berjalan
lancar?
Jawaban: “Untuk menggunakan metode PBL, proses pembelajaran masih belum
bisa berjalan dengan lancar. Tetapi, dengan metode ceramah dan diskusi (tanya
jawab) proses pembelajaran alhamdulillah berjalan dengan lancar.”
8. Perangkat apa saja yang ibu gunakan saat proses pembelajaran?
Jawaban: “Pada proses pembelajaran saya menggunakan perangkat
pembelajaran seperti silabus, RPP, buku cetak, dan LKPD.”
9. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, apa kendala yang ibutemukan?
Jawaban: “Adapun kendala yang saya temui pada saat proses pembelajaran
berlangsung adalah kurangnya motivasi belajar siswa, hanya beberapa siswa saja
yang aktif. Sedangkan yang lainnya kurang aktif.”
10. Secara umum, bagaimana prestasi belajar matematika siswa yang ibu ajar?
Jawaban: “Ya, Alhamdulillah ada beberapa anak yang sesuai dengan apa yang
diharapkan”
11. Selama ibu mengajar, apakah sudah pernah menyelipkan nilai-nilai budaya
melayu Riau pada proses pembelajaran?
Jawaban: “Selama pembelajaran sepertinya saya belum pernah menyelipkan
nilai-nilai budaya melayu Riau, tetapi lebih sering menghubungkan pembelajaran
matematika yang ada dengan kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajaran
saya juga selingi dengan game matematika.”
12. Apakah ibu mengetahui tentang etnomatematika?
Jawaban: “Ya, saya mengetahui tentang etnomatematika.”
B. DOKUMENTASI

Gambar ii. Sesi Wawancara bersama Ibu Kunalfi Reza Luthfiana, S. Pd

Anda mungkin juga menyukai