Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Pada Peserta didik Kelas
VIII.B di SMP Negeri 7 Jakarta Timur ”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas
1. Ibu Dr. Pinta Deniyanti Sampoerno, M.Si selaku dosen mata kuliah Metode
proposal ini,
2. Ibu Tuti S., S.Pd guru mata pelajaran matematika kelas VIII.B di SMP Negeri
yang dihadapi guru di dalam kelas, sehingga muncul inovasi model pembelajaran
yang baru dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis peserta didik di
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata
i
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga proposal
ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca dan dapat diterapkan untuk kemajuan
Maskanur Rezky
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 7
C. Hipotesis Tindakan..................................................................................... 27
iii
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 29
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia ini. Salah satu hal yang memegang peran penting dalam pendidikan
naisonal adalah sumber daya manusia yang berperan dalam proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM), dalam hal ini guru dan peserta didik. Sebagai
dalam melakukan pengajaran dapat membuat suatu variasi mengajar yang dapat
Indonesia (2006: 3) merupakan suatu kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran sutau konsep yang
1
antarkonsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.1 Selain itu,
matematika sebagai disiplin ilmu dalam dunia pendidikan, juga sebagai bidang
studi yang sangat penting, baik untuk peserta didik maupun pengembagan ilmu
karena matematika adalah alat dalam pendidikan kecerdasan akal dan memiliki
banyak peserta didik yang tidak menyukai matematika dan bahkan dianggap
diraih oleh peserta didik sering kali tidak sesuai yang diharapkan. Menurut
sistem, memiliki simbol yang kosong dari arti dan memerhatikan semesta
pembicaraan.3
1
Permendiknas No. 22. (2006). h. 4.
2
Erna Lukitawati. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar Dengan
Menggunakan Kombinasi Pendekatan Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw Dan Media Benda Asli”.
e-Journal Universitas Kanjuruhan Malang, Vo.6, 2016, Malang:UKM. (2016). h. 923.
3
Yuhasriarti. “Pendekatan Ralistik Dalam Pembelajaran Matematika”. e-journal Dosen Pendidikan
Matematika FKIP Unsyiah. Vol. 1, 2012, Banda Aceh: Universitas Unsyiah. (2012). h. 82.
2
yang cenderung monoton, terfokus pada guru dan peserta didik cenderung
matematika di kelas VIII.B sekolah tersebut pada tanggal 7 Juni 2018 diperoleh
untuk berpikir secara kreatif dan aktif dalam pembelajaran serta lebih berfokus
membosankan.
Salah satu materi yang dianggap menjadi masalah bagi peserta didik di kelas
3
matematika di kelas, perlu mengaitkan konsep-konsep yang dianggap abstrak
oleh peserta didik untuk dikaitkan dalam msalah kehidupan sehari-hari sehingga
kelas, yang dapat memberikan manfaat bagi guru yakni pengalaman mengajar
yang baru dan peserta didik juga mendapatkan variasi pembelajaran di kelas
yang menuntut untuk aktif, berpikir secara matematis, kreatif sehingga dapat
dalam menerapkan CTL ini adalah untuk membantu peserta didik mencapai
4
tujuan. Hal ini berarti guru lebih banyak difokuskan kepada strategi daripada
memberi informasi. Salah satu usaha guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan bagi peserta
didik.
Teaching and Learning Pada Peserta didik Kelas VIII.B di SMP Negeri 7
B. Fokus Masalah
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
5
sehingga masalah yang dihadapi guru dan peserta didik khususnya pada
3. Bagi Sekolah
4. Bagi Peneliti
melalukan PTK.
5. Bagi pembaca
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teori
1. Berpikir
berkembngnya ide dan konsep di dalam diri seseorang melalui suatu proses
ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara
dapat diperoleh dari mana saja, baik dari lingkungan terdekat kita yakni
yang baru diperoleh. Hal tersebut membuat diri manusia lebih kaya akan
7
pengetahuan serta mengasah kemampuan untuk dapat mengingat kembali
informasi yang telah tersimpan dalam memori otak untuk disatukan dengan
a. Mengamati
yang dihadapi.
8
2. Kemampuan Berpikir Matematis
peserta didik agar dapat berpikir dan menentukan keputusan secara mandiri.
9
task).1 Sedangkan Schoenfeld (1992: 334-370) berpendapat bahwa berpikir
ide matematika secara lebih mendalam, mengamati data dan menggali ide
1
Eli Nugraha. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis SD Kelas III Melalui Pembelajaran
Matematika Realistik Berbasis Permainan Tradisional”. e-Journal Universitas Pendidikan
Indonesia,Vol.6, 2012. Bandung: UPI. (2012). h. 2.
2
Ibid.
10
pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan
c. Penalaran (reasoning)
Pendikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang Pendidikan Dasar
nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Sedangkan menurut Slavin
11
pengelolaanya.3 Model pembelajaran merupakan landasan praktik
pengelolaan kelas.
berkaitan dengan pengalaman dan minat peserta didik. Peserta didik akan
belajar dengan baik jika yang dipelajarinya terkait dengan pengetahuan dan
etimologi atau asal usul kata Contextual Teaching and Learning berasal dari
Bahasa Inggris yakni terdiri dari tiga kata: contextual, teaching dan
3
Salinan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2014). h. 3.
4
John M.Echol dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia; An English-Indonesian Dictionary,
Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal 23
12
Elaine.B. Johnson bahwa CTL sebagai sebuah proses pendidikan yang
5
Elaine.B.Johnson, Contextual Teaching and Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar
MengajarMenyenangkan dan Bermakna ( terj.) Ibnu Setiawan, Bandung Penerbit MLC, 2007.hal 5
6
Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2005. hal 17
7
Mansur Muslih, KTSP, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta, Bumi
Aksara, 2007, hal 25
13
Tabel 1. Komponen Utama Pembelajaran CTL
No Komponen Penjelasan
1. Konstruktivisme Pada dasarnya proses pembelajaran CTL,
(constructivism) menuntut peserta didik untuk
mengonstruksi pengetahuan melalui proses
pengamatan dan pengalaman, karena
pengetahuan hanya fungsional jika
dibangun oleh individu sehingga
pengetahuan yang diberikan tidak hanya
sekedar menjadi pengetahuan yang
bermakna
2. Bertanya Pada hakikatnya, belajar adalah bertanya
(questioning) dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi rasa
keingintahuan individu sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang untuk bepikir.
Dalam proses CTL, guru tidak hanya
memberi informasi begitu saja tetapi
peserta didik harus mencari tahu sendiri.
3. Menemukan Proses belajar berdasarkan pencarian dan
(inquiry) penelurusuran melalui pemikiran yang
sistematis.
4. Masyarakat belajar Dalam CTL, penerapan masyarakat belajar
(learning dapat diterapkan melalui pembentukan
community) kelompok belajar. Anggota kelompok
disusun secara heterogen kemudian mereka
saling membelajarkan.
5. Pemodelan Proses pembelajaran dengan menerapkan
(modeling) sesuatu sebagai contoh yang dapat
dicontoh oleh peserta didik sehingga
mudah dipahami.
6. Refleksi (reflection) Proses pengendapan pengalaman yang
telah dipelajari yang dilakukan dengan
cara mengurutkan kembali kejadian
pengalaman belajar itu dimasukan ke
dalam struktur kognitif peserta didik
7. Penilaian sebenarnya Proses yang dilakukan guru untuk
(authentic mengumpulkan informasi tentang
assessment) perkembangan belajar yang dilakukan
peserta didik dan bertujuan untuk
mengetahui peserta didik tersebut belajar
atau tidak.
14
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka yang dimaksud
materi yang bertujuan menolong peserta didik melihat makna dalam materi
Connections)
15
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi peserta didik
peserta didik.
16
f. Mengasuh atau memelihara pribadi peserta didik (Nuturing The
Individual)
mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik harus
tertentu.
CTL maka ada tujuan dari pembelajaran dengan model CTL tersebut.
8
Teguh Sihono. “Contextual Teaching and Learning (CTL) Sebagai Pembelajaran Ekonomi Dalam
KBK”. e-journal Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 1, 2004, Yogyakarta: UNY.(2004). h. 67.
17
a. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik
lainya.
b. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya
d. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih peserta didik agar
dan bermakna
kehidupan sehari-hari
h. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar peserta didik secara
18
kompleks dan peserta didik dapat menjadikan informasi itu miliknya
sendiri.
yang tepat. Tahapan belajar dengan model CTL menurut Sa’ud (2010)
Langkah-Langkah Kegiatan
Tahap invitasi Dalam tahap invitasi, peserta didik didorong
untuk mengungkapkan pengetahuan awal
konsep yang akan dibahas oleh guru. Guru
dapat memulainya dengan cara memberikan
pertanyaan yang mengandung masalah
fenomena kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan konsep yang akan dibahas.
Tahap eksplorasi Peserta didik diberikan kesempatan untuk
menyelidiki dan menemukan konsep melalui
pengumpulan, pengorganisasian dan
interpretasi data dalam sebuah kegiatan yang
dirancang oleh guru.
Tahap penjelasan dan Pada tahap ini, peserta didik memberikan
solusi penjelasan solusi atas masalah yang disajikan
berdasarkan hasil oobservasi ditambah
pengetahuan oleh guru sehingga peserta didik
dapat menyampaikan gagasan, membuat
model dan membuat rangkuman.
Tahap pengambilan Pada tahap ini peserta didik diberikan
kesempatan untuk mengambil keputusan,
tidakan menggunakan pengetahuan dan keterampilan,
berbagi informasi dan gagasan, mengajukan
pertanyaan lanjutan serta mengajukan saran
baik individu atau kelompok terkait masalah
yang dibahas.
19
Dalam pelaksanaan pembelajaran model CTL, tentu terdapat beberapa hal
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan (Nurdin, 2009: 121):
sedang berkembang.
2016 : 17)
Kelebihan Kekurangan
Pembelajaran menjadi lebih Memerlukan bimbingan intensif
bermakna dan riil dari guru
Pembelajaran lebih produktif dan Peran guru bukan sebagai
mampu menumbuhkan pengiatan infrakstruktur ataupun penguasa
konsep kepada peserta didik
20
Persamaan linear dua variabel adalah suatu persamaan kalimat terbuka
ax + by = c
px + qy = r
Subtitusi
9
M. Kholik. dkk. Matematika 2A Kurikulum 2013 Revisi 2017. Jakarta: Erlangga. (2017). h. 28.
21
d) Menyelesaikan SPLDV Menggunakan Eliminasi
langkah:
ax + by = c
px + qy = r
22
dengan a,b,p,q,c,r ϵ R dan a,b,p,q ≠ 0 akan memiliki tiga kemungkinan
Hal ini dapat kita lihat dari hubungan yang mungkin antara sebuah
23
dan model matematika dalam menyelesaikan soal cerita diperlukan
menggunakan SPLDV.
sebuah SPLDV.
dan kita gunakan salah satunya. Keempat metode itu adalah: (1) metode
24
subtitusi, (2) metode eliminasi, (3) metode grafik (4) metode gabungan
berikut:
Materi Penerapan SPLDV merupakan salah satu materi yang penting dalam
matematika di SMP. Pada PTK ini Kompetensi Dasar dan Indikator mengacu
RI.
25
Melalui Kompetensi Dasar dan Indikator pada tabel di atas, maka dapat
B. Kerangka Berpikir
yang baik. Kemampuan konsep matematika dapat dilihat pada hasil belajar yang
VIII.B SMP Negeri 7 Jakarta Timur, menyatakan bahwa pada materi Penerapan
SPLDV, masih banyak peserta didik yang belum mencapai hasil yang
diharapkan dari pembelajaran pada materi tersebut. Hal ini ditandai dengan
rendahnya nilai ulangan harian yang rata-rata di bawah KKM yang ditetapkan
dimiliki oleh peserta didik di kelas VIII.B di sekolah tersebut merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar pada materi Penerapan
SPLDV.
pembelajaran yang baru, yakni CTL dapat meningkatkan hasil belajar peserta
26
didik. Pada siklus pertama, guru menyiapkan rancangan pembelajaran pada
maupun setelah proses pembelajaran, dan akan memperoleh hasilnya. Jika hasil
yang diperoleh belum mencapai harapan, maka guru melanjutkan siklus kedua,
kemampuan berpikir matematis peserta didik dan diharapkan akan ada hasil
berpikir matematis peserta didik kelas VIII.B di SMP Negeri 7 Jakarta Timur
pada materi Penerapan SPLDV dengan model CTL ini dapat sesuai dengan hasil
yang diharapkan.
C. Hipotesis Tindakan
mendukung untuk PTK ini maka hipotesis dari PTK ini adalah dengan
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
Learning (CTL) pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
B. Rancangan Penelitian
1. Tempat Penelitian
Jalan Balai Rakyat Utan Kayu, Jakarta Timur untuk mata pelajaran
(SPLDV).
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018 semester genap tahun
ajaran 2017-2018.
3. Subjek Penelitian
28
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
didik, terdiri dari 14 peserta didik laki-laki dan 22 peserta didik perempuan.
peserta didik sebagai subjek penelitian, berdasarkan hasil tes dan juga
diskusi antara peneliti dengan guru kelas matematika, yang terdiri atas: tiga
orang peserta didik dengan kelompok matematika atas, tiga orang kelompok
peserta didik dengan kelompok matematika sedang dan tiga oang kelompok
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
b. Data Kualitatif
2) Data hasil wawancara dengan peserta didik pada akhir siklus untuk
29
menggunakan model pembelajaran CTL pada materi penerapan
SPLDV.
dengan penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII.B
VIII.B SMP Negeri 7 Jakarta Timur. Dari hasil tes tersebut, dibuatlah
kemudian peneliti masuk ke tahap siklus. Tahap setiap siklus terdiri dari:
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Pengamatan
4. Tahap Refleksi
Hasil analisis dan refleksi pada siklus I dijadikan bahan untuk mengambil
diharapkan dalam PTK ini dapat tercapai. Berikut ini adalah tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam pelaksanan PTK di SMP Negeri 7 Jakarta Timur kelas
VIII.B
30
Tabel 6. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK
Tahap Perencanaan
1. Menyusun RPP dengan model pembelajaran CTL
2. Menyiapkan LKPD dan Tes Kognitif beserta
pedoman penskoran untuk siklus I
3. Mempersiapkan lembar observasi, lembar catatan
lapangan dan pedoman wawancara
Siklus I Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan KBM dengan model pembelajaran
CTL berdasarkan RPP
Tahap Pengamatan
Observasi selama KBM berlangsung
Tahap Reffleksi
1. Mengolah dan menganalisis data
2. Memberikan kesimpulan dan mengevaluasi hal-
hal yang belum terpenuhi pada siklus I
Tahap Perencanaan
1. Menyusun RPP dengan model pembelajaran CTL
Siklus II 2. Menyiapkan LKPD dan Tes Kognitif beserta
pedoman penskoran untuk siklus II
3. Mempersiapkan lembar observasi, lembar catatan
Siklus lanjutan lapangan dan pedoman wawancara
Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan KBM dengan model pembelajaran
Harapan: CTL berdasarkan RPP
Pemahaman Tahap Pengamatan
berpikir Observasi selama KBM berlangsung
matematis peserta Tahap Refleksi
didik meningkat Mengamati dan menilai hasil ketercapaian tindakan
yang telah dilakukan
1. Prapenelitian
Kegiatan peneliti sebelum melakukan PTK dapat dilihat pada tabel berikut:
31
Tabel 7. Kegiatan Prapenelitian
a. Kegiatan 1: Perencanaan
heterogen dalam bidang matematika yang terdiri dari 4-5 orang per
kelompok.
32
pembetukan kelompok. Kemudian diterapkan model pembelajaran CTL
1) Penelitian siklus I
a. Kegiatan 1: Perencanaan
tes akhir pada siklus I. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan
pembelajaran.
tahap ini juga dilakukan pemberian soal tes kemampuan bagi peserta
c. Kegiatan 3: Pengamatan
33
ini pula dilakukan dokumentasi berupa merekam aktivitas guru dan
d. Kegiatan 4: Refleksi
dilakukan pada tahap ini baik berupa tes akhir pada siklus ini
2) Penelitian siklus II
a. Kegiatan 1: Perencanaan
pada siklus II. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan penyusunan
34
menggunakan tabel pengamatan dan catatan lapangan. Pada tahap
ini juga dilakukan pemberian soal tes kemampuan bagi peserta didik
c. Kegiatan 3: Pengamatan
d. Kegiatan 4: Refleksi
dilakukan pada tahap ini baik berupa tes akhir pada siklus ini
35
tujuan, maka pada siklus berikunya akan dilakukan pemantapan.
penelitian berikutnya.
berkaitan dengan peserta didik dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas
Data ini diperoleh dari hasil pra-siklus yang diberikan oleh guru. Data ini
Data ini diperoleh dari lembar catatan lapangan dan tabel pengamatan yang
penelitian.
36
G. Instrumen Pengumpulan Data
a. Partisipan observer
pembelajaran.
g. Alat dokumentasi
H. Validasi Data
Validasi data yang akan digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan
berbagai sudut pandang. Istilah ini berkembang dengan fungsi utama untuk
37
data.1 Menurut Moloeng, teknik triangulasi merupakan bentuk pemeriksaan
data dengan menggunakan sesuatu yang lain di luar dari data itu untuk
keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.2 Teknik yang akan
digunakan untuk menguji validitas data pada penelitian ini yaitu teknik
mengumpulkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Sumber yang dimaksud yakni: peneliti, peserta didik dan observer. Sementara
itu triangulasi teknik mrupakan cara pengumpulan data dengan teknik yang
I. Analisis Data
3. Hasil observasi
4. Tabel pengamatan
5. Catatan lapangan
1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Cetakan ke-8, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
(2009). h. 128.
2
Moloeng.Op. Cit., h. 330.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. (2009). h. 423.
38
7. Foto dokumentasi
menjadi sebuah informasi bermakna yang sesuai dengan fokus malasah yang
Sementara itu data hasil tes evaluasi, diperoleh melalui tes akhir siklus. Tes
rata kelas dengan cara menjumlahkan semua nilai peserta didik dibagi dengan
4
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Gaung Persada Press. (2011). h. 76.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2003). Contextual Teaching and Learning (CTL), Direktorat PLP, Dirjen
Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arsyad, Azhar. 2008.Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Depdiknas, Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual,(Jakarta: Direktorat
Sekolah Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah: 2003).
Dick, W & Carey, L. 1985. The Sistematic Design of Instruction. Illionis, CH: Scott,
Foreman & Company.
Elaine.B.Johnson. 2006. Contextual Teaching and Learning, Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Menyenangkan dan Bermakna (terj.) Ibnu Setiawan,
Bandung Penerbit MLC.
Eli Nugraha. Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis SD Kelas III Melalui
Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Permainan Tradisional. e-
Journal Universitas Pendidikan Indonesia,Vol.6, 2012. Bandung: UPI.
Erna Lukitawati. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar
Dengan Menggunakan Kombinasi Pendekatan Pembelajaran Koperatif Tipe
Jigsaw Dan Media Benda Asli. e-Journal Universitas Kanjuruhan Malang,
Vo.6, 2016, Malang:UKM.
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011).
Hudojo, Herman. 2000. Suatu Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
dalam Belajar Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional;
Pengajaran Matematika di Sekolah Menengah. Jurusan MIPA Universitas
Negeri Malang.25 Maret 2000.
Hasibuan. Idrus. (2014). Model Pembelajaran CTL. Jurnal Pendidikan Matematika
2(1). 1-12
Idrus Hasibuan. 2014. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
Jakarta. 4 (2): 2-12.
Iskandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Gaung Persada Press.
John M.Echol dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia; An English-Indonesian
Dictionary, Jakarta Gramedia Pustaka Utama.
Katagiri, S. (2004). Mathematical Thinking and How to Teach it. Tokyo: CRICED
University of Tsubuka.
40
M. Kholik. dkk. Matematika 2A Kurikulum 2013 Revisi 2017. Jakarta: Erlangga.
Mansur Muslih. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis KOmpetensi dan Kontekstual,
Jakarta, Bumi Aksara.
Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,
Bandung, Remaja Rosdakarya.
Nurjannah, W. (2013). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah (Aspek Metakognitif) dan Kemampuan
Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Tesis Magister pada Sekolah
Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Nurhadi, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat PLP, 2002).
Rahman. Zulfa Anggraini. (2015). Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Metode Discovery Learning Dan Metode Ekspositori. Jurnal
Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Jember
Ratnaningsih, N. (2008). ”Berbagi Kemampuan Berpikir Matematik”. Makalah
dalam Acara Seminar Pendidikan Matematika di Universitas Siliwangi.
Tasikmalaya: tidak diterbitkan.
Rosmala. Amelia. (2018). Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung.
Bumi Aksara
Schoenfeld, A. H. (1992). Learning to Think Mathematically. Problem Solving,
Metacognition, and Sense-making in Mathematics. Dalam D. Grouws
(ED.), Handbook for Researh on Mathematics Teaching and Learning, 334-
370. New York: MacMillan.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Bumi Algesindo
Sugiyanto. (2007). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Model-
Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Surakarta.
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Cetakan ke-8, Jakarta: PT.
Bumi Aksara. (2009).
Wahyudin. (2012). Filsafat dan Model-Model Pembelajaran Matematika.
Bandung: Mandiri.
Yuhasriarti. “Pendekatan Ralistik Dalam Pembelajaran Matematika”. e-journal
Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah. Vol. 1, 2012, Banda Aceh:
Universitas Unsyiah.
41
Zulfa Anggraini Rahman. “Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Metode Discovery Learning Metode Ekspositori”. e-Journal
Universitas Muhammadyah Jember, Vol. 4, 2016. Jember: UNJEM.
42